Anda di halaman 1dari 15

Praktikum ke 1

LAPORAN PRAKTIKUM REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN HEWAN


“REGENERASI”

Disusun oleh
Kelompok :2
Anggota : - Royan Almasih (1157020068)
- Abdul Gopur (1167020001)
- Annisa Dhita Suwandi (1167020009)
- Cucu Fatimatuzzahro (1167020015)
- Elfa Rahmayati (1167020023)
- Hanifah Maulida (1167020033)
- Irfan Mahmud (1167020039)
Dosen : Rahmat Taufik M.A. S.Si., M.IL.
Asisten dosen : Imas Sariningsih

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BANDUNG

I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
- Agar mahasiswa memiliki pengalaman yang lebih baik mengenai konsep-
konsep perkembangan hewan dewasa dan proses regenerasi
1.2. Dasar Teori
Ikan hias merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar maupun laut yang
mempunyai bentuk atau warna tubuh menarik dan indah. Salah satu jenis ikan
hias dengan keunikan tersendiri dibandingkan ikan hias lainnya adalah ikan
cupang (Betta spp.). Keunikan yang dimaksud adalah kegemarannya bertarung
dengan sesama jenisnya, namun tidak menutup kemungkinan dengan jenis lain
namun masih dalam satu suku. Daya agresifitasnya sangat tinggi sehingga sangat
tidak dianjurkan untuk menempatkan atau memelihara ikan ini dalam satu wadah
(Gumilang et al., 2016).
Ikan cupang mempunyai berbagai corak dan pola warna yang unik, salah
satu yang menjadi ciri khas keindahan cupang adalah saat memamerkan ekornya
(Agus et al., 2012). Bentuk ekor cupang sangat beragam, dimana ada yang
menyerupai setengah bulan sabit (halfmoon), adapula yang membulat (rounded
tail), mahkota (crown tail), dan slayer (Rachmawati et al., 2016).
Menurut Kottelat (2013), jenis cupang atau Betta spp. di dunia tercatat
sebanyak 79 jenis, dan 51 jenis berada di Indonesia. Ikan cupang yang dikenal
masyarakat umum dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Anak Kelas : Teleostei
Bangsa : Perciformes
Anak bangsa : Anabantoidei
Suku : Osphronemidae
Marga : Betta
Jenis : Betta spp.
Cupang termasuk ikan bersifat karnivora yang memakan hampir semua
binatang kecil yang hidup di air. Sedangkan di tempat-tempat budidaya, beberapa
pakan alami yang umumnya diberikan yaitu daphnia, moina dan cacing tubifek.
Ikan cupang juga diketahui merupakan salah satu ikan predator jentik nyamuk,
dan pengontrol populasinya. Bahkan sebanyak 319 pupa Anopheles stephensi
pada wadah yang berisi 2 Liter air dapat dihabiskan dalam waktu satu hari (Gosh
et al., 2004; Lima et al., 2010).
Proses-proses morfogenetik dari siklus ontogenetik adalah dengan cara
destruksi sebagian sistem yang telah berkembang sebagai hasil perkembangan
sebelumnya. Organisme khususnya golongan hewan memiliki kemampuan untuk
memiliki dan memperbaiki kerusakankerusakan bagian tubuh secara ekstensif
baik akibat kecelakaan pada kondisi alamiah maupun akibat disengaja dalam
suatu percobaan. Pembentukan kembali proses-proses morfogenetik pada tahap
lanjut dari siklus ontogenetik adalah dengan cara destruksi sebagian sistem yang
telah berkembang sebagai hasil perkembangan sebelumnya. Organisme
khususnya golongan hewan memiliki kemampuan untuk memiliki dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan bagian tubuh secara ekstensif baik akibat
kecelakaan pada kondisi alamiah maupun akibat disengaja dalam suatu
percobaan. Kerusakan yang diperbaiki itu mungkin berupa pemulihan kerusakan
akibat hilangnya bagian tubuh utama umpamanya anggota badan mungkin hanya
berupa penggantian kerusakan-kerusakan terjadi dalam proses fisiologi biasa.
Dalam peristiwa tersebut nampak adanya suatu kemampuan organisme untuk
memperbaharui kembali bagian tubuh yang terganggu/rusak dan proses perbaikan
tersebut dengan regrenasi kembali. Adanya regenerasi pada organisme dewasa
mununjukkan suatu bukti bahawa medan morfogenesis tetap terdapat setelah
periode embrio, umpamanya regenerasi anggota badan yang hilang, dalam
prosesregenerisasi melibatkan berbagai proses yang serupa dengan yang terjadi
pada perkembangan embrionik, seperti bagaian yang rusak muncul sel-sel,
kemudian memperbanyak diri berhimpun menjadi jaringan dan akhirnya
mencapai keadaan yang berbeda. Lagi pula pada beberapa species regenerasinya
hanya terjadi hanya terjadi pada hewan dewasa saja, embrionya sama sekali tidak
memiliki kemampuan regenerasi, umpamanya suatu telur Ascida yang kehilangan
blastometernya akan berkembang menjadi larva yang tidak lengkap, misalnya lagi
Annelida yang kehilangan sel 4 d nya, akan kehilangan sebagian besar
mesodermnya, pada hal Ascida dan Annelida dewas sama-sama memiliki daya
regenerasi yang tinggi selama kehidupan dewasanya (Lukman, 2009).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang sangat
bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing, udang, ikan,
salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi
seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme
tersebut (Solang, 2009). Proses perbakan pertama pada regenerasi sirip ikan
adalah penyembuhan luka dengan penumbuhan kulit diatas luka tersebut,
kemudian suatu tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi terlihat. Tunas ini
menyerupai rupa yang mirip dengan tunas anggota tubuh pada embrio yang
sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuhyang sedang
beregenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan
jaringan lanjutnya yang menjadikan ekor dan kaki fungsional (Shao et al., 2009).

II. METODE
2.1. Alat dan Bahan
No. Alat Jumlah Bahan Jumlah
1. Mistar 1 buah Ikan Cupang (Betta 4 ekor
splendens)
2. Gunting 1 buah Hydrilla 2 buah
3. Toples 4 buah Air Secukupnya
4. Pakan ikan Secukupnya
2.2 Cara Kerja
Spesimen
 Mengisi toples dengan air kira-kira sepertiga bagian
 Menambahkan sedikit tumbuhan hydrilla
 Melakukan pemotongan ekor ikan dengan 4 cara yaitu lurus, segitiga,
miring dan ikan kontrol
 Memotong masing-masing 0,5 cm
 Memasukkan ikan yang telah dipotong ekornya kedalam toples
 Memberi label pada masing-masing toples
 Mengamati setiap 4 hari sekali selama 1 bulan
 Mengukur pertambahan panjang ekor ikan

Hasil

III. HASIL PENGAMATAN


3.1 Foto Morfologi Ikan Cupang
Gambar Literatur

1 8
7

6
4
5

(sumber: dok.pribadi, 2018) (Sumber: Adam, 2016)


Keterangan : 1. Mata
2. lubang hidung
3. tutup insang
4. sirip perut
5. sirip anal
6. ekor
7. sirip punggung
8. abdomen

3.2 Ukuran Panjang Ikan Cupang


No Jenis perlakuan Panjang awal Pangjang potongan Panjang akhir
1 Tidak dipotong 1 cm 0 cm 1 cm
2 Lurus 1 cm 0,5 cm 0,5 cm
3 Miring 1 cm 0,5 cm 0,5 cm
4 Segi tiga 1, 3 cm 0,8 cm 0,5 cm

3.3 Pengamatan Panjang Ekor Ikan Selama 28 Hari


No Hari/ tanggal Jenis perlakuan Panjang awal Panjang akhir Pertambahan
panjang
1 Hari ke - 0 Kontrol 1 cm 1 cm
Lurus 1 cm 0,5 cm
miring 1 cm 0,5 cm
segitiga 1,3 cm 0,5 cm

2 Hari ke - 4 Kontrol 1 cm 1,1 cm 0,1


Lurus 0,5 cm 0,58 cm 0,08
miring 0,5 cm 0,55 cm 0,05
segitiga 0,5 cm 0,6 cm 0,1

3 Hari ke – 8 Kontrol 1,1 cm 1,15 cm 0,05


Lurus 0,7 cm 0,74 cm 0,04
miring 0,67 cm 0,71 cm 0,04
segitiga 0,71 cm 0,8 cm 0,09

4 Hari ke – 12 Kontrol 1,15 cm 1,2 cm 0,05


Lurus 0,74 cm 0,78 cm 0,04
miring 0,71 cm 0,75 cm 0,04
segitiga 0,77 cm 0,8 cm 0,03

5 Hari ke – 16 Kontrol 1,2 cm 1,3 cm 0,1


Lurus 0,78 cm 0,83 cm 0,05
miring 0,75 cm 0,8 cm 0,05
segitiga 0,8 cm O,85 cm 0,05

6 Hari ke – 20 Kontrol 1,3 cm 1,3 cm 0


Lurus 0,83 cm 0,88 cm 0,05
miring 0,8 cm 0,85 cm 0,05
segitiga O,85 cm 0,89 cm 0,04

7 Hari ke - 24 Kontrol 1,3 cm 1,37 cm 0,07


Lurus 0,83 cm 0,9 cm 0,07
miring 0,8 cm 0,88 cm 0,08
segitiga O,85 cm 0,93 cm 0,08

8 Hari ke - 28 Kontrol 1,37 cm 1,4 cm 0,04


Lurus 0,9 cm 0,96 cm 0,06
miring 0,88 cm 0,91 cm 0,03
segitiga 0,93 cm 0,97 cm 0,04

3.4 Pengamatan Morfologi Ikan Cupang


No Pengamatan Gambar Keterangan
1 Mata Mata cupang berbentuk
bulat, sedikit menonjol.
Berwarna hitam dan
terletak di suisi kanan
dan kiri bagian kepala
ikan cupang.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)


2 Mulut Mulut ikan cupang
terletak di ujung kepala
cupang, dengan dua
bagian atas dan bawah,
terdapat gigi-gigi kecil
(hanya berupa bagian
kasar) pada bagian
dalamnya.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)


3 Lubang hidung Lubang hidung ikan
cupang terletak di atas
mulurnya, mengarah ke
samping agak sedidkit ke
atas, berupa sepasang
lubang dengan
permukaan berbentuk
lingkaran.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)


4 Sirip perut Sirip perut ikan cupang
berada di bagian bawah
abdomen, berada di
belakang sirip anal yang
berukuran lebih kecil.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)


5 Sirip anal Sirip anal pada ikan
cupang terdapat
sepasang sirip
memanjang di bagian
bawah abdomen,
tepatnya di depan sisip
perut ikan.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)


6 Sirip punggung Sirip punggung ikan
cupang memanjang di
bagian punggung ikan,
akan terbuka saat ikan
sedang berenang.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)


7 Ekor Ekor ikan cupang berada
pada bagian ujung
belakang tubuh ikan,
berfungsi sebagagai
pengarah saat ikan
sedang berenang.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)


8 abdomen Bagian abdomen (perut)
ikan cupang dilapisi sisik
yang menutupi seluruh
permukaannya.

(sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)

3.5 Grafik Pertambahan Panjang Ikan Cupang


3.6 Analisis Data
a) Kontrol

b) Lurus

c) Miring

d) Segitiga

IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan pengamatan pada keempat ikan cupang yang
diperlakukan dengan berbeda – beda pada ekornya, yaitu dipotong lurus, miring, segi
tiga dan tidak dipotong sama sekali atau dibiarkan (Kontrol). Ikan cupang yang
digunakan memiliki tubuh berwarna hitam kebiruan dan kemerahan, mempunyai sirip
ekor yang berwarna merah dan guratan berwarna giru, pada bagian sirip dada dan perut
berwarna merah dan guratan biru, sedangkan pada sirip punggung berwarna biru bintik
kehitamanan, bentuk kecing. Menurut Kottelat et al, (2016) penampakan warna pada
jenis ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, kematangan gonad,
genetik dan faktor geografi.
Sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan 8-9 jari-jari
lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan berakhir di belakang
dekat pangkal sirip kaudal, memiliki 1-4 jari-jari keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung
sirip anal berbentuk lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada,
memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih
panjang dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-jari
lunak (Djuhanda, 2011).
Berikut adalah klasifikasi ikan cupang adu (Betta spendens) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Osteichthyes
Ordo : Percomorphoidei
Famili : Antibantidae
Genus : Betta
Spesies : Betta splendens
Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili Anabantidae.
Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup seluruh ikan berlabirin.
Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat
dan memipih pada bagian belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut
terletak serong pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina
berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan
cupang jantan maupun betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping
(Djuanda, 2011).
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio.
Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus menimbulkan organisasi yang
kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi
seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi
yang berbeda dari proses perkembangan embrio (Kimball, 2002).
Dari tabel 3.2. ukuran panjang ikan cupang dapat diketahui bahwa dari keempat
jenis perlakuan awal praktikum pada keempat ikan memiliki hasil panjang potongan
yang berbeda – beda, diantaranya pada ikan control memiliki panjang akhir 1 cm, pada
ekor yang dipotong lurus memiliki panjang hasil 0,5 cm, pada ekor yang dipotong
miring memiliki panjang akhir 0,5 cm, dan pada ekor yang dipotong segitiga memiliki
panjang ekor 0,5 cm.
Pada tabel 3.3. pengamatan panjang ekor ikan yang dilakukan selama 28 hari dapat
diketahui bahwa setiap ikan yang dipotong ekornya dengan perlakuan yang berbeda –
beda mempunyai daya regenerasi atau kemampuan tubuh suatu organisme untuk
menggantikan bagian tubuh yang rusak sangat berbeda – beda pula. Selama 28 hari
pengamatan yang dilakukan dengan pengecekan selama 4 hari sekali diketahui bahwa
yang paling cepat berregenerasinya adalah yang pertama ikan control, kedua ikan yang
dipotong ekornya segitiga, ketiga ikan yang dipotong ekornya lurus dan yang terakhir
ikan yang dipotong ekornya miring. Hal ini disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal contohnya suhu, nutrisi yang berupa pakan yang diberikan,
suhu, umur ikan, dan lain lain. Sedangkan faktor internal yaitu salah satunya prilaku dari
ikannya itu sendiri.
Meurut Solang dan Lamondo (2009) mengatakan bahwa kemampuan hewan untuk
meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies ke spesies.
Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak
mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan
hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi sirip ikan adalah penyembuhan luka
dengan penumbuhan kulit diatas luka tersebut, kemudian suatu tunas-tunas sel yang
belum berdiferensiasi terlihat. Tunas ini menyerupai rupa yang mirip dengan tunas
anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari
anggota tubuh yang sedang beregenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi
otot, tulang dan jaringan lanjutnya yang menjadikan ekor dan kaki fungsional (Shao et
al., 2009).
Umur organisme mempengaruhi kemampuan regenerasi dengan meningkatnya
umur tanpa kemampuan regenerasi lenyap tampak kemampuan regenerasi lenyap secara
progesif. Kemampuan regenerasi berkurang dengan meningkatnya kompleksitas struktur
dan fisiologi. Regenerasi pada ikan termasuk kedalam tipe regenerasi epimorfosis yaitu
sel-sel terdifferensiasi, terspesialisasi, terspesifikasi membentuk sel-sel yang baru
(Kimball, 2002).
Kenaikan temperatur akan mempercepat proses regenerasi. Regenerasi menjadi
lebih cepat pada suhu 29,70C. Sistem syaraf juga diketahui dapat mempengaruhi
regenerasi. Makanan tidak begitu berpengaruh pada proses regenerasi. Rata-rata pada
hewan yang dipuasakan akan beregenerasi sesuai dengan kemampuan internalnya
sendiri. Faktor umur juga akan mempengaruhi daya regenerasi. Organisme makin tua,
daya regenerasi makin berkurang (Soeminto, 2000).
Dari grafik pertumbuhan panjang ekor ikan dapat diketahui bahwa :
1. Ikan I (Kontrol)
Ikan I tidak diberikan perlakuan pada ekornya dan dijadikan sebagai control. Ikan
kontrol digunakan sebagai pembanding dari ikan-ikan yang diberikan perlakuan untuk
memastikan apakah ekor ikan yang telah dipotong mengalami regenerasi. Pada ikan I ini
mengalami renegenerasi yang paling cepat, dari panjang awal 1 cm, hingga hari 28
memiliki Panjang ekor 1,4 cm.
2. Ikan II (Segitiga)
Panjang ekor ikan setelah dipotong 0,5 cm, dan setelah dipelihara selama 28 hari
ekornya bertambah Panjang. Dari panjang awalnya 0,8 cm, setelah 28 hari memiliki
panjang 0,97 cm. dilihat dari grafik pertumbuhan regenerasi pada ikan cupang yang
ekornya dipotong segitiga merupakan regenerasi yang tercepat kedua setelah kontrol.
3. Ikan III lurus
Panjang ekor ikan setelah dipotong 0,5 cm, dan setelah dipelihara selama 28 hari
ekornya bertambah panjang menjadi 0,96 cm. dilihat dari grafik pertumbuhan regenerasi
pada ikan cupang yang ekornya dipotong miring merupakan regenerasi yang tercepat
ketiga setelah kontrol.
4. Ikan IV miring
Panjang ekor ikan setelah dipotong 0,5 cm, dan setelah dipelihara selama 28 hari
ekornya bertambah panjang menjadi 0,91 cm. dilihat dari grafik pertumbuhan regenerasi
pada ikan cupang yang ekornya dipotong miring merupakan regenerasi yang tercepat
keempat setelah kontrol.
Perbedaan panjang hasil regenerasi pada ekor ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu salah satunya suhu lingkungan dan umur ikan. Jika suhu terlalu rendah maka daya
regenerasi menjadi lambat, sedangkan jika suku naik maka akan mempercepat proses
regenerasi. Begitu pula dengan faktor umur, jika semakin tua umur ikan maka daya
regenerasi ikan akan berkurang, sebaliknya jika umur ikan muda maka daya regenerasi
semakin cepat. Hal ini dijelaskan dalam litratur Kenaikan temperatur akan mempercepat
proses regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,70C. Sistem syaraf juga
diketahui dapat mempengaruhi regenerasi. Makanan tidak begitu berpengaruh pada
proses regenerasi. Rata-rata pada hewan yang dipuasakan akan beregenerasi sesuai
dengan kemampuan internalnya sendiri. Faktor umur juga akan mempengaruhi daya
regenerasi. Organisme makin tua, daya regenerasi makin berkurang (Soeminto, 2000).

