NIM: P17334119489
Tujuan : Mengetahui gambaran lapang pandang sediaan hapusan tipis dan tebal
Prinsip : presipitasi hitam yang terbentuk daripenambahan larutan metilen biru dan eosin
yang dilarutkan di dalam metanol.Pewarnaan giemsa digunakan untuk
membedakan inti sel dan morfologi sitoplasmadari sel darah merah, sel darah
putih, trombosit dan parasit yang ada di dalamdarah. Pewarnaan giemsa adalah
teknik pewarnaan yang paling bagus digunakanuntuk identifikasi parasit yang ada
di dalam darah (blood-borne parasite).
Cara kerja :
1. Letakkan objek gelas berisi darah dengan posisi mendatar diatas
meja/permukaan yang datar, tegak lurus terhadap badan pemeriksa.
2. Letakkan ujung jari telunjuk kiri diatas tanda identitas pasien untuk
memfiksasi objek gelas diatas meja
3. Dengan tangan kanan, letakkan objek gelas pendorong diatas tetesan darah
kedua, Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan darah dan
objek gelas pendorong.
4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung gelas pendorong. Tarik gelas
pendorong ke arah pemeriksa kira kira 5 mm, kemudian dorong kearah depan
dengan tetap mempertahankan sudut 45 derajat dan tidak pernah terlepas dari
objek gelas yang berisi tetesan darah
5. Apusan yang baik adalah apusan berbentuk lidah, rata dan makin mengecil
diujung
6. Biarkan apusan ini mengering dalam suhu kamar.
7. Apusan darah tipis dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium dan menentukan spesies
– Melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah misalnya untuk
melihat ananemia mikrositik hipokrom akibat infestasi cacing tambang.
– Menghitung jumlah trombosit pada pasien DHF
8. Untuk apusan darah tebal, gunakan salah satu ujung gelas pendorong untuk
menyebarkan darah
9. Ukuran apusan darah tebal kira kira 1.5-2 cm.
10. Apusan darah tebal dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium
– Menghitung derajat parasitemia/ML darah
– Identifikasi cacing filarial
Hasil Pengamatan :
(Sedian apusan tebal) (Sediaan apusan tipis)
Pertanyaan:
1). Berapa lama kah cacing wuchereria bancrofti dapat mengahasilkan telurnya? Dan berapa
banyak telur yang dihasilkan?
Judul : Kapita Selekta Mikrofilia dari Morfologi Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,
Brugia timori, dari sediaan darah.
Dasar Teori :
1. Wuchereria bancrofti
Penyakitnya disebut wuchereriasis, Elephantis atau Bancroft’s filariasis. Cacing ini
ditemukan di daerah tropis dan subtropics. Di Indonesia tersebar di Jawa, Kalimantan dan Papua.
Habitatnya adaalah kelenjar dan saluran limfe manusia, sedangkan vektornya adalah berbagai
jenis nyamuk, baik Culex, Aedes, Anophles, maupun Mansonia.
Morfologi cacing Wuchereria bancrofti yaitu, cacing dewasa betina panjang 80- 100 mm
dan diameter tubuh 0.24- 0,30 mm. sedangkan cacicng jantan berukuran panjang 40mm dan
diameter 0,1 mm, cacing dewasa bias bertahan hidup di habitatnya hingga 5-10 tahun.
Mikrofiliaria dapat ditemukan didalam darah perifer melalui pemeriksaan darah biasa, bahkan
bisa melalui pemeriksaan tetes tebal biasa yang kemudian diwarnai dengan pewarnaan giemsa.
Gambaran yang spesifik untuk mikrofilaria yang dapat diamati dibaawah mikroskop adalah larva
yang berukuran panjang 244 sampai 296 um dan diameter 7,5 sampai 10 um, tubuhnya dilapisi
selaput. Ciri khas yang lain adalah dalam sediaan darah tetes tebal biasanya Nampak bahwa
mikrofilaria berada dalam posisi tanpa lekukan sekunder, dan body nuclei tersebar merata,
cephalic space ratio 1:1 dan pada ujung posterior terdapat body nuclei yang disebut terminak
nuclei. Mikrofilaria cacing W.bancrofti memiliki periodisitas nocturnal.
2. Brugia malayi
Pada umunya siklus hidup B. malayi sama dengan W. bancrofti, yang membedakan
hanya morfologinya. Pada bagian ekor B. malayi mempunyai 2 inti terminal yang secara jelas
terpisah dari inti lainnya. Inti terminal yang terakhir cukup kecil dan terletak di ujung ekor.
Cacing betina mempunyai panjang 55 mm diameter 0,16 mm sedangkan jantan 22-23 mm
dengan diameter 0,09 mm. Sementara ukuran mikrofilaria mencapai 200-260 mikron. B. malayi
yang hidup pada manusia ditularkan lewat gigitan nyamuk Anopheles barbirostris dan yang
hidup pada manusia dan hewan oleh Mansonia.
Siklus hidup B. malayi lebih pendek dibandingkan W.bacrofti. Masa pertumbuhan di
dalam tubuh nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam
tubuh nyamuk parasit tersebut juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva I
menjadi larva 11,111, menyerupai pertumbuhan parasit W. bancrofti demikian juga
perkembangannya di dalam tubuh manusia.
3. Brugia timori
Siklus hidup B. timori hampir sama dengan B. malayi, yang
membedakan hanya morfologinya. Panjang cacing betina mencapai 21-39 mm diameter 0,1 mm
dengan ekor lurus, semenatra cacing jantan panjang 22-23 mm diameter 0,09 mm dengan ekor
melingkar.
Cacing betina akan mengeluarkan mikrofilaria yang ukurannya mencapai 280-310
mikron dengan diameter 7 mikron. Mikrofilaria B. timori mempunyai sarung yanq berwama
pucat, lekuk badan kaku, panjang ruang kepala tiga kali lebamya, badannya mempunyai inti yang
letaknya tidak beraturan dengan ekor ada 2 inti tambahan seperti yang terlihat pada B.malayi.
Hasil pengamatan:
(Wuchereria bancrofti) (Brugia timori)
(Brugia malayi)
1). Bagaimana mikrofilaria dapat masuk kedalam tubuh manusia dan menginfeksi?