Anda di halaman 1dari 8

Pewarnaan Papanicolaou

1. Pengumpulan spesimen dan fiksasi

Dalam pengumpulan dan persiapan untuk pemeriksaan sitologi yang utama adalah :
1. Jumlah Spesimen mewakili sel-sel dari daerah yang bersangkutan
2. Apusan harus berisi sel yang merata sehingga masing-masing dapat diamati
3. Prosedur pewarnaan dapat menghasilkan pulasan yang dapat menjelaskan keadaan sel.

Spesimen untuk pemeriksaan sitologi didapatkan dari apusan vagina, rahim, mulut
dan leher rahim serta ulserasi atau sedimen yang diperoleh lewat proses sentrifugasi atau
filtrasi

Apusan ini segera difiksasi menggunakan larutan fiksasi semprot atau dicelupkan
dalam eter alkohol. Setelah proses fiksasi tidak ada persyaratan penanganan khusus untuk
preparat. Fiksasi secepatnya penting karena dapat terjadi artefak akibat pengeringan udara.
Fiksasi bertujuan agar sel-sel tidak mengalami kerusakan.

Kesalahan yang sering terjadi:


Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama di luar, tidak segera direndam di
dalam cairan fiksatif)
Cara fiksatif tidak mempergunakan alkohol 96%
Penggunaan hairspray yang disemprotkan pada jarak terlalu dekat sehingga sebagian sel-sel
akan tersapu dan sel tidak terfiksasi dengan baik.

2. Prosedur pewarnaan

Kesalahan di laboratorium seperti kesalahan dalam pewarnaan sediaan dan kesalahan


skrining serta kesalahan inter-pretasi juga dapat mengakibatkan hasil positif palsu yang
tinggi.

Suatu laboratorium sitologi yang baik tidak akan memberikan hasil negatif palsu lebih
dari 10%, maka dari itu sebaiknya selalu memperhatikan pengawasan kualitas antara lain
dengan:

Pendidikan untuk meningkatkan kualitas.


Pemeriksaan sitologi sekaligus dengan pemeriksaan kolposkopi juga merupakan suatu
pengawasan kualitas.\
Kesalahan lain yang juga dapat terjadi adalah karena kesalahan pasien yang sebelum
pemeriksaan sudah mencuci vagina, mengalami keputihan yang hebat
Sedang mengalami perdarahan/haid atau menggunakan preparat vagina.

a. Larutan cat yang digunakan :


1) Cat utama
a) Hematoxylin Ehrlich / Harrist
Komposisi :
Hematoxylin
Potasium alumunium atau tawas
Asam asetat pekat
Natrium iodida

2) Cat lawan
a) EA-50 Multiple Polychrome Stain
Komposisi :
Light Green S.F. Yellowish
Fast Green FCF
Bismark Brown Y,
Eosin Y,
Asam Phosphotungstic,
asam asetat glasial

b) EA-65 Multiple Polychrome Stain


Komposisi :
Light Green S.F. Yellowish
Fast Green FCF
Bismark Brown Y
Eosin Y
Asam Phosphotungstic
asam asetat glasial

c) Orange G stain
Komposisi cat :
Phosphotungstic Acid
Orange G
Alkohol absolut

AquadestEA-50 and OG-6 secara umum digunakan untuk pengecatan smear vagina. EA-
65 adalah modifikasi dari EA-50 khusus digunakan bersama OG-6 untuk smear dari uretra,
parasentesis, sputum, lambung, dan ulkus eksternal.

