Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI I

IDENTIFIKASI FUNGI KONTAMINAN PADA PANGAN

Disusun oleh :
Nama : Theresia Mbosisi
NIM : B1D120102
Kelas : 2020 C
Kelompok : III (tiga)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul praktikum : Identifikasi Fungi Kontaminan Pada Pangan


Nama : Theresia Mbosisi
NIM : B1D120102
Hari / Tanggal : Kamis – Jumat / 03 November – 11 November 2022
Kelompok : III (tiga)
Rekan kerja : 1. Jihan Fadila
2. Fitryah Wardayani
3. Lisa Amma
4. Desya Ramdhani Juarno
5. Yohana Christy Sofianty Tayaya
Penilaian :

Makassar, 13 November 2022


Asisten Praktikan

Habibah Gali,S.Tr.kes Theresia Mbosisi


Nim : B1D120102

Dosen Pembimbing

Nirmawati Angria S.Si.M.kes


NIDN :0918068702
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi kelangsungan

hidup manusia, sehingga pangan dapat disebut sebagai hak asasi atas hidup manusia.

Kebutuhan manusia akan pangan menjadi prioritas utama yang pemenuhannya tidak

dapat ditunda. UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, menyebutkan bahwa pangan

merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya

merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pemerintah Indonesia melalui

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan

Pangan, menjelaskan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting

dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan manusia yang berkualitas,

mandiri, dan sejahtera, melalui perwujudan pangan yang cukup, aman, bermutu,

bergizi, dan beragam, serta tersebar merata diseluruh wilayah Indonesia dan

terjangkau oleh daya beli masyarakat (Febrian, 2018).

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

diolah maupun tidak. Sebagai kebutuhan dasar, pangan merupakan hak asasi setiap

rakyat Indonesia, sehingga harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman,

bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli

masyarakat. Dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau

minuman diperlukan suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan baik bagi
produsen maupun konsumen pangan, serta tidak bertentangan dengan keyakinan

masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai

upaya melalui pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pangan ( Mizana,

2016 ).

Jamur Aspergillus sp pada beberapa spesies (Aspergillus flavus, Aspergillus

niger, Aspergillus terreus, Aspergillus fumigatus) termasuk golongan jamur yang

paling banyak terdapat di alam, yang biasa ditemukan diudara dan makanan

penyebab kontaminasi, dan dapat dicegah melalui berbagai cara yaitu :

1). Memilih bahan baku yang berkualitas baik (tepung yang rusak dapat dilihat dari

perubahan warna dan adanya gumpalan, sedangkan santan yang rusak dapat

dilihat dari bau yang tengik),

2). Menggunakan ruangan dan peralatan masak yang bersih,

3). Pekerja dalam keadaan bersih,

4). Bahan kemasan kue pia harus bersih dan dalam keadaan baik (apabila bahan

pembungkus rusak sebaiknya tidak memilih kue pia tersebut). Aflatoksin

merupakan kandungan zat racun yang dapat menyebabkan kerusakan pada

makanan, menurunkan imunitas dan penyebab penyakit kanker, makanan yang

kita makan mudah sekali dihinggapi Aspergillus flavus (Lindawati, S., dan

Chylen S.R. 2019)

Aspergillus flavus menghasilkan koloni yang berwarna kuning hijau atau coklat

pucat, abu-abu hingga kehitaman. Koloni yang nampak berwarna hijau gelap dan

nampak seperti pasir. Konidiofornya tidak berwarna, bagian atas agak bulat serta

konidia kasar dengan bermacam-macam warna, berukuran kurang lebih 1 mm, dan
tepat dibawah vesikel bulat biasanya kasar Kontaminasi jamur pada makanan dapat

menyebabkan kerusakan, terutama pada saat penyimpanan yang salah

satunya Aspergillus sp  merupakan spesies yang telah menyebar luas, karena spora

jamur yang mudah disebarkan oleh angin, mudah tumbuh pada bahan-bahan

pangan. Adanya mikroorganisme yang tumbuh di suatu bahan pangan sangat

berpengaruh terhadap penurunan kualitas produknya ( Lindawati, S., dan Chylen

S.R. 2019)

