Anda di halaman 1dari 9

NAMA : PRIMA ALMIRA

NIM : 141911133172
KELAS/KEL. : C/9

Hasil
Taksonomi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arhtropoda
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei

GAMBAR UTUH UDANG

Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Supono, 2017)

Udang vaname merupakan spesies udang yang berasal dari benua Amerika.
Memiliki ciri khas tubuh berwarna putih kekuningan dan dilapisi kulit keras-tipis yang
disebut kitin. Kakinya berwarna putih, sehingga biasa dikenal dengan nama white leg
shrimp atau pacific leg shrimp. Ukurannya tubuh udang vaname jauh lebih kecil
dibandingkan dengan udang-udang konsumsi lainnya, seperti udang windu atau udang
jrebung. Udang vaname dapat dibudidayakan pada tambak dengan salinitas 5-35 permil
(Amri dan Kanna, 2018).
Tubuh udang vaname terdiri dari 19 segmen. 5 segmen pertama berada pada
bagian kepala (cephal), 8 segmen selanjutnya berada di bagian dada thorax, dan 6
segmen terakhir berada di bagian abdomen. Kepala dan dada pada udang bersatu
membentuk cephalotorax. Cephalotorax dilindungi kulit kitin tebal yang disebut dengan
karapas. Pada insang terdapat angenulla (sungut kecil), scophocerit (sirip kepala),
antenna (sungut besar), mandibula (rahang), 2 pasang maxilla (alat pembantu rahang),
3 pasang maxilliped, dan 3 pasang kaki jalan (periopoda) yang pada ujungnya terdapat
capit yang disebut chela (Supono, 2017).
Bagian kepala depan kepala yang memanjang dan menjorok dengan bagian tepi
yang bergerigi disebut dengan rostrum atau cucuk. Terdapat 9 gerigi pada bagian atas
dan 2 gerigi pada bagian bawah. Mata terletak di bawah pangkal kepala.
Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang atau pleopoda yang berfungsi
sebagai alat gerak dan kemoreseptor. Sementara satu segmen terakhir pada abdomen
membentuk ekor kipas yang terbentuk dari 2 pasang uropoda dan telson. Telson
berfungsi sebagai alat bantu udang untuk melompat ketika sedang berada dalam situasi
yang berbahaya.
CARA BEDAH UDANG
Cara bedah udang menurut literatur

Udang yang akan dibedah terlebih dahulu dibersihkan dengan cara disemprot
menggunakan alkohol 70% secara merata ke seluruh tubuh. Alat yang akan digunakan
untuk membedah juga disterilkan dengan alkohol 70%.
Pembedahan dimulai dengan memotong karapas pada sisi laterah secara hati-hati
agar tidak melukai insang. Selanjutnya membuat potongan longitudinal pada sisi ventral
dari bagian posterior hingga ke anterior hingga organ terlihat. Apabila hendak
mengambil organ, organ dipisahkan dari bagian lainnya secepat menggunakan gunting
untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara bebas (Laeli, 2019; Prayugi, 2014).
ORGAN – ORGAN DALAM
INSANG

Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Dewangan et al., 2015)

Udang memiliki insang dalam atau insang berbulu yang bertaut pada segmen
basal dari maksiliped kedua dan ketiga, serta empat kaki jalan yang pertama. Barisan
insang kedua dan ketiga bertaut dengan barisab insang luar. Insang dalam terendam
dalam air pada ruang insang di sebelah bawah tiap karapas. Aliran air dalam ruang
insang terjamin dengan adanya ember air yang merupakan cabang maksila kedua.
Insang tersebut mengandung pembuluh darah (Syafrudin, 2016).
HEPATOPANKREAS

Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Sanathkumar et al., 2014)

Hepatopankreas merupakan organ pada udang yang memiliki fungsi seperti hati
dan pankreas pada mamalia. Hepatopankreas terletak di bagian kepala dengan berat
kurang lebih 2-6% dari total berat badan keseluruhan. Pada kondisi normal berbentuk
segitiga dan berwarna kecokelatan. Apabila ukurannya mengalami penyusustan dan
warnanya cokelat kebiruan, mengindikasikan bahwa telah terjadi gangguan dalam tubuh
udang tersebut (Kilawati, 2014).
Organ ini terbentuk dari tubula kecil yang saling berhubungan sehingga
membentuk tubula besar yang selanjutnya berhubungan dengna perut. Tiap-tiap tubula
ini terdiri dari B-cell (sel basal), E-cell (sel epitel), F-cell (sel yang mensekresi enzim
pencernaan), dan R-cell (sel yang menyimpan cadangan lemak).
Hepatopankreas pada udang memiliki peran dalam detoksifikasi, sekresi enzim
penceranaan, menyimpan hasil penceranan, eksresi zat sisa metabolisme, metabolism
lemak dan karbohdrat, dan distribusi nutrisi ke seluruh bagian tubuh, terutama saat
sedang dalam fase molting (Musallamah, 2012).
PENCERNAAN (USUS DAN LAMBUNG)

Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Huang et al., 2020)

Lambung udang terdiri dari bagian kardiak dan bagian pilorik, berlanjut hingga ke usus
dan anus. Lambung kardiak terdiri dari alat penggerus makanan. Sementara pada
lambung pilorik terdapat enzim yang disekresi oleh kelenjar digesti (kelenjar hepatic)
(Damayanti, 2018).
Menurut Sonakowska et al., (2015) usus pada udang berbentuk seperti tabung atau pipa
yang memanjang yang terletak pada bagian dorsal tubuh. Terbentuk dari jaringan epitel
sederhana yang memisahkan antara rongga tubuh dengan otot visceral.

