Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI KULIT
PEMBUATAN PREPARAT KULIT KELINCI SEGAR

Disusun oleh:
Nama : Intan Fatimah Maria Ulfa Yusen
NIM : 2101020
Kelas : TPK-B

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2021
PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI JARINGAN KULIT KELINCI SEGAR

A. Tujuan praktikum
1. Tujuan Instrusional Umum
 Mahasiswa mampu dan terampil membuat preparat histologi dari jaringan kulit.
 Mahasiswa mampu dan terampil mewarnai preparat histologi dari jaringan kulit.

2. Tujuan Instruksional Khusus


 Mahasiswa mampu dan memahami urutan pembuatan preparat jaringan
 Mahasiswa terampil melakukan tahapan dalam pembuatan preparat jaringan.
 Mahasiswa mampu mengoperasikan mikrotom
 Mahasiswa mampu merawat preparat jaringan dengan benar
 Mahasiswa mampu dan memahami urutan pewarnaan Hematoxylin-Eosin
 Mahasiswa terampil melakukan tahapan dalam pewarnaan preparat jaringan.
 Mahasiswa mampu merawat preparat jaringan dengan benar

B. Dasar Teori

Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak yang diperoleh setelah hewan tersebut
mati dan dikuliti. Kulit merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu tumbuh yang berfungsi
sebagai indera perasa, pelindung tubuh dari pengaruh luar, tempat pengeluaran hasil pembakaran,
dan penyaringan sinar matahari (Sunarto, 2001).
Rangkaian proses pembuatan preparat histologi melalui beberapa tahapan diantaranya
persiapan seperti euthanasia, nekropsi, fiksasi, trimming dilanjutkan tahap pemrosesan jaringan
seperti dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin, pengeblokan, pemotongan, pewarnaan, perekatan
dan pelabelan (Jusuf, 2009).
Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak yang diperoleh setelah hewan tersebut
mati dan dikuliti. Kulit merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu tumbuh yang berfungsi
sebagai indera perasa, pelindung tubuh dari pengaruh luar, tempat pengeluaran hasil pembakaran,
dan penyaringan sinar matahari (Sunarto, 2001). Kulit secara garis besar terbagi atas tiga bagian,
yaitu lapisan epidermis, lapisan corium dan lapisan subcutis (Pancapalaga, 2010).
Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu menjadi tersedia,
spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan
(Dorland, 2002).
Kelinci merupakan salah satu jenis ternak yang pada umumnya diambil dagingnya sedangkan
kulitnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Biasanya limbah kulit kelinci dapat dipergunakan
sebagai barang kerajinan kulit maupun sepatu baik sebagai aksesoris sepatu maupun sebagai
barang kulit. Karena kulit kelinci mempunyai bulu yang sangat indah maka kulit kelinci biasanya
disamak bersama bulunya. Sedangkan kulit kelinci yang bulunya tidak rata atau banyak yang
rontok karena kesalahan pengawetan masih dapat dimanfaatkan sebagai kulit jaket atau atasan
sepatu. Kulit kelinci sebelum digunakan untuk kerajinan maupun sepatu harus disamak terlebih
dahulu, agar kulit menjadi stabil yaitu tahan terhadap perlakuan fisis maupun kimiawi.
Selain itu, jenis kelinci sangat beragam mulai dari kelinci potong (konsumsi), kelinci hias dan
kelinci penghasil bulu. Namun, setiap kelinci memiliki bobot yang hampir sama mencapai 1 – 7
kg tergantung dengan jenisnya. Kelinci memiliki struktur badan yang sangat sempurna mulai dari
anatomi dan juga histologinya(Anonim, 2007).

C. Alat dan Bahan

Alat :
1. Pinset
2. Botol tempat preparasi
3. Pengatur waktu
4. Tempat untuk dehidrasi
5. Tempat parafin cair
6. Cetakan paraffin
7. Oven
8. Waterbath
9. Nampan alumunium
10. Api Bunsen
11. Serbet
12. Kuas
13. Mikrotom
14. Kaki tiga
15. Loyang untuk pengeringan sediaan
16. Staining jar

Bahan :
1. Sampel kulit
2. Formaldehid
3. Alcohol
4. Toluene
5. Parafin
6. Putih telur
7. Preparat jaringan kulit yang belum diwarnai
8. Xylol
9. Alkohol absolut
10. Acid Alkohol
11. Hematocylin Haris
12. Eosin
13. DPX

D. Prosedur Kerja

1. FIKSASI
 Menyiapkan botol plastic yang berisi formaldehid
 Masukan sampel kedalam botol plastic
 Rendam sampel selama 20 menit

2. DEHIDRASI
 Disiapkan larutan alcohol dengan konsentrasi bertingkat 30 %; 50 %; 70 %; 80 %; 90 %; dan
96 %.
 Masing-masing konsentrasi waktunya 20 menit tergantung besar kecilnya sample yang
diambil.
 Memasukkan sample ke dalam larutan alcohol mulai dari konsentrasi rendah menuju
konsentrasi tinggi

3. CLEARING (PENJERNIHAN)
 Sampel dimasukkan dalam larutan Alkohol absolud : Toluen (1 : 1) selama 25 menit
 Sampel dimasukkan ke dalam Toluen murni ± 1 – 2 jam
 Amati sampel sampai benar-benar transparan.
 Sampel dimasukkan dalam larutan Parafin Tolen selama 1 (satu) malam.

4. EMBEDDING
 Menyiapkan 4 (empat) tempat untuk paraffin cair
 Sampel dimasukkan ke dalam paraffin cair secara berurutan
 Masing-masing pemasukan sample adalah 10 menit
 Ditanam dalam cetakan paraffin untuk potongan membujur dan melintang

5. PEMOTONGAN
 Sampel dilepas dari cetakan
 Sampel dibentuk trapezium pada salah satu ujungnya
 Sample dipasang pada tempat di mikrotom
 Pemotongan dengan ketebalan 6 – 8 µ
 Sampel dipotong
 Apabila sampel agak keriting, parafin diapus dengan es batu yang dimasukkan dalam serbet
 Hasil potongan diambil dengan kuas
 Sampel dimasukkan dalam waterbath 50  C
 Ditempelkan pada Obyek glass yang telah diberi larutan ewitt
 Dikeringkan dalam nampan alumunium yang telah dipanaskan dengan api bunsen
 Coba dilihat dibawah mikroskop
 Amati dan gambar preparat tersebut

E. Hasil Percobaan
Preparat : Preparat :
Pewarnaan : Pewarnaan :
Perbesaran : Perbesaran :
Keterangan : Keterangan :
Preparat : Preparat :
Pewarnaan : Pewarnaan :
Perbesaran : Perbesaran :
Keterangan : Keterangan :

F. Pembahasan

Tahap pertama pada praktikum adalah fiksasi, yaitu usaha untuk mempertahankan elemen-
elemen sela tau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami bentuk maupun ukuran.
Di tahap ini sampel direndam selama kurang lebih 20 menit pada larutan formaldehid. Kemudian
dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu dehidrasi atau penarikan molekul air di dalam jaringan. Di
tahap ini sampel di kocok pada alcohol bertingkat 30%, 50%, 70%, 80%, 90% ,96%. Masing-
masing 20 menit, kemudian masuk pada tahap selanjutnya yaitu clearing (penjernihan). Sampel
dimasukan pada labu reaksi dan dikocok dengan toluene etanol Selama 25 menit dengan
perbandingan (1:1) , lalu di kocok kembali pada labu reaksi dengan menggunakan larutan tolunce
murni selama kurang lebih 1-2jam sampai sampel benar-benar transparan.

Selanjutnya paraffin dicairkan kemudian ditaruh di gelas. Kemudian diaduk sampai dingin
kemudian dimasukkan ke toluence 20 ml. kemudian diaduk Kembali hingga mengental seperti
bubur. Masukkan sampel ke larutan paraffin toluence tadi selama 1 malam. Kemudian dilanjutkan
proses embedding. Menyiapkan 4 tempat untuk parafn cair, sampel dimasukan secara berurutan
kedalam paraffin cair selama kurang lebih selama 10 menit untuk masing-masing tempat. Setelah
itu sampel ditanam pada cetakan paraffin dengan posisi bulu di bagian bawah untuk potongan
yang melintang, sedangkan untuk potongan yang membujur posisi bulu vertical pada cetakan
paraffin, setelah paraffin dingin dan mengeras sampel dilepas dari cetakan dan dibentuk
trapezium. Kemudian sampel dipasang pada tempat dimikrotom, lalu diletakkan pada mikrotom
dengan ketebalan 6-20 µ, kemudian diputar sampai membentuk lembaran tipis yang terdapat
irisan sampel kulit kelinci segar, setelah itu hasil potongan sampel di ambil dengan kuas
kemudian dimasukan dalam waterbath. Selanjutnya ditempelkan pada objek glass yang diberikan
larutan ewitt. Dikeringkan dalam nampang alumunim yang telah dipanaskan dengan Bunsen.

Tahap selanjutnya adalah pewarnaan preparate. Yang pertama adalah meakukan prafinisasi
sampel dengan memasukan ke dalam xylol 1, xylol 2, alcohol absolut, alcohol 95%, alcohol 90%
alcohol 80%, alcohol 70% kedalam staining jar, dengan rentang waktu masing-masing selama 5
menit. Selanjutnya dicuci dengan air mengalir kemudian dilanjutkan dengan memasukkan
aquades. Kemudian dilanjutkan dengan memasukkan sampel dalam hematoksilin haris selama 7
menit. Kemudian dimasukan ke dalam aquades sebanyak 3x, dilanjutkan dengan memasukkan
sampel dalam acid alcohol selama 7 menit, kemudian cuci sampel dengan air mengalir selama 10
menit kemudian dilanjukan memasukan sampel dalam aquades sebanyak 3x. lalu masukan sampel
dalam eosin selama 7 menit, cuci Kembali dengan aquades sebanyak 3x, kemudian masukan
sampel dalam alcohol dari tingkat rendah ke tinggi, yaitu alcohol 70%, alcohol 80%, alcohol 90%,
dan alcohol absolut tunggu sampel sampai agak kering kemudian masukan sampel dalam xylol 1
dan 2 masing- masing selama 5 menit. Yang trakhir tutup sampel dengan DPX, kemudian amati
sampel dalam mikroskop.

G. Kesimpulan

H. Daftar Pustaka

Jusuf.A.A., 2009., Bagian Histologi . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta


Sunarto. 2001. Pengetahuan Bahan Kulit Untuk Seni dan Industri. Yogyakarta: Kanisius
Pancapalaga, Wehandaka. 2008. Ilmu Teknologi Pengolahan Kulit. UMM Press. Malang.
Dorland, W.A. Newman, 2002, KamusKedokteran Dorland, alihbahasaHuriwatiHartanto, dkk.,
edisi 29, ECG, Jakarta
Anonim. 2007. Pengelolaan Laboratorium Fisika Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah; Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas..

I. LAMPIRAN

Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang akan terjadi apabila proses clearing tidak sempurna ?
Jawab : Pada tujuan clearing yaitu untuk menjernihkan kulit agar kulit menjadi transparan dan
bagian kulit nantinya saat di lihat dengan mikroskop dapat terlihat dengan jelas, karena setiap
bagian bagian kulit warnanya tidak sama, dan jika proses clearing tidak sempurna maka yang
terjadi adalah preparat kulit yang di lihat di dalam mikroskop akan tidak jelas atau beberapa
bagian akan tidak terlihat.
2. Apa penyebab irisan tidak terjadi dengan optimal ?
Jawab : Yang disebabkan jika irisan tidak optimal yaitu tidak tepatnya penempatan sampel kulit di
saat proses mencetak dalam paraffin cair, dan bisa juga terjadi akibat tidak tepatnya ukuran akan
terlalu tebal pada saat di potong dengan mikrotom.

Anda mungkin juga menyukai