Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

TERMOREGULASI
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah praktikum fisiologi hewan

Oleh :
Nama : Makky Muhammad Zakaria
NIM : 1157020045
Kelompok : 1(satu)
Tanggal Praktikum : 13 Maret 2017
Tanggal Masuk Laporan : 20 Maret 2017
Dosen : Risda Arba Ulfa, M.Si
Asisten : Nur Sadrina Ghaisani Rahayu

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUG DJATI
BANDUNG
2017 M / 1438 H
I. TUJUAN
 Pengamatan terhadap perubahan aktifitas jantung Daphnia sp. dalam berbagai
temperatur lingkungan dan mempelajarinya.
 Menentukan koefisien aktifitas (Q10)
II. DASAR TEORI
Metabolisme sangat sensitifterhadap perubahan suhu lingkungan internal seekor
hewan misalnya laju respirasi seluler meningkatseiring peningkatan suhu sampai titik tertentu
dan kemudian menurun ketika suhu itu sudah cukup tinggi sehingga mulai mendenaturasi
enzim sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu setip hewan mempunyai
kiasan suhu yang optimum. Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh didalam suatu
kiasan yang membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien (Guyton, 2007).
Hewan ektoterm sangat bergantung pada suhu dilingkungan lainnya untuk
meningkatkan suhu tubuh karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolisme
hanya sedikit banyak cara yng dapat memperkecil masalah yang dihadapi oleh hewan
ektoterm akuatik jumlah air yang besar disekelilingnyamemiiki suhu yang relatif stabil
sebagai contoh hilangnya panas secara evaporasi dan perubahan panas akibat jiga sangat
berkurang karena air adaahpenyerrap radiasi sinar infra merah yang efektif. Ini berarti bahwa
suhu tubuh dari ektoterm akuatikadalah sama dengan suhu air dimana ia hidup, air juga
merupakan penyerap panas yang sangat relatif. Pada ikan kehilangan panas hasil metabolisme
yang utama adalah melalui insang sesuai dengan peruntukannya insang harus tipis dan
dilengkapi jaringan pembuluh darah agar memenuhi syarat sebagai pertukaran udara kondisi
ini memungkinkan terjadinya kehilangan panas dari darah sewaktu melewati insang (Mei,
2003).
Menghadapi suhu lingkunganya, hewan homeotermik melakukan regulasi suhu
(termortegulasi), suhu tubuhnya konstan walaupun suhu lingkungna ya berfluktuasi (sampai
pada batas tertentu). Kehilangan panas lebih sedikit dibandingkan dengan laju produksi panas
internalnya, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu internalnya. Perubahan suhu
memiliki pengaruh besar terhadap berbagai tahap proses fisiologi. Misalnya, pengaruh suhu
terhadap konsumsi oksigen. Dalam batas-batas toleransi hewan, kecepatan konsumsi oksigen
akan meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan. Pada seekor hewan yang memiliki
rentangan suhu toleransi luas, kecepatan konsumsi oksigennya akan meningkat dengan cepat
begitu suhu lingkunganya naik (Willian dan Jeffrey, 2007).
Daphnia adalah crustacea berukuran kecil yang hidup diperairan tawar, sering juga
disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara bergerak yang unik dari organisme ini
di dalam air. Ada terdapat banyak spesies (kurang lebih 400 spesies) dari Daphniidae dan
distribusinya sangat luas . dari semua spesies yang ada, Daphniadan moina yang paling
dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan ikan. Terdapat berbagai macam ukuran
utukDaphniidae, tergantung pada spesiesnya. Moinayang baru menetas mempunyai ukuran
sedikit lebih besar dari Artemia yang baru menetas dan dua kali lebih besar dari ukuran rata-
rata roifer dewasa. Daphnia yang baru menetas berukuran dua kali lebih besar dari Moina.
Biasanya Daphnia berukuran 0,1 - 3 mm (Pangkey, 2009).
Dalam produksi panas tubuh memperoleh panas sebagai akibat dari aktivitas
metabolisme jaringan tubuh dan dari lingkungan luar bila lingkungan luar itu lebih tinggi
temperaturnya (lebih panas) ketimbang temperatur tubuh. Bentuk penyesuaian fisiologinya
adalah bahwa panas yang dihasilkan oleh tubuh akan meningkat dengan menurunnya
temperatur luar. Sebaliknya, temperatur sekitar (ambient temperature) yang tinggi akan
menurunkan jumlah panas yang panas yang dihasilkan oleh tubuh. Hal itu dapat dikaitkan
melambatnya aktivitas metabolisme, menurunnya luaran kerja, dan menurunnya tonus otot.
Secara umum, mekanisme yang berlangsung untuk menghasilkan panas meliputi peningkatan
aktivitas metabolisme jaringan, peningkatan aktivitas otot, dan produksi panas
(thermogenesis) tanpa aktivitas menggigil (Indrowati, 2012).
Beberapa Daphnia memakan crustacea dan rotifera kecil, namun sebagian
besar Daphnia adalah filter feeder yang memakan algae uniselular dan berbagai macam
detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphniasp. juga memakan beberapa jenis ragi,
tetapi hanya pada lingkungan yang terkontrol seperti Laboratorium.
Pertumbuhan Daphnia dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian pakan ragi. Partikel
makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga
pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan
(Shofy, 2009).
Pada hewan poikiloterm yang hidup di air suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh
keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi air sekelilingnya kenaikan suhu akan
mempengaruhi laju metabolisme dan meningkatkan aju respirasi, hewan poikiloterm yang
hidup diakuatik adalah daphniasp. merupakan hewan yang sangat sensitif trhadap perubahan
lingkungan sehingga sangat muddah untuk diamati dan digunakan sebagai hewan uji hayati
(Wahl, 2006).
III. METODE KERJA
3.1.Alat dan Bahan
NO Alat Jumlah Bahan Jumlah
1. Mikroskop 1 buah Kultur Daphnia sp. 2 ekor
2. Stopwatch 1 buah Es batu Di sesuaikan
3. Counter 1 buah Aquades Di sesuaikan
4. Pipet 1 buah
5. Beaker glass 100ml 1 buah
6. Kaca objek cekung 1 buah
7. Kaca Preparat 1 buah
8. Bunsen 1 set
3.2.Cara Kerja

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan sebelum memulai
praktikum kemudian kultur Daphniasp disiapkan dan diletakan di cawan arloji yang berbeda
pada suhu 50C. Seekor Daphniasp dipindahkan dari cawan ke gelas objek yang cekung
kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 25x dan diatur agar jantungnya
terlihat jelas. Lalu dihitung denyut jantung dalam interval waktu 15 detik. Dilakukan 3x
pengukuran lalu dirata-ratakan. Lalu kulturnya dipindahkan kekaca arloji yang suhunya lebih
tinggi 100C. Kembali dilakukan pengamatan mikroskop dan pengukuran denyut jantung
selama 3x seperti sebelumnya.Diukur denyut jantung Daphniasp dilakukan kembali untuk
suhu 250C, 350C, 450C dan 550C. Lalu dibuat grafik yang menyatakan hubungan jumlah
denyut jantung permenit untuk setiap macam suhu lingkungan. Terakhir dihitung(Q10) pada
setiap suhu pengukuran. Di harapkan hasil yang di dapat sesuai dengan hukum van’t hoff.
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel4.1 Foto Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Literature

Daphniasp.
Sumber :(Dokumen Pribadi, 2016) Sumber :(Pangkey, 2009)

Tabel 4.2 KoefisienAktivitasDenyutJantungDaphnia sp.


Suhu Jumlahdenyutjantung Rata-rata denyutjantung Koefisienaktivitas
(oC) (per 15 detik) (per menit) (Q10)
5 23 Rata2 = 23 + 30 + 33 x 4 Q10 𝑅2
=( )
10
𝑅1 𝑇2−𝑇1
30 3
228 10
= 86 x 4 = (114,6) 15−5
33
3
= 114,6 = 1,98
2 𝑅2 10
15 55 Rata = 55 + 63 + 53 x 4 Q10 = (𝑅1) 𝑇2−𝑇1
63 3
258,6 10
= 171 x 4 = ( 228 ) 25−15
53
3
= 1,134
= 228
2 𝑅2 10
25 63 Rata = 63 + 76 + 55 x 4 Q10 = (𝑅1) 𝑇2−𝑇1
76 3
294,6 10
= 194 x 4 = (258,6) 35−25
55
3
= 258,6 = 1,139
2 𝑅2 10
35 70 Rata = 70 + 75 + 76 x 4 Q10 = (𝑅1) 𝑇2−𝑇1
75 3
310,6 10
= 221 x 4 = (294,6) 45−35
76
3
= 294,6 = 1,05
2 𝑅2 10
45 86 Rata = 86 + 77 + 70 x 4 Q10 = (𝑅1) 𝑇2−𝑇1
3
77 = 233 x 4 248 10
= (310,6) 55−45
70 3
= 310,6 = 0,79
2 𝑅2 10
55 58 Rata = 58 + 65 + 63 x 4 Q10 = (𝑅1) 𝑇2−𝑇1
65 3
310,6 10
= 186 x 4 = ( 248 ) 45−55
63
3
= -1,25
= 248

