Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DASAR
ABSORBSI DAN TRANSPIRASI

KELOMPOK : 04
INTAN PERMATASARI (18308141066)
A. IFTACHIL FALACH (18308141084)
DWI RAHMAWATI (18308144010)
AYU APRILIA (18308144040)
Kelas : BIOLOGI F 2018

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
A. Judul : Absorbsi dan Transpirasi

B. Latar Belakang

C. Tujuan :
Tujuan 1 :

Untuk mengetahui pengaruh luas daun terhadap kecepatan absorbsi air


Tujuan 2 :
Untuk mengetahui hubungan antara banyaknya stomata dengan kecepatan transpirasi

D. Dasar Teori

Absorpsi adalah proses penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman berupa ion-ion dari
tanah ke dalam sel-sel akar, yang selanjutnya ditranslokasikan melalui jaringan xylem ke seluruh
bagian tumbuhan hingga pada daun, yang berfungsi sebagai proses fotosintesis. Sebagian besar
air diabsorbsi akan dikeluarkan lagi dalam bentuk uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi.
Kehilangan air pada tumbuhan dapat berlangsung melalui stomata, kutikula, dan lentisel
(Dwidjoseputro, 1994 : 82 ). Faktor- faktor yang mempengaruhi absorbsi air antara lain adalah :

1. Tekanan akar

2. Kapilaritas

3. Daya hisap daun

4. Tingkat aktivitas kehidupan

5. Karakteristik Daun
6. Kecepatan transpirasi
Air pada awalnya dipindahkan dari pusat pori-pori terbesar antar partikel tanah,
mempertahankan air di sebelah partikel karena kekuatan perekat. Penurunan kadar air
menyebabkan penurunan drastis dalam konduktivitas hidrolik tanah, karena air diganti oleh udara
di ruang antar partikel tanah. Tanaman selalu membutuhkan air selama siklus hidupnya, mulai
dari masa perkecambahan sampai panen. Semua proses metabolisme pada tanaman
membutuhkan air, oleh sebab itu jumlah pemakaian air oleh tanaman berkorelasi positif dengan
produksi biomassa tanaman dan hanya sebagian kecil air yang diserap akan ditranspirasikan
melalui stomata (Harwati, 2007 : 44-51).
Pada tumbuhan peristiwa itu biasanya berhubungan dengan kehilangan air-dalam melalui
stomata, kutikula, atau lentisel. Karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan
terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer, karbon masuk ke dalam tumbuhan
sebagai karbon dioksida (CO2) melalui pori stomata, yang paling banyak terdapat di permukaan
daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama ini saat stomata terbuka.
Banyak faktor yang mempengaruhi pembukaan stomata. Stomata tumbuhan pada
umumnya membuka saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap, sehingga memungkinkan
masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan
memerlukan waktu sekitar 1 jam, dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore.
Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba. Tingkat
cahaya tinggi mengakibatkan stomata membuka lebih besar. Tumbuhan sekulen tertentu yang
terbiasa pada kondisi panas dan kering (kaktus) bertingkah laku sebaliknya: stomata terbuka pada
malam hari, menangkap karbon dioksida dan menyimpannya sebagai asam organik saat keadaan
gelap, dan tertutup pada siang hari (Neil A Campbell, 2008 : 357-358).
Faktor lingkungan mempengaruhi tidak hanya proses fisika penguapan dan difusi, tetapi
juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata pada permukaan daun yang dilalui lebih
dari 90% air yang ditranspirasikan CO2. Naiknya suhu daun, misalnya sangat banyak menaikkan
penguapan dan difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup/membuka lebih lebar,
tergantung spesies dan faktor lain. Waktu matahari terbit, stomata membuka lebih cepat. Naiknya
suhu membuat udara lebih mampu membawa banyak kelembaban, maka transpirasi meningkat
dan barangkali stomata pun terpengaruh (Salisbury dan Ross, 1995 : 71). Terdapat empat cara
laboratorium untuk menaksir laju transpirasi, yaitu:
1. Kertas kobalt klorida
Kertas kobalt klorida bila kering berwarna biru cerah dan berubah menjadi merah jambu
jika banyak menyerap air. Kertas ini diletakkan di daun setelah dihangatkan diatas lampu
spiritus.
2. Potometer
Mengukur pengambilan air oleh sebuah pucuk dengan asumsi bahwa air yang tersedia
dengan bebas untuk tumbuhan sama dengan jumlah air yang dikeluarkan sebelum
transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
4. Penimbangan secara langsung (Dahlia, 2001 : 78).

E. Metode
Metode 1
Alat dan Bahan

Alat :

1. Potometer 1 buah

2. Gunting 1 buah

3. Statif beserta klemnya 1 buah

4. Kertas buram 5 buah

5. Stopwatch 1 buah

Bahan :

2. Ranting tanaman (poncosudo) 1 buah

3. Gunting 1 buah

4. Vaseline (secukupnya)

5. Eosine (secukupnya)

Cara Kerja
1. Dua buah ranting atau daun tanaman yang tidak mudah layu disiapkan kemudia dipilih
ukuran ranting / daun yang sama dengan ukuran pipa karet pada photometer. Setelah itu,
ukuran daun atau jumlah daun kedua ranting dibuat berbeda
2. Karet penyumbat pada tabung kaca photometer dilepaskan kemudian alat dimasukkan ke
dalam bak plastik berisi air. Setelah itu, ranting (1&2) atau tangkai (1&2) dimasukkan ke
dalam pipa karet photometer. Kemudian mulut pipa kaca utama ditutup dengan karet
penyumbat dengan rapat
3. Rangkaian percobaan tersebut diangkat dan diberi tanda posisi awal dari air pada pipa
berskala dengan spidol
4. Percobaan ditempatkan pada tempat yang terkena cahaya matahari. Untuk pengembang,
dapat pula satu photometer ditempatkan di tempat yang terik, dan satu potometer yang
lainnya diletakkan di ruangan tetapi ukuran (jumlah) daun dibuat sepadan (sama)

Metode 2
Alat dan Bahan
Alat :

1. Kertas cobalt chloride 1 buah

2. Bunzzen/lampu spiritus 1 buah

3. Korek api 1 buah

4. Lem alteco 5 buah

Stopwatch 1 buah

6. Mikroskop 1 buah

7. Gelas benda dan penutupnya 1 buah

Bahan :

1. Daun Bahagia (Dieffenbachia sp.) 1 daun

2. Daun mangga (Mangifera sp.) 3 daun

3. Daun Nanas Kerang (Rhoeo discolor) 1 daun

4. Daun Namnam (Cynometra cauliflora) 2 daun

Cara Kerja
1. Kertas Cobalt chloride diambil serta diperhatikan warnanya
2. Kertas Cobalt chloride dikeringkan di atas lampu bunzzen
3. Perubahan warna diamati dan dicatat
4. Kertas cobalt tersebut diletakkan pada permukaan atas daun dan dijepit dengan klip serta
stopwatch dihidupkan
5. Stopwatch segera dihentikan setelah kertas cobalt kembali ke warna semula
6. Setelah pengulangan, korektor sheet dioleskan pada permukaan atas daun dan bawah
daun di mana kertas cobalt diletakkan. Olesan diusahakan tipis merata pada sebagian
permukaan saja dan dibiarkan kering
7. Setelah kering, daun tersebut dipetik dan olesan korektor sheet dilepaskan. Hasil olesan
akan menjadi cetakan dan sampel
8. Olesan kering (cetakan) tersebut diamati di bawah mikroskop kemudian dihitung berapa
banyak jumlah stomata
9. Cara yang sama dilakukan untuk permukaan bawah daun

F. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data pengamatan volume penyerapan air (ml) oleh tanaman menurut jumlah/luas daun

Luas Daun Pengurangan


Waktu Ulangan Jumlah Daun (cm2) Volume (mL) Keterangan
I 120,72 5
II 125,02 0,02

III 86,86 0,07

10 menit ke-1 IV 7 94,28 0,01

Rata-Rata 106,72 0,03

I 90,76 15

II 79,50 0,01

III 57,90 0,04

10 menit ke-2 IV 5 49,417 0,01

Rata-rata 69,39 8,175


I 60,80 0,02

II 42,00 0,01

III 24,70 0,04

10 menit ke-3 IV 3 27,092 0,03

Rata-rata 38,64 25
I 86,464 0,01
II 151,639 0,03

10 menit ke-1 III 7 165,379 0,02

Rata-rata 134,494 0,02

I 65,745 15

II 106,352 0,02

10 menit ke-2 III 5 126,643 0,01

Rata-rata 100,247 15

I 23,907 0,02

II 70,082 0

10 menit ke-3 III 3 70,443 0

Rata-rata 54,811 67
G. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2020 pukul
13.00 - 14.50 WIB yang berjudul luas daun, absorbsi, dan transpirasi yang memiliki tujuan
antara lain mengetahui pengaruh luas daun terhadap kecepatan absorbsi air. Kami
menggunakan photometer untuk mengetahui laju kemampuan absorbsi pada tumbuhan dan
dilakukan di tempat terpapar dan tidak terpapar cahaya matahari.

Pengukuran laju absorbsi menggunakan alat potometer dan media ranting tanaman
Poncosudo yang mempunyai jumlah daun sebanyak 7. Laju absorpsi diamati perubahannya
setiap 10 menit sekali. Pelaksanaan percobaan dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu
tempat yang terkena sinar matahari dan yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Dari percobaan ini terdapat adanya hubungan antara luas daun dengan absorbsi air.
Hal ini dapat dilihat dari data pengamatan yang diperoleh dimana pada awalnya berjumlah 7
helai daun. Pada 10 menit pertama setelah diambil 2 helai daun pada suasana terang
mempunyai rata – rata pengurangan yaitu 0,03 ml. Pada 10 menit kedua setelah diambil 2
helai daun pada suasana terang mempunyai rata – rata pengurangan yaitu 0,08175 ml. Pada
10 menit ketiga setelah diambil 2 helai daun pada suasana terang mempunyai rata – rata
pengurangan yaitu 0,025 ml.
Pada tempat gelap diperoleh data sebagai berikut dimana pada awalnya berjumlah 7
helai daun. Pada 10 menit pertama setelah diambil 2 helai daun pada suasana gelap
mempunyai rata – rata pengurangan yaitu 0,02 ml. Pada 10 menit kedua setelah diambil 2
helai daun pada suasana gelap mempunyai rata – rata pengurangan yaitu 0,015 ml. Pada 10
menit ketiga setelah diambil 2 helai daun pada suasana gelap mempunyai rata – rata
pengurangan yaitu 0,067 ml.
Menurut teori, semakin luas suatu daun maka semakin banyak pula air yang diserap
melalui proses absorbsi tersebut. Hal ini berhubungan dengan adanya stomata dan proses
transpirasi pada daun atau proses menghilangnya air dalam bentuk uap. Apabila pada suatu
tanaman, daun yang dimilikinya semakin luas, maka jumlah stomata pada tiap daun tersebut
pun juga akan semakin banyak sehingga proses kehilangan air juga semakin meningkat
karena adanya proses keluar masuknya zat pada stomata yang digunakan untuk proses
fotosintesis, sehingga tumbuhan membutuhkan banyak air untuk mengimbangi proses
transpirasi, karena apabila tumbuhan kekurangan air maka tumbuhan tersebut akan layu.
Selain itu juga luas daun berpengaruh terhadap faktor absorbsi yaitu daya hisap daun,
semakin luas daun maka daya hisapnya semakin besar sehingga absorbsi semakin besar
(Dwidjoseputro, 1994 : 75).
Dari hasil percobaan diatas terdapat beberapa percobaan yang tidak sesuai dengan
teori bahwa semakin luas daunnya, maka semakin cepat proses absorbsi. Pada percobaan di
tempat yang terang saat ulangan 1 pada tangkai yang berhelai 3 dan 5 mempunyai rata – rata
pengurangan absorbsi air yang cenderung naik turun atau tidak stabil. Selain itu
ketidaksesuaian ini juga terjadi pada ulangan 4 pada tangkai yang berhelai 3 mempunyai
rata-rata pengurangan absorbsi air yang cenderung naik turun atau tidak stabil. Hal tersebut
tentunya tidak sesuai dengan teori yang ada, karena menurut teori semakin luas suatu daun
maka semakin banyak pula air yang diserap melalui proses absorbsi tersebut. Sedangkan
semakin sempit suatu luas daun maka semakin sedikit pula air yang diserap melalui absorbsi
(Dwidjoseputro, 1994 : 75).
Percobaan kedua tentang hubungan antara banyaknya stomata dengan kecepatan
transpirasi. Percobaan ini menggunakan media berbagai jenis daun di halaman Laboratorium
yaitu Cynometra cauliflora (namnam), Mangifera sp. (mangga), Dieffenbachia sp. (daun
bahagia) dan Rhoeo discolor (nanas kerang). Pada percobaan pertama didapatkan hasil laju
transpirasi daun namnam bagian atas adalah 26 detik dengan rata-rata jumlah stomata 0,
sedangkan laju tanspirasi daun bagian bawahnya adalah sebesar 12 detik dengan rata-rata
jumlah stomata sebanyak 90. Pada percobaan kedua didapatkan hasil laju transpirasi daun
namnam bagian atas adalah 24 detik dengan rata-rata jumlah stomata 0, sedangkan laju
