Anda di halaman 1dari 40

MODUL

PRAKTIKUM URINALISIS DAN CAIRAN TUBUH

D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Petunjuk Praktikum Urinalisis dan Cairan Tubuh ini dibuat untuk praktikum Urinalisis dan
Cairan tubuh bagi mahasiswa D4 Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Vokasi, Universitas
Airlangga. Materi pada Urinalisis dan Cairan Tubuh ditunjang oleh mata kuliah keahlian
Urinalisis dan Cairan Tubuh. Praktikum ini terdiri dari sebelas pemeriksaan yang masing-
masing menguraikan tentang tujuan, prinsip, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja
pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan. Sajian dalam buku petunjuk ini berdasar
pada. Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada staf Laboratorium
Patologi Klinik, D4 Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang
telah membantu memberikan ide dan membantu penyusunan petunjuk praktikum ini.
Kepada para pembaca kami sangat berterima kasih atas koreksi dan masukkan yang telah
diberikan.

Surabaya, Januari 2023

Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM URINALISIS DAN CAIRAN TUBUH

Semua mahasiswa yang menjalankan praktikum (praktikan) Urinalisis dan Cairan Tubuh di
Program studi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga,
diwajibkan mengetahui dan mentaati tata tertib sebagai berikut :

1. Setiap peserta praktikum harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan, jika
terlambat lebih dari 15 (lima belas) menit waktu yang telah ditentukan tanpa alasan yang
dapat diterima, praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu dan
diwajibkan mengikuti praktikum pada hari lain.
2. Pre-tes diadakan setiap kali akan praktikum dari materi acara praktikum hari itu, jika
tidak lulus (nilai kurang dari 70), peserta tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
3. Setiap peserta wajib membuat buku rencana kerja praktikum dan dikumpulkan untuk
ditandatangani oleh dosen pengampu praktikum.
4. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai sepatu (dilarang mengenakan
sandal atau sepatu sandal) dan jas praktikum berwarna putih lengan panjang yang bersih
dan dikancingkan dengan rapi
5. Setiap peserta harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tertib,
(pelanggaran dari hal ini mengakibatkan pengurangan nilai pada cara kerja).
6. Setiap peserta harus melaksanakan semua praktikum dan mematuhi budaya kesehatan
dan keselamatan kerja (K3).
7. Selama praktikum, para peserta tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan praktikum
tanpa seijin Dosen pengampu praktikum.
8. Peserta yang tidak menjalankan praktikum pada harinya karena berhalangan atau tidak
lulus pretes atau gagal dalam menjalankan praktikum hari itu, tidak diberi kesempatan
untuk mengulang.
9. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang dipakai dalam keadaan bersih dan
kering. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, peserta harus mengembalikan bahan-
bahan praktikum ke meja semula dan membersihkan meja praktikum.
10. Bagi mereka yang tidak dapat mengikuti praktikum pada hari yang telah dijadwalkan
diperbolehkan menunda praktikum (inhal) apabila memenuhi persyaratan yang ada dan
dengan mengirim surat permohonan praktikum inhal kepada Penangung Jawab Mata
Kuliah (PJMK).
11. Inhal tidak dapat dilakukan lebih dari dua kali. Apabila inhal lebih dari dua kali, kegiatan
praktikum yang bersangkutan ditunda tahun berikutnya.
12. Butir no 11 tidak berlaku bagi mereka yang sakit atau opname di Rumah Sakit
13. Apabila peserta praktikum melanggar hal-hal yang telah diatur diatas maka yang
bersangkutan tidak diperkenankan untuk melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan
praktikum dinyatakan batal dan tidak diijinkan untuk inhal.
14. Hal-hal yang belum disebutkan diatas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan
diatur kemudian.
PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM URINALISIS DAN CAIRAN TUBUH

Laporan praktikum kimia klinik 1 mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN (Nilai 15)


1. Judul praktikum :
Contoh : Penentuan kadar urea serum
2. Tujuan : Berisi pernyataan yang menjelaskan tujuan acara praktikum yang telah
dikerjakan
Contoh : “ Mengetahui..........
3. Dasar Teori : Berisi kajian materi yang relevan dengan acara praktikum yang
dikerjakan.

BAB 2 METODE PRAKTIKUM (Nilai 15)


1. Waktu dan tempat praktikum
2. Alat dan reagen : Ditulis dalam format paragraf dan kalimat pasif.
3. Bahan pemeriksaan : Ditulis dalam format paragraf dan kalimat pasif
4. Cara kerja : Ditulis dalam format bagan alir (bukan dalam bentuk paragraf) dan
kalimat pasif serta digambar.
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN (Nilai 40)
1. Hasil pemeriksaan dan Pembahasan
2. Hasil berupa tabel atau gambar
3. Pembahasan berisi uraian hasil praktikum dan diskusi/ kajian dari pustaka lain.

BAB IV KESIMPULAN (Nilai 10)


1. Kesimpulan : Berupa pernyataan (paragraf) yang merupakan simpulan dari hasil
dan pembahasan.
2. Pernyataan kesimpulan harus sesuai dengan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA (Nilai 5)


Berisi pustaka acuan yang digunakan dalam penyusunan laporan. Daftar ini memuat minimal
3 pustaka acuan. Pustaka acuan yang digunakan adalah pustaka ilmiah (bukan pustaka
populer, misalnya hasil searching dengan wikipedia). Sistematika penulisan mengikuti format
ilmiah dan disusun dengan urutan alfabetik (sesuai abjad), contoh :
1. Ali, U.F., 2009, Extracellular α-L-Arabinofuranosidase from Aspergillus niger and A.
oryzae, Australian Journal of Basic Applied Science, 3(3):1984-1993.
2. Birgisson, H., Fridjonsson, O., Mougeot, F.K.B., Hreggvidsson, G.O., Kristjansson, J.K.,
Mattiasson, B., 2004, A New Thermostable α-L-Arabinofuranosidase from a Novel
Thermophilic Bacterium, Biotecnology Letters, 26:1347-1351.
3. Kumalawati, A.T., 2005, Penentuan Aktivitas Enzim-enzim Xilanolitik Rekombinan
dari E. coli DH5α (pTP510) pada Berbagai Lokasi, skripsi, FMIPA, Universitas Airlangga,
Surabaya.
4. Lehninger, A.L., Nelson, D.L., Cox, M.M., 2004, Principle of Biochemistry, Fourth
Edition, Madison, W.H Freeman and Company, pp 190-237.
5. Mikrajuddin, A., Khairurrijal., 2010, Karakterisasi Nanomaterial : Teori, Penerapan
dan Pengelolaan Data, Bandung, Rezeki Putera Bandung, hlm 7-30, 45-69.
KONTRAK PERKULIAHAN
PRAKTIKUM URINALISIS DAN CAIRAN TUBUH

Pengajar : Dr. Anita Kurniati, S.Si, M.Si


Amalia Ajrina, S.Si, M.Si
Taufiqurrahman S., S.Si, M.Si
Semester : 2
Tahun : 2022/2023
Beban Studi : 1 SKS
Hari Pertemuan / Jam : sesuai jadwal terlampir

Surabaya, 25 Januari 2023

Perwakilan /Koordinator Kelas PJMK

(..........................................) (Dr. Anita kurniati, S.Si, M.Si)


PROGRAM STUDI D3-Teknologi Lab Medis
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA

KONTRAK PERKULIAHAN

Deskripsi Mata Kuliah

Ruang lingkup pada mata kuliah prakitkum ini meliputi cairan tubuh seperti : serebrospinal, transudat-eksudat,
pleura, semen, sendi, urinalisis (fisik, kimiawi, dan sedimen),

Tujuan Instruksional Umum

Setelah menyelesaikan matakuliah ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan dan menyimpulkan tentang materi
serebrospinal, transudat-eksudat, pleura, semen, sendi, urinalisis (fisik, kimiawi, dan sedimen).

