Anda di halaman 1dari 35

TUGAS MAKALAH VIROLOGI

REAKSI IMUNOLOGI DAN VAKSIN VIRUS

OLEH :

KELOMPOK III

SANTY GISTIA (A202001045)

RANTI JULIAN PRATIWI (A202001100)

NUR ILFAH FADILLAH (A202202009)

WANDA ADELIA (A202202016)

ANNISA (A202202022)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LAB. MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kami panjatkan kepada Allah Subhanahu


Wa’Ta’ala yang telah memberikan kami nikmat sehat dan umur panjang, serta
memberikan kami kemudahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “REAKSI IMUNOLOGI DAN VAKSIN VIRUS ” dengan
tepat waktu.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan hingga saat
ini, dan beliaulah sebagai panutan dan suri tauladan bagi kita.

Penyusun menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat kesalahan dan
berbagai kekurangan, hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki. Kritik dan saran diperlukan dalam hal ini sehingga kedepannya
penyusun dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Hanya kepada Allah kita berharap dan berdo’a, semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusuan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Reaksi Immunologi...........................................................................................3
B. Vaksin Virus...................................................................................................21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Tubuh Virus................................................................................................7


Gambar 2. Bentuk Virus...............................................................................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus merupakan unit biologi parasit obligat dan bersifat patogen.
Infeksi virus terhadap makhluk hidup di antaranya: tumbuhan, hewan bahkan
manusia menimbulkan masalah yang sangat serius. Selain menimbulkan
penyakit bahkan kematian terhadap makhluk hidup, dampak yang ditimbulkan
juga beraneka ragam. Seperti yang terjadi pada saat ini, wabah covid-19 yang
disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 yang merupakan golongan virus
RNA menimbulkan dampak yang sangat besar. Berbagai aspek diantaranya:
pendidikan, ekonomi, sosial, pariwisata dan lainnya mengalami dampak yang
sangat signifikan (Wang, 2020 dan Sun, 2020).
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai
peran ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem
indokrin, sistem imun yang bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan
komponennya yang beredar diseluruh tubuh, supaya dapat mencapai sasaran
yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan fungsi imunitas, didalam tubuh
terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem limforetikuler. Sistem ini
merupakan jaringan atau kumpulan sel yang letaknya tersebar diseluruh
tubuh, misalnya didalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, sistem
saluran napas, saluran cerna dan beberapa organ lainnya. Jaringan ini terdiri
atas bermacam-macam sel yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu
rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing (Roitt dkk.,
1993; Subowo, 1993; Kresno, 1991).
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dan makromolekul asing, termasuk
virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada

1
autoimunitas. Pada proses peradangan, penderita dapat merasa tidak nyaman
oleh karena efek
samping yang dapat ditimbulkan sifat toksik senyawa organik yang
dikeluarkan sepanjang
proses perlawanan berlangsung.
Sejak ditemukan vaksin pada abad ke 18 maka teknologi pembuatan
vaksin dan ilmu pengetahuan tentang vaksin telah maju dengan sangat
pesatnya dan hal positif yang kita lihat dan kita rasakan dari vaksin adalah
bahwa dunia kedokteran saat ini telah berhasil mengeliminasikan
beberapajenis penyakit infeksi yang dahulu kala sangat mematikan, misalnya
penyakit cacar airyang setiap kali terjadi wabah akan membawa korban
meninggal cukup banyak, penyakit polio dibeberapa bagian dunia ini, dan
beberapa penyakit infeksi lain yang bisa diatasi dengan pemberian vaksin
yang tepat dan vaksinasi. Dengan kemajuan teknologi pembuatan vaksin,
maka kita juga telah mengenal banyak jenis vaksin yang tersedia untuk
berbagai macam penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana reaksi imunologi virus?
2. Apa saja Vaksin Virus?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui reaksi imunologi tubuh pada virus
2. Untuk mengetahui vaksin virus
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah ilmu reaksi imunologi virus dan vaksin virus
2. Memahami macam – macam virus
3. Memahami fungsi vaksin dalam kehidupan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Reaksi Immunologi
Sistem imunitas merupakan mekanisme pertahanan tubuh dimana sel,
jaringan dan molekul memediasi terjadinya resistensi terhadap infeksi. Sistem
imunitas terdiri dari imunitas natural, yang melindungi tubuh pertama kali
dari invasi mikroorganisme melalui aktivitas makrofag, dan imunitas didapat
(acquired), yang berperan dalam pembentukan antibodi dan sitokin-
sitokinantiinflamasi yang berkembang lebih lambat namun lebih efektif.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.

1. Pengaruh Keadaan Fisik dan Kimiawi Terhadap Virus


a) Suhu
Bila virus dipanaskan 56-60oC selama 30 menit (pasteurisasi)
akan mengalami inaktivitasi dan virus akan menurun atau hilang daya
infeksinya. Hal ini karena protein (kapsid) mengalami denaturasi. Ada
virus-virus yang tahan panas seperti Hepatitis dan Adenovirus
sehingga tidak mengalami inaktivitasi.
Virus yang dibeku keringkan (liofilisasi, freeze dried) dan
disimpan pada suhu lemari es biasa (4-8 oC) bisa tahan hidup beberapa
bulan dan pada suhu -70oC bisa tahan bertahun- tahun.

3
Virus yang mempunyai pembungkus cenderung kehilangan
infektivitas setelah penyimpanan lama meskipun pada suhu -90oC,
terutama peka terhadap pembekuan dan pencairan yang berulang-
ulang. Namun dengan adanya dimetilsulfoksid (DMSO) dalam
konsentrasi kurang dari 5% virus-virus ini menjadi stabil.
b) Stabilisasi Virus dengan Garam – Garam
Banyak virus dapat distabilkan dengan garam-garam dalam
konsentrasi tertentu (molar tertentu). Dengan penambahan garam-
garam tersebut virus akan tetap infektif dan tahan terhadap pemanasan
pada suhu 80oC selama 1 jam. Mekanisme stabilisasi virus dengan
cara ini belum diketahui. Misalnya MgCl2 1 mol dapat menstabilkan
virus-virus Polio, Echo, Coxsackie, Rhinovirus dan Reovirus, MgSO4
1 mol menstabilkan virus Influenza, Parainfluenza, Morbilli dan
Mumps, Na2SO4 1 mol menstabilkan terhadap virus Herpes simplex
danHerpes zoster.
c) Derajat Keasaman (pH)
Virus biasanya hidup subur pada pH 5-7,5 dan diluar suhu
tersebut virus akan mati atau inaktif, kecuali golongan Arbovirus yang
tahan sampai pH 9. Dan yang paling baik virus biasanya hidup pada
pH 7,0-7,4 oleh karena itu setiap buffer yang digunakan untuk
mengolah virus serta untuk kepentingan tes serologis biasanya
digunakan pH 7,0-7,4.
d) Radiasi
Pada umumnya sinar X (sinar Rontgen), ultraviolet (UV) dan
partikel berenergi tinggi dapat menghilangkan aktivitas virus atau
membunuh virus. Dosisnya bervariasi untuk setiap jenis virus.
e) Pengecatan Vital
Virus dapat ditembus sampai tingkat tertentu oleh zat warna
vital, seperti toluidin blue, netral red, proflavin atau acridin orange.

4
Zat warna ini akan diserap dan mengikat asam nukleat virus sehingga
virus akan menjadi peka terhadap cahaya biasa dan virus akan
diinaktivasi. Cara inaktivitasi seperti ini disebut inaktivasi
fotodinamik.
f) Kepekaan Terhadap Eter
Kepekaan terhadap eter sangat penting karena dapat menunjukkan
apakah virus di dalam envelopnya mengandung lipida yang larut oleh
eter yang menyebabkan virus menjadi inaktif atau mati, lipida yang
tidak dilarutkan oleh eter, envelopnya tidak mengandung lipid.
Berdasarkan kepekaan terhadap eter ini maka dapat dilakukan
pembagian virus sebagai berikut :
 Golongan virus yang senstitif terhadap eter yaitu : Golongan
Arbovirus, Influenza, Parainfluenza, Herpes simplex, Herpes
zooster, Pseudorabies, Japanese B Encephalitis (JBE virus),
Cytomegalovirus.
 Golongan yang tahan (resisten) terhadap eter yaitu : Golongan
Picornavirus, Papovavirus, Poxvirus, Adenovirus, Parvovirus.
g) Pengaruh obat-obat Khemoterapeutika (obat-obat sulfa dan antibiotika)
dan Kemoprofilaksia
Hanya virus tidak sejati yang bisa diobati dengan khemoterapeutika
(sulfa dan antibiotik). Untuk golongan virus sejati harus diusahakan
obat-obat yang dapat menghambat atau mencegah absorpsi virus oleh
sel (viropeksis), menghambat/mencegah penetrasi virus ke dalam sel
(pinositosis), mencegah pembentukan komponen-komponen virus
baru, mencegah atau menghambat pelepasan virus-virus baru dari sel
sel asal ke sel lain. Ini berarti bahwa jenis obat yang dipilih harus :
 Bereaksi dengan protein kapsid sehingga asam nukleatnya
tidak bisa dilepaskan.

5
 Mencegah terjadinya perubahan metabolisme sel yang
dimasuki virus sehingga protein dan asam d-nukleat sel yang
dimasukinya tidak mungkin berubah menjadi protein dan asam
nukleat virus baru.
 Hanya efektif terhadap sel yang dimasuki virus, tidak terhadap
sel-sel hospes yang lain. Contoh :Guanidin, mempunyai efek
yang baik sekali terhadap golongan Picornavirus (Polio, Echo,
Coxsackie). Efek kerjanya mencegah pelepasan protein kapsid
dari virus secara normal menjadi abnormal sehingga
pembentukan kapsid pada sel yang baru dimasuki dapat
dicegah, kapsid yang baru dibentuk dalam virus yang baru
ternyata kosong tidak mengandung nukleat, bila asam nukleat
dibentuk, maka asam nukleat tidak mungkin dilepas dari sel
yang dimasuki ke sel lain.
h) Efek Terhadap Desinfektan
Desinfektan adalah zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud
desinfeksi (membunuh organisme-organisme patogen). Pengaruh
desinfektan ini ternyata berbeda- beda (Depkes, 1996) :
 Lisol dan Khlor
Dalam konsentrasi tinggi bisa membunuh virus. Khlor dalam
konsentrasi tinggi dipakai dalam kolam renang untuk
membunuh virus Polio.
 Formalin
Dapat menginaktivasi virus terutama virus Polio (pembuatan
vaksin). Dipakai pada pembuatan vaksin Polio Salk
(inactivated vaccine). Sesudah ditambah formalin, virus Polio
akan inaktif tetapi daya antigeniknya masih tinggi.
 Betapropiolaktan

6
Untuk menginaktivasi virus Rabbies, tetapi daya antigeniknya
tetap tinggi. Juga untuk menginaktiasi Arbovirus, tetapi
hasilnya belum memuaskan bagi pembuatan vaksin.
2. Respon Tubuh Terhadap Virus
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor.Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas lalu
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai
cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen
dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi
tubuh juga berkurang dan membuat mudah terjangkiti virus.Penyakit
defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada
biasanya kemudian menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun
merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined
immunodeficiency, yang diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi,
seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh
retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang
hiperaktif menyerang jaringan normal seolah-olah jaringan tersebut
merupakan benda asing.Penyakit autoimun yang umum termasuk
rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus.
Respons imun merupakan respons tubuh berupa suatu urutan kejadian
yang kompleks terhadap antigen untuk mengeliminasi antigen tersebut.
Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein,
terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling
berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas

7
mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik
(Narayan, 2008).
Respon imun terbagi menjadi dua jenis berdasarkan mekanisme
pertahanan tubuh yaitu respon imun spesifik (menghancurkan senyawa
asing yang sudah dikenalnya) dan respon imun nonspesifik dimana lini
pertama terhadap sel-sel atipikal (sel asing, mutan yang cedera)
mencakup peradangan, interferon, sel NK, dan sistem komplemen.
Respon sistem imun tubuh pasca rangsangan substansi asing (antigen)
adalah munculnya sel fungsional yang akan menyajikan antigen tersebut
kepada limfosit untuk dieliminasi.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen
nonadaptif atau innateatau imunitas alamiah artinya mekanisme
pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi
untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi
lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan
merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Mekanisme
pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau
imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus
terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap
antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah
bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih
dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan
pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan
antigen.
a. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik
Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik
disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme
pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya,
lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya

8
seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag,
monosit, polimorfonuklear, dan komplemen) merupakan komponen
mekanismepertahanannon spesifik.
 Permukaan tubuh, mukosa dan kulit.Permukaan tubuh merupakan
pertahanan pertama terhadap penetrasi mikroorganisme. Bila
penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka mikroorganisme
yang masuk akan berjumpa dengan pelbagai elemen lain dari
sistem imunitas alamiah.
 Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan
kulit.Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme,
demikian pula silia pada mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula
merusak dinding sel mikroorganisme.
 Komplemen dan makrofag. Jalur alternatif komplemen dapat
diaktivasi oleh berbagai macam bakteri secara langsung sehingga
eliminasi terjadi melalui proses lisis atau fagositosis oleh
makrofag atau leukosit yang distimulasi oleh opsonin dan zat
kemotaktik, karena sel-sel ini mempunyai reseptor untuk
komponen komplemen (C3b) dan reseptor kemotaktik. Zat
kemotaktik akan memanggil sel monosit dan polimorfonuklear ke
tempat mikroorganisme dan memfagositnya.
 Protein fase akut. Protein fase akut adalah protein plasma yang
dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan jaringan. Hati merupakan
tempat utama sintesis protein fase akut. C-reactive protein (CRP)
merupakan salah satu protein fase akut. Dinamakan CRP oleh
karena pertama kali protein khas ini dikenal karena sifatnya yang
dapat mengikat protein C dari pneumokokus. Interaksi CRP ini
juga akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan
melisiskan antigen.

9
 Sel ‘natural killer’ (NK) dan interferon.Sel NK adalah sel limfosit
yang dapat membunuh sel yang dihuni virus atau sel
tumor.Interferon adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit dan
sel yang terinfeksi virus, yang bersifat dapat menghambat
replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.
b. Mekanisme Pertahanan Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi
mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan
oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun
lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.Dilihat dari caranya
diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons
imun didapat.
Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu
yaitu antigen yang merupakan ligannya. Di samping itu, respons
imun spesifik juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat
bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang sama di
kemudian hari. Pada imunitas didapat, akan terbentuk antibodi dan
limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang merangsangnya,
sehingga terjadi eliminasi antigen.
Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang
mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell =
makrofag) sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan
limfosit B masing-masing berperan pada imunitas selular dan
imunitas humoral. Sel limfosit T akan meregulasi respons imun dan
melisis sel target yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi yang
akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen dan lisis

10
antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang
mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell
mediated cytotoxicy (ADCC).
Terdapat pula beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi
daya tahan tubuh terhadap penyakit virus antara lain :
1) Umur
Umumnya bila terjadi infeksi virus masa perinatal
(dalam kandungan) terutama pada trimester I kehamilan maka
penyakit umumnya berat bagi janinnya dan dapat berakibat
abortus atau kecacatan kongenital.
Bila virus menjangkiti masa infancy (0-3 tahun)
umumnya penyakitnya tidak seberat penyakit masa
perinatal.Bila infeksi terjadi pada masa anak -anak (5-9 tahun)
penyakit lebih ringan dan jarang menimbulkan kematian.Bila
menjangkiti usia tua infeksinya sangat berat.
Ada beberapa penyakit yang khas menjangkiti anak
anak seperti varicella dan morbilli. Tetapi apabila penyakit
tersebut menjangkiti orang dewasa (pada mereka yang
mempunyai kelainan imunologik) maka penyakitnya sangat
berat bahkan sering fatal. Ada pula beberapa penyakit virus
yang khusus menjangkiti orang dewasa dan jarang/tidak
pernah menjangkiti anak-anak, seperti mononukleosis
infeksiosa, molluscum contagiosum, herpes zoster.
2) Suhu
Suhu diluar tubuh sangat mempengaruhi suhu tubuh manusia
dan hal ini bisa mempengaruhi/mempermudah terjangkitnya
penyakit virus. Misalnya suhu rendah (dingin) mempermudah
penjangkitan penyakit disaluran pernapasan oleh virus-virus
Infulenza, Coryza (common cold), Rhinovirus dan

11
Parainfluenza. Keadaan tersebut sering terjadi di negara yang
mempunyai 4 musim dan wabah akan terjadi pada musim
dingin. Biasanya isolasi virus dengan tikus bayi berumur 1-3
hari. Karena pada umur tersebut pusat pengaturan suhunya
belum sempurna.
3) Genetik
Beberapa jenis penyakit virus berhubungan dengan genetik,
misalnya Creutzfeldt Jakobs desease dan penyakit virus
dengan infeksi lambat (slow infection). Pada penyakit ini
dalam satu generasi selalu ada satu atau beberapa orang yang
menderita. Penyakitnya selalu fatal dan mempunyai masa
tunas sampai 30 tahun.
4) Hormonal
Penyakit polio lebih banyak mengakibatkan paralisis berat
sampai fatal pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita
yang tidak hamil dari golongan umur yang sama. Hal ini
disebabkan pada waktu hamil terjadi perubahan hormonal.
5) Lapisan Pelindung pada Imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi
dengan lapisan pelindung kekhususan yang
meningkat.Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri
dan virus memasuki tubuh. Jika patogen melewati pelindung
tersebut, sistemimun bawaan menyediakan perlindungan
dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun
bawaan ditemukan pada semua jenis tumbuhan dan binatang.
Namun jika patogen berhasil melewati respon bawaan
vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem
imun adaptif yang diaktivasi oleh respon bawaan. Baik

12
imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan
sistem imun untuk memusnahkan molekul sendiri dan non-
sendiri. Padaimunologi, molekul sendiri adalah komponen
tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing
oleh sistem imun. Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah
yang dianggap sebagai molekul asing.Satu kelas dari molekul
non-sendiri disebut antigen (kependekan dari generator
antibodi) dan dianggap sebagai bahan yang menempel pada
reseptor imun spesifik dan mendapatkan respon imun.
3. Reaksi Imun Terhadap Virus
Secara umum, mekanisme kerja sistem imun tubuh kita adalah sebagai
berikut; saat ada antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh)
terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa
mereka dan memberikan respon.Sel-sel ini memicu limfosit B untuk
memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada
suatu antigen spesifik.
Contohnya bila seseorang pernah terkena cacar maka biasanya
individu tersebut tidak terkena penyakit yang sama lagi atau seandainya
terjangkit tidak akan memberikan komplikasi yang fatal serta cepat pulih.
Hal ini juga merupakan mekanisme bagaimana imunisasi mencegah
penyakit tertentu. Sebuah imunisasi mengenalkan tubuh terhadap antigen
dengan cara yang tidak membuat sakit, tapi cukup untuk membuat tubuh
memproduksi antibodi yang akan melindungi seseorang dari serangan
penyakit tersebut di masa depan.
Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai
macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein
yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan
membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.

13
Pada situasi abnormal, sistem imun bisa salah mengira bagian tubuh
kita sendiri sebagai benda asing dan menyerang diri kita sendiri, hal ini
disebut sebagai penyakit autoimun.Biasanya antibodi yang menyerang
diri sendiri ini bisa terbentuk tanpa aturan karena adanya rangsangan
virus sebelumnya, sehingga antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan
dapat memberikan kerusakan organ yang cukup mengkhawatirkan.
Sebagai contohnya adalah penyakit Sistemic Lupus Eryhtematosusatau
disebut Lupus, dan juga Scleroderma.Selain itu reaksi autoimun ini bisa
menyebabkan ancaman abortus pada kehamilan.
Pada kasus lainnya, sistem imun yang merespon secara berlebihan atau
hipereaktif terhadap suatu benda asing sehingga antigen yang masuk ini
disebut alergen dan bisa menimbulkan gejala seperti bengkak, mata
berair, pilek alergi, bahkan bisa menimbulkan reaksi alergi hebat yang
mengancam jiwa yang disebut anafilaksis. Berbagai macam reaksi alergi
yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim, pilek alergi, batuk
alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin.
Jumlah antibodi bisa diukur secara tak langsung dengan jumlah
CD4.Jika jumlahnya kurang maka dicurigai seseorang mempunyai
penyakit immunocompromised dimana daya tahan tubuhnya sangat
rendah, hal ini bisa terjadi pada orang yang terkena HIV/AIDS, dan non
HIV (pengguna kortikosteroid lama, individu yang terkena
kanker,penyakit kronik seperti gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, dll).
Kekebalan secara umum dibagi dua :
a. Kekebalan Humoral
Berhubungan erat dengan pembentukan immunoglobulin (IgG, IgM,
IgA). Apabila seseorang terinfeksi oleh virus dan terjadi viremia (virus
masuk peredaran darah) maka antigen virus akan mencapai sel-sel
tubuh yang berfungsi membentuk Ig(immunoglobulin). Alat-alat ini

14
antara lain : hati, limpa, kelenjar getah bening dan sistem
retikuloendotelial yang lain. Sebagai reaksi terhadap viremia timbul :
6) IgG
IgG akan dibentuk dan mencapai titer maksimal yang tinggi
selama jangka waktu yang lama, lama menurun sangat lambat.
IgG ini dapat ditemukan dalam darah selama beberapa tahun.
7) IgM
Dibentuk hanya waktu pertama kali mendapat infeksi dengan
virus, segera sesudah terjadi infeksi. Mencapai titer maksimal
jauh lebih cepat daripada IgG. Bila 2-3 bulan sesudahnya kita
cari, IgM sudah tidak ada lagi.
8) IgA
Berhubungan erat dengan pembentukan kekebalan/pertahanan
lokal dan dibentuk oleh sel-sel plasma mukosa saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan saluran urogenitalis.
Bertanggung jawab atas kekebalan lokal pada tempat produksi
dengan maksud membentuk barrier untuk mecegah penyebaran
virus lebih lanjut. Tidak dapat melalui placenta karena berat
molekulnya tinggi sehingga tidak bisa ditemukan dari darah tali
pusat bayi baru lahir. IgA juga ditransportasi dalam sekret-sekret
seperti mukus bronkhial, saliva, cairan intestinum dan dalam
serum.

b. Kekebalan Seluler
Sangat berperan pada anak-anak yang mempunyai kelainan
kongenital imunologik sehingga tidak mempunyai kemampuan
membentuk Ig dan menderita hipogamaglobulinemia. Walaupun
mereka tidak bisa membentuk Ig, maka sembuh bila ditulari virus
(terjadi viremia) morbilli, varicella, mumps dan sebagainya. Hal ini

15
disebabkan sel limfosit dan sel makrofag langsung mengadakan
infiltrasi ke daerah/ke sel-sel yang dimasuki oleh virus da terjadilah
proses peradangan local intensif. Limfositnya (sensitizedlymphocyte)
dan makrofagnya (activatedmacrophage) berusaha menyingkirkan
sel-sel yang sudah diserbu / terkena virus. Fenomena ini terjadi dalam
24-48 jam (delayed hypersensitivity reaction).
Bila anak menderita selain kelainan kekebalan humoral, juga
kekebalan seluler yang disebut Swiss type hypogamaglobulinemia
maka anak ini akan meninggal pada usia sangat muda karena bila
pertama kali diinfeksi oleh penyakit apapun langsung meninggal
(DEPKES, 1996).
c. Peranan Zat Ani dalam Pencegaha Infeksi Virus
Bayi yang baru lahir akan membawa kekebalan bawaan dari ibunya
terhadap cacar, polio, morbilli dan sebagainya. Zat anti tersebut
biasanya dalam bentuk IgG, sesudah lahir konsentrasi IgG makin
lama makin menurun dan suatu ketika IgM dan IgA akan ditemukan
dalam darahnya. Ini merupakan tanda bahwa sistem imunologik bayi
mulai bekerja. IgM dibentuk lebih dulu daripada IgA. IgM mencapai
titer maksimal dalam 10 hari, kemudian menurun sampai masa
adolensens. IgA titernya meninggi sangat lambat dan baru dapat
diukur sesudah bayi berusia kira-kira 1 bulan. IgG juga baru mulai
dibentuk secara aktif sesudah berusia 1-1,5 bulan. Pada manusia
beberapa jenis kekebalan dapat dibentuk yaitu kekebalan pasif dan
kekebalan aktif.
1) Kekebalan Pasif
 Kekebalan Pasif Bawaan
Fetus mendapat kekebalan (IgG) dari ibunya melalui
plasenta. Hewan selain mendapat kekebalan pasif dalam

16
kandungan juga didapat dari kolostrum (air susu minggu
pertama) berupa IgM da IgA. Zat anti bawaan pada bayi
berguna untuk melindungi bayi dari infeksi, memberi
proteksi total, kadang-kadang meringankan perjalanan
penyakit virus, memodifikasi penyakitnyasehingga tidak
terjadi komplikasi. Contohnya :
- Cacar; bayi mendapat proteksi terjadap cacar selama 3
bulan pertama. Pencacaran dilakukan bayi berusia 3
bulan.
- Polio, Morbilli, Rubella ; proteksi sampai 5-6 bulan,
vaksinasi dilakukan pada umur 5-6 bulan. Pada Polio
Proteksi tidak hanya 6 bulan, tergantung apakah bayi itu
segera sesudah lahir mendapat ASI, karena ASI
mengandung protein yang mempunyai daya
menetralisasi virus Polio. Oleh karena itu Polio
kebanyakan menjangkiti golongan sosio-ekonomi tinggi
karena bayi diberi susu botol (susu buatan) segera
sesudah lahir. Dianjurkan bayi diberi ASI sampai usia ±
2 tahun.
- Herpes simplex ; proteksi sampai 7-11 bulan (bila ibu
mengandung zat anti).
 Kekebalan pasif didapat (acquired passive immunity)
Yaitu bila memberi seseorang (anak/dewasa) zat anti,
sehingga orang ini tidak perlu membentuk zat anti sendiri
bisa dalam bentuk serum;
- Serum konvalesens berasal dari orang yang sudah
mendapat infeksi virus tertentu (serum homolog).

17
- Serum imun berasal dari kuda/hewan tertentu yang
sengaja disuntikan pada manusia (serum heterolog).
Karena merupakan protein asing, bisa terjadi gejala
sampingan berbahaya seperti serum sickness atau
shock anafilaktik yang fatal. Pemberian serum ini
bisa mengandung bahaya ikutnya virus hepatitis
serum.
2) Kekebalan Aktif
 Disengaja
Maksudnya virus atau antigen diberikan kepada seseorang.
Adapun caranya yaitu bisa melalui kulit/mukosa traktus
respiratorius atau digestivus. Derajat kekebalan yang
dibentuk tergantung dari potensi antigen, jumlah antigen
yang dibentuk semasa virus berkembang biak, tempat atau
lokasi pemberian antigen, daya perkembangbiakan dan
penyebaran virusnya.
Pada umumnya pengebalan aktif lebih disukai daripada
pengebalan pasif karena:
- Kekebalan bersifat lebih spesifik, yaitu ditujukan
kepada virus yang bersangkutan
- Berlangsungnya jauh lebih lama, bertahun-tahun sampai
seumur hidup sedangkan pengebalan pasif hanya1 bulan
- Lebih murah karena cara pembuatannya hanya
membunuh, menginaktivasi atau melemahkan virus
sedangkan pengebalan pasif harus memisahkan
imunoglobulin.

18
- Tak ada bahaya serum sickness, shock anafilaktik
Pemberian lebih mudah, bisa peroral (tablet, sirup), bisa
aerosol (spray), pengebalan pasif harus parenteral.
Pemberian virus/antigen dilakukan dengan 2 jenis vaksin :
 Live attenuated vaccine :
Mengandung virus hidup yang sudah dilemahkan atau
berisi virus yang avirulen. Contoh : Polio (sabin), Cacar,
Morbilli, Rubella, Mumps. Keuntungan Live attenuated
vaccine :
- Akan menyerupai infeksi alami, sehingga
kekebalan yang ditimbulkan lebih lama, kadang –
kadang seumur hidup.
- Pemberian tidak selalu parenteral, bisa
peroral/spray.
Kerugian Live attenuated vaccine :
- Banyak kontraindikasi, misalnya orang yang
divaksinasi harus benar-benar sehat, tidak ada
infeksi laten suatu penyakit.
- Harus yakin bahwa semua virus yang hidup sudah
dilemahkan.
- Ada kekhawatiran bahwa sesudah virus masuk
dalam tubuh, virulensinya berubah dari avirulen
menjadi virulen.
 Inactivated vaccine :
Daya infeksi dikurangi atau dihilangkan tetapi sifat
antigeniknya masih kuat. Contoh : Polio (salk), Rabies,
Influenza, Morbilli. Kerugian Inactivated vaccine :

19
- Harus yakin bahwa semua virus sudah
diinaktivasi karena strain yang digunakan selalu
sangat virulen.
- Harus parenteral, tidak bisa peroral atau
intranasal.
- Perlu revaksinasi setiap tahun karena kekebalan
paling lama 1 tahun.
- Daya proteksinya kurang karena tidak diberikan
pada port d’entree seperti infeksi alami.
Misalnya Vaksin Influenza diberikan parenteral,
padahal lebih baik secara spray (traktus
respiratorius) da Vaksin Polio Salk diberikan
dengan suntikan intramuskuler,lebih baik
diberikan peroral (Sabin).
 Tidak Disengaja
Pada orang-orang yang mengalami infeksi alami,
lamanya kekebalan tergantung daya perkembangan virus,
penyebaran dan lamanya penyebaran virus selama sakit.
Contoh : Penyakit trakhoma dengan infeksi pada
konjungtiva mata yang lokasi dan superfisial. Maka
jumlah antigen yang dibentuk sangat sedikit. Antigen ini
tidak menyebar dan tidak sampai ke sel-sel tubuh yang
membentuk zat anti. Karena itu tidak ada zat dalam darah
dan mudah terjadi terinfeksi trakhoma. Berlainan dengan
penyakit-penyakit dengan viremia, maka kekebalan bisa
terjadi sebagai berikut :
- Berlangsung dalam beberapa tahun, seperti
cacar, influenza, dan herpes simplex.

20
- Berlangsung seumur hidup. Bila dijangkiti
kedua kalinya berarti ada kelainan imunologik
atau diagnosa pertama salah. Contoh : Morbilli,
Mumps, Rubella, Varicella, Yellow fever, Polio
(tipe homolog), Dengue (tipe homolog).
(Depkes, 1996)

B. Vaksin Virus
1. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah produk yang diberikan melalui suntikan, oral,
atau pun semprot untuk menghasilkan kekebalan terhadap penyakit
tertentu.Tetapi, banyak orang belum memahami apa yang sebenarnya
menjadi kandungan di dalam vaksin tersebut.
Pada saat baru lahir, bayi memiliki kekebalan terhadap kuman
tertentu melalui antibodi atau zat kekebalan tubuh yang didapat dari ibu
saat bayi masih berada di dalam kandungan. Beberapa waktu setelah
lahir, zat kekebalan tubuh ini akan hilang secara alami karena bayi sudah
tidak berada di dalam kandungan ibu. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan perlindungan terhadap bakteri atau virus tertentu yang dapat
menyebabkan penyakit perlu diberikan vaksin.
Vaksin merupakan antigen yang mengandung bakteri, racun,
atau pun virus penyebab penyakit yang “hidup” atau pun yang sudah
dimatikan. Vaksin hidup atau mati ini bekerja untuk merangsang sistem
kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mengira bahwa ia sedang
diserang kuman aktif. Proses ini kemudian direspons tubuh dengan
memproduksi antibodi yang diam dalam tubuh dan akan melindungi
tubuh di masa yang akan datang. Proses pembentukan antibodi inilah
yang disebut imunisasi.

21
Berikut ini adalah beberapa jenis vaksin berdasarkan kandungan yang
terdapat di dalamnya, yaitu:
a. Vaksin Mati
Vaksin mati atau disebut juga vaksin tidak aktif mengandung
virus atau bakteri yang sudah dihancurkan dengan suhu panas,
radiasi, atau bahan kimia, sehingga mati atau tidak aktif. Proses ini
membuat virus tetap utuh, tetapi tidak dapat berkembangbiak dan
menyebabkan penyakit dalam tubuh. Melainkan membuat tubuh
menciptakan reaksi
kekebalan.Meski demikian, vaksin mati sering membutuhkan
beberapa dosis untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena
vaksin mati ini umumnya memproduksi respons imun yang lebih
rendah daripada vaksin hidup. Vaksin polio, DPT, dan vaksin flu
adalah beberapa contoh vaksin mati.Vaksin mati ini memang
berpotensi menyebabkan ruamatau demam setelah disuntikkan tapi
efek samping ini merupakan situasi normal dan tidak
berbahaya.Karena efek kekebalan yang dihasilkan vaksin ini lebih
lemah maka vaksin jenis ini seringkali membutuhkan dosis
pemberian ulang atau booster.
b. Vaksin Hidup
Vaksin hidup adalah vaksin yang dilemahkan di laboratorium,
tapi bukan dihancurkan. Virus atau bakteri yang disuntikkan tidak
akan menyebabkan sakit, tapi dapat berkembangbiak untuk
memunculkan respons sistem imun. Vaksin hidup ini mendatangkan
kekebalan yang lebih kuat dan bisa memberikan perlindungan
seumur hidup meskipun hanya diberikan satu atau dua kali.Namun,
vaksin ini tidak dapat diberikan pada mereka
yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti ODHA
atau yang sedang menjalani kemoterapi, karena kekebalan tubuh

22
yang lemah justru dapat berisiko memicu penyakit yang ingin
dicegah. Contoh dari vaksin hidup adalah vaksin MMR, BCG, cacar
air, dan vaksin flu semprot. Sebelum diberikan, vaksin-vaksin ini
perlu disimpan di dalam lemari pendingin khusus agar tetap hidup.
Hal ini dapat menjadi kendala jika vaksin akan dikirim atau disimpan
di daerah dengan infrastruktur yang masih bermasalah seperti
seringnya mati lampu. Suhu yang tidak sesuai untuk penyimpanan
vaksin akan memengaruhi kualitas vaksin sehingga imunitas yang
terbentuk tidak optimal.
c. Vaksin Toksid
Vaksin ini berguna untuk menghasilkan kekebalan tubuh guna
menghalau dampak buruk dari racun atau toksin yang dihasilkan oleh
bakteri tertentu.Para ahli menemukan bahwa racun yang dihasilkan
oleh bakteri tertentu ketika menginfeksi seseorang dapat dinetralisir
dengan formalin atau zat kimia lainnya.Dengan menghasilkan zat
mirip racun yang telah diolah secara khusus tersebut, maka vaksin
jenis ini dapat diberikan untuk merangsang tubuh dalam membentuk
sistem kekebalan guna melawan efek buruk racun yang dihasilkan
oleh kuman.Contoh vaksin jenis toksoid ini diantaranya tetanus
toxoid dan difteri.
d. Vaksin Biosentik
Jenis vaksin ini memiliki kandungan antigen yang diproduksi
secara khusus hingga menyerupai struktur protein dari bagian tertentu
pada virus atau bakteri untuk menghasilkan kekebalan tubuh. Pada
bayi, ketika vaksin jenis ini diberikan saat sistem kekebalan tubuh
masih berkembang, vaksin ini dapat membantu agar sistem kekebalan
tubuhnya mengenali bakteri atau virus berbahaya yang akan masuk
ke dalam tubuhnya di kemudian hari. Contoh vaksin jenis ini adalah
vaksin Hib.

23
Kandungan utama vaksin ini terdiri dari bahan pelancar untuk
membuat vaksin bekerja lebih efektif, penstabil untuk menjaga agar
kandungan vaksin tidak berubah saat terpapar faktor lingkungan
seperti suhu dan cahaya serta pengawet agar masa simpannya tahan
lama.Tidak semua bahan kandungan yang tertulis sebagai bahan
vaksin benar-benar terkandung di dalamnya. Sebagian besar bahan
hanya digunakan dalam proses produksi.
2. Macam Macam Vaksin
Dengan kemajuan teknologi pembuatan vaksin, maka kita juga telah
mengenal banyak jenis vaksin yang tersedia untuk berbagai macam
penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin, saat ini telah tersedia
sekitar 23 jenis vaksin, dan masih banyak vaksin baru lain yang sedang
dalam proses penelitian dan pengembangan, misalnya vaksin HIV AIDs,
vaksin demam berdarah dengue, vaksin malaria, vaksin TBC baru.
Jenis – jenis vaksin dibagi berdasarkan :
a. Pembedaan jenis vaksin dari antigen yang dipergunakan untuk
merangsang sistim imunologi/daya pertahanan tubuh membuat zat
antobodi.
Antigen adalah (bagian dari) bakteri atau (bagian dari) virus
yang dipergunakan sebagai zat aktif yang dikandung didalam vaksin,
dan antigen ini bertujuan untuk merangsang sistim imunologi tubuh
atau sistim pertahanan tubuh kemudian membuat zat antibodiyang
diperlukan untuk melawan dan membasmi bibit penyakit yang
menyerang masuk dalam tubuh kita.
Antigen ini diambil dari (sebagian atau seluruh) bakteri atau
virus penyebab penyakit. Antigen bibit penyakit ini sebelumnya telah
diolah sedemikan rupa sehingga tidak akan menimbulkan penyakit
bila disuntikkan kembali ke dalam tubuh.Namun akan merangsang
sistim imunologi tubuh untuk memberi reaksi dan membuat zat

24
antibody yang diperlukan untuk melawan dan mematikan bibit
penyakit yang sama bila infeksi masuk dalam tubuh kita sehingga
kita terhindar dari penyakit dan kita menjadi kebal/imunterhadap
penyakit tersebut.
Karena antigen yang diambil itu bisa berasal dari kuman atau
juga dari virus penyebab penyakit, maka kita akan mendapatkan jenis
vaksin yaitu vaksin bakteri yang berasal dari antigen bakteri dan
vaksin virus yang berasal dari antigen virus.
b. Cara Pengolahan Antigen Bakteri dan Virus Untuk Pembuataan
Vaksin
Cara mengolah antigen bibit penyakit agar supaya aman untuk
dipergunakan dalam vaksin :
- mematikan bibit penyakit tersebut dengan cara pemanasan
atau heating, dengan cara penyinaran atau radiasi, dengan zat
kimia atau chemical substant misalnya fenol,alcohol dan lain-
lain, proses inidisebut inaktivasi, artinya vaksin ini
mengandung antigen bakteri atau virus yang telah di
MATIKAN.Sehingga tidak bisa menularkan penyakit yang
sama lagi bila dipakai sebagai vaksin. Ini yangdikenal sebagai
VAKSIN MATI (Killed Vaccine atau Inactivated Vaccine).
- mengembangbiakkan bakteri atau virus tersebut kedalam
medium tertentu yang mirip dengan medium habitat bibit
penyakit tersebut dan pengembang biakan ini diteruskan
hingga mencapai tahapan dimana sifat asli bibit penyakit yaitu
sifat keganasan hilang.Namun secara genetik tetap akan
dikenali oleh sistim imunologi tubuh kita sebagai bibit
penyebab penyakit tertentu dan akan merangsang tubuh
membuat zat antibodi untuk bibit penyait tersebut. Ini yang

25
dikenal sebagai VAKSIN HIDUP yang dilemahkan (Lived
Attenuated Vaccine).
c. Vaksin untuk bayi,anak,dan vaksin orang dewasa juga usia lanjut
Sejak dahulu, orang selalu beranggapan bahwa vaksin dan
vaksinasi adalah hanya monopoli untuk bayi dan anak-anak saja.
Baru belakangan ini, mulai dibicarakan dan dilakukan uji klinik yang
membuktikan bahwa orang dewasa juga orang berusia lanjut
memerlukan imunisasi dan vaksinasi guna melindungi dirinya
terhadap penyakit infeksi yang sangat berbahaya bagi orang dewasa
dan orang berusia lanjut.Terutama bagi mereka yang sudah menderita
beberapa jenis penyakit degeneratif seperti misalnya penyakit jantung
dan pembuluh darah, penyakit paru, penyakit diabetes, penyakit hati
dan ginjal, penderita stroke dan lain lain dimana penyakit-penyakit
ini akan menjadi lebih serius dan memburuk jika terkena penyakit
infeksi lain yang sebetulnya bisadi cegah dengan diberikan vaksinasi
sebelumnya untuk menangkal.
Tujuan pemakaian vaksin kombinasi, antara lain adalah demi
keamanan, efisiensi dan kepatuhan jadwal program imunisasi Vaksin
untuk Orang Dewasa dan Usia Lanjut. Saat ini telah dikenal beberapa
jenis vaksin yang sangat dianjurkan untuk orang dewasa dan orang
berusia lanjut sehingga bisa melindungi diri dan kesehatan mereka
terhadap komplikasi penyakit degenerativeyang sudah mereka derita
sebelumnya seperti yang disebutkan diatas.
Vaksin orang dewasa dan usia lanjut adalah sebagai berikut :
- Vaksin Hepatitis A dan Vaksin Hepatitis B (vaksin virus mati,
monovalent)
- Vaksin Demam Typhus (vaksin bakteri mati, monovalent)
- Vaksin Varicella (vaksin virus hidup dilemahkan,
monovalent)

26
- Vaksin Influenza (vaksin virus mati, monovalent)
- Vaksin Pneumonia (vaksin bakteri mati, monovalent)
Vaksin untuk bayi adalah :
- Vaksin DPaT dan DTwP (vaksin bakteri mati, kombinasi
trivalent)
- DPaT Hib Polio (vaksin bakteri dan virus mati, kombinasi
pentavalent)
- Vaksin DPaT HepB Polio (vaksin bakteri dan virus mati,
kombinasi pentavalent)
- Vaksin DPaT Hep B Hib (vaksin bakteri dan virus mati,
kombinasi pentavalent)
- Vaksin DPaT HepB Hib Polio (vaksin bakteri dan virus mati,
kombinasi hexavalent)
- Vaksin DPaT Hib (vaksin bakteri mati, kombinasi tetravalent)
- Vaksin Inactivated Polio (vaksin virus mati, monovalent)
- Vaksin Polio Oral (vaksin virus hidup dilemahkan,
monovalent)
- Vaksin MMR (vaksin virus hidup dilemahkan, kombinasi
trivalent)
- Vaksin Influenza (vaksin virus mati, monovalent)
- Vaksin pneumonia (vaksin bakteri mati, monovalent)
- Vaksin Rabies (vaksin virus hidup dilemahkan, monoovalent)
- Vaksin Varicella (vaksin virus hidup dilemahkan,
monovalent)
- Vaksin Human Papiloma Virus/HPV (vaksin virus mati,
tetravalent)
- Vaksin Rotavirus (vaksin virus hidup dilemahkan,
monovalent)

27
- Vaksin Hepatitis A dan Vaksin Hepatitis B (vaksin virus mati,
bivalent)
d. Vaksin Masa Depan
Saat iniada beberapa jenis vaksin yang sedang dalam proses penelitian
dan pengembangan, antara lain :
- Vaksin HIV AIDs. Sejak merebaknya kasus HIV AIDs
beberapa dekade yang lalu hingga sekarang vaksin anti virus
HIV ini masih dalam tahap penelitian yang intensif.Namun
belum juga berhasil menemukan vaksin yang benar benar
memuaskan dan efektif untuk menangkal dan mengobati
infeksi virus HIV AIDs ini.
- Vaksin Malaria.Vaksin ini telah diteliti sejak beberapa puluh
tahun yang laludan saat ini telah mulai memberikan harapan
dan hasil hasil uji klinik yang menjanjikan
- Vaksin demam berdarah dengue. Vaksin ini juga telah diteliti
sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Saat ini uji klinik fase 3
sedang dilakukan secara intensif untuk membuktikan bahwa
vaksin ini aman untuk digunakan dan efektif untuk menangkal
infeksi virus demam berdarah dengue yang banyak beredar
dinegara subtropis dan tropis seperti Indonesia.
- Vaksin untuk penyakit non infeksi seperti vaksin untuk tumor
otak (Glioblastoma).
- Vaksin untuk penyakit Alzheimer (penyakit gangguan daya
ingat orang tua), vaksin untuk penyakit Atherosclerosis
(penyakit kelainan pembuluh darah), vaksin untuk multiple
sclerosis, vaksin untuk pengobatan kecanduan zat nikotin,
kecanduan obat /drugs abuse, vaksin untuk alergi, vaksin
kanker Prostate, vaksin untuk diabetes, dll

28
- Vaksin untuk pengobatan penyakit (Vaccine for Treatmet)
Kelak kita akan mempunyai vaksin yang dipergunakan untuk
mengobati penyakit bukan hanya untuk mencegah penyakit
infeksi seperti yang kita kenal dan pergunakan saat ini. (Seluk
Beluk Vaksin, 2013)

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen untuk mengeliminasi antigen tersebut Respons
imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein terutama sel
makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi
secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme
pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tida
menimbulkan penyakit. Vaksin adalah produk yang diberikan melalui
suntikan, oral, atau pun semprot untuK menghasilkan kekebalan terhadap
penyakit tertentu.

30
DAFTAR PUSTAKA

Priastomo, Yogi. Dkk. 2021. Virologi. Yayasan Kita Menulis. Yogyakarta

Suprobowati, Ocky Dwi. Iis Kurniati. 2018. Bahan Ajar TLM Virologi. PPSDM
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Suardana, Ida Bagus Kade. 2017. Diktat Immunologi Dasar. Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Udayana. Depansar

31

Anda mungkin juga menyukai