Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

Nama : Monica Ayu Retno S


No : 3201027
Kelas : DIV TLM / A2
CRUSTACEA DAN MYRIAPODA

Identitas Sampel : Sampel Lab

I. TUJUAN
1. Mengatahui morfologi preparat anggota Crustacea
2. Mengetahui morfologi preparat anggota Myriapoda
3. Mempelajari siklus hidup, patogenitas, gejala klinis dan epidemiologi
Crustacea dan Myriapoda

II. Prinsip
1. Secara makroskopis diamati secara visual pada preparat yang sudah
disediakan
2. Secara mikroskopis diamati dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
pada preparat objek glass yang sudah disediakan.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat B. Bahan
1. Pinset 1. Preparat (sampel)
2. Alat tulis a) Preparat awetan
3. Camera b) Preparat segar
4. Penggaris
2. Alkohol mikroskop
5. Mikroskop
6. Obyek glass (Alkohol Eter)
7. Deck glass 3. Kapas

IV. CARA KERJA


A. Makroskopis
1. Amati ciri-ciri morfologi dan anatomi masing-masing preparat.
2. Tulis karakteristik masing-masing preparat.
3. Kelompokkan berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik
4. masing-masing preparat.
5. Analisa peranan masing-masing preparat dibidang kesehatan.

B. Mikroskopis
1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan kapas
yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10x atau 5x dan
lensa okluer 5x atau 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati kemudian
diberi keterangan pada tiap bagian.
5. Pelajari siklus hidup, patogenitas, gejala klinis dan epidemiologi dari
masing-masing preparat.

2 Lab Parasitologi Stikes Nasional


V. HASIL

Gambar 1. Udang (Crustacea Ordo Decapoda)

Gambar 2. Kutu air (Crustacea Ordo Copepoda)

3 Lab Parasitologi Stikes Nasional


Gambar 3. Kaki seribu (Myriapoda Sub Kelas Diplopoda)

VI. PEMBAHASAN
Crustacea

Dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Crustacea disebut juga hewan
bercangkang. Telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis Crustacea yang paling
umum adalah udang dan kepiting. Habitat Crustacea sebagian besar di air tawar
dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Tubuh Crustacea bersegmen
(beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta
abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar,
sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat

4 Lab Parasitologi Stikes Nasional


beberapa alat mulut, yaitu: 2 pasang antenna, 1 pasang mandibula, untuk
menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, 1 pasang maksilliped. Maksilla dan
maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke
mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan
berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.

Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut


1.Entomostraca (udang tingkat rendah). Kelompok Entomostraca umumnya
merupakan penyusun zooplankton, melayang-layang di dalam air dan merupakan
makanan ikan. Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu: Branchiopoda
, Ostracoda , Copecoda , Cirripedia

2.Malakostraca (udang tingkat tinggi)


Banyak hidup di laut, ada yang hidup di air tawar. tubuhnya terdiri atas
sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen).
Malakostraca dibagi menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda dan Decapoda.
Malakostraca dan Entomostraca dapat dibedakan dengan melihat ruas-ruas tubuh
yang tampak jelas pada kelompok Malakostraca

Copepoda pada dasarnya adalah udang berukuran mikroskopik yang menjadi


rantai pakan alami yang penting di perairan bebas (marine food web) (Rhodes,
2000) mulai dari perairan pantai hingga perairan dalam, dari daerah tropis hingga
perairan dingin di kutub. Copepoda termasuk kelompok udang “entomostracan”
ditandai dengan ukuran yang kecil, memiliki tubuh yang terdiri atas kepala (head),
dada (thorax), dan perut (abdomen); kepala dan dada menyatu secara halus
membentuk tubuh bagian depan (formamain); dan memiliki mata yang sederhana
di tengah (median or nauplius eye).

Myriapoda

Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki) merupakan


hewan berkaki banyak. Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang terkadang
kita lihat di lingkungan sekitar kita. Myriapoda hidup di darat pada tempat lembap,
misalnya di bawah daun, batu, atau tumpukan kayu. Bagian tubuh Myriapoda sulit

5 Lab Parasitologi Stikes Nasional


dibedakan antara toraks dan abdomen. Tubuhnya memanjang seperti cacing.
Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula (rahang bawah),
dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli (mata
tunggal).Tubunya bersegmen dengan satu hingga dua pasang anggota badan
pada tiap segmennya.Setiap segmen terdapat lubang respirasi yang disebut
spirakel yang menuju ke trakea.Ekskresinya dengan tubula malpighi.Myriapoda
bersifat dioseus dan melakukan repsroduksi seksual secara internal.Myriapoda
dibedakan menjadi dua ordo, yaitu Chilopoda dan Diplopoda.

Subkelas Diplopoda adalah hewan dari kelas Myriapoda yang sering disebut
sebagai si kaki seribu (milipedes), karena memiliki jumlah kaki yang sangat
banyak. Ciri sub kelas Diplopoda umumnya memiliki 30 pasang kaki atau lebih,
tubunhnya bulat memanjang (silinder), beberapa segmen menyatu, pada setiap
segmen terdapat dua pasang kaki, herbivora banyak dijumpai dalam; serasah,
tanah, bebatuan dan menghindar dari cahaya. Gerakannya sangat lambat, jika
terjadi getaran tubuh akan melingkar, pada kepala terdapat sepasang antena, dua
mata tunggal serta mulut tanpa taring bisa .

VII. Daftar Pustaka

1. Perdana, Angga Wira. 2018. Materi Diversifikasi Produk Perikanan. Diakses 20


Mei 2021 http://denanggawp.lecture.ub.ac.id/2018/03/materi-diversifikasi-produk-
perikanan-pengembangan-produk-berbahan-dasar-crustacea/
2. Hapsari A, Indri. 2017. HASIL PERAIRAN NON IKAN (SHELLFISH). Diakses 20
Mei2021https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/04d9d4bd23189
57691a0a131bcd280f0.pdf
3. Nurhadi & Febri Yanti. 2018. BUKU AJAR TAKSONOMI INVERTEBRATA.
Yogyakarta. Deepublish

6 Lab Parasitologi Stikes Nasional


ARACHNIDA ORDO SCORPIONES, ARANEAE DAN ASTIGMATA

Identitas Sampel : Sampel Lab

I. TUJUAN
1. Pengamatan Morfologi U. manicatus
2. Pengamatan Morfologi Mastigoproctus giganteus
3. Pengamatan Morfologi Mesothelae
4. Pengamatan Morfologi Sarcoptes scabie
5. Mempelajari Patogenitas, Gejala klinis dan Epidemiologi Arachnida Ordo
Scorpiones, Araneae dan Astigmata

II. PRINSIP
1. Secara makroskopis diamati secara visual pada preparat yang sudah
disediakan
2. Secara mikroskopis diamati dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
pada preparat objek glass yang sudah disediakan.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat B. Bahan
1. Pinset 1. Preparat (sampel)
2. Alat tulis a) Preparat awetan
3. Camera b) Preparat segar
4. Penggaris 2. Alkohol mikroskop
5. Mikroskop (Alkohol Eter)
6. Obyek glass 3. Kapas
7. Deck glass

IV. CARA KERJA


A. Makroskopis
1. Amati ciri-ciri morfologi dan anatomi masing-masing preparat.
2. Tulis karakteristik masing-masing preparat.
3. Kelompokkan berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik
4. masing-masing preparat.
5. Analisa peranan masing-masing preparat dibidang kesehatan.

B. Mikroskopis
1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan
kapas yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10x atau
5x dan lensa okluer 5x atau 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati
kemudian diberi keterangan pada tiap bagian.
5. Pelajari Patogenitas, Gejala klinis dan Epidemiologi dari masing masing
spesies yang diamati.

7 Lab Parasitologi Stikes Nasional


HASIL

Gambar 1. Kalajengking

Gambar 2. Ketungging

Gambar 3. Laba-Laba

8 Lab Parasitologi Stikes Nasional


Gambar 4. Tungau

V. PEMBAHASAN
Arachnida merupakan kelas hewan invertebrata Arthropoda dalam subfilum
Chelicerata. Istilah arachnid berasal dari bahasa Yunani arachne berarti laba-laba
dan juga merujuk pada figur mitologi Yunani, Arachne. Di dalamnya termasuk
hewan seperti laba-laba, kalajengking, tungau serta ketonggeng.

Struktur tubuh Tubuh arachnida terpagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan


badan belakangan atau perut (abdomen) Mempunyai empat pasang kaki pada
aspek sefalotoraks. Selang sefalotoraks dan abdomen terdapat aspek ketat
seperti pinggang, dinamakan pedisel. Aspek abdomen tidak mempunyai kaki.
Mempunyai dua pasang alat mulut, yaitu sepasang kelisera (tonjolan untuk
menangkap makanan mirip cakar atau alat sengat ) dan sepasang pedipalpus
(alat cepit). Alat pernafasan berupa paru-paru buku. Jenis kelamin terpisah.
Pembuahan secara internal.

Hewan-hewan dari kelas Arachnida tersebut kebanyakan hidup bebas dan jauh
lebih umum di daerah yang hangat dan kering daripada di tempat lain. Pada
umumnya kelas arachnida ini adalah hewan pemangsa atau predator karena
hewan-hewan ini ada yang memiliki racun atau pencapit tajam untuk membunuh
mangsa. Arachnida umumnya hewan nokturnal, ketika siang hari bersembunyi di
celah-celah gelap dan liang. Arachnida jarang bergerak dan menunggu mangsa
bertemu dengannya.

9 Lab Parasitologi Stikes Nasional


Ordo Scorpiones
―Kalajengking adalah hewan yang terkenal, mereka adalah arachnida yang
berukuran sedang, panjangnya bervariasi sampai kira-kira 125 mm. opistosoma
secara melebar dihubungkan dengan prosoma dan terbagi menjadi dua bagian,
mesosoma yang lebar mempunyai 7 ruas dan metasoma posterior yang jauh lebih
sempit yang mempunyai 5 ruas yang berakhir pada sebuah sengat. (C. A. dan N.
F. Borror, D.J., Triplehorn 1996. hlm. 138).

Ordo Uropygi
―Kalajengking bercambuk, bentuk tubuhnya memanjang dan agak gepeng,
dengan ekor beruas yang ramping kira-kira sepanjang tubuh dan mempunyai
pedipalpus yang kuat, panjang tubuh maksimum kira-kira 80 mm, dan panjang
keseluruhan yang mencakup ekor mungkin 150 mm atau lebih. Tubuh ramping
dan tidak memiliki sengat, tubuhnya memancarkan cairan yang berbau seperti
cuka untuk pertahanan diri. C. A. dan N. F. Borror, D.J., Triplehorn (1996. hlm.
139)

Ordo Araneae
―Laba-laba merupakan kelompok besar (kira-kira 2.500 jenis), yang jelas
berbeda dan tersebar luas. Tubuh laba-laba terbagi menjadi dua bagian yaitu
sefalotoraks dan abdomen. Abdomen tidak beruas dan menempel pada
sefalotoraks oleh sebuah tangkai yang ramping. Sefalotoraks memiliki mata,
bagian-bagian mulut dan tungkai, abdomen memiliki struktur alat kelamin, spirakel,
anus, dan alat pembuat benang halus. Sefalotoraks tertutup di bagian dorsal oleh
karapas dan di sebelah ventral oleh sternum, di sebelah anterior sternum terdapat
satu keping yang kecil disebut labium. Mata sederhana terletak pada ujung
anterior dari karapas, kebanyakan mata laba-laba berjumlah delapan, tetapi
beberapa jenis memiliki lebih sedikit. Jumlah sususan mata memberikan petunjuk
untuk menentukan famili. C. A. dan N. F. Borror, D.J., Triplehorn (1996. hlm. 140)

Laba-laba memiliki ciri khas yang membedakannya dengan hewan lain yaitu dapat
membuat benang yang digunakannya dalam membuat sarang untuk mendapatkan
mangsa. Pada laba-laba di bagian ujung abdomen terdapat tiga pasang embelan
yang disebut spinerets. Bagian ini disebut juga organ pemintal. Organ tersebut
mempunyai pembuluh/saluran yang sangat kecil tempat dimana suatu cairan dari
kelenjar sutra dibagian perut melaluinya. Cairan tersebut akan mengeras di udara
dan membentuk benang. Benang itu digunakan untuk membuat sarang,
membentuk cocoon dan sebagainya. Adun Rusyana (2014. hlm. 149)
Laba-laba termasuk ke dalam ordo Araneae. Umumnya ada beberapa famili dari
ordo Araneae yang mudah untuk dijumpai, diantaranya:
Tetragnathidae, Oxyopidae, Linyphiidae, Lycosidae, Araneidae dan Thomisidae

10 Lab Parasitologi Stikes Nasional


Acari
Acari merupakan kelompok atau sub class dari jenis tungau atau caplak yang
banyak tersebar di air atau di darat. Lebih dari 30.000 jenis tungau yang telah
diketahui atau teridentifikasi dan kemungkinan masih ada setengah juta yang
belum teridentifikasi. (Borror, 1996. hlm. 163) mengemukakan, ―Tubuh biasanya
bulat telur, dengan sedikit atau tidak ada perbedaan dari dua daerah tubuh.
Tungau yang baru menetas disebut larva, hanya mempunyai tiga pasang tungkai
dan memperoleh pasangan tungkai keempat sesudah pergantian kulit pertama.
Acari memiliki 3 kelompok besar yaitu kelompok I adalah Opilioacariformes,
kelompok II Parasitiformes dengan subordo Holothyrina, Mesostigmata, dan
Ixodida, kemudian kelompok III Acariformes dengan Subrodo Prostigmata,
Astigmata, dan Oribatida.

VI. Daftar Pustaka


1. RIESTY HANDAYANI RUSNANDI. (2018) KEANEKARAGAMAN FAUNA
TANAH PADA LAPISAN PERMUKAAN TANAH KEBUN KOPI JAYAGIRI
LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Skripsi (S1) Thesis, FKIP
UNPAS.

11 Lab Parasitologi Stikes Nasional


INSEKTA ORDO BLATTODEA FAMILI BLATTIDAE DAN ORDO
HEMIPTERA FAMILI REDUVIIDAE DAN CIMICIDAE
Identitas Sampel : Sampel Lab

I. TUJUAN
1. Melakukan Pengamatan Morfologi Peparat (Periplaneta Americana)
2. Melakukan Pengamatan Morfologi Peparat (T. cruzi)
3. Melakukan Pengamatan Morfologi Peparat (C.lectularius)
4. Mempelajari Patogenitas, Gejala klinis dan Epidemiologi masing-masing
spesies yang di amati.
II. PRINSIP
1. Secara makroskopis diamati secara visual pada preparat yang sudah
disediakan
2. Secara mikroskopis diamati dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
pada preparat objek glass yang sudah disediakan.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat B. Bahan
1. Pinset 1. Preparat (sampel)
2. Alat tulis a) Preparat awetan
3. Camera b) Preparat segar
4. Penggaris 2. Alkohol mikroskop
5. Mikroskop (Alkohol Eter)
6. Obyek glass 3. Kapas
7. Deck glass

IV. CARA KERJA


A. Makroskopis
1. Amati ciri-ciri morfologi dan anatomi masing-masing preparat.
2. Tulis karakteristik masing-masing preparat.
3. Kelompokkan berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik
4. masing-masing preparat.
5. Analisa peranan masing-masing preparat dibidang kesehatan.
B. Mikroskopis
1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan kapas
yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Letakkan preparat (sampel) di atas meja mikroskop.15
3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif 10 dan lensa
okluer 5x dan 10 x.
4. Membuat gambar morfologi dari preparat (sampel) yang di amati,
kemudian diberi keterangan pada tiap bagian.
5. Pelajari Patogenitas, Gejala klinis dan Epidemiologi masing masing
spesies yang di amati.

12 Lab Parasitologi Stikes Nasional


HASIL

Gambar 1. Kecoak (Periplaneta Americana)

Gambar 2. Kissing bugs (Trypanosoma cruzi)

13 Lab Parasitologi Stikes Nasional


Gambar 3. Kutu busuk/ bed bug ( C.lectularius )

V. PEMBAHASAN
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga).adalah salah satu kelas dari
Arthropoda yang memiliki tubuh terbagi menjadi caput, thorax dan abdomen. Pada
caput terdapat sepasang antena, sedangkan pada thorax terdapat tiga pasang
extremitas namun pada hewan dewasa terdapat satu atau dua pasang sayap.
Insecta memiliki warna tubuh yang menarik dan bervariasi atau tidak menarik
sama sekali. Insecta hewan berdarah dingin, beberapa insecta dapat bertahan
hidup dengan periode pendek pada suhu beku, namun ada juga yang dapat
bertahan hidup dalam periode panjang pada suhu beku.
Karakteristik :
1. Tubuh dibedakan menjadi 3, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen).
2. Pada bagian kepala memiliki sepasang antena dan biasanya memiliki mata
majemuk dan tunggal. Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki (tungkai) dan
satu atau dua pasang sayap (beberapa tidak memiliki sayap).
3. Alat mulut berfungsi untuk mengunyah, menggigit, menjilat dan menghisap.
4. Alat kelamin terpisah (jantan dan betina), pembuahan secara internal.
5. Sistem pernapasan melalui trakea.
6. Sistem peredaran darah terbuka.
7. Struktur sistem pencernaan makanan berbentuk tabung.
8. Mengalami metamorfosis sempurna (dari telur hingga dewasa)

Ordo Blattodea
Salah satu hewan yang berasal dari kelompok Blattodea adalah kecoak.:
Kecoak memiliki tubuh yang pipih drosoventral, dengan kaki yang termodifikasi
untuk berlari cepat. Sayap depan, jika ada, kasap sementara sayap belakang mirip
kipas. Kurang dari 40 spesies menghuni rumah; sisanya menjelajahi habitat yang
berkisar dari lantai hutan tropis hingga gua adan gurun. Campbell (2010, hlm. 263)

14 Lab Parasitologi Stikes Nasional


Menurut Boror et al. (2005) ordo Blattodea merupakan serangga primer pada
daerah tropis, sebagian besar berperan sebagai dekomposer yang bermanfaat
bagi kesuburan tanah. Terdapat dua famili yang ditemukan pada penelitian ini
yaitu famili Blattidae dan famili Blatellidae. Ordo Blattodea lebih banyak ditemukan
pada pertanaman kedelai, hal ini dikarenakan habitat ordo Blattodea didalam
reruntuhan seresah daun kedelai yang sudah rontok atau ditumpukan seresah
gulma.

Ordo Blattodea bersifat hama saat di rumah dan dapur, tetapi bersifat
menguntungkan saat berada di kebun dan pekarangan (Kalsoven, 1981)
Kecoa merupakan salah satu vektor yang berada di lingkungan rumah yang dapat
menularkan penyakit kepada manusia baik secara mekanis maupun secara
biologis. Kecoa dapat mengontaminasi makanan manusia dengan membawa agen
berbagai penyakit yang berhubungan dengan pencernaan seperti diare, demam
typoid, disentri, hepatitis A, polio dan kolera.
Blattodea diklasifikasikan menjadi beberapa famili menurut Borror, et al., (1996,
hlm. 290) diantaranya ialah: Polyphagidae, Blattidae, Cryptocerridae, Blattellidae
dan Blaberidae
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 spesies kecoa, spesies yang biasa hidup di
dalam rumah yaitu Periplaneta americana dan Blattela germanica.

Ordo Hemiptera
Hemiptera merupakan ordo dari jenis kerabat kepik. Jumar (2000. hlm. 105)
Hemiptera berasal dari kata hemi = setengah dan ptera = sayap (bahasa Yunani).
Serangga dari ordo hemiptera bertubuh pipih, ukuran dari sangat kecil sampai
besar. Jika bersayap, maka pangkal sayap depan menebal dan bagian ujungnya
membraneus dinamakan hemielitra. Pada saat istirahat sayap terletak mendatar di
atas tubuh dengan ujung sayap depan umumnya tumpang tindih. Alat mulut
menusuk-menghisap dan metamorphosis paurometabola.
Sebagian besar serangga ini bertindak sebagai hama tanaman.

Hemiptera biasa disebut dengan kepik sejati. Pada kebanyakan hemiptera pada
bagian sayap depan menebal seperti kulit dan bagian ujungnya berselaput tipis
atau biasa disebut dengan sayap hemelytron. Sayap bagian belakang berselaput
tipis dan agak lebih pendek dari pada sayap depan. Borror, D.J., Triplehorn
(1996a. hlm. 352)
Ordo ini terbagi dalam delapan family yang umum, yaitu: Belastomitidae, Gerridae,
Vellidae, Cemicidae, Lygaeidae, Pyrrhocoridae, Cereidae dan Reduviidae. Hadi et
al. (2009. hlm. 136-137). Di dalam Ordo Hemiptera terdapat dua family penting
yang berperan dalam kesehatan manusia, yaitu Family Cimicidae dan Reduviidae.

15 Lab Parasitologi Stikes Nasional


Famili Reduviidae atau disebut dengan kepik-kepik pembunuh, kepik-kepik
penghadang dan kepik-kepik berkaki benang. Mereka seringkali bewarna
kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Kepala memanjang dengan bagiang
belakang mata seperti leher. Abdomen pada banyak jenis melebar di bagian
tengah. Borror, et al., (1992). Bisa dijumpai di tajuk daun tanaman budidaya baik
lahan kering maupun basah. Aktif pada siang hari.
Trypanosoma cruzi atau Triatoma adalah hewan atau spesies dalam Famili
Reduviidae yang mengandung parasit protozoa yang memiliki flagella
(Trypanosoma). Trypanosoma merupakan parasit darah yang hidup di sel darah
merah dan menyebabkan penyakit Chagas.

Famili Cimicidae diwakili oleh Genus Cimex yang lebih dikenal sebagai kutu busuk
atau kepinding. Jenis yang terutama menyerang manusia adalah Cimex lectularius
yang penyebaran di belahan bumi beriklim subtropis.
Kepinding atau kutu busuk memiliki tubuh yang berbentuk oval dan pipih
dorsoventral dengan panjang sekitar 4-7 cm. Berwarna merah kecoklatan dan
mengkilat, dan akan berubah warna menjadi coklat tua dan membengkak setelah
menghisap darah. Pasangan sayap depan kepinding atau kutu busuk telah
bermodifikasi menjadi tonjolan hemelytra, sedangkan sayap belakang menghilang,
sehingga kepinding atau kutu busuk dikenal tidak memiliki sayap. Kepinding atau
kutu busuk jantan dan betina menghisap darah sejak dari tahap nimfa hingga
dewasa, di malam hari saat manusia sedang tidur. Apabila tidak ada manusia,
maka baik ayam, tikus, atau hewan mamalia lainnya dapat menjadi inangnya
untuk mendapatkan darah.

VI. Daftar Pustaka


1. Putri Mareta Cahyani, dkk. 2020. ENSIKLOPEDIA INSECTA. CV. Amanah.
Palembang
2.RIESTY HANDAYANI RUSNANDI. (2018) KEANEKARAGAMAN FAUNA
TANAH PADA LAPISAN PERMUKAAN TANAH KEBUN KOPI JAYAGIRI
LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Skripsi (S1) Thesis, FKIP UNPAS.
3. Monaliza S.R. dkk. 2016. UJI EFIKASI BEBERAPA ISOLAT BAKTERI
ENTOMOPATOGEN TERHADAP KECOA (Orthoptera) Periplaneta americana (L.)
DAN Blatella germanica (L.) DALAM SKALA LABORATORIUM. Jurnal Biologi,
Volume 5 No 2, April Hal. 1-10
4. Susi Soviana. 2017. Pengendalian Hama Permukiman. Diakses 21 Mei 2021
https://www.solusipest.co.id/pengendalian-serangga-penggangu/

16 Lab Parasitologi Stikes Nasional

Anda mungkin juga menyukai