Anda di halaman 1dari 7

I.

Judul Praktikum : Pemeriksaan laboratorium C- Reaktif Protein (CRP) secara kualitatif


dan semi kuantitatif.

II. Tujuan : Untuk mendeteksi antigen CRP dalam serum darah

III. Prinsip : Reaksi suspensi partikel latex yang dilapisi dengan antibodi CRP terhadap
antigen yang ada pada serum yang diperiksa. Terjadinya aglutinasi mengindikasikan
peningkatan kadar CRP yang akan menimbulkan reaksi aglutinasi.

IV. Dasar Teori


C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu protein fase akut yang terdapat dalam
serum normal walaupun dalam konsentrasi yang amat kecil dan 12 merupakan mediator
proinflamasi yang disekseri dalam jumlah yang banyak saat tubuh mengalami inflamasi
(Anisa Nur Azizah, 2016).
Dalam keadaan tertentu dengan reaksi inflamasi atau kerusakan jaringan baik
yang disebabkan oleh penyakit infeksi maupun yang bukan infeksi, konsentrasi CRP
dapat meningkat sampai 100 kali sehingga diperlukan suatu pemeriksaan yang dapat
mengukur kadar CRP. High sensitivity C-Reactive Protein ( hs-CRP) adalah pengukuran
konsentrasi CRP secara kuantitatif dimana dapat mengukur kadar sampai < 0,2 – 0,3
mg/L (Silalahi, 2013).
C-Reactive Protein pertama kali di deskripikan oleh William Tilet dan Thomas
Francis di Institute Rockefeller pada tahun 1930. Mereka mengekstraksi protein dan
serum pasien yang menderita Pneumonia pneumococcus yang akan membentuk
presipitasi dengan C polisakarida dan dinding sel Pneumocouccus. Karena reaksi antara
protein dan polisakarida menyebabkan presipitasi maka protein ini diberi nama C-
reactive Protein (Agustin, 2016).
CRP adalah protein yang ditemukan dalam darah, yang meningkat sebagai
respon terhadap peradangan (suatu protein fase akut). CRP digunakan terutama sebagi
penanda peradangan. Selain gagal hati, ada beberapa faktor yang diketahui yang
mengganggu produksi CRP. Mengukur dan mencatat nilai CRP dapat berguna
dalam menentukan perkembangan penyakit atau efektivitas pengobatan.
Pada penentuan CRP, maka CRP dianggap sebagai antigen yang akan ditentukan
dengan menggunakan suatu antibodi spesifik yang diketahui (antibodi anti-CRP). Dengan
suatu antisera yang spesifik, CRP (merupakan antigen yang larut) dalam serum mudah
dipresipitasikan (Silalahi, 2013).
Dalam pemeriksaan CRP, dapat menggunakan metode Aglutinasi tes dengan
menambahkan partekel latex yang dilapisi antibodi anti CRP pada serum atau plasma
penderita sehingga terjadi aglutinasi. Untuk menentukan titer CRP, serum atau plasma
penderita diencerkan dengan buffer glisin dengan pengenceraan bertingkat
(1/2.1/4,1/8,1/16 dan sterusnya) lalu direaksikan dengan lateks. Titer CRP adalah
pengenceran tertinggi yang masih terjadi aglutinasi. Metode ini bersifat kualitatif dan
semi kuantitatif. Batas deteksi metode aglutinasi terhadap CReactive Protein yaitu 6mg/L
(Agustin, 2016).
Nilai rujukandalam serum manusia yang sehat biasanya lebih rendah dari
6mg/L, sedikit meningkat dengan penuaan. Tingkat yang lebih tinggi ditemukan
pada akhir hamil wanita, peradangan dengan ringan dan infeksi virus dengan nilai 10-40
mg/L, pada peradangan aktif, infeksi bakteri memiliki 40-200 mg/L, dan untuk
kasus infeksi barat oleh bakteri dan luka bakar mendapatkan nilai >200 mg/L dalam
darah.(Ariawan,2013).

V. Alat Dan Bahan


A. Slide hitam
B. Mikropipet + Tip
C. Batang pengaduk
D. Sampel serum
E. Reagen Latex
F. Larutan saline (NaCl 0,9 %)
G. Kontrol (+) (-)

VI. Prosedur
A. Uji Kualitatif CRP
1. Reagen dan sampel dikondisikan pada suhu kamar
2. Semua reagen dihomogenkan perlahan
3. Meneteskan 20 μl kontrol positif, kontrol negatif, dan serum pasien ke dalam
lubang slide
4. Meneteskan 1 tetes reagen latex ke dalam lubang dengan penetes yang disediakan
5. Menghomogenkan tetesan menggunakan pengaduk untuk memastikan seluruh
lubang test tercampur
6. Menghomogenkan spesimen pada test slide dengan cara menggoyangkan test
slide atau dapat menggunakan rotator dengan kecepatan 100 rpm selama 2 menit
lihat aglutinasi yang terjadi
B. Uji Semi Kuantitatif CRP
1. Meneteskan 50 μl larutan saline (NaCl 0.9%) ke dalam masing-masing lubang
slide
2. Meneteskan 50 μl serum pasien ke dalam lubang slide pengenceran ½
3. Menghomogenkan larutan saline dan serum dengan cara resuspensi (hisap-
keluarkan)
4. Ambil 50 μl larutan dari pengenceran ½ kemudian homogenkan dengan NaCl di
pengenceran ¼ Lakukan prosedur yang sama sampai pada pengenceran 1/16
5. Meneteskan 1 tetes reagen latex ke dalam masing-masing lubang dengan penetes
yang disediakan
6. Menghomogenkan tetesan menggunakan pengaduk untuk memastikan seluruh
lubang test tercampur
7. Menghomogenkan spesimen pada test slide dengan cara menggoyangkan test
slide selama 2 menit secara perlahan-lahan, Lihat aglutinasi yang terjadi pada
setiap pengenceran

VII. Hasil Dan Pembahasan


A. Uji Kualitatif CRP
(-) CRP reaksi ditunjukkan dengan suspensi susu seragam tanpa aglutinasi seperti
yang diamati dengan Kontrol Negatif CRP
(+) CRP reaksi ditunjukkan oleh aglutinasi yang dapat diamati dalam campuran
reaksi. Reaksi spesimen harus dibandingkan dengan Kontrol positif CRP
B. Uji Semikuantitatif CRP
Titer CRP ditunjukkan dengan adanya aglutinasi pada pengenceran
tertinggi, misalnya jika terjadi aglutinasi pada pengenceran ke-3 (1/8), maka
titernya adalah 8. Perkiraan konsentrasi CRP dalam sampel pasien adalah 6
(sensitivitas reagen) × CRP titer = 6 x8 yaitu sebesar 48 mg/L. Nilai normal CRP
dewasa : <6 mg/L.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan CRP latex, yakni
1. Slide test yang digunakan harus bersih, bebas dari kotoran, sehingga
tidak mengganggu pengamatan aglutinasi.
2. Sebelum digunakan, reagen dan sampel harus dikondisikan pada suhu ruang
dan dihomogenkan. Hal ini penting dilakukan untuk mengoptimalkan reaksi
antara antigen padasampel serum yang diperiksa dan antibodi anti CRP
pada reagen lateks.
3. Reagen yang tersedia telah siap untuk digunakan, sehingga tidak diperlukan
pengenceran lebih lanjut.
4. Serum yang digunakan harus jernih sehingga tidak akan mengganggu
pengamatan aglutinasi. Sebelum diteteskan, serum dihomogenkan terlebih
dahulu untuk meratakan penyebaran partikel-partikelsampel serum tersebut,
sehingga reaksi antigen dalam serum dan antibodi anti-CRP dalamreagen
lateks dapat terjadi dengan optimal.
5. Penetesan reagen maupun sampel serum dilakukan secara vertikal agar
tetesan benar-benar satu tetes penuh. Petugas/praktikan yang meneteskan
reagen dan sampel untuk setiap pengujian harus orang yang sama agar hasil
penetesan dari awal sampai terakhir stabil sebab tekanan setiap orang berbeda-
beda.
6. Ujung pipet penetes tidak boleh menyentuh slide testuntuk mencegah
terjadinya kontaminasi. Apabila reagen lateks terkontaminasi oleh serumdengan
CRP positif, maka reagen akan rusak dan akan menimbulkan reaksi
yang palsu untukpemeriksaan selanjutnya.
7. Pada saat menggoyang-goyangkan slide test untuk tujuan homogenisasi,
diusahakan agar campuran tidak keluar dari garis lingkaran, sehingga
tidak tercampur dengan sampel lainnya pada satu slide test.
8. Pembacaan hasil dilakukan tidak kurang dan tidak lebih dari 2 menit. Bila
waktu inkubasi kurang, kemungkinan antibodi anti-CRP pada reagen
lateks belum berikatan dengan antigen CRP di dalam sampel serum yang
diperiksa. Sedangkan jika pembacaan dilakukan lebih dari 2menit, maka
kemungkinan antigen lain di dalam sampel serum yang seharusnya tidak
bereaksi dengan antibodi anti CRP di dalam reagen lateks akan bereaksi,
sehingga terjadi aglutinasi.Kedua hal ini akan menyebabkan hasil palsu.
9. Kontrol positif dan negatif harus di periksa dalam waktu yang bersamaan.
10. Reagen kontrol positif dan negatif tersedia dalam keadaan siap untuk
digunakan dan tidak memerlukan pengenceran lebih lanjut
11. Pembacaan hasil sebaiknya dilakukan pada pencahayaan terang,
sehingga aglutinasi dapatdiamati dengan jelas.
12. Setelah selesai digunakan, slide tes harus dibilas bersih menggunakan
aquadest, dikeringkandan dilap dengan tissue untuk mencegah
kontaminasi pada pemeriksaan selanjutnya.

VIII. Simpulan
Kadar CRP serum ini merupakan inkubator non-spesifik yang cukup baik
untuk proses-proses peradangan/ kerusakan jaringan, terutama sebagai cermindari
keadaan akut/aktivitas dari penyakit. intesa dan sekresi dari CRP meningkat dengan tajam
dan hanya dalam waktu 12-48 jam setelah mencapai nilai puncaknya. Kadar dari
CRP akan menurun dengan tajam bila proses peradangan atau kerusakan jaringan
mereda dalam 24-48 jam telah mencapai harga normalnya kembali.(Handojo, 1982)

IX. Referensi
Anonim. 2014. LAPORAN AKHIR IMUNOSEROLOGI“Pemeriksaan kadar C-
Reaktif Protein(CRP)pada sampel serum”. POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR.
Diakses dari https://docplayer.info/72948531-Laporan-akhir-imunoserologi-pemeriksaan-
kadar-c-reaktif-protein-crp-pada-sampel-serum.html pada 26 Maret 2021.

Megawati. 2018. GAMBARAN C – REAKTIVE PROTEIN (CRP) PADA


MAHASISWA MAHASISWI YANG OBESITAS. POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MEDAN. Diakses dari http://ecampus.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1655/1/MEGAWATI.pdf pada 26 Maret 2021.

Nindya Intan. Kuliah IMMUNOSEROLOGI. D3 TLM REGULER B


POLKESMAR pada 24 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai