Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI I

Pemeriksaan Tubex dengan Metode Invitro Semikuantitatif

DISUSUN OLEH :

Rizatul Mustakim

PO714203191030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi...............................................................................................................i

A. Tujuan Praktikum.........................................................................................1

B. Dasar Teori...................................................................................................1

C. Prosedur Pemeriksaan..................................................................................2

1. Pra Analitik...............................................................................................2

2. Analitik.....................................................................................................3

3. Pasca Analitik...........................................................................................3

D. Kesimpulan...................................................................................................4

Daftar Pustaka.......................................................................................................5

i
Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 1 April 2021

Judul Pemeriksaan : Pemeriksaan Tubex dengan Metode Invitro Semikuantitatif


(Inhibition Magnetik Binding Immunoassay/IMBI)

A. Tujuan Praktikum

Untuk mendeteksi demam tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella


thypi melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi IgM.

B. Dasar Teori
Penegakkan diagnosis demam tifoid dengan gejala tidak spesifik dan variasi,
sehingga diperlukan adanya pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium
yang digunakan sebagai titik acuan pemeriksaan yaitu dengan menggunakan uji
serologi (Rachman dkk,2011). Uji serologi digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis demam tifoid dengan mendeteksi antibodi yang spesifik. Beberapa Uji
serologi sebagai penegakan pemeriksaan demam tifoid yaitu Widal test, Tubex test,
Tiphidot atau Enzym Immunoessay (EIA), Enzyme-Linked Immunoessay (ELISA),
Dipstik (Septiawan dkk, 2013).
Uji tubex merupakan metode pemeriksaan untuk menentukan diagnosis
demam tifoid dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik serta lebih
akurat dalam menentukan diagnosa demam tifoid (Septiawan dkk,2013). Uji tubex
merupakan uji aglutinasi kompetitif semi kuantitatif kolometrik. Pemeriksaan
tersebut mendeteksi serum antibodi immunoglobulin M (Ig M) terhadap antigen O9
(LPS) yang sangat spesifik terhadap bakteri S.typhi. Metode tes tubex ini adalah
mendeteksi antibodi melalui kemampuannya untuk memblok ikatan antara reagen
monoclonal anti-O9 S.typhi (antibody-coated indicator particle) dengan reagen
antigen O9 S.typhi (antigen-coated magnetic particle) sehingga terjadi pengendapan
dan pada akhirnya tidak terjadi perubahan warna (Setiana dkk, 2017).
Partikel magnetik yang dilapisi antigen (lipopolisakarida S.typhi ) akan
berikatan dengan partikel latex biru yang dilapisi antibodi anti lipopolisakarida
S.typhi. Ketika partikel magnetik mengendap parikel pada lateks biru akan turun dan
supernatan akan berwarna bening. Begitu juga dengan penambahan partikel lateks

1
berwarna merah maka supernatan yang di hasilkan akan berwarna merah. Apabila
terdapat antibodi O9 pada sampel penderita antibodi tersebut akan menghambat
ikatan partikel berwarna biru dengan partikel magnetik sehingga warna pada
supernatan yang dihasilkan akan tetap berwarna biru (Pratama dan Lestari, 2015).

Keuntungan pemeriksaan demam tifoid dengan menggunakan Uji Tubex


yaitu prosedur pemeriksaan yang sangat mudah, dapat dilakukan oleh tekhnisi tanpa
adanya pelatihan, hasil yang didapat lebih cepat menggunakan antigen O9 serotipe
S.typhi yang lebih spesifik, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang relatif tinggi
(Pratama dan Lestari, 2015).

B. Prosedur Pemeriksaan
1. Pra Analitik
a) Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus untuk pasien dalam pemeriksaan Tubex.
b) Persiapan Sampel
Dilakukan pengambilan darah vena yang kemudian dibekukan disentrifuge
untuk dibuat menjadi serum.
c) Persiapan alat dan bahan
 Alat :
1. Mikropipet
2. Skala warna Strip
3. Yellow tip
4. Lempeng sumur
5. Tubex sealing tape
 Bahan :
1. Sampel serum
2. Reagen coklat
3. Reagen biru
4. Kontrol positif
5. Kontrol negative

2
2. Analitik
a) Prinsip Kerja
Adanya serum antibodi IgM tersebut akan menghambat (inhibisi) reaksi
antara antigen berlabel partikel latex magnetic (reagen berwarna coklat) dan
monoclonal antibody berlabel latex warna (reagen berwara biru) selanjutnya
ikatan inhibisi tersebut diaspirasikan oleh suatu daya magnetic. Tingkat inhibisi
yang dihasilkan adalah setara dengan konsenrasi antibodi IgM Salmonella thypi
dalam sampel. Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir
reaksi terhadap skala warna.
b) Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memasukkan 45 μl (-+ 1 tetes) reagen cokelat kedalam masing-masing
sumur.

3. Memasukkan spesimen kontrol negatif pada sumur 1, kontrol positif pada


sumur 2, dan sampel pada sumur 3.
4. Menginkubasi selama 2 menit.
5. Memasukkan reagen biru sebanyak 90 μl (± 2 tetes) pada masing-masing
sumur.

6. Menutup lempeng sumur dengan tubex sealing tape dan menghomogenkan


selama 5 menit.
7. Diseparasi magnetic selama 5 menit.
8. Membaca hasil dengan membandingkan warna pada lempeng sumur dengan
strip pembanding warna.
3. Pasca Analitik
a) Pembacaan hasil uji Tubex Tf dilakukan setelah 5 menit proses sedimentasi
partikel-partikel magnetic dengan magnet yang terdapat pada penyangga
magnet. Hasil (semi kuantitatif) dibaca secara visual berdasarkan warna yang
terlihat setelah reaksi pencampuran dilakukan dan dibandingkan dengan skala

3
warna yang terdapat pada kit Tubex Tf, rentang skor hasil yaitu dari 0 (warna
merah, sangat negatif) megatin hingga 10 (warna biru tua, sangat positif).
≤2 : negatif (tidak menunjukan indikasi demam tifoid)

3 : borderline skor (tidak meyakinkan, analisis perlu diulang)


4 : positif lemah (indikasi demam tifoid)
6-10 : positif kuat (indikasi kuat demam tifoid)

b) Hasil praktikum

Hasil negatif

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan Tubex dengan metode invitro semikuantitatif
(Inhibition Magnetik Binding Immunoassay/IMBI) yang telah dilakukan, didapatkan hasil
negatif. Hal ini berarti sampel tidak menunjukan indikasi demam tifoid.

Namun pada praktikum yang telah dilakukan, tidak tersedia skala pembanding
warna, sehingga reaksi antigen antibodi tidak dapat terlihat atau terjadi pada sumur sampel.
Adapun kelebihan pemeriksaan Tubex dengan metode invitro semikuantitatif
(Inhibition Magnetik Binding Immunoassay/IMBI), yaitu :
a. Dapat mendeteksi infeksi akut Salmonella thypi secara dini.
b. Sensitivitas tinggi terhadap kuman Salmonella.
c. Hanya diperlukan sedikit sampel darah.

4
d. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
Adapun kekurangan pemeriksaan Tubex dengan metode invitro semikuantitatif
(Inhibition Magnetik Binding Immunoassay/IMBI), yaitu :
a. Hasil dapat terganggu dengan spesimen yang sangat hemolitik atau ikterik.
b. Sulit untuk menginterpretasikan hasil dalam batas positif.

DAFTAR PUSTAKA

Pratama, I. dan Lestari, A. 2015. Efektivitas Tubex sebagai Metode Diagnosis Cepat Demam
Tifoid. ISM, 2(1): 70-73.

Rachman, Nurdizal M, dkk. (2011). Panduan Lengkap Perencanaan CSR (Corporate Social
Responsibility). Jakarta: Penebar Swadaya.
Septiawan, IK dkk., 2013. Pemeriksaan Immunoglobulin M Anti Salmonella dalam
Diagnosis Demam Tifoid. Universitas Udayana. Denpasar.
Setiana, G.P dkk., 2017. Riview Artikel: Perbandingan Metode diagnosis Demam
Tifoid. Desertasi. Universitas Padjadjaran. Sumedang

Anda mungkin juga menyukai