Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM
PROTEIN
( KIMIA KLINIK II )

NAMA :WIWIT NUR CAHYOWATI

NIM : 1193090

KELAS : REG C.13

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKES NASIONAL SURAKARTA


Korektor I Korektor II
PEMERIKSAAN
PROTEIN TOTAL
METODE BIURET

Probandus
Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar protein total dalam sampel yang diperiksa
dalam g/dL.
2. Prinsip : Bersama dengan ion tembaga, protein membentuk kompleks warna
biru-violet dalam larutan alkali. Absorbansi warna berbanding lurus
dengan konsentrasi
3. Alat dan bahan : 1. Tabung reaksi 6. Stopwatch
2. Mikropipet 1000 ul; 10 ul 7. Reagent total protein
3. Blue tip dan yellow tip 8. Tisu
4. Fotometer 9. Rak tabung reaksi
5. Aquadest 10. Serum
4. Cara kerja : Panjang gelombang : 546 nm
Program : C/ST
Suhu : 20-25ᵒC atau 37ᵒC
Pengukuran : Terhadap blanko reagen
Pengukuran substrat
BL SPL
Aquabidest (  l ) 20 -
Sampel (  l ) - 20
Reagen 1 (  l ) 1000 1000
Campurkan, inkubasi 1-5 menit pada 20-25ᵒC atau 37ᵒC. Baca
absorbansi A1, lalu tambahkan :
Reagen 2 (  l ) 250 250
Campurkan, inkubasi 5 menit pada 20-25ᵒC atau 37ᵒC. Baca
absorbansi A2 dalam 60 menit.

Pengukuran sampel
BL SPL
Aquabidest (  l ) 20 -
Sampel (  l ) - 20
Monoreagen (  l ) 1000 1000
Campurkan, inkubasi 5 menit pada 20-25ᵒC atau 37ᵒC. Baca
absorbansi terhadap blanko reagen dalam 60 menit.
5. Harga normal : 6,6-8,8 g/dL
6. Hasil : 7,8 g/dL

7. Kesimpulan : Kadar protein total dalam sampel yang diperiksa normal 7,8 g/dL.

8. Pembahasan

Pemeriksaan kadar protein total merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan
di laboratorium klinik. Pemeriksaan ini diperlukan untuk pemantauan resiko penyakit hati
dan ginjal. Salah satu metode pemeriksaan ini adalah metode Biuret yang menggunakan
prinsip pengukuran dengan spektrofotometri, sehingga jika sampel yang diperiksa adalah
serum lipemik akan mempengaruhi hasil pemeriksaan dan menyebabkan kesalahan
diagnosis.
Secara kolorimetri, protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret.
Prinsipnya adalah bahwa ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa. Perekasi biuret terdiri dari
campuran protein dengan sodium hidroksida dan temabaga sulfat. Warna violet adalah
hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida. Spektrum
absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan residu
asam amino.
Serum lipemik adalah serum yang keruh, putih atau seperti susu karena hiperlipide-
mia. Kekeruhan lipemik disebabkan juga oleh adanya partikel besar lipoprotein seperti
chylomicrons atau Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan komponen lipid utama
yaitu trigliserida. Kekeruhan yang dihasilkan akan mengganggu proses absorbansi atau
penyerapan cahaya pada spektrofotometri pada sebagian besar pemeriksaan laboratorium
klinik.
Sebuah metode penghapusan lipid alternatif yang populer di laboratorium klinik
adalah ultrasentrifugasi. Teknik ini akan memberikan hasil yang lebih akurat. Namun,
metode ini membutuhkan alat tambahan yang cukup mahal bagi laboratoium kecil dan
laboratorium satelit. Perlakuan lain untuk serum lipemik juga dapat dilakukan dengan
menggunakan pelarut organik seperti kloroform, namun penggunaan pelarut organik
sudah jarang dipakai karena bahan ini bersifat karsinogeik yang membahayakan laboran
dan lingkungan.
Kadar protein total pada serum lipemik senderung lebih rendah setelah ditambahkan
dengan γ-cyclodextrin, hal ini disebabkan karena pemeriksaan karena pemeriksaan kadar
protein total menggunakan prinsip kolorimetri dimana perubahan enzimatik dihitung
berdasarkan perubahan warna. Serum lipemik yang keruh menyebabkan intensitas warna
yang terukur menjadi lebih tinggi yang menjadikan kadar protein total serum lipemik
menjadi tinggi pula, namun setelah ditambah γ-cyclodextrin, serum menjadi lebih jernih,
sehingga kadar protein total cenderung lebih rendah setelah ditambah dengan flokulan.
Metode flokulasi dengan γ-cyclodextrin dapat mengurangi kekeruhan serum lipemik.
Metode ini cukup sederhana serta lebih efisien dan efektif dari segi waktu, peralatan,
biaya daripada metode lain. Reagen γ-cyclodextrin tidak berbahaya dan larutan stabil
dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kerugian dari protein total metode biurat yaitu hasil pembacaan tidak murni
menunjukkan kadar protein saja, melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung
benzana, gugus fenol dan gugus sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu
pelaksanaan yang lama seringkali dirasa kurang efisien.

9. Referensi :
Sujono. 2016. Kadar Protein Total dan Ureum Dengan dan Tanpa Penambahan
γ-cyclodextrin Pada Serum Lipemik. Jurnal Teknologi Laboratorium, 5(10), 16-19.
Purwanto, Maria Goretti M. 2014. Perbandingan Analisa Kadar Protein Terlarut Dengan
Berbagai Metode Spektroskopi UV-Visible. Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi, 7(2), 64-
71.
Korektor I Korektor II
PEMERIKSAAN
ALBUMIN
METODE BROMOCRESOL GREEN

Probandus
Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar albumin dalam sampel yang diperiksa dalam
g/dL.
2. Prinsip : Pada pH sedikit asam, albumin akan berikatan dengan bromocresol
green dan menghasilkan perubahan warna dari kuning-hijau ke hijau-
biru yang digunakan sebagai indikator pengukuran.
3. Alat dan bahan : 1. Tabung reaksi 6. Stopwatch
2. Mikropipet 1000 ul; 10 ul 7. Reagent albumin
3. Blue tip dan yellow tip 8. Tisu
4. Fotometer 9. Rak tabung reaksi
5. Aquadest 10. Serum
4. Cara kerja : Panjang gelombang : 546 nm
Program : C/ST
Suhu : 20-25ᵒC atau 37ᵒC
Pengukuran : Terhadap blanko reagen

BL SPL
Aquabidest (  l ) 10 -
Sampel (  l ) - 10
Monoreagen (  l ) 1000 1000
Campurkan, inkubasi kira-kira 10 menit dan baca absorbansi
terhadap blanko reagen dalam 60 menit.