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
proses regenerasi diawali penyembuhan luka dengan penumbuhan kulit diatas luka
tersebut, kemudian suatu tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi terlihat dan
berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lanjutnya yang menjadikan
ekor yang fungsional.

Daftar Pustaka
Adam. 2016. morfplogi dan Anatomi Ikan Cupang. Diakses di
http://morfologidananatomi.blogspot.com. Pada tanggal 5 Oktober 2018. [pukul06.50
WIB].
Agus, M., Y. Yusuf & B, Nafi. 2010. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami Daphnia, Jentik
Nyamuk Dan Cacing Sutera Terhadap Pertumbuhan Ikan Cupang Hias (Betta
splendens). PENA Akuatika. 2 (1) : 21-29.
Djuanda, T. 2011. Dunia Ikan. Penerbit Armico. Bandung
Gosh, A., I. Bhattacharjee & M. Ganguly. 2004. Efficacy Of Some Common Aquarium Fishes as
Biocontrol Agent of Readult Mosquitoes. Journal Penelitian Kesehatan 32 : 144–149.
Gumilang, B.I., I.K. Artawan & N.L.P. Widayanti. 2016. Variasi Intensitas Cahaya
Mengakibatkan Perbedaan Kecepatan Regenerasi Sirip Kaudal Ikan Cupang (Betta
splendens) Dipelihara Di Rumah Kos. Jurnal Jurusan Pendidikan Biologi. 4 (2) : 15-21.
Kimball, J.W. 2002. Biologi 2 Edisi 1. Erlangga, Jakarta.
Kottelat, Whitten, J.A., Wirjoatmodjo, S. & Kartikasari. 2016. Freshwater Fishes. Lampung :
Universitas Lampung
Kottelat, M. 2013. The Fishes Of The Inland Waters of Southeast Asia: A Catalogue And Core
Bibliography of The Fishes Known To Occur In Freshwaters, Mangroves And Estuaries.
The Raffles Bulletin Of Zoology. 27 (1) : 1-663.
Lima, J.W.O., L.P.G Cavalcanti, R.J.S. Pontes & J. Heukelbach. 2010. Survival of Betta
splendens Fish (Regan, 1910) in Domestic Water Containers And Its Effectiveness In
Controlling Aedes Aegypti Larvae (Linnaeus, 1762) In Northeast Brazil. Tropical
Medicine and International Health. 15 (12) : 1525-1532.
Lukman , Aprizal. 2009. Mekanisme Regenerasi Anggota Tubuh Hewan. Biospecies. 2 (2) : 43-
47.
Rachmawati, D., F. Basuki & T. Yuniarti. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Testis Sapi Dengan
Dosis Yang Berbeda Terhadap Keberhasilan Jantanisasi Pada Ikan Cupang (Betta Sp.).
Journal of Aquaculture Management and Technology. 5 (1) : 130-136.
Shao, Jinhui, Xioajing Qia N., Chengxia Z., Zenglu Xu. 2009. Fin Regeneratin from Tail
Segment with Musculature, Endoskeleton and Scales. Journal of Experimental Biology.
312 (1) : 1-8.
Solang, M., dan Lamodo, D. 2009. Peningkatan Pertumbuhan dan Indeks Kematangan Gonad
Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) Melalui Pemotongan Sirip Ekor. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan. 19 (3) : 143-149.

Shao, jinhui, Xiaojing, qian, Chengxia, zhang and Zenglu, xu. 2009. Fin Regeneratin from Tail
Segment with Musculature, Endoskleton and Scales. Journal of Experimental Biology,
312b:1-8.
Soeminto. 2000. Embriologi Vertebrata. Purwokerto : Unsoed
Solang, M. dan Lamondo, D. 2009. Peningkatan Pertumbuhan dan Indeks Kematangan Gonad
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L.) Melalui Pemotongan Sirip Ekor. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Vol 19(3): 143-149.

Anda mungkin juga menyukai