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi spesies jamur yang tumbuh pada pangan “Kue Pia”

berdasarkan bentuk koloni pada media kultur dan morfologinya yang diamati secara

mikroskopik.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik diolah maupun

tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya

yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan

dan minuman. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang

dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat sehingga aman

untuk dikonsumsi ( Lembu, 2020)

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertumbuhan jamur pada bahan pangan,

antara lain seperti kandungan air dari bahan pangan yang disimpan, suhu ruangan

penyimpanan, periode penyimpanan, banyaknya benda - benda asing (bahan-bahan

sejenisnya), sehingga akan mudah untuk ditumbuhi jamur. Salah satu jamur yang

mengontaminasi pada pangan adalah jamur Aspergillus sp (Lembu, 2020).

Ketahanan pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012 didefinisikan sebagai

kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan. Ketahanan pangan diartikan sebagai situasi dimana semua

rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh

pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko

mengalami kehilangan kedua akses tersebut (Febrian, 2018).

Permasalahan pangan tidak hanya dapat diatasi dengan mencukupi ketersediaan

pangannya saja, melainkan juga dengan meningkatkan kualitas hidup

masyarakatnya. Peningkatan kualitas hidup masyarakat dapat dipenuhi dengan

menekan angka kemiskinan dan meningkatkan pelayanan publik, seperti pendidikan

dan kesehatan. Implikasi dari menekan angka kemiskinan dan meningkatkan

kesehatan masyarakat adalah apabila seseorang dinilai rentan dari segi ekonomi,

maka hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

pemahamannya terhadap perilaku hidup sehat dan pemahaman terhadap pentingnya

pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari. Tingkat kesehatan yang rendah dan

kurangnya pemenuhan gizi masyarakat miskin tersebut, dapat mempengaruhi

kondisi ketahanan pangan suatu wilayah, seperti tingginya angka kematian bayi,

stunting (masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang

dalam waktu cukup lama akibat pemberian makan an yang tidak sesuai dengan

kebutuhan gizi, sehingga seorang anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari

standar usianya), serta balita penderita gizi buruk (Febrian, 2018).

Aspergillus sp merupakan jamur kontaminan umum pada berbagai substrat di

daerah tropis maupun subtropic. Aspergillus sp adalah suatu jamur yang termasuk

dalam kelas Ascomycetes yang dapat ditemukan dimana-mana khususnya dialam.

Aspergillus tumbuh sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan


terdapat pula pada tanah, debu organik, dan makanan merupakan kontaminan yang

lazim ditemukan di rumah sakit dan laboratorium. Jamur Aspergilus sp ini dapat

menghasilkan beberapa mikotoksin, salah satunya adalah aflatoksin. Aflatoksin

Aspergillosis merupakan suatu kelompok mikosis yang disebabkan oleh infeksi

jamur spesies Aspergillus yaitu Aspergillus fumigatus. Jamur Aspergillus fumigatus

merupakan penyebab infeksi pada manusia yang terbanyak, dimana > 90%

menyebabkan invasif dan noninvasif aspergillosis. Aspergillosis merupakan infeksi

yang disebabkan oleh sejenis kapang (jamur). Penyakit akibat infeksi aspergillosis

biasanya mempengaruhi sistem pernapasan, tetapi tanda dan tingkat keparahannya

sangat bervariasi. Jamur ini dapat ditemukan di tanah, air, dan tumbuhan yang

mengalami pembusukan, khususnya pada pupuk kandang dan humus. Penyakit

aspergillosis ini memiliki tingkat penyebaran yang cukup luas, karena dapat

menyebabkan penyakit pada manusia ataupun hewan (Urip, dkk 2021).