3) Peringatan dan tindakan pencegahan


Larutan cat papanicolaou mudah terbakar dan beracun. Jauhka dari sumber panas. Jika kontak dengan mata bilas
dengan air segera dan ikuti saran dokter, Dapat berakibat fatal atau kebutaan jika tertelan

INTISARI

Pengamatan kondisi patologis yang terjadi di dalam rongga mulut dapat dilakukan dengan
membuat preparat apusan yang diperoleh dengan membuat irisan tipis dari sepotong kecil
jaringan yang telah difiksasi, kemudian dipulas, dilekatkan dalam medium dengan indeks
refraksi yang sesuai di atas sebuah kaca objek kemudian ditutup dengan suatu kaca tutup.
Praktikum ini dilakukan dengan cara membuat preparat apus dari mukosa mulut yang didapat
dari gingiva, palatum durum, palatum molle, mukosa bukal, mukosa labial, lidah, dan dorsum
lidah kemudian diwarnai dengan bahan pewarna Papanicolau dan selanjutnya diamati dengan
menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
sel-sel yang terdapat pada masing-masing mukosa tersebut didominasi oleh sel intermediet.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu memahami dan melakukan
prosedur pembuatan preparat apusan sel epitel lidah, mukosa bukal atau gingiva untuk
mengamati keadaan sel epitel subyek dalam keadaan normal ataupun kondisi patologis.

PENDAHULUAN

Pengamatan kondisi patologis yang terjadi di dalam rongga mulut dapat dilakukan dengan
membuat preparat apusan yang diperoleh dengan membuat irisan tipis dari sepotong kecil
jaringan yang telah difiksasi, kemudian dipulas, dilekatkan dalam medium dengan indeks
refraksi yang sesuai di atas sebuah kaca objek kemudian ditutup dengan suatu kaca tutup.
Setelah hasil usapan ditempel pada gelas objek secara merata kemudian direndam dalam
larutan alkohol 96% untuk fiksasi. Jaringan yang telah difiksasi kemudian direhidrasi dengan
cara merendam gelas objek dalam sederetan alkohol yang konsentrasinya makin menurun.
Setelah itu, baru dilakukan pemulasan atau pewarnaan yang bertujuan meningkatkan kontras
alami dan untuk memperjelas berbagai unsur sel dan jaringan. Setelah dipulas, kelebihan
warna dihilangkan melalui proses dehidrasi (penarikan molekul air dari dalam jaringan) yang
dilakukan dengan cara merendam gelas objek dalam deretan alkohol dengan konsentrasi yang
makin meningkat. Jaringan tersebut kemudian dijernihkan dengan agen penjernih seperti
xilol, kloroform, benzene, dan minyak kayu sedar. Setelah dikeluarkan dari larutan
penjernih, diatas irisan jaringan tersebut diberi setetes medium saji yang mempunyai indeks
refraksi hampir sama dengan indeks refraksi kaca, misalnya balsam Canada. Sajian itu
ditutup dengan kaca tutup dan dibiarkan mengering (Leeson,1990).

Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang terkemas
dengan rapat. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut dipatri menjadi satu oleh tight junction
(persambungan ketat). Permukaan bebas pada epitelium itu terpapar ke udara atau cairan,
sementara sel-sel yang berada di bagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran basal
(Campbell, 2004).

Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling dalam
ke permukaan yaitu lapisan germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan granulosum dan
lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubus yang berbatasan
dengan lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang secara kontinyu bermitosis dan
anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial. Stratum spinosum terdiri dari
beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan mempunyai karakteristik sel yang mulai
matang. Stratum granulosum terdiri dari beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih
matang dari stratum spinosum dan mengandung banyak granula keratohyalin yang
merupakan bakal sel keratin. Stratum corneum terdiri dari selapis atau berlapis-lapis sel
(tergantung regio) berbentuk pipih yang tidak berstruktur dan tidak mempunyai inti sel.
Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa
penutup dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di regio rongga mulut yang
menerima tekanan kunyah seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya parakeratinised
(mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya da yang masih memiliki inti sel yang
tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan inferior lidah,
permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Tipe
epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat pada
dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri
dari sel-sel yang sudah tidak berinti) (Puspitawati, 2003). Perbandingan antara sel basal-
parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada kondisi normal,
jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal (Naib,
1970).
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu memahami dan melakukan
prosedur pembuatan preparat apusan sel epitel lidah, mukosa bukal atau gingiva untuk
mengamati keadaan sel epitel subyek dalam keadaan normal ataupun kondisi patologis.

BAHAN DAN CARA

-Praktikum ini membutuhkan alat dan bahan seperti cytobrush, gelas obyek dan glass cover
slip, staining jar, mikroskop cahaya, aquades 0,9%, alkohol 96% dan bahan pengecatan
Papanicolau.

-Pertama kali yang harus dilakukan adalah membuat preparat apus dari sel epitel lidah,
mukosa bukal, dan gingiva. Cytobrush dibasahi dengan aquades kemudian diusap memutar
pada daerah yang ditentukan. Hasil usapan tadi diusapkan pada gelas obyek yang telah diberi
label secara merata kemudian direndam dalam alkohol 96% untuk fiksasi.

-Setelah preparat apusan jadi, langkah selanjutnya adalah pengecatan. Preparat direhidrasi
dengan cara merendam gelas obyek dalam alkohol 90%, 80%, 70%, 50%, 30%, dan terakhir
dalam aquades, dilakukan selama 1 menit dalam tiap-tiap larutan.

-Selanjutnya preparat direndam dalam larutan Harris haematoxylin selama 5 menit kemudian
dicuci di bawah air mengalir selama 10 menit. Preparat kemudian didehidrasi dengan cara
merendam gela sobyek dalam alkohol 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, dan 96%, masing-masing
selama 1 menit.

-Preparat diletakkan di atas alas datar, ditetesi zat warna Orange G-6, dibiarkan selama 3
menit, dan dibilas alkohol 95% sebanyak 3 kali. Preparat kemudian dipulas dengan zat warna
E. A 50 dan dibiarkan 6 menit kemudian dibilas alkohol 96% sebanyak 3 kali.

- Preparat dimasukkan ke dalam alkohol absolut tiga kali berturut-turut, masing-masing


selama 3 menit kemudian dikeringkan dengan kertas saring. Kemudian preparat dimasukkan
ke dalam larutan xylol I, II, III masing-masing selama 5 menit. Terakhir preparat dimounting
dengan balsam canada dan diamati dengan mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 400x.
Sel dihitung sesuai jenisnya yaitu sel basal-parabasal, sel intermediate dan sel superfisial
menggunakan 100 buah sel yang tidak saling tumpang tindih dengan kriteria masing-masing
sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria Penilaian Jenis-Jenis Sel

Sel basal-parabasal Sel Intermediate Sel Superfisial


Berwarna biru hingga biru Berwarna biru atau merah Berwarna orange; bentuk
tua; bentuk bulat atau oval; muda; bentuk poligonal, bulat poligonal kadang bulat atau
inti sel bulat atau oval. atau oval; inti bulat atau oval. oval; inti bulat atau piknotik,
kadang tanpa inti.

PEMBAHASAN

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 2, mayoritas sel yang terdapat pada masing-masing
mukosa adalah sel intermediate, kemudian sel superfisial, dan yang paling sedikit adalah sel
basal. Hasil ini sesuai dengan teori Balaciart (2004) yang menyatakan bahwa sel terbanyak
yang biasa ditemukan pada mukosa oral yang normal adalah intermediate sel dan bukannya
basal-parabasal sel. Hal ini terjadi karena aktivitas proliferasi pada epitel mulut yang normal
tampak lebih banyak terjadi pada lapisan intermediet daripada sel basal-parabasal maupun sel
superfisial (Maidhof, 1979).

Dari data di atas juga dapat dilihat bahwa persentasi jumlah sel-sel superfisial lebih besar
daripada sel-sel basal. Hal ini tidak sesuai dengan teori Naib (1970) yang menyatakan bahwa
pada kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada
lapisan sel basal. Selain itu, konsep homeostasis sel epitel mengindikasikan bahwa produksi
sel di lapisan yang lebih dalam seimbang dengan derajat kehilangan sel di lapisan permukaan
(Puspitawati, 2003). Ketidaksesuaian ini tidak selalu menunjukkan keabnormalan karena hal
ini dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya kurangnya ketelitian praktikan dalam
menghitung jumlah sel, kesalahan dalam menentukan lapang pandang, atau kesalahan dalam
pembuatan preparat misalnya apusan terlalu tipis sehingga hanya mengandung sedikit sel
(Lusa, 2009).

KESIMPULAN

1. Epitel mukosa oral dibentuk oleh sel-sel yang memiliki karakteristik berbeda di tiap
lapisannya
2. Cara pembuatan preparat apus dapat mempengaruhi hasil penghitungan jumlah sel
3. Penghitungan jumlah sel dapat digunakan untuk mengetahui keabnormalan serta
menunjukkan indeks maturasi suatu jaringan.
4. Praktikum ini dapat membuktikan teori proliferasi pada epitel mulut yang normal
tampak lebih banyak terjadi pada lapisan intermediet daripada sel basal-parabasal
maupun sel superfisial.

INTISARI

Sebagai jaringan yang membentuk mukosa mulut, epithelium oral merupakan barrier primer
antara lingkungan oral dengan bagian jaringan yang lebih dalam. Rongga mulut dilindungi
oleh mukosa terdiri atas epitel skuamosa berlapis. Pada setiap lapisan terdapat sel-sel
dengan bentuk yang berbeda dan memiliki gambaran struktural yang khas. Dengan
melakukan pengetesan menggunakan cytobrush, dapat diketahui jumlah sel serta struktur
normalnya agar bisa dibedakan dengan struktur epitel yang mengalami patologis. Untuk itu
dilakukan pengamatan terhadap 100 buah sel yang tidak saling tumpang tindih pada
preparat apusan epitel lidah, bukal, gingiva, palatum, dan dasar mulut, yang diambil secara
random dalam beberapa lapang pandang. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah sel
basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial dari masing-masing preparat apusan.
Pada preparat apusan Lingua ventral, bukal, gingiva, palatum durum, palatum durum
dengan akrilik, lingua bagian tepi, dan bibir, rata-rata didapatkan jumlah sel yang
mendominasi adalah sel intermediate dan paling sedikit adalah sel basal-parabasal

Kata kunci : epitel mukosa mulut, sel basal-parabasal, turn-over sel basal

PENDAHULUAN

Epitel oral adalah epitel skuamosa berlapis yang terdiri dari sel-sel yang melekat erat satu
sama lain dan diatur dalam beberapa lapisan yang berbeda atau strata. Seperti epidermis dan
lapisan saluran pencernaan, epitel oral mempertahankan integritas struktural oleh proses
pembaharuan sel terus-menerus di mana sel-sel yang dihasilkan oleh pembelahan mitosis
dalam lapisan terdalam bermigrasi ke permukaan untuk menggantikan sel yang membuka.
Sel-sel epitel sehingga dapat dianggap terdiri dari dua fungsional populasi: populasi sel
progenitor (fungsi yang membagi dan memberikan sel-sel baru) dan sebuah populasi sel
matur (sel-sel yang terus-menerus mengalami proses diferensiasi atau pematangan untuk
membentuk pelindung lapisan permukaan). 1

Pada setiap lapisan terdapat sel-sel dengan bentuk yang berbeda dan memiliki gambaran
struktural yang khas. Pada lapisan basal terdapat sel-sel yang dapat membelah diri, sehingga
dianggap sebagai bagian progenitor (asal) sel. Di atas lapisan basal terdapat beberapa lapis sel
yang membentuk daerah sel yang matang atau yang berdiferensiasi. Sedangkan lapisan
permukaan (superfisial) yang merupakan terminal diferensiasi terdiri dari sel-sel pipih.2

Gambar 1. Mukosa oral non keratinisasi (mukosa bucal) dilihat dengan mikroskop cahaya2

Mukosa mulut berdasarkan kondisi permukaannya, dapat dibedakan menjadi tipe non
keratinised/ tidak mempunyai lapisan keratin, parakeratinised/ mempunyai lapisan keratin
tipis yang beberapa selnya ada yang masih memiliki inti sel yang tidak sempurna, atau
orthokeratinised/ mempunyai lapisan keratin tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak
berinti. Ketebalan lapisan keratin ini bervariasi sesuai regionya di rongga mulut. Lingua dan
dasar mulut memiliki karakteristik epitel non-keratinisasi dan tipis, bukal memiliki
karakteristik epitelnya tebal dan non-keratinisasi, sedangkan ginggiva dan palatum durum
memiliki karakteristik epitel tebal dan mengalami keratinisasi.2

Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih
poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula
menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula
serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi
sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel
tanduk. Sel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang
terletak di bawahnya. Pada kondisi normal, jumlah sel yang hilang pada lapisan superfisial
seimbang dengan jumlah sel baru hasil mitosis dari sel basal. Proses keratinisasi sel dari sel
basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari.3,4,5

Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melakukan prosedur
pembuatan preparat apusan epitel lidah, bukal, gingiva, palatum, dan dasar mulut untuk
mengamati keadaan epitel subyek dalam keadaan normal ataupun pada kondisi patologis.

PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum, didapatkan jumlah sel yang berbeda-beda pada setiap lapisan epitelium
mukosa rongga mulut. Pada epitel Lingua ventral, bukal, gingiva, palatum durum, palatum
durum dengan akrilik, lingua bagian tepi, dan bibir, rata-rata didapatkan jumlah sel terbanyak
adalah sel intermediate dan paling sedikit adalah sel basal-parabasal.

Pengetesan exfoliated cytologic dengan menggunakan cytobrush banyak digunakan untuk


pengetesan displasia, pengecekan dini squamous cell carcinoma, infeksi akibat herpes, serta
mengidentifikasi lesi-lesi lain. Pada individu normal Sel intermediet dan sel suprafisial
merupakan sel mayoritas pada hasil tes oral smear. Sel parabasal akan banyak muncul
apabila terdapat ulserasi.8
I Sel intermediet bervariasi dalam ukuran dan bentuk, tapi biasanya memiliki diameter dua
sampai tiga kali bahwa dari sel parabasal. Banyak cytologists mengklasifikasi sel-sel ini
menjadi: sel intermediet kecil dengan bentuk hampir bulat atau bentuk oval dengan inti besar
kemudian sel intermediet besar: bentuk poligonal dengan nukleus kecil.9

Sel superfisial merupakan sel yang paling besar (1600m2). Ada beberapa sel superfisial yang
intinya piknotik (kecil dan gelap). inti sel superfisial berukuran 20m2. Sel superfisial pada
preparat apusan berbentuk poligonal dengan inti kecil dan bulat yang terletak di tengah.
Sitoplasmanya sedikit terang, berbatas tegas, dan tercat merah (asidofilik atau eosinofilik). 7
Sel skuamosa intermediate tampak berbentuk polygonal berukuran 800 1200m2 dengan
inti yang terletak di tengah. Ukuran selnya bervariasi tergantung lokasinya pada epithelium
sedangkan ukuran intinya relatif konstan. Sitoplasmanya tercat biru muda pada preparat PAP
smear. Inti sel intermediate berbentuk vesikuler dengan ukuran 35 m2.

Sel basal berbentuk bulat atau oval dan berukuran kira-kira 200 m2. Sitoplasmanya tercat
biru-hijau sedangkan intinya yang terletak di tengah berukuran 50m2 dan berwarna kebiru-
biruan. Di atas sel-sel basal terdapat 2-3 lapisan sel parabasal yang berbentuk seperti sel basal
tetapi sitoplasmanya yang sedikit lebih terang dari sel basal. Sel parabasal jarang ditemukan
pada apusan epitel yang normal. Namun, pada kasus kerusakan epitel, seperti disebabkan
oleh inflamasi atau trauma mekanis, sel-sel parabasal mungkin dijumpai8

Sel epithelial baru diproduksi dengan proses mitosis pada lapisan basal, beberapa sel basal
dan sel superfisial dipaksa keluar dan nantinya akan sampai di permukaan. Secara sederhana,
pergantian sel dalam suatu jaringan adalah proses pembentukan sel dimana diimbangi oleh
hilangnya sel.10 Proses ini disebut proses turn-over, Secara garis besar proses turn-over pada
rongga mulut lebih cepat dibandingkan kulit tubuh lainnya (waktu turn-over kulit 27 hari). sel
nonkeratinisasi memiliki waktu turn-over yang lebih cepat. Palatum durum mengalami turn-
over 24 hari.Bagian dasar mulut selama 20 hari, bagian bukal dan labial selama 14 hari,
attached gingiva selama 10 hari dan taste buds selama 10 hari.7

Pada regio lidah diliputi oleh epitel yang spesifik dengan bermacam-macam bentuk papila.
Bila epitel lidah dikenai rangsangan mekanis atau kimiawi, maka sebagai proteksi terhadap
jaringan dibawahnya diperlihatkan proses degenerasi atau keratinisasi. Perubahan pola
histologi pada lidah terjadi karena lidah peka terhadap badan karsinogenik.11 Pergantian sel
dalam epitel oral mungkin suatu proses perbaikan yang disebabkan oleh trauma. Namun,
tingkat pergantian sel dapat diubah oleh beberapa pengaruh internal (misalnya, hormon)
maupun oleh faktor-faktor dalam lingkungan eksternal (misalnya, suhu, memberi makan).
Perubahan dari tingkat turnover yang dapat ditampilkan oleh perubahan dalam aktivitas
mitosis, atau dalam ukuran populasi sel epitel. Dengan demikian, berbeda dengan jaringan
non-keratinisasi, arsitektur yang selalu konstan, gambaran histologis epitel mengalami
pembaruan yang mungkin berbeda dengan faktor yang saling mengendalikan selnya.12

Dari ketujuh regio mukosa yang diamati pada praktikum ini menunjukkan jumlah sel basal-
parabasal tidak sebanyak sel superficial dan intermediet. Sehingga dapat disimpulkan
probandus normal dan tidak dalam kondisi inflamasi kronis atau patologis. Pada kondisi
patologis seperti pada karsinoma mulut, kemunculan sel di permukaan berdasarkan lokasi sel
pada karsinoma mulut7

Palatum durum, gingiva, lingua bagian dorsal Sel matur, terdapat banyak kornifikasi dan
beberapa sel tanpa nukleus
Mukosa Bukal dan labial Sel matur sebagian , nucleus basofilic dan cel
tercat asidofilic
Dasar mulut, linguabagian ventral,palatum Sel matur sedikit, terdapat sel basophilic
mole dengan inti nukleus berukuran besar.

Untuk menentukan apakah suatu epitel berada dalam kondisi patologis atau tidak, tidak
cukup hanya dengan menghitung jumlah sel pada setiap lapisannya. Kondisi patologis juga
dapat ditunjukkan peningkatan sel basal dan ukuran nukleus terbukti berhubungan dengan
lesi yang memiliki risiko tinggi berubah ganas, seperti pada penilaian displasia epitel..13

pada prosedur pembuatan preparat apusan, pengecatan dengan papaniculou stain atau metode
pap-smear , pewarna haematoxylin digunakan untuk mewarnai nukleus sel, pewarna Orange-
G 6 sebagai counterstain digunakan untuk mewarnai keratin, counterstain sekunder adalah
EA (Eosin Azure), contoh EA-36, EA-50, EA-65. EA mewarnai bagian sel epitel skuamos
bagian superfisial, nucleoli, silia, sel darah merah. fiksasi alkohol dilakukan untuk
mempertahankan bentuk jaringan, agar perubahan stuktur sel atau jaringan kemungkinan
terjadinya kecil, sedangkan dehidrasi bertujuan agar jaringan atau sel mudah tepoles oleh
parafin atau selodin sehingga sel lebih kontras dan mudah dilihat.14,15

KESIMPULAN

Untuk mengetahui normal atau tidaknya keadaan rongga mulut, diperlukan suatu
preparat apusan yang dibuat dengan metode yang benar sehingga dapat memberikan
suatu gambaran yang tepat.
Pada kondisi inflamasi atau patologis dapat terjadi berbagai macam perubahan, seperti
perubahan jumlah sel epitel, serta perubahan ukuran sel dan inti sel.

Anda mungkin juga menyukai