tanspirasi daun bagian bawahnya adalah sebesar 11 detik dengan rata-rata jumlah stomata
sebanyak 159. Pada percobaan ketiga didapatkan hasil laju transpirasi daun mangga bagian
atas adalah 11 detik dengan rata-rata jumlah stomata 8, sedangkan laju transpirasi daun
bagian bawahnya adalah sebesar 9 detik dengan rata-rata jumlah stomata sebanyak 71. Pada
percobaan keempat didapatkan hasil laju transpirasi daun mangga bagian atas adalah 11 detik
dengan rata-rata jumlah stomata 5, sedangkan laju transpirasi daun bagian bawahnya adalah
sebesar 9 detik dengan rata-rata jumlah stomata sebanyak 22. Pada percobaan kelima
didapatkan hasil laju transpirasi daun mangga bagian atas adalah 8 detik dengan rata-rata
jumlah stomata 12, sedangkan laju transpirasi daun bagian bawahnya adalah sebesar 5 detik
dengan rata-rata jumlah stomata sebanyak 22. Pada percobaan keenam didapatkan hasil laju
transpirasi daun bahagia bagian atas adalah 1 menit 25 detik dengan rata-rata jumlah stomata
7, sedangkan laju transpirasi daun bagian bawahnya adalah sebesar 46 detik dengan rata-rata
jumlah stomata sebanyak 25. Pada percobaan ketujuh didapatkan hasil laju transpirasi daun
nanas kerang bagian atas adalah 1 menit 1 detik dengan rata-rata jumlah stomata 0,
sedangkan laju transpirasi daun bagian bawahnya adalah sebesar 31 detik dengan rata-rata
jumlah stomata sebanyak 117.
Berdasarkan data percobaan, jumlah stomata tumbuhan darat sesuai dengan teori,
yakni pada permukaan bawah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah stomata pada
permukaan atas. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan darat akan mengalami penguapan yang
lebih tinggi dari pada tumbuhan air. Maka dari itu untuk mengurangi penguapan, stomata
bagian bawah jumlahnya lebih banyak. Sedangkan pada tumbuhan air, jumlah stomata di
permukaan atas lebih banyak dari pada di permukaan bawah. Hal ini dikarenakan untuk
meningkatkan laju fotosintesis dan apabila stomata di permukaan bawah, proses transpirasi
akan terganggu dengan keberadaan air sehingga proses transpirasi tidak dapat berjalan
dengan maksimal (Dwidjoseputro, 1994 : 81).
Laju transpirasi pada tumbuhan selain dilihat dari banyaknya stomata juga dilihat dari
distribusi stomata. Jika lubang-lubang stomata terlalu berdekatan maka penguapan akan
terhambat oleh penguapan dari lubang yang berdekatan (Dwidjoseputro, 1994 : 82). Laju
transpirasi pada tumbuhan darat yang digunakan sesuai dengan teori karena lebih cepat
bagian bawah yang mempunyai stomata lebih banyak.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Luas permukaan daun dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi air. Semakin luas
permukaan daun maka absorpsi air semakin cepat. Hal ini untuk mengimbangi
kebutuhan air pada tubuh tumbuhan. Pada daerah ternaung atau tanpa cahaya laju
absorpsi airnya lebih kecil dibandingkan pada daerah tidak ternaung atau yang terkena
cahaya matahari.

2. Banyaknya jumlah stomata pada permukaan daun sangat berpengaruh pada kecepatan
laju transpirasi. Semakin banyak jumlah stomata maka laju transpirasinya akan
semakin cepat, dan waktu yang digunakan semakin sedikit. Laju transpirasi selain
dipengaruhi oleh stomata, juga dipengaruhi faktor eksternal seperti kelembaban, suhu,
cahaya, angin, dan kandungan air di dalam tanah.

I. Daftar Pustaka

Dahlia. 2001. Fisiologi tumbuhan. Malang : Universitas Negeri Malang.


Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.

Harwati TC. 2007. Pengaruh kekurangan air (water deficit) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian 6 (1): 44-51.

Neil A Campbell. 2008. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

J. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai