Disusun Oleh :
Tingkat/Semester : 2B/III
NIM : 711345319004
2020
Judul : Pemeriksaan RF metode semi Kuantitatif
Tujuan :
Dasar Teori :
Reumatoid Factor (RF) adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG.
Pemeriksaan faktor reumatoid yang dipakai untuk mendiagnosa atau mengamati Rheumatoid
Arthritis. Semua penderita Rheumatoid Arthritis (RA) menunjukkan antibodi terhadap IgG
yang disebut faktor rheumatoid atau antiglobulin. (Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana, 2007).
Pada umumnya penyakit RA awalnya yang terserang adalah sendi tangan dan kaki rasa
nyeri. Menurut buku Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Kusharyadi (2010)
Rheumatoid Artritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya. Kadar RF yang sangat tìnggi menandakan prognosis buruk dengan kelainan
sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik. (Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana,
2007).
Menurut Kriteria ACR & EULAR (American College of Rheumatology and European
League Against Rheumatism) 2010, diagnosis RA terdapat dua parameter laboratorium yaitu
rheumatoid factor (RF) dan anti citruliinated protein antibodies (ACPA) yaitu anti CCP (anti
cyclic eitrullinated protein antibody) atau anti MCV ( Anti mutated citrullinated Vimentin)
serta laju endap darah (LED) & CRP (Aletaha D, dkk. 2010).
Untuk uji skrining terhadap pemeriksaan faktor reumatoid dapat dilakukan dengan
metode aglutinasi dimana darah dicampurkan dengan partikel lateks yang ditangani oleh
antibodi IgG manusia. Jika darah tersebut mengandung factor rheumatoid, larutan lateks
tersebut akan membentuk gumpalan atau aglutinasi sehingga sampel serum yang
mengandung RF, maka akan terbentuk aglutinasi (Aletaha D. dkk. 2010).
Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik kronis dari etiologi yang tidak diketahui.
Diagnosis penyakit ini didasarkan pada analisis klinis dan radiografi. Faktor reumatoid (RF)
adalah imunoglobulin yang dapat disimpan IgG manusia bagian Fe (konstanta egion) (Klein,
1976). Penentuan RF adalah uji laboratorium yang paling umum digunakan hanya untuk
diagnosis rheumatoid arthritis tetapi juga membantu dalam prognosis penyakit dan dalam
respon terapi.
Reagen lateks RF adalah suspensi dari partikel polistiren dan IgG Ketika reagen lateks
dicampurkan dengan serum yang mengandung rheumatoid factor maka akan terjadi reaksi
aglutinasi yang dapat terlihat jelas. Aglutinasi hanya dapat terjadi jika dalam serum terdapat
RF dengan konsentrasi lebih dari 10 IU / ml (Klein, 1976). Hasil dinyatakan positif jika
terbentuk aglutinasi selama 2 menit, jika tidak terbentuk maka dinyatakan negatif. Pada
pemeriksaan ini serum yang digunakan merupakan hasil sentrifugasi gumpalan darah yang
baru dan bersih. Sampel disimpan pada suhu 2-8 ° C selama 48 jam. Untuk jangka waktu
yang lebih lama harus disimpan dalam kondisi beku, Serum haematic, lipaemic, atau
terkontaminasi harus dibuang.
Metode :
• Reaksi aglutinasi
Prinsip :
• RF pada serum pasien akan bereak si dengan IgG manusia yang dilekat kan pada
partikel lateks polystyrene membentuk aglutinasi pada slide
Pra analitik :
• Persiapan pasien :
• Alat :
rotator
• Bahan :
o Sampel o Reagen lateks RF o NaCL 0,9%
• Sampel :
Analitik :
• Prosedur kerja :
ke tiap pengenceran
uji
Pasca analitik :
• Interpretasi hasil :
Pengenceran RF (IU/mL)
Normal 8
1:2 16
1:4 32
1:8 64
1 : 16 128
Pengenceran :
1 + 1 (1 : 2)
1 + 3 (1 : 4)
1 + 7 (1 : 8)
1 + 15 (1 : 16) 1
+ 31 (1 : 32)
Rumus :
Pembahasan :
Prinsip pemeriksaan ini adalah reagen RF mengandung partikel latex yang dilapisi
dengan gamma globulin manusia. Ketika reagen yang dicampur dengan serum yang
mengandung RF pada level yang lebih besar dari 8,0 IU/ml maka pada partikel akan terjadi
aglutinasi. Hal ini menunjukkan reaksi positif pada sampel terhadap RF. Dan harus dilakukan
pemeriksaan secara semi kuantitatif untuk mengetahui titernya. Untuk tujuan ini sample
harus dilarutkan dengan pelarut yang tersedia dan ditest secara kualitatif. Tingkat RFdapat
dihitung dari pengenceran terakhir dengan aglutinasi yang terlihat. Sebaliknya bila pada
serum yang diperiksa menunjukkan level kurang dari 8,0 IU/ml hal ini menunjukkan reaksi
negatif terhadap RF.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan faktor reumatoid ini adalah
o Menggunakan peralatan dan bahan yang bersih dan steril o Reagen yang
Kontrol kualitas dilakukan dengan mengerjakan pemeriksaan terhadap kontrol positif dan
negatif
Sensitivitas tes dapat berkurang pada saat suhu rendah. Hasil terbaik diperoleh pada suhu
lebih dari 10 derajar celcius. Keterambata membaca hasil dapat mengakibatkan positif palsu
RF. Hasil yang diperoleh dengan uji lateks tidak bisa dibandingkan dengan hasil dengan uji
waaler rose. Perbedaan hasil tidak mencerminkan perbedaan antara teknik dalam kemampuan
dalam mendeteksi faktor rheuatoid
Kesimpulan :
Reumatoid Factor (RF) adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG.
Pemeriksaan faktor reumatoid yang dipakai untuk mendiagnosa atau mengamati Rheumatoid
Arthritis
Untuk uji skrining terhadap pemeriksaan faktor reumatoid dapat dilakukan dengan metode
aglutinasi dimana darah dicampurkan dengan partikel lateks yang ditangani oleh antibodi IgG
manusia.
Prinsip pemeriksaannya yaitu, RF pada serum pasien akan bereak si dengan IgG manusia
yang dilekat kan pada partikel lateks polystyrene membentuk aglutinasi pada slide
Pengenceran RF (IU/mL)
Normal 8
1:2 16
1:4 32
1:8 64
1 : 16 128
Referensi
https://youtu.be/Y0AMkZwZPg4
http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/download/34/89
https://id.scribd.com/document/281705987/Pemeriksaan-Rf