Oleh Kelompok 4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatn sedian jamur udara
dengan pewarnaan LCB yang baik
2. Untuk dapat mengidentifikasi jenis jamur dengan pengamatan secara
mikroskopik
3. Untuk mengetahui bagian-bagian dari jamur dengan pengamatan
mikroskopik
4. Untuk mengetahui perbedaan jamur udara dengan jamur makanan
5. Untuk mengethaui kerugian yang disebabkan oleh jamur udar
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Memperluas pengetahuan mahasiswa khususnya mengenai jamur
udara
b. Menjadi referensi dibidang keilmuan khususnya Mikologi dalam
hal identifikasi jamur udara
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis
dan masyarakat.
a. Bagi mahasiswa
Laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
keterampilan mahasiswa dalam melakukan identifikasi jamur udara
Jamur dapat ditemukan di semua tempat yang terdapat bahan organik dan
mudah terbawa masuk ke dalam ruangan melalui hembusan angin karena
memiliki banyak spora serta dapat terbawa oleh debu pakaian maupun material
lain yang dibawa ke dalam ruangan, atau dibawa oleh serangga maupun hewan
lain dari luar ruangan (Heseltine & Rosen, 2009). Jamur udara berpotensi dapat
masuk ke ruang alveoli paru-paru dan mampu hidup di dalam tubuh manusia
hingga suhu 37⁰C. Salah satu jamur yang telah diketahui dapat menyebabkan
masalah bagi kekebalan tubuh manusia adalah strain anggota genus Aspergillus
(Castellano et al., 2003), terutama dapat menyebabkan penyakit aspergillosis
seperti bronchopulmonary aspergillosis, penyakit saluran pernafasan karena
penderita menghirup udara yang terkontaminasi oleh jamurtersebut, serta jenis
penyakit aspergillosis lainnya seperti gangguan selaput mata, tremorgenic, dan
penyakit kulit (Hong et al., 2005; Frisvardet al., 2009).
1. Reaksi alergi karena terpapar oleh spora atau selvegetatif jamur yaitu demam,
asma, atauparu-paru,
2. KeracunanAkibat racun yang diproduksifungidimonalaflatoksin
dapatmengakibatkan kanker hati,
3. Mycoses,yaitu infeksi jamur dalam tubuh sepertihistoplasmosis, candidiasis,
superfisialmycoses (rambut, kulit, kuku),intermediate mycoses (saluran
nafas,jaringan bawah kulit), systemic mycoses(jaringan organ dalam); atau
fungimerusak persediaan makanan sehinggamenyebabkan kelaparan (Pelezar,
1986).
Fitria et al. (2008), kondisi ruang baca yang jarang dibersihkan dan
ventilasi kurang baik akan membuat terkonsentrasinya debu di dalam ruangan.
Debu tersebut menjadi substrat bagi mikroorganisme, terutama jamur yang
memperoleh nutrien dari debu tersebut sehingga mudah terbawa bersama debu
dan udara di dalam ruangan.
NO ALAT BAHAN
1. Ose Biakan jamur udara
2. Api bunsen Media MHA (Mueller Hinton Agar)
3. Pipet tetes LCB (Lactofenol Cotton Blue)
4. Object glass Tissue lensa
5. Cover glass Alcohol 70%
6. Mokroskop
7. Pinset
8. Petri disch
Hari ke- 3
Pada hari ketiga
ditemukannya 1
jamur lagi yang
tumbuh pada
media, jamur
tersebut lebih
kecil daripada
jamur
sebelumnya,
Hari ke- 4
Pada hari
terakhir kedua
jamur tersebut
ukurannya lebih
besar daripada
sebelumnya,
dapat
disimpulkan
bahwa jamur
tersebut
bewarna putih,
tekstur wooly,
terdapat garis
radial, tidak
terdapat tetesan
eksudat, dan
berbentuk
umbonate.
Pada
pemeriksaan
mikroskopis
dapat
disimpulkan
jamur tersebut
memiliki kotak
spora juga
memiliki hifa
yang tidak
bersekat.
4.2 Pembahasan
A. Jenis-Jenis Mikroorganisme yang Mencemari Udara
1. Jamur
Jamur dapat membahayakan kesehatan manusia dengan penyebaran spora di
udara dan terhirup melalui proses inhalasi. Beberapa jenis jamur dapat bersifat
patogen dan menimbulkan efek toksik pada manusia dan vertebrata lainnya
(Robbins, et al., 2000). Paparan material berjamur yang berulang sampai kuantitas
tertentu dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan atau alergi pada beberapa
individu (Bush, et al., 2006). Kelembaban pada substrat termasuk di udara adalah
merupakan salah satu faktor utama dalam pertumbuhan jamur.
Pada umumnya, sebagian besar jamur dapat tumbuh pada kondisi lingkungan
yang lembab. Selain itu, air juga menjadi faktor penting lainnya. Air membantu
proses difusi dan pencernaan. Selain itu, air juga mempengaruhi substrat pH dan
osmolaritas dan merupakan sumber dari hidrogen dan oksigen, yang dibutuhkan
selama proses metabolisme. Pertumbuhan suatu jamur ditentukan oleh water
activity (aw), yaitu kandungan air dari suatu substrat (Quidesat, 2009). Suhu di
dalam ruangan dalam rentang 18 – 24oC adalah suhu optimal bagi pertumbuhan
kebanyakan jamur, meskipun beberapa jenis jamur dapat hidup juga di rentang
suhu yang luas. Sedikit jamur yang mempunyai temperatur optimal diatas 30oC
yaitu Aspergillus fumigatus. Jamur di dalam lingkungan tidak tumbuh jika suhu di
atas 30oC. Spora jamur lebih tahan panas daripada miselia (mycelia) dan pada
umumnya bertahan lebih lama pada suhu yang lebih luas rentangnya.
(Gutarowska & Piotrowska, 2007)
2. Bakteri
Menurut Burge tahun 2001 terdapat tipe dari beberapa bakteri yang banyak
ditemukan di dalam ruang, antara lain :
a. Micrococcus sp
Spesies bakteri ini terdapat pada kulit tubuh manusia. Bakteri ini
ditemukan pada area dengan okupansi tinggi atau pada area dengan
ventilasi yang tidak baik. Micrococcus adalah jenis bakteri yang tidak
berbahaya. Dalam keadaan normal, bakteri ini dapat dibasmi dengan
sistem ventilasi yang baik dan proses pembersihan dengan penyedot debu
atau sejenisnya.
b. Bacillus sp
Bakteri yang tidak berbahaya ini umumnya diasosiasikan dengan tanah
dan debu. Keadaan temperatur dan kadar air yang tepat pada permukaan
yang berdebu dan keras adalah media yang baik bagi pertumbuhan bakteri
ini.
c. Staphylococcus sp
Staphylococcus juga terdapat pada permukaan kulit tubuh manusia.
Diantara spesies Staphylococcus yang paling umum terdapat di dalam
ruang adalah Staphylococcus aureus, yaitu patogen yang penting dalam
lingkungan rumah sakit, karena mempunyai kemampuan memecah sel
darah merah.
d. Batang gram-positif
Batang gram-positif merupakan tipe bakteri yang juga diasosiasikan
dengan tanah dan debu. Meskipun tergolong jenis patogen yang tidak
berbahaya, bakteri ini tumbuh di area yang basah dan lembab seperti pada
karpet, dinding, dan perabot. Bakteri ini dapat dihilangkan dengan cara
pembersihan dan sistem ventilasi yang memadai.
e. Batang gram-negatif
Organisme ini jarang ditemui di lingkungan dalam ruang. Bila ditemukan
dalam konsentrasi yang tinggi, berarti ada keterkaitan dengan bioaerosol
dari air yang terkontaminasi atau sumber-sumber kontaminan lainnya,
seperti permukaan yang basah dan lembab, tumpahan air pembuangan,
banjir, atau dari sistem Air Handling Unit (AHU) yang meningkat.
Beberapa bakteri gram-negatif dapat menyebabkan demam. Terkadang
pertumbuhan bakteri ini pada AHU dapat memicu terjadinya gejala-gejala
seperti pneumonia akut. Pembersihan dengan menggunakan desinfektan
merupakan cara yang paling mudah untuk membunuh bakteri jenis ini.
C. HasilPengamatan
Padapengamatanmakroskopis,
jamurtersebutmemilikitekstur Wooly,
terapatgaris radial, tidakterdapattetesaneksuat,
danberbentukumbonate.
Spora
Jamur yang kami temukanmemilikikotaksporadanjugaspora. Spora
jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan
secara seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah
organisme uniseluler, tetapi ada juga spora multiseluler. Spora
dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesialisasi. Ketika
kondisi lingkungan memungkinkan pertumbuhan yang cepat, jamur
memperbanyak diri dengan menghasilkan banyak spora secara
aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut
berkecambah jika berada pada tempat yang lembab pada permukaan
yang sesuai (Campbell, 2003).
Menurut Peltczar (1986), spora seksual dihasilkan dari peleburan
dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
o Askospora yang merupakan spora bersel satu yang terbentuk di
dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya
terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
o Basidiospora yang merupakan spora bersel satu yang terbentuk
di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
o Zigospora yang merupakan spora besar berdinding tebal yang
terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual
serasi, disebut juga gametangia.
o Oospora merupakan spora yang terbentuk di dalam struktur
betina khusus yang disebut oogonium, pembuahan telur atau
oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteridium
menghasilkan oospora.
Hifa
Hifa yang terdapatpadajamur yang kami
temukanadalahhifatidakbersekat.Bagian penting tubuh jamur adalah
suatu struktur berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang,
ada yang tidak bersekat dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh
bercabang-cabang sehingga membentuk jaring-jaring, bentuk ini
dinamakan miselium. Pada satu koloni jamur ada hifa yang menjalar
dan ada hifa yang menegak. Biasanya hifa yang menegak ini
menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora, sedangkan hifa
yang menjalar berfungsi untuk menyerap nutrien dari substrat dan
menyangga alat-alat reproduksi. Hifa yang menjalar disebut hifa
vegetatif dan hifa yang tegak disebut hifa fertil. Pertumbuhan hifa
berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya
tidak dapat ditentukan secara pasti
Diameter hifa umumnya berkisar 3-30 µm. Jenis jamur yang
berbeda memiliki diameter hifa yang berbeda pula dan ukuran
diameter itu dapat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan(Sasmitamihardja, 1990).
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ahearn D., Armour, S. & Banta, J. (2008).Guidelines on assessment and
remediationof kapang in indoor environments.Department of Health and
Mental Hygiene.New York.
Bush RK, Portnoy JM, Saxon A, Terr Al, Wood R A. 2006. The Medical effects
of mold exposure. J Allergy Clin Immunol (jurnal): Pp 326-333
Heseltine, E.& Rosen, J. (2009). WHO guidelinesfor indoor air quality: dampness
and mould.World Health Organization. Europe.
Hong, S.B., Go, S.J. Shin, H.D., Frisvad, J.C. &Samson, R.A. (2005). Polyphasic
taxonomyof Aspergillus fumigatus and relatedspecies. Mycologia. 97(6):
1316-1329
Merlin. 2012. Studi Kualitas Udara Mikrobiologis dengan Parameter Jamur pada
Ruangan PasienRumahSakit (Studi kasus: Ruang Rawat Inap Gedung A
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional DR. Ciptomangunkusumo). Skripsi.
Depok
Robbins, C. A., Swenson, L. J., Nealley, M. L., Gots, R. E., Kelman, B. J. 2000.
Health Effects of Micotoxins in Indoor Air : A Critical Review. Appl
Occup Environ Hyg. Hal.773-784
2. GustiAyuDithaCandradewi
3. Ida AyuTrimayoni
4. DhaniAchmadOktovianto
6. KomangSisilia