MATERI KE-4
“PEMBUATAN PREPARAT DAN PEWARNAAN”
Adapun tahapan pembuatan preparat histologi menurut Kahfi, et al., (2017) yakni
sebagai berikut:
a. Tahap Fiksasi
Sampel hati diambil untuk diamati jaringannya. Kemudian jaringan tersebut
direndam dalam larutan formalin 10% selama 24 jam.
b. Tahap Dehidrasi
Tahap dehidrasi dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam botol yang
berisi alkohol. Alkohol yang digunakan dengan seri naik. Dimana terdiri dari alkohol
70%, alkohol 80%, alkohol 96% dan alkohol absolut, masing-masing selama 1 jam.
c. Tahap Clearing
Tahap clearing digunakan untuk mentransparankan serta menggantikan larutan
alcohol dari jaringan. Tahap ini juga dapat disebut dengan proses pengeluaran xylol
dari jaringan. Dilakukan dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan xylol 1
selama dan xylol 2, masing-masing selama 1 jam.
d. Tahap Impregnasi
Tahap impregnasi bertujuan untuk menyamakan keadaan jaringan dengan bahan
pengeblokan (embedding). Dilakukan dengan mencelupkan bahan ke paraffin cair
dengan suhu 56-60°C selama 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan mencelupkan
kembali ke dalam paraffin cair dengan suhu 56-60°C selama 2 jam.
g. Tahap Mounting
Tahap ini merupakan prosedur terakhir dalam pembuatan preparat sebelum
diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Tahapan ini bertujuan untuk
mempermudah saat pengamatan. Sampel ditetesi dengan entellan newditutupi cover
glass dengan hati-hati agar tidak timbul gelembung, kemudian dikeringkan dalam
oven 45°C. Sampel yang sudah kering ini diamati dengan mikroskop binokuler
dengan pembesaran 400x dan gambar diambil dengan menggunakan kamera digital.
2. Sebutkan larutan fiksasi apa saja yang biasa digunakan pada ikan dan udang!
Pemilihan larutan fiksatif yang digunakan tergantung kepada jenis pewarnaan dan
jenis molekul yang ingin dilindungi. Saat ini larutan netral buffer formalin merupakan
fiksatif yang paling baik dipakai untuk pemeriksaan histopatologik (Musyawirah dan
Agus, 2018).
Beberapa larutan fiksatif yang digunakan dalam histologi ikan dan udang, yakni
diantaranya sebagai berikut (Musyawirah dan Agus, 2018) :
mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah
lebih lanjut (Gamaliel, 2016). Sedangkan pewarnaan histokimia yaitu suatu teknik
yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan komponen-komponen yang terdapat
dalam struktur jaringan atau sel seperti protein, lemak, karbohidrat, hormon ataupun
enzim (Safrida, 2012).
- Berdasarkan asal :
a.) Zat warna alamiah
Berasal dari tumbuhan atau hewan. Misal : Hematoxylin
b.) Zat warna sintetis
Dibuat di pabrik. Misal : Crystal violet, Anilin blue, Malachit green, dan Safranin.
- Berdasarkan sifat :
a.) Zat warna asam
Garam-garam dari asam pembawa warna dan radikal basa tak berwarna. Misal :
Asam fuchsin dan Eosin.
b.) Zat warna basa
Garam-garam dari basa pembawa warna dan radikal asam tak berwarna Misal :
Basic fuchsin dan Hematoxylin.
- Berdasarkan kemampuan:
a.) Zat warna substantif
Mampu langsung mewarnai jaringan. Misal : Eosin, Safranin, Fast green, dan
Yanus green.
b.) Zat warna ajektif
Berfungsi dengan baik bila dibantu zat lain (zat mordan). Misal : Hematoxylin.
DAFTAR PUSTAKA
Musyawirah, Z., dan Agus, S. 2018. Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik.
Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas Padang. Padang.
Safrida. 2012. Deteksi Senyawa Mukopolisarida dengan Pewarnaan Alcian Blue pada
Ovarium dan Uterus Tikus Putih Rattus norvegius. Laboratorium
Pendidikan Biologi . Jurnal Pendidikan Biologi. Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh. 1 (1) : 1-4.