Anda di halaman 1dari 7

Moon Jellyfish

Ubur – ubur

Aurelia aurita L.

Gambar 1. Aurelia aurita (Linnaeus, 1758 (Khair, 2018)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Cnidaria

Classis : Schypozoa

Ordo : Semaeostomeae

Familia : Ulmaridae

Genus : Aurelia

Species : Aurelia aurita L.

(https://itis.gov/)
Deskripsi

Berdasarkan pengamatan yang saya temukan di dangkalan Pantai Nirwana


yaitu objek Aurelia aurita L. merupakan spesies dari filum cnidaria pada kelas
schypozoa. Ukuran tubuhnya sekitar 16 cm dengan warna bening yang jernih.
Aurelia aurita L. memiliki mulut tetapi tidak memiliki anus dan pencernaan
makanan nya hanya berupa rongga gastrovaskular.

Ubur –ubur (Aurelia aurita) termasuk sejenis binatang laut dalam kelas
Scyphozoa, berbentuk payung berumbai, berbau amis dan gatal apabila tersentuh
(Sulistyowibowo, dkk. 2013). Ubur-ubur memiliki sel penyengat (nematosis)
yang terdapat pada tentakelnya, bahkan ada jenis yang dapat menyebabkan
hemolisis karena racun dari sel nematosisnya (Physaliautriculus).Sel nematosis ini
menyengat dan menimbulkan rasa gatal (Rahmah dan Indra, 2017).

Pada dasarnya ada 2 faktor biologis yang mempengaruhi ukuran populasi


medusa: (1) kelimpahan polip bentik, yang bereproduksi secara aseksual dan
mengalami strobilasi musiman untuk melepaskan planktonik dan (2) mortalita
sephyrae sebelum rekrutmen ke tahap medusa. Banyak pengetahuan telah
terkumpul tentang stok polip dalam studi sebelumnya; di antara berbagai factor
lingkungan, peningkatan suhu (yaitu pemanasan global), pasokan makanan (yaitu
eutrofikasi) dan atau struktur buatan dengan permukaan yang menjorok
mempercepat laju reproduksi aseksual polip, sehingga meningkatkan populasi
polip (Fu, Zhilu. dkk. 2014)

Distribusi

Potensi ubur-ubur di Indonesia cukup besar karena Negara ini adalah


Negara maritim, luas perairan laut Indonesia diperkirakan 5,8 juta km2
dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu sepanjang 81.000 km. Indonesia
memiliki sepuluh jenis ubur-ubur yang dapat dikonsumsi, namun Indonesia masih
jauh tertinggal dari Vietnam dalam industry pengolahannya. Padahal produksi
ubur-ubur Vietnam di alamnya jauh dibawah Indonesia. Keberadaan ubur-ubur
di Indonesia relative melimpah, namun sering diabaikan sehingga informasi
mengenai sumber daya biota ubur – ubur relative sedikit. Keterbatasan
pengetahuan identifikasi kurang baik dan kurangnya informasi ilmiah maka
kelimpahan ubur-ubur di perairan Indonesia belum banyak diketahui (Rahmah
dan Indra, 2017).

Ubur – ubur merupakan karnivora yang hidup di laut dan jenisnya amat
beragam, dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran raksasa.
Diperkirakan ada sekitar 200 spesies ubur-ubur yang hidup di lautan
khususnya wilayah Indonesia. (Sulistyowibowo, dkk. 2013). Medusae dalam
genus Aurelia telah dilaporkan terjadi di lautanduniadari 70 ° LU sampai 40 ° S di
mana mereka berada paling sering ditemukan di sepanjang rakkontinental atau
dekat dengan pulau-pulau besar. (GambilldanJarms, 2014).

Aurelia aurita L. lebih suka hidup di perairan yang masih terdapat


pengaruh estuary karena ada daerah estuari ini terdapat banyak material organic
untuk makanannya sehingga Aurelia aurita L. lebih banyak ditemukan di tepi
pantai. Perairan pesisir dan estuary merupakan daerah yang kaya unsure hara,
karena kaya akan unsurhara dan jasa drenik makanan alami, maka daerah ini
merupakan daerah pengasuhan (nursery ground) dan daerah tempat mencari
makanan (feeding ground) bagi berbagai jenis biota laut. Nutrient dari sungai
menjadikan estuari, seperti lahan basah, salah satu bioma paling produktif
Aurelia aurita L. lebih banyak didapatkan di dekat pantai dari pada di tengah
laut.Ubur-ubur lebih banyak ditemukan di perairan dangkal dan adanya aliran air
tawar dari sungai atau rawa mangrove. (Rahmah dan Indra, 2017).