Kasus Aspergillosis di Indonesia terjadi pada tahun 2014 di Rumah Sakit

Moewardi Surakarta, ditemukan kasus Aspergiloma paru pada pasien pasca infeksi

tuberkulosis paru disertai dengan hemoptisis berulang. Penularan aspergillosis ini

dapat melalui inhalasi, spora jamur dapat masuk ke dalam paru-paru, karena suhu

optimum jamur untuk tumbuh dan berkembang pada rentang ± 300C, hampir sama

dengan suhu tubuh normal manusia yaitu 36,5- 37,20C, dan biasanya ditemukan

pada penderita yang mengalami immunokompromais, selain itu dapat melalui

seperti terpapar secara lokal akibat luka operasi, kateter intravenous, dan armboard

yang terkontaminasi (Urip, dkk 2021).


Jamur ini merupakan patogen utama yang menyebar di udara dan dapat

ditemukan pada pupuk kandang dan humus. Jamur Aspergillus dapat tumbuh

sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk, dan terdapat pula pada

tanah, debu organik, air, atau pada permukaan bahan makanan termasuk buah dan

sayuran. Selain itu, spora Aspergillus yang memiliki ukuran sangat kecil dan ringan

mudah menyebar di udara, sehingga mempunyai peran yang sangat besar dalam

mencemari makanan, kemudian buah dan sayur yang terinfeksi oleh jamur akan

terlihat pada sayur dan buah yang busuk. Makanan, buah, dan sayuran ini dapat

ditemukan di pasar, karena pasar merupakan sumber dari segala jenis makanan yang

akan dikonsumsi masyarakat luas, baik dalam bentuk mentah ataupun siap untuk

dikonsumsi. Kondisi pasar tradisional yang tidak tertata rapi, kotor, serta sanitasi

yang buruk di pasar menyebabkan jamur mudah tumbuh, hal ini didukung dengan

faktor suhu dan kelembapan yang ada di pasar (Urip, dkk 2021).

Mengidentifikasi jamur jenis Aspergillus ini biasanya digunakan media Potato

Dextrose Agar (PDA), karena jamur ini mampu hidup pada media dengan derajat

keasamaan rendah dan kandungan gula yang tinggi dari dextrose. Media PDA ini

merupakan salah satu media kultur yang paling umum dalam mendukung

pertumbuhan pada berbagai jamur (Urip, dkk 2021)

Makroskopis pertumbuhan jamur Aspergillus fumigatus pada media PDA dapat

diidentifikasi setelah dilakukan inkubasi selama 3 x 24 jam. Pada sampel terdapat

berbagai macam jenis jamur yang tumbuh, sehingga dilakukan pengamatan secara

menyeluruh pada seluruh sampel. Dari hasil pengamatan makroskopis tersebut,

diperoleh makroskopis jamur Aspergillus fumigatus ditandai dengan koloni jamur


yang berwarna hijau tua dengan pinggiran berwarna putih, diameter jamur sekitar 2-

3 cm dan berbentuk bulat dengan tepian koloni rata serta permukaan halus, tekstur

dari jamur tersebut seperti beludru. Kemudian untuk mengonfirmasi jamur

Aspergillus fumigatus, dilakukan pengamatan secara mikroskopis dengan bantuan

cat Lactophenol Cotton Blue (LPCB), didapatkan hasil berupa jamur dengan ciri-

ciri hifa tidak bersepta, memiliki konidiofor memanjang dan dinding yang halus,

serta pada ujung vesikel berbentuk gada, memiliki philades dengan jenis unisariat

dan konidia yang berbentuk kolumnar memanjang, terdapat konidiospora yang

menempel pada ujung konidia, hifa, dan spora berwarna biru (Urip, dkk 2021).