Hubungan Suhu dengan Jumlah Denyut Jantung 45


Detik
100
Jumlah Denyut Jantung

80
(per 15 detik)

Jumlah Denyut Jantung 15


60
Detik Pertama
40 Jumlah Denyut Jantung 15
Detik Kedua
20
Jumlah Denyut Jantung 15
Detik Ketiga
0
5 15 25 35 45 55
Suhu (oC)

Grafik 4.3 HubunganSuhudenganJumlahDenyutJantung 45 Detik

Hubungan Suhu dengan Rata-rata Denyut


Jantung per Menit
350
300 294.6 310.6
Rata-rata per Menit

250 258.6 248


228
200
150 Rata-rata Denyut
100 114.6 Jantung
50
0
0 20 40 60
Suhu (oC)

Grafik 3.2 HubunganSuhudenganJumlah Rata-rata per Menit


Koefisien Efektivitas
2.5
2 1.98
Koefisien Efektivitas

1.5
1 1.134 1.139 1.05
0.79
(Q10)

0.5
Koefisien Efektivitas
0
0 10 20 30 40 50 60
-0.5
-1
-1.25
-1.5
Suhu (oC)

Grafik 4.4 HubunganSuhudenganKoefisienEfektifitas


V. PEMBAHASAN

Daphnia sp. termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup di perairan tawar.
Spesies-spesies dari genus Daphnia sp. dapat ditemukan mulai dari daerah tropis hingga
arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga perairan danau
luas. Dari lima puluh spesies genus Daphnia sp. di seluruh dunia, hanya enam spesies yang
secara umum dapat ditemukan di daerah tropis. Salah satunya adalah spesies Daphnia
magna. Berikut merupakan susunan taksonomi dari Daphniasp. :
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
Daphnia sp. merupakan hewan poikiloterm sehingga perubahan temperature
lingkungan mempengaruhi kerja denyut jantungnya. Metabolisme hewan ini pun
terpengaruhi. Daphnia hidup pada kisaran pH cukup besar tetapi nilai yang optimal untuk
kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan pH yang netral dan relative basah yaitu pada ph
1-8 baik.
Menurut Aissaoui (1998) ,Pembagian segmen tubuh Daphnia sp, Kepala menyatu,
dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui
lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup
oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh
yang paling terlihat adalah mata, antena dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphniasp.
bagian carapacenya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian
dalam tubuhnya
Percobaan termoregulasi ini dilakukan dengan memberikan perlakuan yang berbeda-
beda padaDaphnia sp dengan pemberian suhu lingkungan (suhu air) yang diberikan. Hal ini
dilakukan untuk menguji bentuk respon fiiologis atau penyesuaian diri yang dilakukan oleh
hewan terhadap perubahan temperature lingkungannya.Suhu yang diberikan yaitu 5, 15, 25,
35, 45 dan 55oC. Seekor Daphnia direndam dalam air yang suhunya telah ditetapkan.
Kemudian dihitung denyut jantungnya selama 15 detik dengan 3 kali pengulangan
perhitungan, dalam melihat jantungnya langsung dibawah mikroskop cahaya dengan
pembesaran 25x. Jantung Daphnia terletak dibelakang kepala dekat sayap, bulat. Tabeldiatas
menunjukkan, jumlah denyut jantung dari Daphnia lebih tinggi pada suhu 25oC dengan rata-
rata jumlah denyut jantung per 15 menit adalah 258,6 dan 55 dengan rata-rata denyut jantung
per 15 detik 248 kali. Dari data jumlah denyut jantung tersebut diperoleh nilai Q10 untuk
masing-masing suhu adalah 1,98; 1,134; 1,139; 1,05; 0,79; dan -1,25. Hal ini menunjukan,
kenaikan suhu terjadi pada titik dimana suhu berada pada kondisi terbilang ekstrem bagi
Daphnia sp. Ketika suhu lingkungan rendah, Daphnia akan menyesuaikan dengan
meningkatkan laju konsumsi dalam hal ini denyut jantungnya, sama halnya dengan ketika
suhu lingkungan tinggi. Proses ini termasuk proses homeostatis (termoregulasi). Proses
homeostatis Daphnia dapat terlihat fluktuasi tiap suhunya pada grafik dan diagram batang
selanjutnya.
Pada denyut jantung atau pada termoregulai berlaku hukun Van`t Hoff yang berbunyi
“Dari setiap peningkatan suhu sebesar 10 akan meningkatkan laju konsumsi oksigen atau
dalam hal ini adalah denyut jantung sebesar 2 sampai 3 kali kenaikan”. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap menaikkan suhu akan diikuti oleh penambahan jumlah denyut jantung
pula.Namun hasil yang diperolah pada percobaan merupakantidak sesuai dengan pernyataan
Hukum Van`t Hoff. Ketidaksesuaian ini dikarenakan jumlah denyut jantung yang tidak
menaik setiap pertambahan suhu. Hal ini terlihat pada grafik diatas.
Faktor yang menyebabkan hasil tidak sesuai yaitu saat memasukkan air dengan suhu
tertentu kedalam kaca arloji. Terjadi perubahan suhu dari air tersebut karena terpengaruh
suhu ruangan, hal ini dapat mempengaruhi laju konsumsi oksigen dan denyut jantung. Hal
lain yang memperngaruhi adalah perhitungan yang cukup lama dibawah mikroskop yang
menyebabkan air yang ada pada kaca preparat akan terpengaruh oleh cahaya dari mikroskop.
Namun, terlepas dari kerancuan data pada percobaan pembuktian termoregulasi ini, terbukti
bahwa ada respon yang berbeda yang dikeluarkan oleh hewan terhadap suhu lingkungan yang
berbeda pada tempat hidupnya.
Menurut Barnes(1963) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensi denyut jantung adalah sebagai berikut :
1. Denyut jantung lebih cepat pada siang hari.
2. Kenaikan kecepatan metabolisme menstimulir jantung untuk bekerja lebih cepat.
3. Umur dan ukuran yang besar cenderung mempunyai denyut jantung yang lambat.
4. Denyut jantung cenderung bertambah dengan kenaikan temperatur dalam
lingkungan yang normal.
5. Keadaan yang gelap akan membuat denyut jantung menurun.
6. Penambahan zat kimia seperti alkohol menyebabkan denyut bertambah.
7. Hewan betina yang membawa telur atau anaknya dalam kantong pengeraman
akan menyebabkan kecepatan denyut jantungnya akan bertambah.
8. Pada saat pertama masak seksual denyut jantung akan semakin bertambah cepat.
VI. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan, perubahan suhu lingkungan dimana terdapat
Daphnia sp. berada akan mempengaruhi kerja aktifitas dari denyut jantung hewan itu sendiri.
Ketika suhu berada pada tingkat terendah dan tertinggi, terjadi perubahan suhu yang
signifikan, seperti pada suhu 25 derajat dengan rata-rata denyut jantung per 15 menit 258,6
dan suhu 55 dengan rata-rata 248 denyut/menit. Pada hubungan dengan Q10, hasil tidak
sesuai dengan hukum Vant Hoff, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi suhu
lingkungan yang tidak stabil.
DAFTAR FUSTAKA
Aissaoui dkk. 1998. Cardiac conduction times in Sparus auratus at different heart rates.
Influence of body weight. Journal of Fish Biology. 52: 1154–1164.
Barnes, R. D. 1963. Invetebrata Zoology. W. B.. London : Sounders Company.
Guyton, 2007. Fisiologi, Anatomi, danMekanismePenyakitKedokteran. Jakarta : EGC.
Indrowati dan Ilmi. 2012. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Guided Discovery
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri I Teras Boyolali.
Jurnal Pendidikan Biologi. 4(2): 44-52.
Mei, S. 2003. PengaruhTemperaturTerhadapAyam Broiler. JurnalIlmiahLontar. 17 (1) : 62-
82.
Pangkey, H. 2009. DaphniaandUtilization. Jurnal Perikanan danKelautan. (3) 4 : 33-36.
Shofy, M., Diah Trie, R. T dan Laksmi, S. 2009. Pemberian Dolomit Pada Kultur Daphnia
Spp. Sistem Daily Feeding Pada Populasi Daphnia Spp. Dan Kestabilan Kualitas Air.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (1): 67-72.
Wahl, I. 2006. Building Anatomy. New York : McGraw Hill Book.
Willian, J. dan Jeffrey, R. 2007. Rat Behavioral Thermoregulation Intergrates With Non
shivering Thermogenesis. Journal Behavioral Neuroscience. 121 (6) : 1333-1341.

Anda mungkin juga menyukai