JANTUNG

Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Thuong, 2016)

Jantung udang terletak pada bagian dorsal thorax, berbentuk persegi, dan memiliki 3
pasang ostia. Terdapat 5 buah arteri interior dan sebuah arteri abdomen di posterior yang
berfungsi sebagai jalan keluar darah dari jantung. Arteri sternum keluar dari posterior
jantung atau pangkal arteri abdomen, turun ke ventral melalui salah satu sisi saluran
penccernaan dan antara benang saraf ventral, lalu terbagi menjadi arteri subneuron anterior
dan arteri subneuron posterior. Masing-masing areteri tersebut memasok darah ke sinus
darah di seluruh organ tubuh yang selanjutnya dikumpulkan sinus sternum besar pada
ventral thorax. Selanjutnya darah mengalir ke insang melalui saluran darah masuk hingga
kembali ke jantung melalui sinus pericardium dan ostia (Denangga, 2018).

GONAD

Gambar menurut literatur beserta keterangan

(Anam et al., 2016)

Menurut Pratiwi (2018) alat kelamin pada udang jantan disebut petasma yang
terletak diantara kaki renangn pertama. Sementara saluran kelamin pada induk jantan
disebut gonophore dan terletak diantara pangkal kaki jalan ketiga. Sistem reproduksi pada
udang jantan terdiri atas testis, vas deferens, apendiks maskulina, dan petasma. Gonad
pada udang jantan yang sudah dewasa akan membentuk testis yang dapat menghasilkan
sperma.
Sementara alat kelamin udang betina disebut dengan thelycum yang teletak diantara
kaki jalan keempat dan kelima. Sistem reproduksi betina tersusun atas sepasang ovarium,
oviduk, thelycum, dan lubang genital. Ovarium atau indung telur yang sudah matang akan
menghasilkan telur dalam jumlah banyak. Telur tersebut merekat pada dinding ovarium
dan bergerompbol seperti anggur hingga meluas sampai ke bagian ekor.
Pada saat kawin, sperma akan dikeluarkan ke dalam kantung sperta atau
spermatophore. Spermatophore dilekatkan pada thelycum (alat kelamin betina) dan
disimpan hingga peneluran dengan bantuan petasama. Setelah telur dikeluarkan,
spermatophore akan pecah sehingga sel sperma dapat membuahi telur di luar tubuh
induknya.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. dan I. Kanna. 2018. Budidaya Udang Vaname secara Intensif, Semi Intensif, dan
Tradisional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anam, C., A. Khumaidi, dan A. Muqsih. 2016. Manajemen Produksi Naupli Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Gelung Balai Perikanan
Budidaya Air Payau (BPAP) Situbondo Jawa Timur. Jurnal Ilmu Perikanan, 7(2): 57-
65.
Damayanti, N. E. R. 2018. Morfologi, Siklus Hidup serta Epidemiologi Crustacea. Akademi
Analis Kesehatan Borneo Lestari. Banjarbaru.
Denangga, W. P. 2018. Crustacea. Universitas Brawijaya. Malang.
Dewangan, N. K., A. Gopalakrishnan, D. Kannan, N. Shettu, dan R. R. Singh. 2015. Black Gill
Disease of Pacific White Leg Shrimp (Litopenaeus vannamei) by Aspergillus flavus,
Journal of Coastal Life Medicine, 3(10): 761-765.
Effendy, V. V. 2019. Anatomi Hewan Invertebrata. Program Studi Biologi. Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Huang, Z., Zeng, S., Xiong, J. et al. 2020. Microecological Koch’s Postulates Reveal that
Intestinal Microbiota Dysbiosis Contributes to Shrimp White Feces Syndrome.
Mycrobiome, 8(32): 2-13.
Kilawati, Y. 2014. Pengaruh Serangan WSSV Terhadap Morfologi, Tingkah Laku, dan
Kelulushidupan SPF Udang Vannamei Indonesia yang Dipelihara dalam Lingkungan
Terkontrol. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Musallamah. 2012. Pengaruh Paparan Timbal (Pb) Terhadap Perubahan Histopatologis
Hepatopankreas Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Mann). Tugas Akhir.
Jurusan Biologi. Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.
Pratiwi, R. 2018. Aspek Biologi dan Ablasi Mata pada Udang Windu Penaeus monodon Suku
Penaeidae (Decapoda: Malacostraca). Oseana, XLIII(2): 34-47.
Prayugi, I. T. 2014. Respon Pertumbuhan Kultur Sel Limfoid Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) pada Media yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Sanathkumar, H., C. Ravi, S. B. Padinhatupurayii, M. Moi, J. K. Prasad, dan B. B. Nayak. 2014.
Microbiological Investigation of Persistent Mortalities in Litopenaeus vannamei Grown
in Low Saline Waters in India. Journal of Aquatic Animal Health, 26: 154-159.
Sonakowska, L., A. Wlodarczyk, I. Poprawa, et al. 2015. Structure of Ultrastructure of the
Endodermal Region of the Alimentary Tract in the Freshwater Shrimp N. heteropoda
(Crustacea, Malacostraca). PLoS ONE, 10(5): 1-22.
Supono. 2017. Teknologi Produksi Udang. Yogyakarta: Plantaxia.
Syafrudin. 2016. Identifikasi Jenis Udang (Crustacea) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan
Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Skripsi. Jurusan Pendidikan MIPA.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama islam Negeri Palangkaraya.
Palangkaraya.
Thuong, K. V. 2016. Experimental Studies on the Portal of Entry of White Spot Syndrome Virus
in Penaeus vannamei. Thesis. Laboratory of Virology. Department of Virology,
Parasitology, and Immunology. Faculty of Veterinary Medicine. Ghent University.
Belgium.

Anda mungkin juga menyukai