Anda di halaman 1dari 8

Nama: Dhita Zarah Fauziah

Nim: 141911133122
Kelas: C
Kelompok: 9
Hasil
Taksonomi : Udang windu
Kingdom : Animalia
Phylum : Athropoda
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Panaeidae
Genus : Panaeus
Species : Panaeus monodon
(Poerwanto, 2014)
GAMBAR UTUH UDANG
Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Harahap, 2017)
Udang windu atau Panaeus monodon tergolong dalam kelas malacostraca dan
termasuk ke dalam filum arthropoda. Udang ini memiliki ciri-ciri yaitu bagian kepala
dilindungi oleh karapas (cangkang kepala) dengan rostrum yang tajam melengkung. Pada
rostrum terdapat 7 atau 8 gerigi dan bagian bawah 2 atau 3 gerigi. Bagian mata terdapat mata
majemuk bertangkai yang dapat digerakkan. Mulut terletak di bagian bawah kepala
(mandibula) yang kuat. Memiliki antena dengan 2 pasang antenulla dan sepasang maxilliped.
Bagian badan (abdomen), terdiri dari 6 segmen yang satu dengan lainnya dihubungkan
dengan selaput tipis. Terdapat 5 pasang kaki renang (pleopod) yang melekat pada segmen
pertama sampai segmen ke lima. Segmen ke enam adalah bagian ekor (telson), berbentuk
kipas (uropod) dan diantaranya terdapat bagian yang runcing, yang disebut dengan telson.
Tubuh udang windu dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite.
Aktifitas berganti kulit luar atau eksoskleton secara perodik biasa disebut dengan istilah
moulting. Udang windu juga memiliki ciriciri kulit tubuh yang keras, berwarna hijau kebiru-
biruan dan bercorak lorengloreng besar. Udang windu dewasa memiliki ciri-ciri warna kulit
merah muda kekuningan dengan ujung kaki renang berwarna merah dan udang dewasa hidup
di laut (Pratiwi, 2018).

CARA BEDAH UDANG

Cara Bedah Udang Menurut Literatur

Udang windu atau Panaeus monodon yang akan diambil bagian organ-organ internalnya
untuk diamati disemprot dengan alkohol 70% merata ke seluruh tubuh udang. Alat yang
digunakan seperti pisau atau gunting untuk membedah juga disemprot alkohol 70%.
Pengambilan organ dilakukan dengan cara membuka bagian ventral udang menggunakan
gunting secara hati-hati sampai organ dalam udang terlihat. Masing-masing organ kemudian
digunting dan dipisahkan dengan organ-organ lainnya. Pengambilan organ-organ udang harus
dilakukan secara cepat agar menghindari lamanya kontak dengan udara bebas. Kemudian organ-
organ tersebut diamati satu persatu (Prayugi, 2014).
ORGAN – ORGAN DALAM
INSANG
Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Umami, 2012)

Pada insang udang windu atau Panaeus monodon insang berbulu (insang dalam)
bertaut pada segmen basal dari maksiliped kedua dan ketiga, dan bertaut pula dengan empat
kaki untuk berjalan yang pertama. Barisan insang kedua dan ketiga bertaut dengan barisan
insang luar. Insang-insang dalam itu terendam air dalam ruang insang (ruang di sebelah
bawah tiap karapase). Insang-insang itu mengandung pembuluh-pembuluh darah. Aliran air
dalam ruang insang terjamin karena adanya cabang dari maksila kedua (Jannah, 2015)
HEPATOPANKREAS
Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Musallamah, 2012)

Hepatopankreas pada udang windu secara histologis terlihat adanya tubulus distal dengan
lumen tubulus tidak mengalami perubahan. Bentuk hepatopankreas segitiga dan padat serta
berwarna coklat. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa udang normal dan nafsu makan dalam
kondisi bagus. Apabila hepatopankreas udang mengalami penyusutan dan berwarna coklat
kebiruan maka kondisi seperti ini mengindikasikan udang mengalami gangguan pencernaan atau
sudah mulai terinfeksi suatu penyakit. Parameter yang dapat digunakan untuk mengamati
hepatopankreas adalah bentuk dan warnanya (Nazaruddin, 2014).

PENCERNAAN (USUS DAN LAMBUNG)


Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Vibriani, 2015)

Pada umumnya sistem pencernaan udang dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung,
usus dan anus. Lambung udang windu dibedakan atas dua bagian yang besar (anterior) disebut
kamar kardiaka dan yang kecil adalah pylorus. Usus udang windu merupakan tabung kecil yang
mengarah ke arah posterior tubuh dan bermuara pada anus yang terletak pada permukaan ventral
telson dan di dalam usus terjadi penyerapan zat makanan oleh dinding usus. Makanan udang
pada prinsipnya yaitu hewan yang masih hidup antara lain siput, berudu, larva insekta dan ikan-
ikan kecil. Namun udang juga memakan material organik yang membusuk. Kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan pada kebanyakan udang adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral (Suhartini, 2014).

JANTUNG
Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Maharani, 2010)

Udang windu memiliki jantung yang terdapat di sebelah dorsal dalam sebuah perikardium.
Darah masuk melalui tiga pasang ostium, yaitu lubang-lubang bentuk valvuler. Darah itu di pompa
keluar melalui tujuh buah arteri, kemudian dikeluarkan melalui dalam ruang-ruang terbuka yang
disebut sinus. Sinus tersebut mengalirkan darah ke dalam kapiler-kapiler insang dan dari kapiler itu
darah memasuki jantung melalui perikardium (Jannah, 2015).
GONAD
Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Harahap, 2017)

Udang windu memiliki alat kelamin yang terpisah, baik testis maupun ovarium bilobat.
Testis melepaskan sperma pada duktus spermatikus menuju ke pori-pori di dasar pasangan kaki
untuk berjalan ke lima. Oviduk melepaskan telur dari ovarium ke lubang-lubang pada dasar
pasangan kaki untuk berjalan ke tiga. Stadium embrional berakhir ketika telur masih bertaut
dengan swimmeret-swimmeret hewan betina. Bahkan larva yang telah menetas pun tetap
bertaut di swimmeret-swimmeret untuk beberapa lama (Jannah, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
• Harahap, R., Wahyudi, D., dan Fathul. 2017. Pengenalan Organ Reproduksi Ikan dan
Udang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Borneo
Tarakan.
• Jannah, L. 2015. Kemelimpahan Jenis Udang (Crustacea) Di Aliran Sungai Kahayan
Kota Palangkaraya. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama
Islam Negeri Palangkaraya.
• Maharani, G., Triastuti, J., dan Juniastuti, T. 2010. Kerusakan dan Jumlah Hemosit
Udang Windu (Panaeus monodon) yang Mengalami Zhootamniosis. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga.
• Musallamah. 2012. Pengaruh Paparan Timbal (Pb) Terhadap Perubahan Histopatologis
Hepatopankreas Udang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
• Nazaruddin., Aliza, D., Aisyah, S., Zainuddin., dan Syafrizal. 2014. Gambaran
Histopatologis Hepatopankreas Udang Windu Akibat Infeksi Virus
Hepatopancreatica Parvovirus (HPV). Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
• Poerwanto, E. 2014. Pengontrol Kualitas Air Tambak Menggunakan Metode Fuzzy
Logic dan Kontrol On-Off Untuk Budidaya Udang Windu. Universitas
Dinamika.
• Pratiwi, R. 2018. Aspek Biologi dan Ablasi Mata Pada Udang Windu Panaeus monodon
Suku Penaeidae (Decapoda-Malacostraca). Oseana, Volume XIIII, Nomor
Tahun 2018: 34-47.
• Prayugi, T.I. 2014. Respon Pertumbuhan Sel Limfoid Udang Pada Media yang Berbeda.
Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga.
• Suhartini, N. 2014. Karakterisasi Genetik Udang Hasil Tangkapan dari Laguna Segara
Anakan, Cilacap, Jawa Tengah Berdasarkan Haplotipe DNA Mitokondria
dengan Menggunakan Metode PCR-RFLP. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
• Umami, F., Wisanti., dan Yuliani. 2012. Kerusakan Insang dan Pertumbuhan Udang
Windu (Panaeus monodon) di Tambak Keputih Surabaya yang Tercemar
Logam Timbal (Pb). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Surabaya.
• Vibriani, A. 2015. Pengenalan Mikroskop, Bahasa Anatomi dan Anatomi Hewan
Invertebrata. Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai