Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nabila Chory El-Olya

NIM: P17334119489

Tanggal : 7 April, 2020


Judul : Persiapan dan Pembuatan Sediaan Hapus Tipis dan Hapus Tebal
Dasar Teori :
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan yang sangat
bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah
yang hendak diperiksa dan ynag lain bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar
didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata).
Darah dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah
pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kedua diletakan pada
daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek kaca perata diletakan miring
dengan sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah menyebar sepanjang sisi pendek kaca
perata, maka dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata digerakan secara cepat sehingga
terbentuklah selapis tipis darah diatas kaca sediaan. Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu
kamar barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu
metode Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky.
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang sebelumnya
telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah dikeringkan diudara, difixir dulu
dengan methyl alkohol selama 3-5 menit. Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka
intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat dalam hasil
menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau yang lain .( Meyer DJ,
Harvey JW. 2004.)
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah ikan dan manusia adalah
metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada sediaan tersebut tanpa
mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya yang dilakukan selama 2 menit,
pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas.
Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini
banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi
parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau
larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap. Di dalam laboratorium-laboratorium banyak
dipakai larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa cairan (larutan)
Sediaan apus darah secara rutin diwarnai dengan campuran zat warna khusus yang pertama kali
ditemukan oleh oleh Dimitri Romanosky dan diubah oleh penyelidik lainnya.
Pada tahun 1891, Romanosky menemukan campuran methylen blue dan eosin dalam
perbandingan tertentu memberi warna ungu inti leukosit. Pewarnaan ini disebabkan karena
oksidasi methylen blue dan pembentukan senyawa baru dalam campuran yang dinamakan azure.
Setelah pemberiaan campuran jenis Romanosky, diferensiasi sel-sel dapat dilakukan Berdasarkan
4 sifat pewarnaan yang menyatakan afinitas struktur sel oleh masing-masing zat warna.( Meyer
DJ, Harvey JW. 2004.)

Tujuan : Mengetahui gambaran lapang pandang sediaan hapusan tipis dan tebal
Prinsip : presipitasi hitam yang terbentuk daripenambahan larutan metilen biru dan eosin
yang dilarutkan di dalam metanol.Pewarnaan giemsa digunakan untuk
membedakan inti sel dan morfologi sitoplasmadari sel darah merah, sel darah
putih, trombosit dan parasit yang ada di dalamdarah. Pewarnaan giemsa adalah
teknik pewarnaan yang paling bagus digunakanuntuk identifikasi parasit yang ada
di dalam darah (blood-borne parasite).
Cara kerja :
1. Letakkan objek gelas berisi darah dengan posisi mendatar diatas
meja/permukaan yang datar, tegak lurus terhadap badan pemeriksa.
2. Letakkan ujung jari telunjuk kiri diatas tanda identitas pasien untuk
memfiksasi objek gelas diatas meja
3. Dengan tangan kanan, letakkan objek gelas pendorong diatas tetesan darah
kedua, Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan darah dan
objek gelas pendorong.
4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung gelas pendorong. Tarik gelas
pendorong ke arah pemeriksa kira kira 5 mm, kemudian dorong kearah depan
dengan tetap mempertahankan sudut 45 derajat dan tidak pernah terlepas dari
objek gelas yang berisi tetesan darah
5. Apusan yang baik adalah apusan berbentuk lidah, rata dan makin mengecil
diujung
6. Biarkan apusan ini mengering dalam suhu kamar.
7. Apusan darah tipis dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium dan menentukan spesies
– Melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah misalnya untuk
melihat ananemia mikrositik hipokrom akibat infestasi cacing tambang.
– Menghitung jumlah trombosit pada pasien DHF
8. Untuk apusan darah tebal, gunakan salah satu ujung gelas pendorong untuk
menyebarkan darah
9. Ukuran apusan darah tebal kira kira 1.5-2 cm.
10. Apusan darah tebal dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium
– Menghitung derajat parasitemia/ML darah
– Identifikasi cacing filarial

Hasil Pengamatan :
(Sedian apusan tebal) (Sediaan apusan tipis)

Pertanyaan:

1). Berapa lama kah cacing wuchereria bancrofti dapat mengahasilkan telurnya? Dan berapa
banyak telur yang dihasilkan?
Judul : Kapita Selekta Mikrofilia dari Morfologi Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,
Brugia timori, dari sediaan darah.
Dasar Teori :
1. Wuchereria bancrofti
Penyakitnya disebut wuchereriasis, Elephantis atau Bancroft’s filariasis. Cacing ini
ditemukan di daerah tropis dan subtropics. Di Indonesia tersebar di Jawa, Kalimantan dan Papua.
Habitatnya adaalah kelenjar dan saluran limfe manusia, sedangkan vektornya adalah berbagai
jenis nyamuk, baik Culex, Aedes, Anophles, maupun Mansonia.
Morfologi cacing Wuchereria bancrofti yaitu, cacing dewasa betina panjang 80- 100 mm
dan diameter tubuh 0.24- 0,30 mm. sedangkan cacicng jantan berukuran panjang 40mm dan
diameter 0,1 mm, cacing dewasa bias bertahan hidup di habitatnya hingga 5-10 tahun.
Mikrofiliaria dapat ditemukan didalam darah perifer melalui pemeriksaan darah biasa, bahkan
bisa melalui pemeriksaan tetes tebal biasa yang kemudian diwarnai dengan pewarnaan giemsa.
Gambaran yang spesifik untuk mikrofilaria yang dapat diamati dibaawah mikroskop adalah larva
yang berukuran panjang 244 sampai 296 um dan diameter 7,5 sampai 10 um, tubuhnya dilapisi
selaput. Ciri khas yang lain adalah dalam sediaan darah tetes tebal biasanya Nampak bahwa
mikrofilaria berada dalam posisi tanpa lekukan sekunder, dan body nuclei tersebar merata,
cephalic space ratio 1:1 dan pada ujung posterior terdapat body nuclei yang disebut terminak
nuclei. Mikrofilaria cacing W.bancrofti memiliki periodisitas nocturnal.
2. Brugia malayi
Pada umunya siklus hidup B. malayi sama dengan W. bancrofti, yang membedakan
hanya morfologinya. Pada bagian ekor B. malayi mempunyai 2 inti terminal yang secara jelas
terpisah dari inti lainnya. Inti terminal yang terakhir cukup kecil dan terletak di ujung ekor.
Cacing betina mempunyai panjang 55 mm diameter 0,16 mm sedangkan jantan 22-23 mm
dengan diameter 0,09 mm. Sementara ukuran mikrofilaria mencapai 200-260 mikron. B. malayi
yang hidup pada manusia ditularkan lewat gigitan nyamuk Anopheles barbirostris dan yang
hidup pada manusia dan hewan oleh Mansonia.
Siklus hidup B. malayi lebih pendek dibandingkan W.bacrofti. Masa pertumbuhan di
dalam tubuh nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam
tubuh nyamuk parasit tersebut juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva I
menjadi larva 11,111, menyerupai pertumbuhan parasit W. bancrofti demikian juga
perkembangannya di dalam tubuh manusia.

3. Brugia timori
Siklus hidup B. timori hampir sama dengan B. malayi, yang
membedakan hanya morfologinya. Panjang cacing betina mencapai 21-39 mm diameter 0,1 mm
dengan ekor lurus, semenatra cacing jantan panjang 22-23 mm diameter 0,09 mm dengan ekor
melingkar.
Cacing betina akan mengeluarkan mikrofilaria yang ukurannya mencapai 280-310
mikron dengan diameter 7 mikron. Mikrofilaria B. timori mempunyai sarung yanq berwama
pucat, lekuk badan kaku, panjang ruang kepala tiga kali lebamya, badannya mempunyai inti yang
letaknya tidak beraturan dengan ekor ada 2 inti tambahan seperti yang terlihat pada B.malayi.

Tujuan : Mengetahui perbedaan morfologi mikrofilaria morfologi Wuchereria bancrofti,


Brugia malayi, Brugia timori.
Prinsip : Filariasis di Indonesia disebabkan oleh infestasi tiga spesies cacing filaria yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Cacing filaria ini
termaksud famili filaridae, yang bentuknya langsing dan ditemukan di dalam
sistem peredaran darah limfe, otot, jaringan ikat atau rongga serosa pada
vetebrata. Cacicng filarial mempunyai antigen yang spesifik untuk spesies dan
juga dengan nematoda lainya.
Cara kerja :
1. Letakkan objek gelas berisi darah dengan posisi mendatar diatas
meja/permukaan yang datar, tegak lurus terhadap badan pemeriksa.
2. Letakkan ujung jari telunjuk kiri diatas tanda identitas pasien untuk
memfiksasi objek gelas diatas meja
3. Dengan tangan kanan, letakkan objek gelas pendorong diatas tetesan darah
kedua, Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan darah dan
objek gelas pendorong.
4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung gelas pendorong. Tarik gelas
pendorong ke arah pemeriksa kira kira 5 mm, kemudian dorong kearah depan
dengan tetap mempertahankan sudut 45 derajat dan tidak pernah terlepas dari
objek gelas yang berisi tetesan darah
5. Apusan yang baik adalah apusan berbentuk lidah, rata dan makin mengecil
diujung
6. Biarkan apusan ini mengering dalam suhu kamar.
7. Apusan darah tipis dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium dan menentukan spesies
– Melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah misalnya untuk
melihat ananemia mikrositik hipokrom akibat infestasi cacing tambang.
– Menghitung jumlah trombosit pada pasien DHF
8. Untuk apusan darah tebal, gunakan salah satu ujung gelas pendorong untuk
menyebarkan darah
9. Ukuran apusan darah tebal kira kira 1.5-2 cm.
10. Apusan darah tebal dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium
– Menghitung derajat parasitemia/ML darah
– Identifikasi cacing filarial

Hasil pengamatan:
(Wuchereria bancrofti) (Brugia timori)

(Brugia malayi)

1). Bagaimana mikrofilaria dapat masuk kedalam tubuh manusia dan menginfeksi?

Anda mungkin juga menyukai