Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH IMUNOSEROLOGI 1

“Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) Metode Semi Kuantitatif”

DISUSUN OLEH:

VIRA ANGELICA
NIM. 711345319040

TINGKAT 2B/3

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES MANADO
2020
Hari/tanggal : Kamis, 15 oktober 2020
Mata kuliah : Imunoserologi 1
Instruktur : Rahmah Apriyani Rasyid, S.ST

Tujuan Praktikum :

1. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan RF metode semi kuantitatif


2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip pemeriksaan RF metode semi kuantitatif
3. Untuk mengetahui dan memahami alat dan bahan serta prosedur kerja pemeriksaan RF
metode semi kuantitatif

Metode :

Reaksi Aglutinasi

Prinsip Pemeriksaan :

RF (Rheumatoid Factor) pada serum pasien akan bereaksi dengan IgG manusia yang
dilekatkan pada partikel lateks polystyrene membentuk aglutinasi pada slide

Dasar Teori :

Masalah Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri,


kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid
arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung
paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling sering terburuk di pagi hari.
Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk
waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki
rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya,
osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American
College of Rheumatology, 2012). Penyakit arthritis bukan
penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun
penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana.
Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi
lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan.
Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami 2 rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini
paling sering dimulai antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid
arthritis dapat mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2017).
Rheumatoid Factor adalah imunoglobulin yang bereaksi
dengan molekul IgG. Pemeriksaan rheumatoid factor dipakai untuk mendiagnosa ataupun
memantau Rheumatoid Arthritis. Semua penderita Rheumatoid Arthritis (RA) menunjukkan
antibodi terhadap IgG yang disebut factor rheumatoid atau antiglobulin (Dyah Yuliana,2017).
Pada umumnya penyakit RA awalnya yang terserang adalah sendi
tangan dan kaki disertai rasa nyeri.Menurut buku Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia,
Kusharyad (2010) Rheumatoid Artritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis buruk
dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinankomplikasi sistemik (Dyah Yuliana, 2017).
Untuk uji skrining terhadap pemeriksaan faktor reumatoid dapat dilakukan
dengan metode aglutinasi dimana darah dicampurkan dengan partikel lateks yang ditangani
oleh antibodi IgG manusia. Jika darah tersebut mengandung factor rheumatoid, larutan lateks
tersebut akan membentuk gumpalan atau aglutinasi sehingga sampel serum yang mengandung
RF, maka akan terbentuk aglutinasi (Aletaha D. dkk. 2010). Rheumatoid arthritis adalah
penyakit sistemik kronis dari etiologi yang tidak diketahui. Diagnosis penyakit ini didasarkan
pada analisis klinis dan radiografi. Faktor reumatoid (RF) adalah imunoglobulin yang dapat
disimpan IgG manusia bagian Fe (konstanta egion) (Klein, 1976). Penentuan RF adalah uji
laboratorium yang paling umum digunakan hanya untuk diagnosis rheumatoid arthritis tetapi
juga membantu dalam prognosis penyakit dan dalam respon terapi. Reagen lateks RF adalah
suspensi dari partikel polistiren dan IgG Ketika reagen lateks dicampurkan dengan serum yang
mengandung rheumatoid factor maka akan terjadi reaksi aglutinasi yang dapat terlihat jelas.
Aglutinasi hanya dapat terjadi jika dalam serum terdapat RF dengan konsentrasi lebih dari 10
IU / ml (Klein, 1976). Hasil dinyatakan positif jika terbentuk aglutinasi selama 2 menit, jika
tidak terbentuk maka dinyatakan negatif. Pada pemeriksaan ini serum yang digunakan
merupakan hasil sentrifugasi gumpalan darah yang baru dan bersih. Sampel disimpan pada
suhu 2-8 ° C selama 48 jam. Untuk jangka waktu yang lebih lama harus disimpan dalam kondisi
beku, Serum haematic, lipaemic, atau terkontaminasi harus dibuang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan faktor reumatoid ini adalah

• Menggunakan peralatan dan bahan yang bersih dan steril


• Reagen yang digunakan dipastikan tidak melewati tanggal kadaluwarsa.
• Waktu inkubasi yang sesuai, tidak kurang maupun lebih.
Pra Analitik :

Alat dan Bahan:

• Pipet semi automatic


• Mikropipet 10-100ul
• Tip
• Slide test (latar hitam)
• Objek glass
• Batang pengaduk
• Mesin Sentrifuse
• Reagen lateks RF
• NaCL 0,9%
• Sampel
o Serum, bebas dari kontaminasi, hemolisis dan lipemia, stabil 3 hari suhu 2-8oC,
> 4 minggu -20oC

Persiapan Pasien:

a. Sesuaikan identitas pasien dengan ID yang ada pada form pemeriksaan


b. Pasien tidk perlu melakukan puasa

Analitik :

Prosedur Kerja:

1. Gunakan pipet semi autometik. Tambahkan 50 ul NaCL ke lingkaran 2,3,4, dan 5.


Jangan sampai saling menyebar
2. Tambahkan 50 pl sampel ke lingkaran 1 dan 2
3. Campurkan saline dan sampel ke dalam lingkaran 2 dengan cara horizontal dengan hati
-hati untuk mencegah gumpalan
4. Pindahkan 50 μl dari lingkaran 2 ke lingkaran 3 dengan pipet mikro
5. Lakukan pengenceran sampai pada lingkaran 5, kemudian buanglah 50 ul
padalingkaran 5
6. Tambahkan 1 tetes reagen lateks ke tiap pengenceran
7. Campurkan menggunakan batang pengaduk. Lakukan dari lingkaran 5 sampai lingka
ran 1
8. Amati terjadinya aglutinasi pada lingkaran uj

Hasil Pengamatan :

o Reaksi positif terjadi aglutinasi/penggumpalan


o Reaksi negatif campuran yang dihasilkan keruh seperti susu

Pasca Analitik :
Interpretasi Hasil:
PENGENCERAN FR (IU/mL)
Normal 8
1:2 16
1:4 32
1:8 64
1:16 128
Pengenceran:
1 + 1 (1:2)
1 + 2 (1:4)
1 + 7 (1:8)
1 + 15 (1:16)
1 + 31 (1:32)
Rumus :
Volume Sampel (serum)
Volume Sampel + Volume Pengencer
Pembahasan:

Prinsip pemeriksaan ini adalah reagen RF mengandung partikel latex yang dilapisi
dengan gamma globulin manusia. Ketika reagen yang dicampur dengan serum yang
mengandung RF pada level yang lebih besar dari 8,0 IU/ml maka pada partikel akan terjadi
aglutinasi. Hal ini menunjukkan reaksi positif pada sampel terhadap RF. Dan harus dilakukan
pemeriksaan secara semi kuantitatif untuk mengetahui titernya. Untuk tujuan ini sample harus
dilarutkan dengan pelarut yang tersedia dan ditest secara kualitatif. Tingkat RFdapat dihitung
dari pengenceran terakhir dengan aglutinasi yang terlihat. Sebaliknya bila pada serum yang
diperiksa menunjukkan level kurang dari 8,0 IU/ml hal ini menunjukkan reaksi negatif terhadap
RF.
Penghitungan kadar RF (IU/ml) = pengenceran tertinggi reaksi positif x sensitivitas
reagen (8,0 IU/ml). Menurut Price (1999) dan Widmann (1995) sekitar 80-85% penderita RA
mempunyai autoantibodi yang dikenal dengan nama Rheumatoid faktor dalam serumnya.
Faktor ini merupakan suatu factor anti-gammaglobulin. Titer RF yang tinggi belum tentu selalu
mencerminkan aktivitas penyakit tersebut, tetapi biasanya ada kaitannya dengan rheumatoid
nodul, penyakit yang parah, vaskulitis dan prognosis yang jelek. Meskipun test RF dapat
membantu menentukan diagnosis, tetapi bukan test yang spesifik untuk RA. RF dapat
ditemukan pada penyakit jaringan penyambung lain (misalnya sistemik lupus eritematous,
skleroderma, dermatomiositis), juga pada sebagian kecil (3-5%) masyarakat normal. Pada
masyarakat normal, sero positif ini semakin meningkat sesuai dengan lanjutnya usia, sebanyak
15-20% dari mereka yang berusia diatas 60 mempunyai RF positif yang titernya rendah. Darah
juga dapat ditest untuk mengetahui apakah laju endap darahnya meningkat. Ini merupakan
suatu tanda yang tidak spesifik adanya peradangan. Pasien penderita RA mungkin juga
menderita anemia. Cairan sinovial yang normal merupakan cairan kuning muda yang jernih
dengan jumlah leokosit kurang dari 200 sel per millimeter kubik. Karena proses peradangan
yang terjadi dalam sendi kasus RA, maka cairan sinovial kehilangan viskositasnya sedangkan
jumlah leukosit meningkat sampai 5000-50.000 per millimeter kubik,sehingga cairan tampak
keruh.
Sensitivitas analitik tes RF ini adalah 8 IU/mL
Kontrol kualitas dilakukan dengan mengerjakan pemeriksaan terhadap kontrol positif
dan negative.
o PC –aglutinasi nyata dalam waktu 2 menit
o NC –suspensi halus tanpa aglutinasi setelah 2 menit
o Hasil positif seseorang yang tampak sehat adalah 3-5%.
Sensitivitas tes dapat berkurang pada saat suhu rendah. Hasil terbaik diperoleh pada
suhu lebih dari 10oC. Keterambata membaca hasil dapat mengakibatkan positif palsu RF. Hasil
yang diperoleh dengan uji lateks tidak bisa dibandingkan dengan hasil dengan uji waaler rose.
Perbedaan hasil tidak mencerminkan perbedaan antara teknik dalam kemampuan dalam
mendeteksi faktor rheumatoid

Kesimpulan :
Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) digunakan dalam mendiagnosa atau memeriksa
Rheumatoid Arthritis. Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit
yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) sistemik kronik
yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi sehingga akan merasakan nyeri.
Pemeriksaan menggunakan metode tes aglutinasi. Prinsipnya , yaitu RF pada serum pasien
akan bereak si dengan IgG manusia yang dilekat kan pada partikel lateks polystyrene
membentuk aglutinasi pada slide.
Prinsip pemeriksaannya yaitu, RF pada serum pasien akan bereak si dengan IgG
manusia yang dilekat kan pada partikel lateks polystyrene membentuk aglutinasi pada slide
o Reaksi positif jika terjadi aglutinasi/penggumpalan
o Reaksi negatif jika campuran yang dihasilkan keruh seperti susu

DAFTAR PUSTAKA
PPT “Pemeriksaan RF” by ibu Rahma Apriyani Rasyid, S.ST
https://youtu.be/Y0AMkZwZPg4
https://www.academia.edu/26078136/Pemeriksaan_Rheumatoid_Factor
https://www.academia.edu/11420561/Asuhan_Keperawatan_Rheumatoid_Arthritis
http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/download/34/89
https://id.scribd.com/document/281705987/Pemeriksaan-Rf

Anda mungkin juga menyukai