5. Harga normal : Dewasa : 3,5-5,2 g/dL


: 35 -52 g/L
: 507-756 umol/L
6. Hasil : 5,1 g/dL

7. Kesimpulan : Kadar albumin dalam sampel yang diperiksa normal 5,1 g/dL

8. Pembahasan
Sirosis hati merupakan proses pembauran di hati yang ditandai dengan timbulnya
Fibrosis dan perubahan bentuk bangunan hati yang normal menjadi nodul dengan susunan
Abnormal. Penyakit ini menimbulkan berbagai gangguan fungsi hati, salah satunya adalah
Gangguan pembuatan albumin, sehingga terjadi hipoalbuminemia yang menimbulkan
Berbagai manifestasi klinis seperti edema tungkai, asites maupun efusi pleura.
Albumin berperan penting dalam kesehatan dan penyakit, albumin merupakan
Penyumbang utama Oncotic Kaloid Tekanan (OCP) yang mengikat molekul endogen dan
Eksogen, koagulasi menengahi dan membantu untuk mempertahankan permeabilitas
Mikrovaskular normal di bidang kesehatan, tingkat sintesis dipengaruhi secara dominan
Oleh COP. Ketika COP menurun, meningkatkan sintesis albumin.
Sintesis sebanyak 90% sitokin inflamasi asam amino untuk meningkatkan sintesis
akut protein fase penting dalam proses inflamasi, dan jauh dari sintesis albumin. Tinggi
Ataupun rendahnya kadar albumin dalam darah sangat mempengaruhi kesehatan kita,
Oleh karena itu sangat dibutuhkan pemeriksaan albumin dalam darah untuk mengetahui
Tingkat kesehatan kita yang dipengaruhi kadar albumin dalam darah
Serum albumin merupakan enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-
Sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis, biasanya
Enzim ini meningkat. Hasil tes laboratorium keduanya dianggap memberi gangguan hati.
Karena hati memiliki multi fungsi yang berkaitan dengan metabolisme, maka pemeriksa-
An fungsi hati meliputi berbagai pemeriksaan antara lain kimia klinik.
Kadar albumin serum bergantung jumlah : pembuatan, sekresi sel hati, penyebaran
Dalam cairan tubuh dan degradasinya. Hipoalbuminemia terjadi akibat satu atau lebih
Proses pembuatan, penyebaran, dan degradasi terganggu.
Pembuatan albumin terjadi di dalam hati. Pembuatan albumin dimulai di inti, yaitu
Gen di transkripsi menjadi mRNA. mRNA disekresi ke dalam sitoplasma diikat ribosom,
Membentuk poysomes yang membuat preproalbumin. Preproalbumin adalah molekul
Albumin dengan asam amino di 24N terminal rantai panjang. Asam amino rantai panjang
Meneruskan preproalbumin ke membran retikulum endoplasma. Di dalam lumen
Retikulum endoplasma, 18 asam amino dibelah dan meninggalkan proalbumin.
Proalbumin diekspor ke aparatus golgi, 6 asam amoni rantai panjang diubah menjadi
Albumin oleh hepatosit. Setelah dibuat, albumin segera dikeluarkan tidak disimpan di
Dalam hati.
Albumin di intravaskuler kemudian di sebarkan ke jaringan dan sebagian besar ke
Kulit. Sekitar 30-40% albumin dalam tubuh ditemukan dalam vaskuler otot, kulit, hati,
Usus dan jaringan lain. Albumin memasuki intravaskuler melalui 2 jalur yang pertama
Melalui sistem kelenjar terkait limfatik hati menuju ke duktus toraksikus, dan yang kedua
Albumin dari hepatosid menuju sinusoid.
Degradasi jumlah keseluruhan albumin di orang dewasa dengan berat 70 kg adalah
Sekitar 14 g/hari atau 5% dari pertukaran protein seluruh tubuh per hari. Albumin dipecah
Di otot dan kulit sebesar 40-60%, dihati 15%, ginjal 10% dan 10% sisanya merembes ke
Dalam saluran cerna lewat dinding lambung. Hasil degradasi akhir berupa asam amino
Bebas.
Hipoalbuminemia adalah keadaan tertentu yaitu terjadi penurunan kadar albumin
Serum yang abnormal. Albumin adalah protein, sehingga merupakan bagian hipoproteine-
Mia. Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, antara lain gejala :
Kemunduran fungsi ginjal (nefrotik), sirosis hati, gagal jantung, malgizi, dan sebagainya.
Kadar albumin serum merupakan petunjuk peramalan perjalanan penyakit yang penting.
Pemeriksaan albumin serum dengan alat otomatis menggunakan metode dye-binding
Bromcresol green (BCG) dan bromcresol purple (BCP). Teknik dye-bindng BCG dan
BCP berdasarkan perubahan warna yang terjadi ketika zat warna (dye) berikatan dengan
Albumin. Dye-binding bromcresol grren dipengaruhi oleh α dan β globulin. Dye-binding
Bromcresol purple merupakan zat warna pilihan yang digunakan unutk penentuan
albumin karena tidak dipengaruhi oleh globulin.
Bromcresol green (BCG) adalah zat warna dari triphenylmethane family (triarylme-
Thane dyes) yang digunakan sebagai petunjuk pH dan sebagai tracking dye untuk
elektroforesis gel agarose DNA. Hal tersebut dilakukan di dalam laboratorium untuk
Mengukur albumin.
Pengukuran albumin dengan metode BCG karena tidak dipengaruhi senyawa
Pengganggu seperti bilirubin dan salisilat. Namun, hemoglobin dapat berikatan dengan
Zat warna yang di setiap 100 mg/dL Hb, albumin meningkat 0,1 g/dL. Pada keadaan hipo-
Albuminemia pengukurannya dengan BCG menghasilkan yang lebih tinggi dari sebenar-
Nya. Hal ini terutama didapat di penderita dengan kadar albumin yang rendah bersamaan
Dengan fraksi α globulin yang meningkat.

9. Referensi :

Ilmiah, Miftahul, Leonita Anniwati, Soehartini. 2014. Metode Bromcresol Green (BCG) Dan
Bromcresol Purple (BCP) Pada Sirosis Hati yang Mendapat Infus Albumin. Indonesian
Journal of Clinical Pathology dan Medical Laboratory, 20(2), 73-79.
Indrawati, Andi, Jurnal Syarif, Marselina. 2019. Gambaran Kadar Albumin Darah Pada Usia
Lanjut yang Tinggal Di Jalan Bung Lorong 10 Kecamatan Tamalanrea Makassar. Jurnal
Media Laboran, 9(2), 44-48.

Anda mungkin juga menyukai