Etiologi

Aurelia aurita L .tidak diragukan lagi spesies scyphozoan yang paling


banyak diteliti, tahap ephyra masih sangat dipahami. Untuk meramalkan
kemungkinan wabah Aurelia aurita L. sebelum musim bunga medusa, penelitian
lebih lanjut diperlukan tidak hanya untuk menyelidiki dinamika populasi ephyra
tetapi juga untuk mengidentifikasi penyebab kematian untuk ephyrae liar, yang
rentan terhadap kekurangan makanan dan atau kehilangan predasi (Fu, Zhilu. dkk.
2014).
Kondisi cuaca dan gelombang mempengaruhi penangkapan Aurelia aurita
L. dimana Aurelia aurita L. muncul kepermukaan hanya ketika gelombang laut
tenang. Pada saat air laut pasang Aurelia aurita L. berenang di dekat pantai dan
pada saat pasang surut Aurelia aurita L. lebih banyak berenang di tengah laut atau
menjauhi pantai (Rahmah dan Indra, 2017).

Status konsevasi

Untuk komoditas ubur-ubur, produksi yang dapat dihasilkan


diperkirakan berkisar antara 100 sampai dengan 500 ton/bulan. (RahmahdanIndra,
2017). Meskipun> 100 tahun penelitian tentang Aurelia, taksonomi genusnya
masih belum jelas. Genus awalnya digambarkan sebagai 'Aurellia', yang mana
diubah menjadi ‘Aurelia’. Ia memiliki tiga spesies: A. aurita, Pasifik A. labiatadan
A. maldivensis dari Samudera Hindia (Gambill dan Jarms, 2014).

Perdebatan ada pada apakah A. labiata dan atau A. limbata adalah anggota
genus yang valid. Menggambarkan enam spesies Aurelia yang berbeda,
sedangkan menyatakan bahwahanya A. aurita dan A. limbata adalah spesies yang
valid. Memberikan deskripsi baru tentang A. labiata dan melaporkan nya menjadi
endemik di wilayah pesisir PasifikTimur. Meskipun tiga spesies (A. aurita, A.
labiata dan A. limbata) saat ini secara morfologis dianggap terdiri dari genus,
analisis genetic telah menunjukkan situasi yang lebih kompleks, termasuk lima
spesies samar Aurelia di Pasifik Utara dan hingga Sembilan spesies di seluruh
dunia. (Gambill dan Jarms, 2014).

Etnozoologi

Ubur-ubur memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai sumber


devisa melalui ekspor. Ubur-ubur diekspor dalam bentuk segar atau dengan
sederhana pengolahan, yaitu dengan penggaraman untuk meningkatkan daya
tahan dan memudahkan proses pengolahan lebih lanjut. Ubur-ubur diduga
mengandung nilai gizi tinggi, yang meliputi protein, asam amino, asam lemak,
vitamin dan mineral. Ubur-ubur yang ditemukan di beberapa lokasi penangkapan
ikan di Indonesia masih merupakan komoditas dengan hasil tangkapan yang
diperlukan penelitian lebih lanjut agar menjadi bahan pangan yang bermanfaat.
Kandungan ubur-ubur gizi yang khas adalah asam lemak (Abdullah,dkk. 2015)

Ubur-ubur dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembuatan makanan


dan industri. Umumnya ubur – ubur dianggap binatang beracun, namun ada
beberapa jenis yang dapat dikonsumsi misalnya ubur – ubur pantai (Aurelia sp.)
Aurelia aurita juga memiliki kandungan MgO yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber material baku keramik tahan api. Ubur – ubur termasuk jenis yang
diperdagangkan, berdasarkan indeks spesialisasi perdagangan, terlihat bahwa ubur
– ubur merupakan komoditas ekspor yang mapan. Ubur – ubur belum
dimanfaatkan secara optimal di Indonesia, sehingga lebih banyak diekspor keluar
negeri, disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai
manfaat dan pengolahan ubur - ubur (Rahmah dan Indra, 2017).
REFERENSI

Asadatun, Abdullah. dkk. (2015). “Fatty Acid Profile of Jellyfish (Aurelia aurita)

as a Source Raw Material of Aquatic Result Rich Beneft.” International

Journal of Chemical and Biomolecular Science, 1(1), 12 – 16.

Firdawati Febrina Rahmah dan Indra Junaidi Zakaria. (2017). “Kelimpahan Ubur

- Ubur (Aurelia aurita L.) di Perairan Pantai Batu Kalang Tarusan,

Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.” Dinamika Lingkungan

Indonesia, 4(1), 1 – 7.

Maria Gambill dan Gehard Jarms. (2014). “Can Aurelia (Cnidaria, Schypozoa)

species be differentiated by comparing their scyphistomae and ephyrae?.”

European Journal of Taxonomy, 107(1), 1-23

Wahyu, Sulistyowibowo. dkk. (2013). “Analisis Asam Amino dan Mineral

Essensial Pada Ubur – Ubur (Aurelia aurita).” JKK, 2(2), 101 – 106.

Zhilu, Fu. dkk. (2014). “Body size reduction under starvation, and the point of no

return, in ephyrae of the moon jellyfish Aurelia aurita.” Marine Ecology

Progress Series, 510(1), 255 – 263.

Anda mungkin juga menyukai