Aspergillus niger merupakan salah satu genus Aspergillus sp, jamur ini

mempunyai struktur sel kapang yang berfilamen sehingga dapat menghasilkan asam

sitrat dan 23 jenis enzimyang telah diidentifikasi dari jamur Aspergillus niger.

Enzimkomersil yang dihasilkan dari jamur Aspergillus niger adalah amilase,

glukoamilase, selulase, pektinase, glukosa oksidase dan katalase. Jamur ini dapat

tumbuh jika nutrisi yakni karbohidrat terpenuhi pada media pertumbuhannya

(Nurhayati, dkk 2020).


BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT

1. Waktu

a. Pemeriksaan Mikroskopik Langsung

Hari : Kamis

Tanggal : 03 November – 10 November 2022

Pukul : 13.00-16.00 WITA

b. Kultur

Hari : Kamis

Tanggal : 03 November – 10 November 2022

Pukul : 13.00-16.00 WITA

c. Pemeriksaan Mikroskopik Tidak Langsung

Hari : Jumat

Tanggal : 11 November 2022

Pukul : 13.00-16.00 WITA

2. Tempat

Adapun tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah laboratorium

Mikrobiologi, DIV Teknologi Laboratorium Medik, lantai 1, Gedung D,

Universitas Megarezky Makassar

B. ALAT DAN BAHAN


1. Alat

a. Mikroskop

b. Autoklaf

c. Cawan petri

d. Etlenmeyer

e. Kaki tiga

f. Timbangan neraca analitik

g. Bunsen

h. Gegep kayu

i. Ose bulat

2. Bahan

a. Objeck glass

b. Deck glass

c. Kertas bekas

d. Sampel kue pia

e. Lacthophenol cotton blue

C. PROSEDUR KERJA

1. Sterilisasi Alat

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Dibungkus cawan petri dan Erlenmeyer menggunakan kertas

c. Dimasukan kedalam autoklaf

d. Dinyalakan autoklaf dengan suhu 121ᵒC selama 15 menit

e. Dikeluarkan alat dari autoklaf


2. Pembuatan Media

a. Ditimbang media SDA padatan sebanyaik 23,4 gram

b. Dimasukan ke dalam erlnmeyer

c. Ditambahkan aquades sebanyak 360 ml

d. Di panaskan di atas api Bunsen hingga jernih

e. Disiapkan cawan petri

f. Dituang media SDA cair ke dalam cawan petri sebanyak 20 ml

g. Didiamkan hingga media padat, setelah itu tutup cawan petri

h. Diinkubasi pada suhu 37ᵒC selama 24-48 jam

3. Mikroskopik langsung

a. Disiapkan alat bahan yang akan di gunakan

b. Ditetesi KOH 10% di atas objeck glass sebanyak 1-2 tetes

c. Diambil koloni jamur menggunakan ose bulat

d. Di letakkan di atas objeck glaas yang telah di tetesi KOH 10%

e. Ditutup dengan deck glass

f. Diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 10-40x

4. Pengamatan secara makroskopik

a. Diambil koloni jamur pada wortel menggunakan ose bulat

b. Dilakukan penggoresan pada media SDA

c. Di simpan media SDA selama 5-7 hari

d. Diambil media SDA yang telah di simpan selama 5-7 hari

e. Diamati pertumbuhan, jenis, bentuk, bau dan warna pada media

5. Mikroskopi tidak langsung


a. Difiksasi objeck glass dan deck glass pada api Bunsen

b. Ditetesi larutan lacthophenol cotton blue pada objeck glass 1-2 tetes

c. Diambil koloni jamur menggunakan ose

d. Di letakkan koloni jamur pada objeck glass yang telah di tetesi larutan

lacthophenol cotton bluee

e. Dihomogenkan hingga tercampur merata

f. Ditutup menggunakan deck glass

g. Diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 10-40x


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Tabel

NO Sampel Hasil pengamatan Keterangan


Makroskopik Mikroskopik

1 Kue Pia
( Hijau)
Aspergillus
fumigatus

Berbau
koloni Hifa Berwarna
khas,
berwarna tidak putih pada
bentuk yang
hijau tua bersepta, saat muda,
bulat dan
dengan memiliki dan
berkoloni
bentuk konidiofo berubah
dan
koloni r menjadi
berwarna
granular dan memanja berwarna
hijau dan
kompak, ng dan hijau
pinggirnya
hialin dinding seiring
berwarna
reverse yang dengan
putih
halus, terbentukn
serta ya konidia.
pada Kepala
ujung konidia
vesikel berbentuk
berbentu kolumnar,
k gada, konidiofor
terdapat pendek,
konidiosp berdinding
ora yang halus, dan
menempe berwarna
l pada hijau.
ujung Vesikula
konidia, berbentuk
hifa, dan gada yang
spora berwarna
berwarna hijau.
biru. Konidia
bulat
sampai
semi bulat,
berwarna
hijau, dan
berdinding
kasar

Kue Pia Aspergillus


2 (Hitam) niger van
tieghem
Stipes
Kepala konidiofor
Berbau khas Koloni Konidia berdinding
dari kue pia, berbentuk berwarna halus,
dan sedikit bulat terbagi coklat hialin atau
pekat, tua,
beberapa berubah-
bentuk yang kolom, memanca ubah
menyebar r dan
berwarna menjadi
seperti biseriate
coklat tua gelap
kapas, dan dengan
seiring kearah
berwarna metula.
bertambah vesikel.
hitam usianya Konidia
berbentuk
globose
sampai
subglobose
coklat tua
sampai
hitam dan
berdinding
kasar
2. Gambar Pengamatan

Ket : a). Jamur Hijau


b). Jamur Hitam

(a) (b)
Gambar pengamatan mikroskopik secara langsung

Ket : c). Jamur Hijau


d). Jamur Hitam

(c) (d)
Gambar pengamatan makroskopik

Ket : e). Jamur Hijau


f). Jamur Hitam
(e) (f)
Gambar pengamatan mikroskopik tidak langsung

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu identifikasi fungi kontaminasi pada pangan

yang dimana sampel yang digunakan kelompok kami yaitu sampel “Kue Pia”.

Sampel kue pia ini akan dibiarkan beberapa minggu sampai berbulan-bulan agar

dapat menghasilkan jamur. Dimana nantinya jamur yang tumbuh pada kue pia

tersebut yang digunakan pada identifikasi fungi kontaminan pada praktikum ini.

Praktikum yang dilakukan kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi

pertumbuhan jamur pada sampel kue pia yang dijual di kota. Dimana

pengamatan nantinya dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan secara

langsung dan pemeriksaan tidak langsung.

Media yang dipakai untuk isolasi jamur adalah media SDA (Sabouraud

Dextrose Agar). Fungsi dari media SDA yaitu, isolasi mikroorganisme menjadi

kultur murni, untuk budidaya jamur patogen, komensal dan ragi, digunakan

dalam evaluasi mikologi makanan, serta secara klinis membantu dalam

diagnosis ragi dan jamur penyebab infeksi.

Pada pemeriksaan mikroskopik langsung digunakan larutan KOH.

Fungsi larutan KOH adalah menghancurkan sel non-jamur. Pewarnaan

menggunakan kalium hidroksida yang ditambah tinta Parker (KOH) sering

digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan

diagnosis infeksi jamur.


Pada pemeriksaan mikroskopik tidak langsung digunakan larutan

pewarnaan LPCB (Lactophenol Cotton Blue) terdiri dari cotton blue, asam

laktat, gliserol dan kristal fenol. Cotton blue berfungsi untuk memberi warna

biru pada sel jamur.

