Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI IKAN

MATERI KE-4
“PEMBUATAN PREPARAT DAN PEWARNAAN”

NAMA : DEVINDA CHINTYA HERLANDIN


NIM : 141911133138
KELAS :B
KELOMPOK :9
ASISTEN : SALSABILLA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
Penuntun Praktikum Histologi

Hasil dan Pembahasan

1. Sebutkan dan jelaskan tahapan pembuatan preparat histologi (literatur)!

Adapun tahapan pembuatan preparat histologi menurut Kahfi, et al., (2017) yakni
sebagai berikut:

a. Tahap Fiksasi
Sampel hati diambil untuk diamati jaringannya. Kemudian jaringan tersebut
direndam dalam larutan formalin 10% selama 24 jam.

b. Tahap Dehidrasi
Tahap dehidrasi dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam botol yang
berisi alkohol. Alkohol yang digunakan dengan seri naik. Dimana terdiri dari alkohol
70%, alkohol 80%, alkohol 96% dan alkohol absolut, masing-masing selama 1 jam.

c. Tahap Clearing
Tahap clearing digunakan untuk mentransparankan serta menggantikan larutan
alcohol dari jaringan. Tahap ini juga dapat disebut dengan proses pengeluaran xylol
dari jaringan. Dilakukan dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan xylol 1
selama dan xylol 2, masing-masing selama 1 jam.

d. Tahap Impregnasi
Tahap impregnasi bertujuan untuk menyamakan keadaan jaringan dengan bahan
pengeblokan (embedding). Dilakukan dengan mencelupkan bahan ke paraffin cair
dengan suhu 56-60°C selama 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan mencelupkan
kembali ke dalam paraffin cair dengan suhu 56-60°C selama 2 jam.

e. Tahap Pengeblokan (Embedding) dan Pemotongan (Sectioning)


Tahapan ini bertujuan untuk memudahkan penyayatan dengan menggunakan
mikrotom. Sebelum dipotong blok paraffin ditempatkan pada blok bantalan es agar
cepat membeku dan padat serta tidak pecah pada saat pemotongan. Setelah
penyayatan bahan yang sudah diblok selesai, langkah berikutnya adalah memasukkan
hasil sayatan ke dalam waterbath (suhu 45°C), kemudian pilih hasil sayatan yang

S1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Penuntun Praktikum Histologi

terbaik dan siapkan obyek glass untuk persiapan pewarnaan HE (Haematoxylin


Eosin). Kemudian keringkan pada oven dengan suhu 45°C selama 24 jam.

f. Teknik Pewarnaan Jaringan dengan Menggunakan HE (Haematoxylin Eosin)


Pewarnaan dengan menggunakan HE dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu
deparafinisasi, hidrasi, cat utama, dehidrasi dan clearing. Hematoxylin akan
mewarnai nucleus dan eosin akan mewarnai sitoplasma. Parafin yang mengikat
sampel dilarutkan dalam xylol 1 dan xylol 2 masing- masing 2 menit dan selanjutnya
dilakukan rehidrasi dalam alkohol seri turun (alkohol absolut, 90%, 80%, 70%, 35%
masing- masing 2 menit) dan dicuci dengan air mengalir secukupnya.
Kemudian sampel direndam dalam larutan hematoxylin selama 5 menit, kemudian
dicuci dengan air mengalir secukupnya. Sampel direndam dalam eosin selama 2
menit, sesudah itu sampel dicuci dengan air mengalir secukupnya sampai bening.
Kemudian sampel dicelupkan dalam alkohol seri naik (alkohol 70%, 80%, 90% dan
alkohol absolut) masing-masing 20 detik dan dimasukkan dalam xylol 1 dan xylol 2

g. Tahap Mounting
Tahap ini merupakan prosedur terakhir dalam pembuatan preparat sebelum
diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Tahapan ini bertujuan untuk
mempermudah saat pengamatan. Sampel ditetesi dengan entellan newditutupi cover
glass dengan hati-hati agar tidak timbul gelembung, kemudian dikeringkan dalam
oven 45°C. Sampel yang sudah kering ini diamati dengan mikroskop binokuler
dengan pembesaran 400x dan gambar diambil dengan menggunakan kamera digital.

2. Sebutkan larutan fiksasi apa saja yang biasa digunakan pada ikan dan udang!

Pemilihan larutan fiksatif yang digunakan tergantung kepada jenis pewarnaan dan
jenis molekul yang ingin dilindungi. Saat ini larutan netral buffer formalin merupakan
fiksatif yang paling baik dipakai untuk pemeriksaan histopatologik (Musyawirah dan
Agus, 2018).

Beberapa larutan fiksatif yang digunakan dalam histologi ikan dan udang, yakni
diantaranya sebagai berikut (Musyawirah dan Agus, 2018) :

S1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Penuntun Praktikum Histologi

a.) Phosphate Buffer Formalin / Neutral Buffer Formalin (NBF) 10% :


NBF paling umum digunakan untuk histologi ikan. Larutan ini tidak banyak
membuat perubahan jaringan, memfiksasi jaringan lebih detail, biasanya waktu
fiksasi 8-24 jam saja. Terdiri dari bahan : 100 mL Formaldehyde (37-40%), 900 mL
Aquades, 4 gr NaH2PO4H2O, dan 6-6,5 gr Na2HPO4.

b.) Larutan Bouin’s :


Digunakan untuk organ keras seperti insang, mata, tulang. Karena mengandung
asam asetat dan asam pikrat, larutan ini akan membentuk protein pikrat yang larut
dalam air sehingga harus dipindahkan ke dalam alkohol 50-79%. Terdiri dari bahan :
750 mL Picric acid, 250 mL Formaldehyde (37-40%), dan 50 mL Asam asetat
glasial.

c.) Larutan Lillie’s :


Keunggulan larutan ini dibandingkan dengan Bouin’s ialah adanya asam
formiat yang menjadikan kemampuan dekalsifikasinya lebih kuat dibandingkan asam
asetat. Fiksasi dilakukan selama 1-2 hari. Warna kuning dapat dihilangkan dengan
merendam dalam alkohol 70-80% selama 2-3 hari. Bahan : 850 mL Picric acid, 100
mL Formaldehyde (37-40%), dan 50 mL Formic acid.

d.) Larutan Dietrich’s :


Larutan ini dapat memfiksasi sel dengan sedikit pengerutan.Jaringan yang
disimpan dalam larutan ini untuk waktu yang lama harus dibilas dengan air mengalir
selama 24 jam untuk mencegah pembentukan presipitat hitam formalin. Larutan ini
cocok untuk fiksasi ikan utuh dan jaringan ikan. Terdiri dari bahan : 750 mL
Formaldehyde (37-40%), 100 mL Glycerol, 100 mL Glacial acetic acid, 300 mL,
Absolute alcohol, dan 300 mL Distilled Water.

3. Apa yang dimaksud pewarnaan histologi dan pewarnaan histokimia!

Pewarnaan histologi adalah teknik pewarnaan yang digunakan untuk


memberikan warna pada organel sel sehingga lebih mudah diamati di bawah
mikroskop, Pewarnaan histologi merupakan suatu ilmu atau seni dalam

S1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Penuntun Praktikum Histologi

mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah
lebih lanjut (Gamaliel, 2016). Sedangkan pewarnaan histokimia yaitu suatu teknik
yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan komponen-komponen yang terdapat
dalam struktur jaringan atau sel seperti protein, lemak, karbohidrat, hormon ataupun
enzim (Safrida, 2012).

4. Sebutkan macam dan fungsinya dari pewarnaan histologi dan histokimia!

Dalam pewarnaan histologi, terdapat beberapa jenis teknik pewarnaan, diantaranya :

- Berdasarkan asal :
a.) Zat warna alamiah
Berasal dari tumbuhan atau hewan. Misal : Hematoxylin
b.) Zat warna sintetis
Dibuat di pabrik. Misal : Crystal violet, Anilin blue, Malachit green, dan Safranin.

- Berdasarkan sifat :
a.) Zat warna asam
Garam-garam dari asam pembawa warna dan radikal basa tak berwarna. Misal :
Asam fuchsin dan Eosin.
b.) Zat warna basa
Garam-garam dari basa pembawa warna dan radikal asam tak berwarna Misal :
Basic fuchsin dan Hematoxylin.

- Berdasarkan kemampuan:
a.) Zat warna substantif
Mampu langsung mewarnai jaringan. Misal : Eosin, Safranin, Fast green, dan
Yanus green.
b.) Zat warna ajektif
Berfungsi dengan baik bila dibantu zat lain (zat mordan). Misal : Hematoxylin.

- Berdasarkan pengaruh zat warna terhadap obyek :


a.) Zat warna efektif
Hanya mewarnai satu atau beberapa bagian jaringan saja. Misal : Toluidin blue
untuk jaringan mesenterium yang jelas hanya granula.

S1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Penuntun Praktikum Histologi

b.) Zat warna difus


Mewarnai seluruh jaringan, hanya saja daya serapnya tidak sama. Misal : Eosin.

Sedangkan dalam metode pewarnaan histokimia, terdapat beberapa jenis teknik


pewarnaan, diantaranya :

a.) Hematoxcillin-Eosin (HE)


Berfungsi untuk memberi gambaran umum suatu jaringan.
b.) Alcian Blue (AB)
Biasanya digunakan pada pH 2,5 dan mampu mendeteksi mukopolisakarida asam,
serta biasanya memberikan warna biru.
c.) Periodic Acid Schiff (PAS)
Digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan mukopolisakarida netral pada
suatu jaringan dan akan memberikan warna magenta.
d.) Lektin
Mendeteksi adanya kandungan residu gula dan zat kommpleks lain dalam suatu
jaringan.

S1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Penuntun Praktikum Histologi

DAFTAR PUSTAKA

Gamaliel, S.A. 2016. Pewarnaan dalam Mikroteknik. Universitas Kristen Satya


Wacana. Salatiga.
Kahfi, K. E., M. Riauwaty dan I. Lukistyowati. 2017. Histopatologi hati dan ginjal ikan
lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diberi pakan simplisia kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L). Jurnal Online Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Riau. 1-11.

Musyawirah, Z., dan Agus, S. 2018. Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik.
Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas Padang. Padang.

Safrida. 2012. Deteksi Senyawa Mukopolisarida dengan Pewarnaan Alcian Blue pada
Ovarium dan Uterus Tikus Putih Rattus norvegius. Laboratorium
Pendidikan Biologi . Jurnal Pendidikan Biologi. Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh. 1 (1) : 1-4.

S1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai