Anda di halaman 1dari 22

MIKOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI JAMUR PENYEBAB KANDIDIASIS

(Candida albicans)

Disusun oleh :

KELOMPOK 8

 411117117 AZKA GYANA P.

 411117118 FATIMAH AULIA R.

 411117119 GUNTUR MUHAMMAD M.

 411117120 LILIS SITI SHOLIHAT

 411117122 NURUL FADILAH

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D-3)

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Mikologi tentang “Identifikasi Jamur Penyebab
Kandidiasis”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Mikologi
tentang “Identifikasi Jamur Penyebab Kandidiasis” ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Cimahi, 31 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 3
1.3 TUJUAN ................................................................................................ 3
1.4 MANFAAT ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN JAMUR Candida albicans .............................................. 4
2.2 MORFOLOGI JAMUR Candida albicans ............................................... 5
2.3 KARAKTERISTIK JAMUR Candida albicans ......................................... 6
2.4 PATOGENESIS JAMUR Candida albicans ............................................ 7
BAB III ALAT DAN BAHAN
3.1 ALAT ..................................................................................................... 8
3.2 BAHAN .................................................................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL .................................................................................................. 10
4.2 PEMBAHASAN.................................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 16
5.2 SARAN ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit jamur banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Salah

satu penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah kandidiasis. Penyebab

utama kandidiasis adalah Candida albicans. Jamur adalah cendawan

berbentuk sel atau benang bercabang, mempunyai dinding dari selulosa

atau kitin, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih

inti, tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak secara aseksual dan

seksual. Pada umumnya jamur tumbuh dengan baik di tempat yang

lembab. Jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,

sehingga jamur dapat ditemukan di semua tempat di seluruh dunia.

Jamur termasuk tumbuhan kelas Tallophyta yang tidak mempunyai akar,

batang, dan daun. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia adalah

mikosis. Mikosis sistemik adalah mikosis yang menyerang organ-organ

dalam seperti paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.

Meskipun demikian tidak semua orang terkena penyakit jamur. Hal ini

disebabkan adanya sistem kekebalan. Sistem kekebalan bawaan

melindungi tubuh dari masuknya jamur ke dalam tubuh.

1
2

Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh

Candida albicans dan spesies lain dari genus kandida (Pappas, et al.,

2009). Ada lebih dari 20 spesies kandida yang dapat menyebabkan

infeksi pada manusia, yang paling umum adalah Candida albicans.

Kandida biasanya hidup di kulit dan membran mukosa tanpa

menyebabkan infeksi. Gejala kandidiasis bervariasi tergantung pada

daerah tubuh yang terinfeksi. Kandidiasis yang berkembang di mulut atau

tenggorokan disebut thrush atau kandidiasis orofaringeal. Kandidiasis di

vagina sering disebut sebagai kandidiasis genital/vulvovaginal. Terdapat

kondisi dimana spesies kandida memasuki aliran darah dan menyebar ke

seluruh tubuh yang disebut kandidiasis invasif. Kondisi dimana kandida

masuk ke dalam aliran darah dan menyebar keseluruh tubuh disebut

sebagai kandidemia. Kondisi ini dapat menyebabkan kasus yang fatal

(CDC, 2004).

Prevalensi kandidiasis di negara berkembang ditemukan tinggi,

dan dapat juga ditemukan di seluruh dunia dan menyerang seluruh

populasi umum. Prevalensi kandidiasis pada laki-laki dan perempuan

sama, diduga banyak terjadi di daerah tropis dengan kelembaban udara

yang tinggi (Ramali, 2001). Kasus kandidiasis kutis di Indonesia

menempati urutan ketiga dalam insidensi dermatomikosis, tetapi pada

beberapa kota, yaitu Makasar, Medan, dan Denpasar menempati urutan

pertama dalam insiden dermatomikosis (Adiguna, 2004). Penelitian yang

dilakukan oleh Citrashanty et al (2011) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

menyebutkan bahwa jumlah pasien kandidiasis menempati urutan ketiga

setelah dermatofitosis dan pitiriasis versikolor. Data lain menyebutkan


3

bahwa penderita baru kandidiasis kutis sebanyak 26,27% dari 598 kasus

baru penyakit jamur di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado untuk

Periode 2009-2011.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa pengertian jamur Candida albicans?

1.2.2 Bagaimana morfologi jamur Candida albicans?

1.2.3 Bagaimana karakteristik jamur Candida albicans?

1.2.4 Bagaimana cara mengidentifikasi jamur penyebab kandidiasis?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian jamur Candida albicans

1.3.2 Untuk mengetahui morfologi jamur Candida albicans

1.3.3 Untuk mengetahui karakteristik jamur Candida albicans

1.3.4 Untuk mengidentifikasi jamur penyebab kandidiasis

1.4 MANFAAT

Manfaat dari praktikum Identifikasi Jamur Penyebab Kandidiasis

pada sampel Apus Vagina ini adalah mahasiswa mengetahui morfologi,

karakteristik dari jamur Candida albicans. Selain itu, mahasiswa

mengetahui jamur penyebab kandidiasis serta patogenesis yang dapat

ditimbulkan dari jamur tersebut. Kemudian mahasiswa dapat

membedakan beberapa spesies dari jamur Candida sp.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN JAMUR Candida albicans

Klasifikasi Candida albicans adalah berikut :

Division : Thallophyta

Subdivisio : Fungi

Classis : Deuteromycetes

Ordo : Moniliases

Familia : Cryptococcaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans (Frobisher, 1983)

Candida merupakan jamur yang mempunyai kemampuan untuk

tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia)

adalah bentuk fenotip yang bertanggung jawab dalam tranmisi dan

penyebaran, serta germinated yeast. Oleh karena itu Candida disebut

jamur dimorfik (Tortora, 2001). Perbedaan ini tergantung pada faktor

eksternal yang mempengaruhi selama proses pertumbuhan berlangsung.

Bentuk fenotip dapat menginvasi jaringan dan menimbulkan simptomatik

karena dapat menghasilkan mycelia (Wibowo, 2010).

4
5

Kandidiasis adalah infeksi jamur yang terjadi karena tidak terkontrolnya

pertumbuhan dari spesies Candida (akpan & morgan, 2002), yang dapat

menyebabkan sariawan (Vinces, 2004), lesi pada kulit (Bae et al, 2008),

vulvaginistis (Wilson, 2005), candiduria (Kobayashi et al, 2004),

gastrointestinal candidiasis yang menyebabkan gastriculcer (Brzozowski

et al, 2005) atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Dinubile et al,

2007). Pada orang sehat hidup 30-60% Candida albicans yang hidup

normal tanpa adanya keluhan namun dapat menjadi patogen bila terdapat

faktor resiko seperti menurunnya imunitas, gangguan endokrin, terapi

antibiotik jangka panjang, perokok dan kemoterapi (Mauliani, 2005).

2.2 MORFOLOGI JAMUR Candida albicans

Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai ragi

lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6

μm yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Candida membentuk

pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri,

menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik

pada septasi-septasi diantara sel. Candida albicans bersifat dimorfik,

selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa menghasilkan hifa sejati

(Brooks, et. al, 2007).

Pada agar sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar atau

37ºC selama 24 jam, spesies Candida albicans menghasilkan koloni-

koloni halus berwarna krem yang mempunyai bau seperti ragi.

Pertumbuhan permukaan terdiri atas sel-sel bertunas lonjong.

Pertumbuhan di bawahnya terdiri atas pseudomiselium. Ini terdiri atas


6

pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus-nodus dan

kadang-kadang klamidokonidia pada ujung-ujungnya. Dua tes morfologi

sederhana membedakan Candida albicans yang paling patogen dari

spesies Candida lainnya yaitu setelah inkubasi dalam serum selama

sekitar 90 menit pada suhu 37ºC, sel-sel ragi Candida albicans akan

mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih dan pada media yang

kekurangan nutrisi Candida albicans menghasilkan chlamydospora bulat

dan besar.

Candida albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan

asam dan gas, asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa.

Peragian karbohidrat ini, bersama dengan sifat-sifat koloni dan morfologi,

membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya (Brooks, et.

al, 2007).

2.3 KARAKTERISTIK JAMUR Candida albicans

Pada kondisi anaerob dan aerob, Candida albicans mampu

melakukan metabolisme sel. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi

asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali (Biswas dan Chaffin,

2005). Proses peragian (fermentasi) pada Candida albicans dilakukan

dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam

larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukakan metabolisme sel dengan

cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob.

Dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol

dan CO2 (Waluyo, 2004).


7

2.4 PATOGENESIS JAMUR Candida albicans

Candida albicans dapat hidup sebagai saprofit (saprobe) tanpa

menyebabkan kelainan di dalam berbagai organ tubuh manusia maupun

hewan. Faktor rentan dapat menyababkan Candida albicans dapat

berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit yang disebut

kandidiasis. Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang

dapat menyerang berbagai jaringan tubuh (Siregar, 2005). Misalnya

kandidiasis mulut (sariawan), kandidiasis vagina (vaginitis), kandidiasis

kulit yang sifatnya sistemik (Tjay dan Rahardja, 2003). Beberapa faktor

yang menyebabkan Candida albicans menjadi patogen adalah daya

tahan tubuh menurun, pemberian antibiotik yang terlalu lama dan

berlebihan. Pada mulanya penyakit kandidiasis dianggap hanya penyakit

ringan, tetapi setelah ditemukan kasus yang fatal pada penderita

kandiasis, maka dapat disimpulkan bahwa kandiasis juga dapat

menyerang organ dalam seperti jantung, ginjal, paru-paru.


BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktikum

No Nama Alat Spesifikasi

1. Autoclave Portable 26.4 L

2. Batang pengaduk P=15 cm

3. Cawan petri Ø 15 cm

4. Erlemeyer 250, 500 dan 1000 mL

5. Gelas kimia 250 mL

6. Gelas ukur 100 mL

7. Inkubator Mikrobiologi memert

8. Objek glass 25,4x76,2 mm

9. Oven T100-280o C

10. Ose tusuk dan bulat Kawat NICr

11. Lampu spirtus Volume 200 mL

12. Mikroskop Fase kontras

13. Neraca analitik Kapasitas 0,01-600,00 gr

14. Pipet tetes -

15. Rak tabung Ø 1 cm, 12 lubang

8
9

16. Tabung reaksi Kecil dan besarKecil

17. Tabung durham Volume 1,5 mL

18. Mikrotube

3.2 BAHAN

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum

No Bahan Spesifikasi

1. Akuades -

Alkohol 96 %

2. Deret uji gula-gula :

 Glukosa 1%

 Laktosa 1%

 Manitol 1%

 Sukrosa 1%

3. Potato Dextrose Agar PA ( Pro Analisa )

4. NaCl fisiologis PA ( Pro Analisa )

5. Chromagar PA ( Pro Analisa )

6. Serum PA ( Pro Analisa )

7. Pewarnaan Gram Lar. Krystal violet

Lar. Lugol

Alkohol 95 %

Lar. Safranin
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Hari Ke-1

Didapatkan sampel apus vagina, kemudian dilakukan pewarnaan Gram

dibaca pada mikroskop perbesaran 1000X dengan oil imersi

Berdasarkan pewarnaan Gram

didapatkan :

Sediaan yang terdapat sel epitel,

bakteri berbentuk basil dan Candida

sp (anak panah) yang blastospora

yang melekat pada sel induknya

Setelah itu, sampel diinokulasikan pada media Potato Dextrose Agar

(PDA) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam.

10
11

Hari Ke-2

Terjadi pertumbuhan pada media PDA

Didapatkan koloni berwarna


putih, kering, sedikit cembung,
dengan pinggiran rata

Dilakukan pewarnaan Gram kedua dari koloni pada media PDA dan

dibaca pada mikroskop perbesaran 1000X dengan oil imersi

Berdasarkan pewarnaan Gram


didapatkan :

Jamur berbentuk bulat/lonjong,


berwarna ungu (Candida sp.)

Setelah itu, koloni pada media PDA diinokulasikan pada media

Chromagar untuk membedakan spesies dari jamur tersebut serta

diinokulasikan pada media gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa dan

manitol) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam.


12

Hari Ke-3

Diamati pertumbuhan pada media Chromagar

Didapatkan koloni berwarna


hijau toska, kering, sedikit
cembung, dengan pinggiran rata

Diamati hasil inokulasi pada media gula-gula

Uji Biokimia Sebelum ditanam Setelah ditanam

Glukosa Ungu, tidak bergas Kuning, bergas

Laktosa Ungu, tidak bergas Kuning, tidak bergas

Sukrosa Ungu, tidak bergas Kuning, tidak bergas

Manitol Ungu, tidak bergas Kuning, tidak bergas

Tutup hitam : Glukosa

Tutup putih : Laktosa

Tutup merah : Sukrosa

Tutup biru : Manitol


13

Pada hari ke-3 dilakukan uji Germ Tube yang menginokulasikan koloni

yang tumbuh pada Chromagar ke dalam serum, kemudian diinkubasi

pada suhu 37°C selama < 2 jam (90 menit).

Setelah 90 menit dilakukan pengamatan adanya Germ Tube dengan cara

meneteskan serum hasil inokulasi pada kaca objek dan ditutupi dengan

deck glass, kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran

400x.

Hasil pengamatan didapatkan


Germ Tube yang berbentuk
seperti toge (anak panah)

Rincian parameter yang diamati :

Pewarnaan Gram dari sampel apus vagina, pertumbuhan koloni pada

PDA, pewarnaan Gram dari koloni, pertumbuhan koloni pada Chromagar,

Uji biokimia pada media gula-gula, dan Uji Germ Tube.

6
Didapatkan jamur : x 100% = 100% mengarah pada Candida albicans.
6
14

4.2 PEMBAHASAN

Pada hari pertama praktikum dilakukan pembuatan sediaan dari

sampel apus vagina dan diwarnai dengan pewarnaan Gram, didapatkan

sediaan berupa sel-sel epitel, bakteri berbentuk basil serta jamur yang

berwarna ungu dan berbentuk lonjong, jamur tersebut diduga jamur

Candida sp yang mempunyai blastospora melekat pada sel induknya.

Kemudian dilakukan isolasi yang diinokulasikan pada media Potato

Dextrose Agar dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam untuk

mendapatkan hasil berupa koloni murni. Hasil inokulasi diamati dihari

kedua, didapatkan jamur berbentuk bulat, sedikit cembung, halus, dengan

tepi nyata, berwarna putih, koloni ini berukuran ± 0,5 - 1 mm. Setelah itu,

dilakukan pewarnaan Gram kedua dari koloni untuk melihat morfologi

jamur tersebut, hasil pewarnaan Gram didapatkan bahwa jamur tersebut

berbentuk lonjong dan berwarna ungu. Selanjutnya koloni tersebut

diinokulasikan pada Chromagar yang diinkubasi selama 24 jam pada

suhu 37°C. Dilakukan penanaman pada media Chromagar, karena

Chromagar merupakan media differensial untuk membedakan spesies

dari jamur Candida. Cara lain untuk mengidentifikasi jamur tersebut

dilakukan uji biokimia agar lebih spesifik untuk menentukan spesiesnya.

Uji biokimia ini dilakukan dengan cara menginokulasi pada media gula-

gula (glukosa, laktosa, sukrosa dan manitol) yang diinkubasi pada suhu

37°C selama 24 jam. Dihari ketiga, diamati pertumbuhan pada media

Chromagar, didapatkan koloni berwarna hijau toska yang menandakan

bahwa jamur tersebut adalah Candida albicans, sedangkan jenis jamur

Candida lain akan menghasilkan warna yang berbeda (Candida krusei =


15

putih, Candida tropicalis = biru, Candida glabrata = ungu). Hasil uji

biokimia pada media gula-gula didapatkan bahwa jamur tersebut dapat

memfermentasi semua jenis karbohidarat dengan perubahan warna

media dari ungu menjadi kuning serta perubahan pH media tersebut

menjadi asam.

Selanjutnya dilakukan Uji Germ Tube untuk memastikan bahwa

jamur tersebut adalah Candida albicans, Uji Germ Tube dilakukan dengan

cara meninokulasikan koloni yang tumbuh pada Chromagar pada serum,

kemudian diinkubasi pad asuhu 37°C selama kurang dari 2 jam (90

menit). Setelah kurang dari 2 jam dilakukan pengamatan dengan

meneteskan serum pada kaca objek dan ditutup dengan deck glass,

diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, didapatkan hasil

berupa spora jamur yang membentuk seperti toge.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan sampel

dari apus vagina terdapat jamur dengan presntasi 100% mengarah pada

Candida albicans.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil Praktikum Identifikasi Jamur Penyebab Kandidiasis

pada sampel apus vagina, didapatkan jamur dengan presentase derajat

persamaan sebesar 100% mengarah pada Jamur Candida albicans.

5.2 SARAN

Adapun beberapa saran yang dapat penyusun berikan, diantaranya :

 Selalu menjaga kebersihan khususnya disekitar area genital agar

terhindar dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan

 Memeriksakan ke dokter apabila terjadi keluhan yang diperkirakan

disebabkan oleh jamur Canida albicans

Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam

kesimpulan di atas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, M.S., 2004. Epidemiologi Dermatomikosis Superfisialis. Dalam :

Budimulja, U.,et al. Dermatomikois Superfisialis. Jakarta; Balai

Penerbit FKUI, pp: 1-5

Akpan, A dan Morgan, R. 2002. Oral Candidiasis. Postgrad Met J.

78:p455-459.

Biswas, S.K & Chaffin, W.L., 2005, Anaerobic Growth of C. albicans Does

Not Support Biofilm Formation Under Similar Conditions Used For

Aerobic Biofilm, Curr. Microbiol, 51(2), 100-104.

Brooks, G. F., Butel, J. S. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

BRZOZOWSKI T, ZWOLINSKA-WEISLO M, KONTUREK PC, KWIECIEN

S, DROZDOWICZ D, KONTUREK SJ, STACHURA J, BUDAK A,

BOGDAL J, PAWLIK WW and HABN EG. 2005. Influence of

gastric colonization with Candida albicans on ulcer healing in rats:

effect of ranitidine, aspirin and probiotic therapy. Scand J

Gastroenterol. 40(3): 286-96.

Centres for Disease Control and Prevention (CDC). (2004). HIV/AIDS

Surveillance Report.

https://www.cdc.gov/hiv/pdf/statistics_2004_hiv_surveillance_repo

rt_vol_16.pdf. Diakses Maret 2019

Dinubile, M.J, Lupinacci, R.J, Strohmaier K.M, Sable,C.A, Kartsonis N.A,

2007. Invasive Candidiasis 51 Treated in the Intensive Care Uit:

17
Observations from a Randomized Clinical Trial. Journal of Critical

Care (2007) 22, 237-244. Elsevier.

Frobisher and Fuerst’s, 1983, Microbiology in Health and Disease, 15th

edition, Igaku Shoin, Sounders International Edition.

Kim, S. H., Lee, L. S., Bae, S. M., Han, S. J., Lee, B. R. & Ahn, W. S.,

2008, Antimicrobial and Antifungi Effects of a Green Tea Extract

Against Vaginal Pathogens, Journal of Women’s Medicine, 1 (1),

27-36

KOBAYASHI CC, DE FERNANDES OF, MIRANDA KC, DE SONSA ED,

and SILVA MDO R. 2004. Candiduria in hospital patients: a study

prospective. Mycopathologia. 158(1): 49-52.

Kumamoto C.A And Vinces M.D. 2004. Alternative Candida albicans

lifestyles: growth on the surfaces. Annu Rev Microbiol (Epub

Ehead of print).

Maulani, Chaerita, 2005, Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orangtua

dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-anaknya,

PT Elex Media Komputindo, Jakarta, p 25.

Pappas, A, et al 2009, Sebum analysis of individuals with and without

acne, Dermato-Endocrinology, vol.1, no.3, pp.157–161.

Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U.,

Hartanto, H., Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Ramali, L.M. dan Werdani. 2001. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan

Kelamin Indonesia: Dermatomikosis Superfisialis: Kandidiasis

18
Kutan dan Mukokutan. Jakarta: Balai Besar Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.55-65.

Siregar. 2005. Penyakit Jamur kulit. Penerbit buku kedokteran

Palembang.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-

271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Tortora, G.J. dkk., 2001, Microbiology an Introduction, Addison Wesley

Longman Inc., San Fransisco, USA

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah

Malang. Malang : Malang Press.

Wibowo, M.S., 2010, Pertumbuhan Mikroorganisme, Fakultas Farmasi

Institut Teknologi Bandung, Tersedia online:

http://www.docstoc.com/docs/22704129/PERTUMBUHANMIKRO

ORGANISME, Maret 2019

19

Anda mungkin juga menyukai