Plate 1 dari isolasi jamur berwarna hijau dari pangan kue pia, di dapatkan

hasil pada pemeriksaan makroskopik yaitu bentuk jamur bulat dan berkoloni,

berwarna hijau dan berbau khas dan sedikit pekat. Sedangkan pada pemeriksaan

mikroskopik secara tidak langsung di temukan jamur Aspergillus fumigatus pada

perbesaran 40x. Koloni Aspergillus fumigatus berwarna putih pada saat muda,

dan berubah menjadi berwarna hijau seiring dengan terbentuknya konidia.

Kepala konidia berbentuk kolumnar, konidiofor pendek, berdinding halus, dan

berwarna hijau. Vesikula berbentuk gada yang berwarna hijau. Konidia bulat

sampai semi bulat, berwarna hijau, dan berdinding kasar.

Plate 2 dari isolasi jamur berwarna hitam dari pangan kue pia, didapatkan

hasil pemeriksaan makroskopik yaitu bentuk jamur yang menyebar seperti

kapas, berwarna hitam dan sedikit putih bagian pinggirnya dan berbau khas.

Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik secara tidak langsung di temukan

jamur jenis Aspergillus niger van pada perbesaran 40x. Koloni Aspergillus niger

berwarna hitam dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai

hitam, ciri – ciri ini merupakan koloni jamur Aspergillus niger. Jenis ini

memiliki karakteristiknya yang khas yaitu adanya lapisan konidiofor dan padat

berwarna coklat gelap hingga kehitaman Pengamatan secara mikroskopis


memperlihatkan kepala konidia yang menyebar (radiate) permukaan terlihat

berwarna kehitaman, kepala konidia yang radiate, konidiofor berdinding halus.

BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Hasil praktikum yang didapatkan dari praktikum identifikasi kontaminasi

fungi pada pangan pada “Kue Pia” yaitu pada pemeriksaan mikroskopik pada

koloni jamur hitam yaitu Aspergillus niger dan pada koloni jamur hijau yaitu

Aspergillus fumigatus.

B. SARAN

Berhati – hatilah saat memilih suatu bahan pangan. Berhatil-hatilah bekerja

dengan mikroorganisme seperti jamur. Gunakan selalu sarung tangan dan

masker untuk menghindari kontak kulit langsung dengan jamur. Kemudian

setelah pekerjaan selesai jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun lalu

dengan antiseptik untuk meminimalisir jumlah kuman yang menempel di tangan

kita
DAFTAR PUSTAKA
Febrian, B. (2018). Analisis Indikator Ketahanan Pangan Di Kabupaten Sidoarjo,
Universitas Brawijaya.
Lembu, Y. dkk. 2020. IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp PADA SAUS SAMBAL
JAJANAN BAKSO TUSUK YANG DISIMPAN SATU MALAM DI SUHU
RUANG (Sampel Diambil di Pasar Wuring, Kabupaten Sikka). Akademi
Farmasi St Fransiskus Xaverius Maumere.
Lindawati, S., dan Chylen S.R. 2019. Identifikasi Aspergillus flavus pada Kue Pia
yang Di Jual Di Dusun Warurejo Kabupaten Pasuruan. Journal of medical
laboratory science technology medicra.volume 2.issue 2
Mizana,D.K, dkk. 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp pada Roti
Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan.
Jurnal Kesehatan Andalas
Nurhayati, E, dkk. 2020. Pertumbuhan Koloni Aspergillus niger pada media Agar
Tepung Beras Dekstosa dengan metode dilusi. JURNAL VOKASI KESEHATAN
6 (2) hlm. 100 – 103
Sulastina,N.A. 2020. Analisis Jamur Kontaminan pada Roti Tawar yang dijual dipasar
Tradisional. Jurnal Aisyiyah Medika.vol.5 No.1
Urip, dkk. 2021. Studi Jamur Aspergillus fumigatus Di Pasar Cakranegara Kota
Mataram. Penyebab Penyakit Aspergillosis menggunakan media pertumbuhan
potato dextrose agar. Jurnal Ilmiah Biologi Vol. 9, No. 2; Page, 631-638
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai