OLEH
KELOMPOK 3 (A1)
NAMA :
NAMA : KELOMPOK 3
KELAS : A1
periksa dan disetujui oleh asisten, maka dengan ini dinyatakan diterima dan dapat
Gorontalo, .........................2021
Asisten I Asisten II
NAMA : KELOMPOK 3
KELAS : A1
PRAKTIKUM : IMUNOLOGI-SEROLOGI
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segalah limpahan nikmat dan
laporan ini sebagai salah satu syarat untuk nilai praktikum pada mata kuliah
Bakteriologi III program studi D-III Analis kesehatan. Sholawat serta salam
senantiasa kita curahkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad SAW dan
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.apabila
pembaca belum puas dengan laporan yang kami buat, kami memohon kritik
dan saran yang membangun agar kami bisa membuat laporan yang lebih bagus
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Praktikum....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 Definisi Uji Widal...................................................................................4
2.1.1 Karakteristik Uji Widal……………….………………………..…..7
2.1.2 Kelemahan Uji Widal..……………….…………………....…...…..8
2.2 Jenis - Jenis Uji Widal..…...…...………………………………….....…9
2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Uji Widal………………..……..10
BAB III METODE PRAKTIKUM..............................................................12
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................12
3.2 Pra Analitik...........................................................................................12
3.3 Analitik………...…………………………………………………...….12
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................13
4.1 Tabel Hasil Pengamatan........................................................................13
4.2 Pembahasan...........................................................................................13
BAB V PENUTUP.........................................................................................16
5.1 Kesimpulan............................................................................................16
5.2 Saran......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
klinik dari salmonella typhi demam > 37 celsius, gangguan pencernaan mual,
muntah, nyeri perut, serta atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini juga
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
Ismoedijanto, 2011).
demam tifoid di seluruh dunia dengan angka insiden 600.000 kasus kematian
tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi
lingkungan. Pada daerah pedesaan ( Jawa Barat) insidennya sekitar 157 kasus
kasus per 100.000 penduduk per tahun. (World Health Organization, 2003).
1
Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun
pada 91% kasus demam tifoid. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat
bervariasi dari ringan sampai berat dan ada yang disertai dengan komplikasi.
Pada minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi
akut pada umumnya, yaitu demam nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, munta, obstipasi dan atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan
badan. Dalam minggu keuda gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradiakardi relatif, lidah tifoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta
Alwi 2006).
diagnosis demam tifoid. Tes serologis lain yang dapat digunakan dalam
menentukan diagnosis demam tifoid adalah tes Widal, dan tes IgM
Salmonella typhi. Pada kultur darah, hasil biakan yang positif memastikan
demam tifoid. Pada uji Widal, akan dilakukan pemeriksaan reaksi antara
berbeda-beda terhadap antigen somatic (O) dan flagela (H) yang ditambahkan
2
Prinsip tes Widal adalah pasien dengan demam tifoid atau demam enteric
diagnosis yang tepat untuk hasil positif dapat menjadi sulit pada area yang
berbeda. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan level antibodi pada
populasi normal di daerah atau area khusus supaya penentuan nilai ambang
batas atas titer antibodi signifikan. Hal tersebut khususnya penting jika hanya
ada sampel serum akut tanpa ada sampel serum periode convalescence untuk
kualitatif
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fernand Isidore Widal pada tahun 1896. Grunbaum dan Widal berusaha
dipelopori oleh Grunbaum dan Widal ini masih bertahan sampai kini dan
telah dikembangkan tidak hanya untuk demam tifoid tetapi bisa pula untuk
Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella typhi
titer antibodi pada penderita infeksi tifus akan meningkat pada minggu ke 2.
Titer antibodi O akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibodi H
4
setelah demam, menunjukan adanya infeksi Salmonella strain O, demikian
0,1%.
c. Antigen AH (paratyphi A)
(Handojo, 2014).
5
kemudian diikuti dengan aglutinin H (Antibodi O muncul pada hari ke
masa lampau; dan (3) titer antigen yang tinggi terdapat antigen Vi
b. Riwayat vaksinasi
pengujian
6
e. Pemberian antibodi sebelumnya
(Hardjoeno, 2012).
a. Validitas
1. Validitas internal
lacak dari uji widal tergolong sedang. Akurasi : pada uji semi
antara 7- 29%.
cukup tinggi, yaitu 66,7% Untuk ambang atau titer rujukan 1/60
(Thalib, 2011).
b. Kepraktisan
c. Biaya pemeriksaan
7
Cukup murah, masih terjangkau oleh masyarakat kita.
(Handojo, 2014).
a. Antigenya
d. Warna aglutinat
8
Umumnya tidak berwarna sehingga dapat menyukarkan
Uji widal lempeng (Slide aglutination test) Prinsip dasar : 1 tetes serum
untuk uji penyaring dan amat berguna untuk laboratorium yang memeriksa
Cara pengenceran serum yang dipakai oleh berbagai macam uji widal
lempeng, baik yang impor maupun yang lokal untuk mendapatkan titer
Titer awal pengenceran serum juga berbeda antara kit yang satu dengan
yang lain. Sebagai contoh yaitu pengenceran serum awal yang dianjurkan
oleh kit tersebut diatas, dipakai titer awal 1:20 untuk aglutinin paratyphi A
(PA). Bila pada titer awal tes positif maka harus diteruskan dengan
pengencer selanjutnya namun bila tes negatif maka uji widal lempeng
lempeng telah menjadi salah satu sarana penunjang diagnosis demam tifoid
9
seperti halnya uji widal tabung. Uji widal lempeng yang impor lebih muda
dibaca oleh karena menggunakan partikel lateks berwarna, namun dua kali
lebih mahal harganya. Disamping itu oleh karena antigen yang dipakai
untuk uji widal lempeng yang import berasal dari strain atau Phogerype
Cara pengenceran serum yang dipakai oleh berbagai macam kit uji
widal lempeng, baik yang impor maupun yang lokal, untuk mendapatkan
serum juga berbeda antara kit yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh
yaitu pengenceran serum awal yang dianjurkan oleh kit tersebut diatas,
dipakai titer awal 1:40 untuk aglutinin O, H dan paratyphi A (PA). Bila pada
titer awal tersebut tes positif, maka harus diteruskan dengan pengencer
selanjutnya namun bila tes negatif maka uji widal lempeng dilaporkan
10
puncaknya pada minggu 32 kelima atau keenam sakit, Pengobatan dini
aglutinasi pada spesies lain. Oleh karena itu spesies Salmonella penyebab
lebih baik daripada suspensi antigen dari strain lain (Handojo, 2014).
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Widal yang dilaksanakan pada hari rabu 30 Maret 2012 pada pukul 13.00 –
Gorontalo.
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu : slide, aplikator,
3.3 Analitik
3. Letakkan 1 tetes serum pada serum lingkaran (O), (H), (AH), dan (BH)
12
BAB IV
PEMBAHASAN
30 Maret 2021 pukul 13.00 sampai dengan selesai. maka diperoleh hasil
aglutinasi
pada semua
lingkaran
slide.
4.2 Pembahasan
Tes widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang berarti bahwa seseorang
seseorang menderita demam tifoid atau bukan, tetap harus didasarkan atas
dikatakan sebagai penunjang diagnosa yang lama sehingga uji widal tidak
Hasil untuk pemeriksaan widal positif telah mendapat pengobatan tifus, bukan
indikasi untuk mengulang pengobatan bila mana tidak didapatkan lagi gejala
13
yang sesuai. Hasil uji negative dianggap tidak menderita tifus. Uji widal
umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karena
itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali hasilnya negatif dan
baru akan positif bila mana pemeriksaan diulang. Dengan demikian hasil uji
widal negatif terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat
pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang
antibodi dalam serum. Dan Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan typoid dengan tes widal
positif control pada lingkaran slide (PC) kemudian teteskan 1 tetes negative
control pada lingkaran (NC) dan teteskan 1 tetes serum pada serum lingkaran
(O), (H), (AH), dan (BH), lalu teteskan 1 reagen pada masing – masing
lingkaran slide sesuai seri Ag. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan
aplikator bersih pada masing – masing lingkaran slide, goyang pelan– pelan
14
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sampel darah diperoleh hasil negative
(-) karena tidak terjadi aglutinasi pada pemeriksaan, hal ini menunjukan bahwa
pasien tidak mengalami demam typoid atau sama sekali belum penah
penolakkan ini dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu penolakkan hiperakut
terjadi bila antibodi anti donor yang terbentuk sebelumnya sudah ada di dalam
sirkulasi resipien serta pada individu yang tidak dibuat peka, antibodi humoral
Maka hasil yang di peroleh pada praktikum kali ini yaitu Ny.N tidak
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tentang gambaran hasil pemeriksaan widal
metode slide menggunakan pipet tetes pada pasien 2 orang yang diduga
baik menggunakan pipet tetes di dapatkan hasil yang sama yaitu pasien
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum ini kami dapat memberikan saran kepada
didapatkan hasil yang teliti dan tepat, dan bagi institusi pendidikan,
16
DAFTAR PUSTAKA
Handojo 2014. Comparison Of The Diagnostic Value Of Local Widal Slide Test
Wiith Imported Widal Slide Test, In Department Of Clinical Medical
Faculty. Airlangga: Malang.
Thalib, 2010. Uji Widal tabung sebagai penunjang diagnosis ES., 1986, Aspek
Imunologis demam tifoid.
Widodo, 2010. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Jakarta.
17