Metode Kuliah

Praktikum, diskusi, presentasi, dan/atau penugasan laporan praktikum baik secara luring maupun daring

Penilaian Prestasi

Mekanisme Penilaian Ketentuan lain yang harus dipenuhi

Item Penilaian Bobot Praktikum : 50% (dilihat dari hasil praktikum)

Laporan : 50% terdiri dari


Problem based learning 50%
Laporan Praktikum (Nilai maksimum 85) :
Praktikum + Laporan 20%
Tugas pembuatan video 20% Bab I : Pendahuluan (Latar belakang dan tujuan)
(15)
Pretest 10%
Bab II : Pelaksanaan praktikum (Waktu, tempat
UTS (Teori) 20% praktikum, Cara kerja) (15)

Bab III : Hasil dan pembahasan (40)


UAS (Teori + UAP urinalisis) 25%
Bab IV : kesimpulan (10)
Softskills 5%
Daftar pustaka (5)
Total 100 %
Literatur
1. Bishop, M.L., Edward, P.F., Larry, E.S. 2010. Clinical Chemistry : 6th edition. Lippincott Williams
& Wilkins, a Wolters Kluwer business.
2. Burtis, C.A. dan Bruns, D.E. 2014. Fundamental of Applied Clinical Chemistry: 7 th Edition. Elsevier
3. Larson, Donna. 2017. Clinical Chemistry: Fundamental and Lab Technique. Elsevier.
4. Makowski, G.S. 2019. Advanced in Clinical Chemistry. 91st edition. Academic Press: United
Kingdom.

Rencana Kuliah
Hari ke Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Literatur Dosen

1 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 1 Kontrak perkuliahan Penyampaian kontrak
Februari Pembagian Kelompok
Sesi 1 : kelas A (09.00 – 10.00)
2023
Sesi 2 : kelas B (10.00 – 11.00)
2 PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 8 Transudat
Februari Eksudat
2023 None
Transudat, eksudat, Pandi
None, Pandi, urinalisis 1 BJ plasma
Pemeriksaan fisik urin
Pemeriksaan kimia urin
Sesi 1 : A1 (10 kelompok)
Sesi 2 : B1 (10 kelompok)
3 PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 15 Transudat
Februari Eksudat
2023 None
Transudat, eksudat, Pandi
None, Pandi, urinalisis 1 BJ plasma
Pemeriksaan fisik urin
Pemeriksaan kimia urin
Sesi 1 : A2 (10 kelompok)
Sesi 2 : B2 (10 kelompok)
4 Urinalisis 2 PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 22 Sedimen urine
Februari Carik celup urine
2023 Sesi 1 : A1 (10 kelompok)
Sesi 2 : B1 (10 kelompok)
5 Urinalisis 2 PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 1 Sedimen urine
Maret 2023 Carik celup urine
Sesi 1 : A2 (10 kelompok)
Sesi 2 : B2 (10 kelompok)
6 Microalbumin urine dan PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 8 Esbach Microalbumin urine
Maret 2023 Sesi 1 : A1 (10 kelompok)
Sesi 2 : B1 (10kelompok)
7 Microalbumin urine dan PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Esbach Microalbumin urine
Rabu, 15 Sesi 1 : A2 (10 kelompok)
Maret 2023 Sesi 2 : B2 (10 kelompok)
UJIAN TENGAH SEMESTER 20 MARET – 1 APRIL 2023
8 Pemeriksaan feses PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 5 Pemeriksaan feses
April 2023 Sesi 1 : A1 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
Sesi 2 : B1 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
9 Pemeriksaan feses PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 12 Pemeriksaan feses
April 2023 Sesi 1 : A2 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
Sesi 2 : B2 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
10 Cairan semen PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 19 Cairan semen
April 2023 Sesi 1 : A1 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
Sesi 2 : B1 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
LIBUR HARI RAYA IDUL FITRI (21 APRIL – 26 APRIL 2023)
11 Cairan semen PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 3 Cairan semen
Mei 2023 Sesi 1 : A2 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
Sesi 2 : B2 (10 kelompok), 10 mahasiswa
ujian praktikum
12 Cairan sendi PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 10 Cairan sendi
Mei 2023 Sesi 1 : A1 (10 kelompok), 5 mahasiswa
ujian praktikum
Sesi 2 : B1 (10 kelompok), 5 mahasiswa
ujian praktikum
13 Cairan sendi PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 10 Cairan sendi
Mei 2023 Sesi 1 : A2 (10 kelompok)
Sesi 2 : B2 (10 kelompok)
14 Cairan otak PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 17 Cairan otak
Mei 2023 Sesi 1 : A1 (10 kelompok)
Sesi 2 : B1 (10 kelompok)
15 Cairan otak PRETEST 10 MENIT 1, 2, 3,4 TIM
Rabu, 24 Cairan otak
Mei 2023 Sesi 1 : A2 (10 kelompok)
Sesi 2 : B2 (10 kelompok)
UJIAN AKHIR SEMESTER (5 – 17 JUNI 2023)
UJIAN TEORI PRAKTIKUM
1. Satu hari ada 2 sesi praktikum
Sesi 1 : 07.00 – 08.50
Sesi 2 : 09.00 – 10.50
2. UTS merupakan Ujian teori (bahan TM 1 – 7)
3. UAS merupakan rata2 Ujian teori dan Ujian praktikum, bahan ujian teori mulai TM 8 – TM 14, bahan ujian
praktikum urinalisis
4. Membuat logbook praktikum setiap pertemuan (Judul, tujuan, bahan, alat, metode dibuat dalam bentuk
gambar atau bagan supaya lebih mudah dipahami, interpretasi hasil)
5. Tugas pembuatan video praktikum :
a. Pemeriksaan Urinalisis : kelas A
b. Pemeriksaan Urinalisis : kelas B
6. Kriteria pembuatan video
a. Video dibuat secara berkelompok dengan ketentuan pembagian diberitahukan menyusul
b. Video harus memuat intro yang bertuliskan “Judul Praktikum” dan memuat logo “UNAIR” serta tulisan
program studi D4 TLM Unair.
c. Boleh menggunakan instrument yang tidak menganggu pendengaran selama tampilan video
d. Harus menampilkan text atau tulisan penting seperti alat , bahan/reagen, dan langkah-langkah kerja
dengan tampilan semenarik dan sejelas mungkin. (tidak ada ketentuan jenis font dan ukuran)
e. Video maks berdurasi 15 menit, aspek rasio 16:9, dengan format .mov, .mpeg4, .mp4, .avi, .flv, wmv.
f. Video wajib diupload di youtube oleh salah satu perwakilan kelompok (harus membuat akun youtube
TLM angkatan 2021).
7. Tugas pembuatan video dikumpulkan pada tanggal 10 Juni 2023
8. Laporan praktikum dikerjakan secara individu
9. Laporan praktikum dibagi menjadi 3 bagian yaitu
a. Laporan 1 : Materi Urinalisis, transudat eksudat, BJ plasma (30 Maret 2023 di Hebat)
b. Laporan 2 : Materi mikroalbumin urin dan cairan semen, esbach (30 Mei 2023 di Hebat)
c. Laporan 3 : Materi cairan otak dan cairan sendi (21 Juni 2023 di hebat)
TRANSUDAT EKSUDAT

A. Tujuan praktikum
Membedakan cairan transudat dan eksudat

B. Dasar teori
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan
itu terdapat pada rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut berfungsi sebagai
pelumas agar membran-membran mesotel dapat bergerak tanpa bergeser. Jumlah
cairan-cairan dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit.
Jumlahnya mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan berupa transudat atau
eksudat. Transudat terjadi terjadi akibat proses bukan radang melainkan karena
gangguan keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis kapiler atau
tekanan hidrostatis, kerusakan endotel), sedangkan eksudat behubungan dengan proses
peradangan.
Transudat berfungsi sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan
kongesti pasif (penurunan aliran darah) dan oedema. Transudat terjadi sebagai akibat
proses bukan peradangan oleh gangguan kesimbangan cairan badan (tekanan osmosis
koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik kerusakan endotel dsb)
Eksudat berfungsi sebagai respon tubuh terhadap adanya inflamasi akibat infeksi bakteri.
Eksudat berhubungan dengan salah satu proses peradangan yang mengandung banyak
protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma norml serta cairan
peradangan ini dapat membeku karena adanya fibrinogen.

Macam-macam Eksudat :
1. Eksudat bening/jernih : cairan eksudatnya menyerupai serum darah dan hanya
sedikit mangandung fibrin dan sel (bersifat cair). Eksudat jenis ini sering terjadi pada
radang tuberculosis yang mengisi rongga pleura.
2. Eksudat fibrinosa : mengandung banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan
pleura. Selain itu eksudat fibrinosa merupaka lapisan kelabu kuning yang ditemukan
pada pneumonia. Eksudat fibrinosa ini terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah
banyak, hal ini dikarenakan molekul-molekul fibrin besar dapat keluar dari kapiler
dan menjadi bagian daripada eksudat.
3. Eksudat purulent merupakan eksudat yang terjadi karena adanya nanah
4. Eksudat hemoragik merupakan eksudat radang tang berwarna kemerah-merahan
karena banyak mengandung eritrosit.

Namun pada prakteknya sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian bersifat
transudat dan sebagian bersifat eksudat sehingga untuk membedakan antara transudat
dan eksudat menjadi sukar.
Tabel 1. Perbedaan transudat dan eksudat

Keterangan Transudat Eksudat


Rivalta Negatif (-) Positif (+)
Berat jenis Mendekati 1,010 (<1,018) >1.018
Kadar protein <3,0 g/dl >4,0 g/dl
Kadar albumin <2,5 g/dl >2.5 g/dl
Jumlah sel Sedikit Banyak
Bakteri Negatif/steril Sering ada bakteri
Bekuan Negatif Positif
Kadar glukosa Sama pada plasma darah Kurang dari plasma darah
makroskopis Jernih, encer dan berwarna Keruh (purulent,
kuning mudah mengandung darah), lebih
kental dan warna
bermacam-macam

Transudat dan eksudat dapat terjadi pada :


- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Gagal jantung

C. Metode praktikum
➢ Sampling sampel
Bahan yang berasal dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele
dsb didapat dengan melakukan pungsi. Pungsi dilakukan karena tidak dapat diketahui
terlebih dahulu apakah cairan tersebut berupa transudat dan eksudat maka syarat
pertama adalah harus benar-benar steril dan menyediakan antikoagulan.
Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung
steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutannantrium sitrat 20% atau
heparin steril.
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung :
- Botol I : steril untuk pemeriksaan bakteriologi
- Botol II : ditambahkan antikoagulan untuk pemeriksaan rutin
- Tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan kimia
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah dalam mengambil cairan
tidak boleh diambil seluruhnya. Hal ini dikarenakan :
- Untuk menghindari terjadinya shock
- Pada cairan ascites banya mengandung protein
Guna pemeriksaan :
- Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
- Mengusahakan mencari penyebabnya
Syarat pemeriksaan adalah pemeriksaan harus dilakukan dengan sangat cepat karena
mudah terjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan
adalah pemeriksaan cytology.

➢ Pemeriksaan makroskopis
a. Jumlah
Ukur dan catat hasil pungsi
b. Warna
Warna transudat biasanya kekuning-kuningan sedangkan eksudat dapat
berbeda-beda, warnanya dari putih kekuningan sampai merah darah sesuai
dengan penyebab peradangan dan beratnya radang.
c. Kejernihan
Transudat kelihatan jernih sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan.
d. Bau
Biasanya baik transudat maupun eksudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali
kalau terjadi pembusukkan protein. Timbulnya bau mengarah pada eksudat
e. Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuan. Kalau jumlah
cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau
hanya sedikit sebaiknya menggunakan refraktometer. Nilai berat jenis dapat ikut
memberikan petunjuk apakah cairan mempunyai ciri-ciri transudat atau eksudat.
Berikut contoh hasil penentuan berat jenis menggunakan refraktometer.

1,018

f. Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping
berbutir, sangat halus, dll). Bekuan itu tersusun dari fibrin dan hanya didapat
pada eksudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat eksudat, campurlah
sebagian dari cairan itu dengan antikoagulan supaya tetap cair dan dapat dipakai
untuk pemeriksaan lainnya. Pada transudat, bekuan terjadi sangat lambat karena
kadar fibrinogen yang rendah (fibrinous swab/pellicle).

➢ Pemeriksaan kimia
Pada umumnya pemeriksaan kimia meliputi kadar glukosa dan protein. Transudat
mempunyai kadar glukosa sama seperti plasma sedangkan eksudat < plasma (terutama
bila terdapat banyak leukosit). Protein dalam transudat dan eksudat hanya fibrinogen
saja. Dalam transudat kadar fribrinogennya rendah yakni antara 300-400 mg/dl dan
dalam eksudat kadar protein 4-6 gr/dl. Pemeriksaan protein terdiri dari dua tipe
pemeriksaan :
• Kuantitatif
Pemeriksaan total protein serum
• Kualitatif
Meliputi tes rivalta, tes nonne dan pandy

a. Tes rivalta
• Tujuan
Membedakan transudat dan eksudat
• Sampel
Cairan pleura
• Prinsip
Penambahan asam asetat glasial pada cairan akan menyebabkan terjadinya
endapan/gumpalan protein yang terlihat sebagai kekeruhan.
• Alat
Gelas ukur
Pipet tetes
• Cara kerja
1. Masukkan aquades sebanyal 100 mL ke dalam gelas ukur
2. Tambahkan 0,1 mL (± 2 tetes) dan aduk sampai homogen
3. Tambahkan satu tetes cairan yang akan diperiksa dengan jarak 1 cm dari atas
permukaan cairan. Dilakukan dengan menggunakan latar belakang hitam agar
perubahan dapat terlihat.
4. Perhatikan apakah ada kabut tipis/tebal atau presipitasi
Transudat : tidak ada kabut/ada kabut tipis
Eksudat : kabut tebal atau presipitasi yang jatuh ke dasar tabung
bersamaan dengan jatuhnya cairan yang diteteskan

b. Tes nonne
• Tujuan
Mengukur kadar globulin dalam cairan otak
• Sampel
Cairan liquor cerebro spinalis (LCS)
• Prinsip
Globulin dalam cairan otak (LCS) akan mengendap dalam larutan amonium oksalat
setengah jenuh. Kadar glukosa > 5 mg % memberikan reaksi positif
• Alat :
Tabung venoject
Pipet volume 5 mL
Pipet volume 0,5 mL
• Cara kerja
1. Masukkan 2 mL reagen nonne ke dalam tabung venoject
2. Tambahkan bahan pemeriksaan sebanyak 0,5 mL dengan cara dialirkan melalui
dinding secara perlahan.
• Hasil :
Negatif (-) : tidak ada cincin putih
Positif (+) : cincin putih sangat tipis dengan latar belakang hitam
Positif (++) : cincin putih bila dikocok cairan tetap putih
Positif (+++) : cincin putih sangat jelas kalau dikocok cairan keruh
c. Tes pandy
• Sampel
Cairan liquor cerebro spinalis (LCS)
• Alat
Tabung venoject
Pipet volume 1 mL
Pipet pasteur
• Prinsip
Protein dalam LCS akan mengendap dalam reagen pandy
• Cara kerja
1. Masukkan 1 mL reagen pandy ke dalam tabung venoject
2. Tambahkan 1 tetes LCS ke dalam tabung venoject tersebut
3. Amati reaksi yang terjadi
• Hasil
Negatif : tidak terjadi kabut
Positif (+) : keruh berkabut (protein : 50-100 mg %)
Positif (++) : cairan keruh (protein : 100-300 mg %)
Positif (+++) : cairan sangat keruh (protein : 300-500 mg %)

➢ Pemeriksaan mikroskopis
a. Hitung jumlah sel leukosit
- Metode
Kamar hitung Improved Neunauer arau Fuchs Rosenthal
- Tujuan
Untuk menghitung jumlah sel leukosit dalam cairan dan mengetahui bahwa
sampel cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.
- Prinsip
Jumlah sel leukosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan dan jumlah
sel dalam cairan dalam kamar hitung
- Alat
Mikroskop
Kamar hitung Improved Neunauer arau Fuchs Rosenthal
Pipet leukosit
Kaca penutup
- Reagen
Larutan pengencer : NaCl 0,9%
- Cara kerja
Prosedur pemeriksaan sama dengan perhitungan jumlah leukosit dengan kamar
hitung yaitu 4W

b. Hitung jenis sel leukosit


- Tujuan
Untuk mengetahui jenis sel leukosit dalam cairan/sampel sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut (transudat/eksudat).
- Metode
Gemsa atau wright stain
- Prinsip
Cairan disentrifus kemudian endapan cairan dibuat hapusan, diwarnai dengan
pewarnaan tertentu (gemsa/wright) maka sel leukosit akan mengambil warna zat lalu
dihitung dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dalam 100% sel leukosit.
- Alat
Objek glass
Pipet tetes
Pipet ukur
Gelas ukur
Rak pewarnaan
Mikroskop
- Reagen
Giemsa, komposisi : 1 gr giemsa dilarutkan dalam 100 ml metanol absolut
Wright, komposisi : 0,1 gr wright (digerus) dilarutkan dalam 60 ml metanol absolut
- Cara kerja
1. Sebanyak 10-15 mL cairan disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 10
menit.
2. Supernatan dibuang, endapan/sedimen dibuat apusan.
3. Kemudian difiksasi dengan methanol selama 10 menit lalu dicat dengan wright
stain.
4. Dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x, hitung jumlah selnya.
5. Hasil :
Transudat: hanya sel mononuclear (limposit)
Eksudat : ditemukan sel mononuklear dan polimorfnuklear/segmen.
PENENTUAN BERAT JENIS (BJ) PLASMA

A. Tujuan
Menghitung defisit cairan pada penderita dehidrasi

B. Dasar teori
Plasma merupakan cairan dalam darah yang sebagian besar terdiri dari air sebanyak 95%,
protein 7%, nutrient 1%. Penentuan berat jenis plasma dilakukan untuk mengetahui
tingkat dehidrasi pada seseorang. Dehidrasi terjadi karena kehilangan cairan lebih banyak
daripada pemasukan cairan. Dehidrasi dibagi menjadi tiga, yaitu dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi ringan, kekurangan cairan sekitar 5% dari
berat badan. Dehidrasi sedang, kekurangan cairan 8% dari berat badan, dan dehidrasi
berat kekurangan cairan 10% dari berat badan.

C. Prinsip
Bila suatu larutan yang belum diketahui BJ-nya diteteskan dalam suatu larutan yang sudah
diketahui BJ-nya maka tetesan tersebut akan mengapung dipermukaan, melayang pada
kedalaman tertentu atau tenggelam di dasar tergantung dari BJ-nya.
Cairan yang di ketahui BJ-nya tersebut adalah tembaga sulfat dan larutan yang diteteskan
adalah larutan yang mengandung protein (misalnya plasma, serum atau whole blood).
Seluruh protein yang tetesan tersebut akan diendapkan sebagai tembaga proteinate
dalam waktu 20-35 detik. Tembaga proteinate tersebut akan melapisi permukaan tetesan
sehingga tidak terjadi percampuran antara tetesan dengan tembaga sulfat.

D. Metode praktikum
• Pembuatan larutan tembaga sulfat
1. Sediakan larutan tembaga sulfat BJ = 1,100 dengan cara melarutkan 170 gram
tembaga sulfat 5 hidrat (CuSO4.5H2O) dalam 1 L aquades.
2. Lihat temperatur saat pembuatan, tambahkan lagi sejumlah aquades sesuai
dengan tabel dibawah ini :
Temperatur 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36
Penambahan 4 4,3 4,7 5,1 5,5 6,0 6,5 7,0 7,7 8,3 8,9 9,6
aquades
3. Sediakan larutan standar tembaga sulfat yang sudah diketahui BJ-nya dengan cara
buat standar BJ mulai dari BJ = 1,015 sampai dengan = 1,035 dengan perbedaan =
0,001 sebagai berikut :
Larutan stok tembaga sulfat : x mL
Penambahan aquades : 100 mL
X = tergantung dari BJ yang dikehendaki (lihat tabel)
BJ X BJ X BJ X
1,015 13,9 1,022 20,75 1,029 27,6
1,016 14,9 1,023 21,7 1,030 28,6
1,017 15,85 1,024 22,7 1,031 29,6
1,018 16,8 1,025 23,7 1,032 30,6
1,019 17,8 1,026 24,7 1,033 31,6
1,020 18,8 1,027 25,7 1,034 32,6
1,021 19,8 1,028 26,65 1,035 33,6
Untuk praktisnya bisa dipakai pedoman sebagai berikut :
Diambil 2 angka terakhir dari BJ yang akan dibuat kemudian angka tersebut
dikurangi satu.
Contoh : BJ yang dikehendaki = 1,026 maka larutan stok yang diambil = 26 -1 = 25
Catatan :
Pembuatan larutan standard dan larutan stok harus pada temperatur yang sama.
• Cara kerja
1. Ambil darah vena sebanyak 3 mL, campurkan dengan EDTA 3 mg lalu pusingkan.
Plasma dipisahkan dan teteskan dalam larutan standar tembaga sulfat yang sudah
diketahui BJ-nya. Jarak pipet dengan permukaan larutan maksimal 2 cm (1-2 cm).
2. Pembacaan hasil
• Bila tetesan melayang antara permukaan dan dasar kemudian tenggelam maka
BJ plasma = BJ CuSO4
• Bila tetesan terapung di permukaan maka BJ plasma < BJ CuSO 4
• Bila tetesan tenggelam di dasar maka BJ plasma > BJ CuSO 4
3. Meneteskannya dimulai dari larutan CuSO4 yang BJ plasma normal kemudian
tergantung hasil pembacaannya.
4. Bila BJ plasma lebih besar maka dilanjutkan pada larutan CuSO4 yang BJ-nya lebih
besar dan sebaliknya.
5. Cara menentukan defisit cairan dengan rumus Morgan – Watten
𝐵𝐽 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎 − 1,025
𝑑𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) × 4𝑚𝐿
0,001
Harga normal :
Berat jenis plasma = 1,025 – 1,029
Berat jenis serum = 1,024 – 1,028
6. Contoh hasil dari penentuan BJ plasma
URINALISIS

A. Tujuan:
1. Mengetahui metode analisa urin secara sederhana
2. Melakukan analisa sampel urin (meliputi pemeriksaan fisik, kimia, makroskopis)
3. Menganalisa hasil pemeriksaan

B. Dasar Teori
Urin merupakan bahan pemeriksaan yang mudah diperoleh karena merupakan salah satu
cairan tubuh yang dieksekresikan secara spontan dalam jumlah yang cukup banyak. Di dalam
urin banyak terkandung bahan-bahan hasil metabolisme yang dapat memberikan informasi
tentang keadaan tubuh manusia. Kesederhanaan pemeriksaan urin ini dan kemudahan untuk
memperolehnya banyak membantu pemeriksaan untuk memonitor penyakit
sampel urin untuk pemeriksaan urinalisis :

1. Urin sesaat: urin acak/random : yaitu urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang
tidak ditentukan secara khusus.
2. Urin pagi: urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur
paling baik untuk urinalisis karena : volume dan osmolaritas seragam, lebih pekat, ph
rendah
3. urine segar(< kurang dari 1jam penampungan)
4. Urin postprandial: 11/2 -3 jam setelah makan biasnya untuk
5. Urine 24 jam (memerlukan bahan pengawet untuk pemeriksaan)

Macam-macam bahan pengawet untuk urin


- Toluen (untuk pemeriksaan glukosa aseton dan asam asetat)
1. timol sebagai pengawet sedimen
2. formaldehid dan kloroform untuk sedimen
3. Na Karbonat untuk pengawet urobilinogen

urin apabila didiamkan akan mengalami perubahan komposisi kimia maupun terjadi
perubahan fisik sebagai berikut:

Parameter Perubahan Penyebab


PU Meningkat(Alkali) Pemecahan urea ke ammonia
Sel Menghilang/jumlah menurun Lisis
Cast/Silinder/torak Menghilang Larut
Gula Menurun glikolisis
aseton Menurun Penguapan
Asetoasetat Menurun Menjadi aseton
Bilirubin Menurun Oksidasi menjadi biliverdin
Urobilinogen Menurun Oksidasi menjadi urobilin
Untuk menghindari terjadinya hal-hal diatas maka urin yang digunakan harus urin segar/baru,
disimpan dilemari es dan tidak dianjurkan untuk menggunakan pengawet.
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan semi kuantitatif dan qualitatif. Analisis urin rutin
mencakup sebagai berikut:
1. Pemeriksaan fisik
2. Analisis kimia
2. Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Kimia Pemeriksaan Mikroskopis


Bau PH Sel darah
Buih Protein Torak
Warna Glukosa Kristal
Kejernihan Badan keton
Berat Jenis Bilirubin
Jumlah Urobilinogen

C. PEMERIKSAAN FISIK

▪ JUMLAH
Volume urin normal umumnya 1200-1500 mL, jumlah urin yang bervariasi tergantung dari
luas permukaan tubuh, pemakaian cairan,

▪ BAU
Untuk urin normal (bau tidak keras) sebaliknya untuk urin patologis (bau menyengat).

▪ BUIH
Normal: putih, sedikit, cepat hilang
Mudah berbuih banyak buih mengandung protein
Kuning mengandung pigmen empedu

▪ WARNA
Normal: kuning muda, abnormal : bisa non patologis maupun patologis(dipengaruhi oleh
diuresis)
Cara pemeriksaan :
- Prinsip : tebal lapisan cairan antara 7-10 cm dengan cahaya tembus
- Isi tabung reaksi ¾ nya (liat dengan cara miring)

Catatan:
Perubahan non patologis disebabkan karena bahan atau obat-obatan yang dimakan
Misalnya:
- Merah : phenol-phtalein, protonsil, merkurokhrom, piridium, dll
- Kuning: karoten, santonin, atebrin, riboflavin
- Hijau: akriflavin
- Biru/hijau: metilen biru, tembaga sulfat
Perubahan yang patologis misalnya:
- Kuning coklat seperti teh : mengandung bilirubin
- Merah coklat: mengandung urobilin, porpirin
- Merah dengan kabut coklat: mengandung darah dan pigmen darah
- Coklat hitam: mengandung melamin

▪ KEJERNIHAN
Urin normal umumnya jernih, timbulnya kekeruhan dapat disebabkan oleh beberapa hal:
- Fosfat amorf (warna putih): hilang bila diberi asam
- urat amorf (kuning coklat) terdapat pada urin asam, hilang bila dipanaskan
- darah: merah sampai coklat
- nanah: seperti susu jernih setelah disaring
- Kuman biasanya tetap keruh setelah disaring

▪ BERAT JENIS:
Merupakan ukuran banyaknya zat terlarut dalam solvent. Urin merupakan campuran dari
berbagai macam zat dalam air. Terutama terdiri dari urea dan NaCl. Bj normal dapat
bervariasi umumnya sekitar 1,001-1,035, tetapi pada orang dewasa sehat pada keadaan
hidrasi normal biasanya 1,016-1,022.
Pengukuran berat jenis urin dapat dilakukan dengan beberapa jenis alat meliputi:

1. UROMETER
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan pemberat merkuri dan udara
diatasnya sehingga akan mengapung bebas di urin. Letakkan alat ini pada urin sambil
diputar pada sumbunya agar tidak melekat pada dinding dan baca pada skala meniskus.
Cara kerja urometer
kalibrasi urometer dengan aquadest (BJ=1,000)
1. Isi gelas ukur ¾ penuh dengan urin> harus jernih (kalo urin keruh harus disentrifuse
terlebih dahulu karena dengan urin yang keruh dapat mempengaruhi berat jenis urin)
2. letakkan di tempat datar
3. hilangkan buih dengan kertas saring atau dengan 1 tetes eter
4. masukkan urometer kemudian putar pada sumbunya dan usahakan jangan
menempel pada dinding gelas ukur dan dasar gelas ukur
5. baca angka pada cairan meniskus

Hasil pembacaan dikoreksi terhadap :


a. Kalibrasi dengan aquadest, misal BJ: Aqua terbaca 1,003 maka faktor koreksi -0,003.
b. Faktor koreksi suhu setiap kenaikan 30°C diatas suhu tera urometer maka faktor +
0,001.
c. faktor koreksi pengenceran (tidak dianjurkan), dua angka terakhir x besar
pengenceran, misal: terbaca 1,005; pengenceran 2x setelah koreksi: 1,010
d. faktor koreksi protein glukosa, 1 g/dl protein/glukosa> hasil dikurangi 0,003, skala: 1
strip= 0,001.
Contoh:
1. Penerapan dengan aquadest > BJ= 1,002
2. Urine BJ= 1,002> BJ urin =1,012
3. Suhu kamar = 30°C, Urometer ditera pada t=15°C, BJ urin=1,010+(30-15)/3 x
0.001)= 1,015
4. Koreksi pengenceran > 2x Jadi BJ= 1,03
5. Koreksi terhadap protein glukosa 1g/dl> dikurangi 0,003

2. REFRAKTOMETER
Cara kerja refraktometer :
Alat refraktometer dibuka, kemudian ditetesi urin yang akan diperiksa dengan alat tersebut,
tutup kacanya kemudian ditempelkan /didekatkan pada mata, maka hasil yang dilihat adalah
garis yang terjadi diantara 2 lapisan.
3. CARIK CELUP
Cara kerja carik celup
Prinsip: apabila urin mengandung zat yang diperiksa maka akan terjadi perubahan warna
contoh gambar carik celup
Pemeriksaan kimia untuk pemeriksaan kimia sample urin harus disentrifugasi terlebih dahulu
pemeriksaan kimia ini antara lain:

▪ pH
▪ Protein
▪ Glukosa
▪ Keton
▪ Bilirubin
▪ Urobilinogen
▪ Nitrit
▪ Lekosit
▪ Blood

Strip uji terdiri dari pita yang terbuat dari plastik atau kertas sekitar 5 milimeter, strip plastik
memiliki bantalan yang diresapi dengan bahan kimia yang bereaksi dengan senyawa yang ada
dalam urin yang menghasilkan warna yang khas. Untuk kertas strip reaktan diserap langsung
ke kertas. Kertas strip sering spesifik untuk reaksi tunggal (misalnya pengukuran pH),
sedangkan strip dengan bantalan memungkinkan beberapa penentuan secara bersamaan.
Metode uji terdiri dari merendam strip uji sepenuhnya dalam sampel urin yang dicampur
dengan baik untuk waktu yang singkat, kemudian mengekstraksinya dari wadah dan
mendukung tepi strip di atas mulut wadah untuk mengeluarkan urin yang berlebihan. Strip
kemudian dibiarkan berdiri untuk waktu yang diperlukan untuk reaksi terjadi (biasanya 1
hingga 2 menit), dan akhirnya warna yang muncul dibandingkan terhadap skala kromatik yang
disediakan oleh produsen. Teknik yang tidak tepat dapat menghasilkan hasil yang salah,
misalnya, leukosit dan eritrosit mengendap di bagian bawah wadah dan mungkin tidak
terdeteksi jika sampel tidak tercampur dengan baik, dan dengan cara yang sama, jika
kelebihan urin tetap di strip setelah itu telah dihapus dari sampel uji, dapat menyebabkan
reagen bocor dari bantalan ke bantalan yang berdekatan menghasilkan pencampuran dan
distorsi warna. Untuk memastikan bahwa hal ini tidak terjadi dianjurkan tepi strip dikeringkan
pada kertas penyerap.

pH

Penentuan pH urin memiliki dua tujuan utama, yang satu bersifat diagnostik dan yang lainnya
bersifat terapeutik. Di satu sisi memberikan informasi mengenai keseimbangan antara asam
dan alkali pada pasien dan memungkinkan identifikasi zat yang hadir dalam urin dalam bentuk
kristal. Di sisi lain, penyakit tertentu mengharuskan pasien untuk menjaga pH urin mereka
dalam batas yang sempit, apakah untuk mempromosikan eliminasi agen kemoterapi, hindari
pengendapan garam yang meningkatkan pembentukan batu empedu, atau untuk
memfasilitasi kontrol infeksi saluran kencing. Merek komersial mengukur pH dengan
penambahan 0,5 atau 1 unit pH antara pH 5 dan 9. Untuk membedakan pH dalam kisaran luas
ini, biasanya digunakan sistem indikator ganda yang terdiri dari biru metil merah dan
bromothymol. Metil merah menghasilkan perubahan warna dari merah ke kuning dalam
rentang pH 4 sampai 6 dan perubahan biru bromothymol dari kuning menjadi biru antara pH
6 dan 9. Dalam rentang 5 sampai 9 strip menunjukkan warna yang berubah dari oranye pada
pH 5 , melewati kuning dan hijau ke biru gelap pada pH 9.

Tes strip tes urin untuk berat jenis didasarkan pada perubahan dalam konstanta disosiasi (pKa)
dari polielektrolit anionik (poli- (metil vinil eter / anhidrida maleat)) dalam media alkali yang
terionisasi dan melepaskan ion hidrogen secara proporsional dengan jumlah kation yang ada
dalam larutan. [6] Semakin besar konsentrasi kation urin semakin banyak ion hidrogen
dilepaskan, sehingga mengurangi pH. Pad ini juga mencakup bromothymol blue yang
mengukur perubahan pH ini. Harus diingat bahwa strip uji hanya mengukur konsentrasi
kation, oleh karena itu mungkin bahwa urin dengan konsentrasi tinggi zat terlarut non-ionik
(seperti glukosa atau urea) atau dengan senyawa berat molekul tinggi (seperti media yang
digunakan untuk menyediakan radiografi kontras) akan menghasilkan hasil yang keliru lebih
rendah daripada yang diukur dengan densitometri. Warna bervariasi dari biru gelap dengan
pembacaan 1.000 hingga kuning untuk pembacaan 1.030.

1) Dalam medium basa


Polielektrolit-Hn + Cation + → Polielektrolit-Cation + nH

2) Dalam medium basa


H + + Bromothimol blue (Biru) → Bromothimol blue-H + (Kuning)
GLUKOSA
Deteksi glukosa oleh strip tes didasarkan pada reaksi enzimatik oksidase glukosa. Enzim ini
mengkatalisis oksidasi glukosa oleh oksigen atmosfer untuk membentuk D-glucono-δ-lakton
dan hidrogen peroksida. Reaksi terkait kedua, dimediasi oleh peroksidase, mengkatalisis reaksi
antara peroksida dan kromogen (zat yang memperoleh warna setelah reaksi kimia) untuk
membentuk senyawa berwarna yang menunjukkan konsentrasi glukosa. [6]

1) Dikatalisis oleh oksidase glukosa


Glukosa + O2 → D-glucono-δ-lakton + H2O2

2) Dikatalisis oleh peroksidase


H2O2 + Chromogen → chromogen teroksidasi (berwarna) + H 2O

BILIRUBIN
Bilirubin konjugasi muncul dalam urin ketika siklus degradasi normal berubah karena
obstruksi duktus biliaris atau ketika integritas fungsi ginjal rusak. Hal ini memungkinkan
pelepasan bilirubin terkonjugasi ke dalam sirkulasi seperti yang terjadi pada hepatitis dan
sirosis hati). Deteksi bilirubin kemih merupakan indikasi awal penyakit hati dan ada atau
tidaknya dapat digunakan untuk menentukan penyebab ikterus klinis. Strip uji menggunakan
reaksi diazotisasi untuk mendeteksi bilirubin. Bilirubin bergabung dengan garam diazonium
(2,4-dichloroaniline atau 2,6-dichlorobenzene-diazonium-tetrafluoroborate) dalam medium
asam untuk menghasilkan pewarna azo dengan pewarnaan yang bervariasi dari merah muda
hingga ungu:

Dalam medium asam


Bilirubin glucuronide + Diazonium salt → Azo dye (violet)

Reaksi positif yang salah dapat disebabkan oleh pigmen yang tidak biasa dalam urin (misalnya,
metabolit phenazopyridine berwarna oranye kekuningan). Negatif palsu juga dapat diberikan
oleh sampel yang tidak disimpan dengan baik karena bilirubin bersifat fotosensitif dan
mengalami oksidasi menjadi biliverdin ketika terpapar cahaya, atau hidrolisis dari glukuronida
dapat terjadi menghasilkan bilirubin bebas yang kurang reaktif.

NITRIT
Tes untuk nitrit adalah metode skrining cepat untuk kemungkinan infeksi asimtomatik yang
disebabkan oleh bakteri pengurang nitrat. Beberapa spesies bakteri gram negatif yang paling
sering menyebabkan infeksi saluran kemih (Escherichia coli, Enterobacter, Klebsiella,
Citrobacter dan Proteus) memiliki enzim yang mengurangi nitrat yang ada dalam urin menjadi
nitrit. Tes ini adalah layar cepat untuk kemungkinan infeksi oleh bakteri enterik, tetapi tidak
menggantikan tes urinalisis atau pemeriksaan mikroskopis sebagai alat diagnostik, atau
pemantauan berikutnya karena banyak mikroorganisme lain yang tidak mengurangi nitrat
(bakteri positif dan ragi) juga dapat menyebabkan infeksi saluran kencing. Strip reaktif
mendeteksi nitrit dengan menggunakan reaksi Greis di mana nitrit bereaksi dalam medium
asam dengan amina aromatik (asam para-arsanilik atau sulfanilamida) untuk membentuk
garam diazonium yang pada gilirannya bereaksi dengan tetrahidrobenzoquinoline untuk
menghasilkan pewarna azo merah muda. Tes nitrit tidak sangat dapat diandalkan dan hasil
negatif dengan adanya gejala klinis tidak jarang, yang berarti bahwa tes tidak harus dianggap
konklusif. Hasil negatif dapat diperoleh dengan adanya mikroorganisme pengurang non-nitrat.
Bakteri pengurang nitrit perlu tetap bersentuhan dengan nitrat cukup lama untuk
menghasilkan jumlah yang dapat dideteksi (urine pertama diproduksi pada pagi hari atau
setidaknya dengan retensi urin 4 jam). Sejumlah besar bakteri dapat bereaksi untuk
mengurangi nitrit menjadi nitrogen, yang akan memberikan hasil negatif palsu. Penggunaan
antibiotik akan menghambat metabolisme bakteri yang menyebabkan hasil negatif meskipun
ada bakteri. Selain itu beberapa zat seperti asam askorbat akan bersaing dengan reaksi Greis
yang memberikan pembacaan rendah yang tidak representatif.

LEUKOSIT
Prinsip: Asam Karbonat ester oleh esterase yang terdapat pada granulosit akan membentuk
indoxyl. Indoxyl dioksidasi terbentuk senyawa indigo yang berwarna indigo. Lekosit netrofil
mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif
mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang
lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil
positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik
celup. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein
urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine
mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Positif palsu pada penggunaan pengawet
formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

DARAH
H2O2 oleh peroksidase yang ada pada Hb membentuk On dan H2O yang terbentuk akan
mengoksidasi benzidin (kromogen) membentuk senyawa berwarna hijau biru. Pemeriksaan
dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun
mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian
substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin
dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode
mikroskopik sedimen urine. Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine
yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat
terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria
terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot
jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin
memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke
dalam urine.

TES HELLER '(KUALITATIF)


Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam sampel urin
Prinsip : Protein dengan penambahan asam nitrat pekat akan terjadi denaturasi berbentuk
cincin putih

Cara kerja:
a) Urine disentrifugasi terlebih dahulu. Kemudian ambil + 3-5 ml supernatan, masukkan
ke dalam tabung venoject. Tuangkan asam nitrat pekat secara perlahan-lahan melalui
dinding tabung sehingga membentuk 2 lapisan
b) hasil:
Negatif: tidak terbentuk cincin putih pada perbatasan kedua lapisan tersebut
Positif: terbentuk cincin putih pada perbatasan kedua lapisan

Specific gravity
khusus untuk nitrit sampai spesific gravity menggunakan test strip (carik celup)
Derajat keasaman (pH)
Normal: 4,8-7.5

pemeriksaan pH bisa dengan menggunakan:


1. Kertas lakmus
Test ini sangat sederhana
cara kerja: kertas lakmus dicelupkan ke urin yang akan diperiksa. Kemudian amati
perubahan warnanya. Warna biru berarti asam, sedangkan biru berarti alkalin.
2. Kertas nitrazin/indikator universal
Mengandung sodium dinitrophenazol naptol disulfat. Mempunyai range 4,5-7,5.
variasi warna dari kuning menjadi biru dan dapat dapat dicocokan dengan mudah
terhadap standart
3. Carik celup
Terdiri dari indikator methylred brown tlymne bahan yang memberikan range pH 5-9
dengan warna yang nyata dari orange menjadi biru
▪ pH meter
Protein urin (Albumin, globulin)
sifat pemeriksaan : kualitatif: tes heller

TEST PROTEIN REBUS (SEMI KUANTITATIF)


Tujuan : Untuk mengetahui adanya
Prinsip : protein dalam suasana asam lemah, bila dipansakan akan mengalami denaturasi dan
terjadi endapan (lebih mendekatkan ke titik isoelektriknya)

Cara kerja:
1. Sebelum dikerjakan urin harus dicek pHnya terlebih dahulu (diusahakan suasana
asam)
2. Kemudian urin disentriguasi
3. Ambil supernatannya + 3 ml kemudian bakar diatas bunsen sampai mendidih
4. Baca hasilnya: (harus dibandingkan dengan urin sebelum dipanaskan)
apabila jernih maka disimpulkan hasilnya negatif dan pemeriksaan dihentikan. Dan
apabila tampak kekeruhan maka ditetsi dengan asam cuka 6%sebanyak 2-3 tetes lalu
dibakar lagi sampai mendidih dan baca hasilnya. Untuk melihat tingkat kekeruhannya
harus dengan latar belakang hitam.
5. Interpretasi hasil
Negatif: bila tetap jernih (bandingkan dengan urin sebelum dipanskan)
Positif 1 (+) : terjadi kekeruhan yang minimal huruo cetak pada kertas masih terbaca
(0,01-0,05 g/dl)
Positif 2(++): terjadi kekeruhan nyata ada butir-butir halus, hurup cetak tidak terbaca
tapi garis masih tebal
positif 3(+++): terjadi gumpalan-gumpalan yang nyata (0,2-0,5 g/dl)
positif 4(++++): terjadi gumpalan-gumpalan besar atau bekuan (>0,5 g/dl)

Catatan:
1. Tujuan dicek terlebih dahulu pH urin sebelum dikerjakan adalah supaya protein berada
pada titik isoelektriknya (muatan negatif dan positif sama) sehingga mudah mengalami
presipitasi
2. Pada saat tampak kekeruhan ditetesi dengan asam cuka untuk mengetahui adanya
asam fosfat, bila dibakar menjadi jernih maka disebabkan oleh fosfat

TES ESBACH (KUANTITATIF)


Tujuan : Untuk mengetahui adanya kandungan protein dalam urin
Prinsip : Protein dengan penambahan reagen esbach akan mengendap
Reagen esbach:
1. Asam pikrat 10 gram
2. Asam sitrat 20 gram
3. Aquadest 1000 ml

Syarat:
- Urin tampung 24 jam dan dalam keadaan jernih
- Urin tidak boleh pekat
- Catatan: untuk pemeriksan esbach ini dilakukan apabila hasil dari protein rebus >++

Cara kerja
1. Tampung urin selama 24 jam dan ukur volumenya
2. Homogenkan/aduk sampai rata
3. Ambil urin secukupnya tetesi dengan asam cuka beberapa tetes hingga pH + 6
4. Saring sampai jernih
5. Isi tabung esbach dengan urin sampai tanda U
6. Tambahkan reagen esbach sampai tanda R, tutup dengan gabus dan bolak-balik
sampai tercampur rata
7. Diamkan selama 24 jam pada suhu kamar
8. Pembacaan dapat dilakukan setelah 30 menit
9. Baca hasilnya dari tinggi endapan maka angka akan menunjukkan jumlah protein
dalam gr/L
PROTEINURIA
Dalam 24 jam =volume urin 24 jam(L) x hasil Esbach (gr/L) =.... gr 24 jam

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN(REDUKSI CARA FEHLING)


Tujuan : Untuk mengetahui zat reduksi dalam urine
Prinsip : Dalam suasana alkali (basa) glukosa mereduksi cupri (CuO) menjadi cupro. Cupro
oksida mengendap dan berwarna

REAGEN:
FEHLING A FEHLING B

Cupri sulfat 69,3 gram dalam aquades K Na Tartrat 246 gram, NaOH 100 gram
tambahkan aquades sampai 1000 ml tambahkan aquades sampai 1000 ml

Cara kerja :
1. Kontrol reagen terlebih dahulu dengan cara mencampur 2 ml Fehling A dan 2 ml
Fehling B alam tabung kemudian dibakar bila tidak tampak perubahan warna pada
reagen maka reagen tersebut dapat digunakan dan sebaliknya
2. Ambil tabung baru kemudian masukkan 2 ml fehling A ditambah 2 ml Fehling B ,
campur
3. Kemudian tambahkan dengan 1 ml urin yang disentrifugasi
4. Panaskan sampai mendidih selama 2 menit. Baca hasil pemeriksaan reduksi urine
secara semi kuantitatif :
(-) : tidak terjadi perubahan warna / tetap biru jernih (kadar glukosa <0,5%)
( +1 ) : terjadi warna hijau kekuningan (kadar glukosa 0,5% – 1%)
( +2 ) : terjadi warna kuning keruh (kadar glukosa 1% – 1,5%)
( +3 ) : terjadi warna jingga / lumpur keruh (kadar glukosa 2% – 3,5%)
( +4 ) : terjadi warna merah bata (kadar glukosa >3,5%)

Nilai Normal : tidak terjadi perubahan warna / tetap biru jernih

PEMERIKSAAN BADAN KETON


Tujuan : Untuk mengetahui benda keton dalam urine terutama asam aseto asetat atau aseton.
Prinsip : Reaksi antara natrium nitroprusida dengan asam aseto asetat atau aseton akan
membentuk cincin ungu.
Alat dan Bahan :
Sampel urine
Ammonium sulfat jenuh,
Natrium nitroprusida
NH4OH 28%
Gelas ukur
Tabung reaksi,
Cara kerja
1. Campurkan 2 ml urin + 2 ml ammonium sulfat jenuh
Ttambahkan beberapa tetes larutan natrium nitroprusida
2. Tambahkan ammoniak terlebih dahulu melalui dinding tabung (pelan-pelan) sehingga
terbentuk 2 lapisan
3. Lihat hasilnya pada perbatasan kedua lapisan
Interpretasi hasil:
Negatif : tidak terdapat perubahan warna
Positif : lemah: terlihat cincin ungu wara tipis
Positif kuat: terlihat cincin ungu segera timbul dan lebar

catatan: untuk pemeriksaan keton urin ini dilakukan apabila aplikasi hasil dari glukosa urin
>++

BILIRUBIN
Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urin, namun dalam jumlah yang sangat sedikit
dapat berada dalam urin, tanpa terdeteksi melalui pemeriksaan urin. Bilirubin terbentuk dari
penguraian hemoglobin dan ditranspor menuju hati. Bilirubin terkonjugasi dieksresikan dalam
bentuk empedu sedangkan bilirubin tidak terkonjugasi bersifat larut dalam lemak serta tidak
dapat dieksekresikan ke dalam urin. Bilirubinaria menandakan kerusakan hati dan kerusakan
empedu.
METODE HARISON
Tujuan : Untuk mengetahui adanya bilirubin dalam urin
Prinsip : Bilirubin dapat mereduksi ferri klorida (FeCl 3) menjadi senyawa yang berwarna
hijau. Sebelumnya bilirubin diendapkan dalam urin oleh larutan BaCl 2

Reagen:
1. Fouchet: Larutan Trichlor asam cuka 25 gram dalam 100 ml aquades, 10 ml larutan
ferri chlorida 10 gram dalam 100 ml aquades
2. BaCl2 10%

Cara kerja:
Urin sebanyak 3 ml ditambah 3 ml BaCl 2, selanjutnya endapan disaring dan filtratnya untuk
pemeriksaan urobilin, endapan pada kertas saring ditambah 1-2 tetes reagen Fouchet

Interpretasi hasil:
negatif : tidak terjadi perubahan warna
positif : tampak warna hijau yang makin lama makin jelas

Bilirubin yang terdapat pada urin diikat oleh BaCl 2 sehingga akan membentuk warna hijau jika
ditetesi dengan fouchet urin yang mengandung bilirubin biasanya pada pemeriksaan fisis
berwarna kuning coklat seperti the dan apabila dikocok akan tampak buih yang berwarn
kuning

UROBILIN:
Spesimen urin harus segera diperiksa dalam setengah jam karena urobilinogen urin dapat
teroksidasi menjadi urobilin. Metode: Schlesinger
Tujuan : Untuk mengetahui adanya urobilin dalam urin
Prinsip : Urobilin dengan reagen schleinger maka akan terjadi fluorosensi hijau

Reagen:
1. Suspensi jenuh zink asetat dalam alkohol (untuk mengendapkan bahan-bahan lain
sehingga didapatkan urobilin murni)
2. Ammonium liquid (memberi suasana asam)
3. Tinctura yodiispirit (mengoksidasi urobilinogen menjadi urobilin) karena di dalam urin
segar tidak ada urobilin

Cara Kerja:
3 ml filtrat dari reaksi bilirubin (Harrison) + 3 ml reagen Schlesinger, ditambah 1-2 tetes
amoniak. saring sampai jernih, filtrat dilihat dengan sinar tidak langsung dalam kotak urobilin

Interpretasi hasil:
positif : bila terjadi fluoresensi hijau (berpendar hijau)
negatif: bila tidak terjadi fluoresensi hijau

UROBILINOGEN
Metode: Wallace/Diamond
Tujuan : Untuk mengetahui adanya urobilinogen dalam urin
Prinsip : urobilinogen dengan penambahan paradimethyl aminobenzaldehyd akan
membentuk warna cherry red(merah)
Reagen: Reagen erlich
Hydrochloric acid acid concentrate 150 cc
Para dimethylamino benzaldehyde 0,7 gram
Aquades 100 cc

Cara kerja:
Test harus segera dilakukan setelah urin ditampung, oleh karena urobilinogen segera
dioksidasi oleh udara menjadi urobilin.
5 cc urin + 0,5 cc R. Erlich's. biarkan selama 5 menit
cara melihat warna dengan memegang suatu kertas putih pada dasar tabung

Hasil:
Normal: agak merah muda (pink)
Urobilinogen meningkat : cherry red (merah)
Urobilinogen meningkat pada :
- Anemia hemolitik
- Obstruksi usus
- Kerusakan parenkim hepar (xirosis hepar)
Urobilinogen menurun pada :
- Diare yang hebat
- Knaker pankreas
- Penyakit hati yang parah(jumlah empedu yangdihasilkan sedikit)

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Pemeriksaan Sedimen Urine
Tujuan : Menemukan adanya unsur - unsur organik dan anorganik dalam urine secara
mikroskopis
Metode : Pemeriksaan secara mikroskopik
Prinsip Pemeriksaan:
Urine mengandung elemen - elemen sisa hasil metabolisme didalam tubuh, elemen tersebut
ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama - sama urine tetapi ada pula dikeluarkan
pada keadaan tertentu. Elemen - elemen tersebut dapat dipisahkan dari urine dengan jalan
dicentrifuge. Elemen akan mengendap dan endapan dilihat dibawah mikroskop
Alat dan bahan
- Tabung reaksi
- Object glass
- Cover glass
- Mikroskop
- Centrifuge (+ tabung centrifuge)
- Sampel urine
Prosedur Pemeriksaan Sedimen Urine
1. Kocok botol penampung urine supaya sedimen bercampur dengan cairan atas dan ukur pH
urin
2. Masukkan urine sebanyak 7-8 ml ke tabung centrifuge.
3. Sentrifugasikan urin dengan kecepatan 1.500-2.000 rpm dalam waktu 5 menit.
4. Buang cairan atas hingga suspensi sedimen tinggal 0,5 ml.
5. Kocok tabung supaya meresuspensikan sedimen.
6. Teteskan 1 tetes urine diatas objek glass.
7. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x kemudian 40x.

Interpretasi hasil:
Leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per LPB (Lapang Pandang Besar) dengan
objektif 40x. epitel dan silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapang Pandang Kecil)
dengan objektif 10x. unsur-unsur lain dan kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan
: (-) tidak ada (+) ada (++) banyak (+++) banyak sekali

Nilai Normal Pemeriksaan Sedimen Urine eritrosit :


eritrosit : 0-1 per LPB
leukosit : 1-5 per LPB
epitel : negatif
silinder : 0-1 per LPK
kristal-kristal dalam urine normal :
dalam urine asam : asam urat, natrium urat, calsium sulfat
dalam urine asam / netral / agak basa : calsium oksalat, asam hipurat
dalam urine basa / netral / agak asam : triple fosfat, dikalsium fosfat
dalam urine basa : calsium carbonat, calsium fosfat, amonium biurat

Anda mungkin juga menyukai