id/2013/02/isolasi-dan-
identifikasi-staphylococcus_9078.html
LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal Praktikum : 9-12 Januari 2013
Judul Praktikum : Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus
Dasar Teori :
Sifat-sifat enterotoksin:
Bersifat antigen
Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala berupa: lesu, kejang
perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan makanan yang
mengandung enterotoksin.
4. Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat mengendapkan plasma
sitrat atau plasma oksalat. Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini.
5. Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
Hialuronidase
Proteinase
Lipase
Pemeriksaan Laboratoris
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam
cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
Nanah
Darah
Cairan otak
Usapan luka
Cara pemeriksaan
1. Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan. Dapat dipakai zat
warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara
mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang non patogen.
2. Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni.
Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi.
Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3. Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan Staphylococcus
dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi
perjendelan berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase. Semua staphylococcus
aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus
albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
4. Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 % manitol + phenol merah
(sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24 jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning;
karena terbentuk asam.
Pengobatan
Obat-obatan antibiotika mempunyai khasiat yang baik terhadap staphylococcus secara
invitro. Tetapi secara invivo sering obat tersebut tidak dapat menerobos dinding fibrin untuk mencapai
daerah pusat infeksi. Oleh karena itu dalam pengobatan disamping pemberian obat perlu adanya
drainase (pengaliran) atau insisi (penyedotan).
Epidemi dan pengawasan
Sumber infeksi staphylococcus adalah kulit, saluran pernafasan, hasil muntahan. Infeksi
staphylococcus di rumah sakit lebih membahayakan, sebab staphylococcus yang berasal dari
petugas rumah sakit, dan para penderita biasanya sudah kebal (resisten) terhadap beberapa
antibiotika. Kebersihan dan pengaturan pencegahan infeksi yang baik akan mengurangi meluasnya
infeksi ini. Kamar bersalin, kamar operasi harus dijaga kemungkinan adanya kuman ini dengan
pemberian desinfektan secara teratur serta penyinaran.
Alat dan Bahan :
Bahan Media :
a) Media BA
b) Urea
c) LIA
d) Laktosa
e) Sukrosa
f) Glukosa
g) Simon Citrat
h) MIO
i) Mr
j) VP
k) Pewarnaan Gram
l) Manitol
m) Maltosa
n) Malonet
o) Media KIA
p) Staphylococcus
Alat :
a) Ose / nal
b) Bunsen
c) Inkubator
d) Rak Tabung
Cara Kerja :
Hari ke-1
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil spesimen bakteri dengan ose yang telah difiksasi kemudian tanam pada
media BA dengan cara siksak.
3. Simpan di inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.
Hari ke- 2
1. Ambil media bakteri yang telah tumbuh dari inkubator
2. Sterilisasikan nal kemudian ambil media KIA
3. Setelah nal dingin, ambil koloni bakteri yang sendiri tanam pada media KIA yang
telah sediakan dengan cara sigsag.
4. Simpan kembali pada inkubator pada suhu 370 C selama 24 jam
5. Ambil koloni pada media KIA kemudian buat sediaan preparat kemudian lakukan
pengecatan gram dan lihat dimikroskop.
Hari ke- 3
1. Siapkan media tes biokimia
2. Ambil media KIA yang bakterinya telah tumbuh dari inkubator
3. Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media urea agar kemudian ambil bakteri pada
media KIA kemudian tanam pada media urea agar dengan cara sigsag.
4. Fiksasi ose / nal,Setelah dingin ambil media Simon Citrat kemudian ambil bakteri
pada media KIA kemudian tanam pada media Simon Citrat dengan cara sigsag.
5. Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media MIO kemudian ambil baktri pada medi
KIA kemudian tanam pada media MIO dengan cara menusuk hingga dasar tabung.
6. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media MR kemudian ambil bakteri pada media KIA
kemudian tanam pada media MR dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
7. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media VP kemudian ambil bakteri pada media KIA
kemudian tanam pada media VP dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
8. Fiksasi nal,Setelah dingin ambil media LIA kemudian ambil bakteri pada media KIA
kemudian tanam pada media LIA dengan cara sigsag dari dalam ke luar kemudian
tusuk hingga dasar tabung.
9. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Glukosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Glukosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
10. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Laktosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Laktosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
11. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Sukrosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Sukrosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
12. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Maltosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Maltosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
13. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Manitol kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Manitol dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
14. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Malonet kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Malonet dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
15. Kemudian simpan di inkubator pada suhu 370 C selama 24 jam.
Hari ke- 4
1. Baca hasil pemeriksaan tes biokimia.
Media Test Hasil Reaksi/Spesimen Bakteri
Acid/Acid, Gas : Negatif, H2S : Negatif
KIA/TSIA
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
Urea Agar + -
Simon Citrat - -
MIO +,-,- +,-,-
Methil Red - -
Voges Prokauer - -
Lysin Iron Agar - -
Glukosa + +
Laktosa + -
Sucrosa + +
Maltosa + +
Manitol + +
Malonet - -
Gambar Hasil.
Media KIA
Media KIA yang telah ditumbuhi Bakteri Staphylococcus
Larutan Lugol
Karbon Fuchsin
Hasil pada Media Urea Agar, Simon Citrat, MIO, MR, VP, LIA
Hasil pada Media Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol, Malonet
http://analisqmateri.blogspot.co.id/2010/09/isolasi-dan-identifikasi-
bakteri.html
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERIStaphylococcus aureus KATALASE
POSITIF ” walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesulitan-kesuliatan, namun pada
akhirnya berkat ketekuntan serta bantuan dari berbagai pihak khususnya dan takluput pula
bantuan dari rekan-rekan sekelompok, sehingga semua hambatan dapat teratasi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi luhur dari semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Amin ..... . Akhirul kalam Assalamu Alallaikum
Warahmatullahi Wabarakatu.
Pemakalah
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................ 3
A. Kesimpulan ................................................................... 13
B. Saran .............................................................................. 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan penyakit bakerial dimulai dengan kolonisasi bakteri. Pengecualian terhadap cara
ini adalah pada bakteri yang menyebabkan penyakit dengan menghasilkan eksotoksin ketika
perkembangannya. Eksotoksin teringesti dan bertanggungjawab terhadap gejala penyakit. Bakteri
penyebab toksin merupakan salah satu bakteri yang dapat membawa dampak terhadap masalah
kesehatan dan kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh diare, nekrotik enteritis, hepatitis, dan
renitis. Untuk mendapatkan metode pengendalian dan pencegahan infeksi suatu penyakit haruslah
diketahui interaksi antara agen penyebab infeksi dengan hospes.
Masalah kesehatan sampai saat ini, merupakan masalah yang cukup serius untuk
ditangani terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Seperti halnya
bakteri Staphylococcus aureus yang banyak ditemukan padapada tubuh manusia, seperti di
ingus, dahak, tangan, kulit, luka terinfeksi, bisul dan jerawat, serta pada feses dan rambut.
Lebih jauh, keberadaan bakteri ini, justru diperkirakan terdapat pada 20 persen orang
dengan kondisi kesehatan yang tampaknya baik.
Secara umum, bakteri ini tidak tahan panas. Namun, racun yang dihasilkannya
sangat tahan panas, sehingga tidak dapat dihancurkan dengan pemanasan yang biasa
digunakan pada pemasakan. Bahayanya, racun tersebut biasanya tidak menyebabkan
perubahan tekstur, warna, bau, kenampakan, ataupun perubahan rasa makanan, sehingga
tidak dapat terlihat secara fisik. Kondisi seperti inilah yang sering kali mengecohkan
konsumen.
Oleh karena itu, masalah mengenai penyakit bakteri sangat perlu dilakukan suatu penelitian-
penelitian sehingga dapat mengetahui apa obat dari bakteri pathogen tersebut yang dapat merusak
kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan
“Apakah Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dapat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia?”
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme dan
dampak dari Bakteri Staphylococcus aureus bagi tubuh manuasia !
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah yang berjudul ” Identifikasi
Bakteri Staphylococcus aureus Katalasee Positif (+)”adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan wawasan kepada kami penulis dan khususnya bagi pembaca makalah ini agar
mendapat pemahaman yang cukup mengenaiBakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dan
dampak bakteri tersebut terhadap tubuh manusia ”.
2. Sebagai wahana untuk mengetahui mekanisme dari Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif
(+) dalam tubuh manusia, sehingga dapat menyebabkan penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease
dan lipase. Staphylococcus aureusmengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel
darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta,
gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan
eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran
pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin
merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
B. Stuktur Metabolic
a. Metabolik eksotoksin
Kebanyakan toksin protein dipanggil eksotoksin kerana ia dibebaskan dari bakteria dan
bertindak ke atas sel hos jauh dari tempat ia dihasilkan. Enterotoksin ialah satu kumpulan eksotoksin
yang lazimnya bertindak ke atas saluran gastrousus. Kebanyakan eksotoksin dihasilkan semasa fasa
eksponen pertumbuhan dan penghasilannya adalah spesifik untuk sesuatu strain. Toksin bakteria
adalah antara racun paling kuat yang diketahui. Toksin-toksin protein mempunyai persamaan ciri
dengan enzim dan amat spesifik terhadap substrat tertentu serta mekanisme tindakan masing-
masing. Substrat ini mungkin terdiri dari komponen sel tisu, organ atau kecair tubuh
Eksotoksin bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya dapat dinetralkan oleh
antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut. Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas sitotoksik
yang sangat spesifik. Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf. Beberapa eksotoksin
yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan menyebabkan kematian (nekrosis) dari
beberapa sel dan jaringan (non spesifik) misalnya toksin yang diproduksi oleh staphylococci,
streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin dengan spektrum aktivitas yang lebar ini biasanya
merusak membran sel inang dan menyebabkan kematian sel karena terjadinya kebocoran isi
sel.Sitotoksin menyebabkan kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel inang)
b. Metabolik Endotoksin
Endotoksin adalah sebahagian dari dinding sel luar bakteria dan biasanya dikaitkan dengan
bakteria Gram negatif kerana ia membentuk komponen membran luar sel bakteria tersebut. Aktiviti
biologi endotoksin dikaitkan dengan lipopolisakarid (LPS). Ketoksikan LPS bergantung kepada
komponen lipid A dan keimunogenan bergantung kepada komponen polisakarid. Antigen dinding sel
(antigen O) bakteria Gram negatif merupakan komponen LPS. LPS sering terlibat dalam proses
patologi bakteria Gram negatif. Struktur dinding sel bakteria Gram negatif ditunjukkan dalam rajah
berikut:
Bakteria Gram negatif membebaskan kuantiti kecil endotoksin dalam bentuk larut tetapi
sebahagian besarnya tergabung kepada sel dan dibebaskan apabila sel itu menjalani lisis. Jika
dibandingkan dengan eksotoksin bakteria, endotoksin jauh kurang toksik dan kurang spesifik dalam
tindakannya (kerana ia tidak bertindak sebagai enzim). Endotoksin adalah stabil haba (30 min, 100C).
- Specimen ditanam pada media isolasi Blood Agar Plate dan mannitol Salt Agar Plate
Hari 2 :
- Koloni yang tersangka staphylococcus dari Blood Agar Platen dan Mannitol Salt Agar dibuat
praeparat, dilakukan pewarnaan gram
- Kalau betul staphylococcus Gram (+), kemudian ditanam pada media Loeffler Serum, Nutrien agar,
D-Nase agar dan mannitol.
Hari 3 :
- Kemudian hasil pengamatan media dan test-test tersebut dibandingkan dibandingkan dengan sifat-
sifat cultural dan biochemisnya serta tabel, untuk ditemukan dignosa.
Hari 4
Amati hasil media Muller Hinton agar untuk uji sensitivitas. Dan Inkubasi 370C, 24 jam
Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
- Sensitif : > 16mm
- Intermediet : > 13-15mm
- Resisten : > 13mm
SKEMA PEMERIKSAAN
SENSITIFITI TES wrn kuning muda. Tabung Na Cl 0.95% 2-3 ml dicampur dengan 2-3 ose bakteri
selanjutnya buat goresan pada media D-Nase Agar inkubsi 24 jam 37 0C. teteskan Hcl ?% 2-3 tetes
akan terjadi zona hambat
Scientific Classificatin
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. aureus
Spesimen mula-mula ditanam pada media tryprone Hewit broth (THB), diikubasikan pada
suhu 37°C, selama 24 jam.
Koloni bakteri yang tumbuh pada media THB ditanam ulang ke Plat Agar Darah dan
diikubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni bakteri yang bersifat mukoid selanjutnya
ditanam ulang pada media manitol salt agar (MSA) pada suhu 37°C, selama 24 jam. Adanya
koloni S. aureus ditandai dengan perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning.
b. Uji Katalase
Satu ose dari koloni berwarna kuning dari media MSA dicampur dengan enzim katalase
pada kaca objek. Adanya S. aureus ditandai terbentuknya gelembung gas
c. Uji Koagulase Plasma
Satu mililiter plasma darah kelinci dalam tabung reaksi dicampur dengan 1 ose koloni
bakteri, diinkubasikan pada 370C selama 24 jam. Staphylococcus aureus akan meng-gumpalkan
plasma darah kelinci.
Staphylococcus aureus ditanam pada plat agar darah (agar base, Oxoid, Jerman), dan
selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC. Adanya aktivitas hemolisin ditandai
dengan adanya zona hemolisis pada plat agar darah . Staphylococcus. aureus yang menghasilkan
alfa-hemolisin akan membentuk zona terang di sekitar koloni, yang menghasilkan beta-
hemolisin akan membentuk zona agak gelap di sekitar koloni, dan yang menghasilkan gama-
hemolisin tidak membentuk zona hemolisis di sekitar koloni. Sementara itu, kuman yang
memproduksi kombinasi alfa-dan beta-hemolisin akan tampak zona gelap dan terang di sekitar
koloni.
e. Uji Hidrofobisitas
Bakteri ditanam dalam 5 ml kaldu Brain infusión (BHI) dan diinkubasikan pada 37ºC selama
24 jam. Kultur bakteri kemudian divortex, dipindahkan kedalam tabung sentrifus dan disentrifus 5
menit pada kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, dan pellet dicuci 3 kali dengan PBS.
Pellet bakteri disuspensikan dengan larutan BaSO4, konsentrasi 10 8 sel bakteri per
ml. Sebanyak 50 µl suspensi bakteri dicampur dengan 50 µl Amonium Sulfat dengan konsentrasi
1,2M, 1,6, 2M, 2,4M dan 3,2M pada objek glas, dan diaduk dengan tusuk gigi steril. Uji hidrofobisitas
dinyatakan positif bila terjadi agregasi bakteri yang tampak seperti pasir putih setelah campuran
diaduk
f. Uji Hemaglutinasi
Darah kelinci yang diambil dengan antikoagulan 0,2 M sodium sitrat pH 5,2, disentrifus
dan dicuci dua kali dengan 0,15 M NaCl. Suspensi sel darah merah 2% dibuat dalam larutan 0,15
M NaCl. Sebanyak 20 µl suspense bakteri yang mengandung sekitar 109bakteri/ml dalam 0,15 NaCl
dicampur dengan 20 µl suspensi sel darah merah kelinci 2% di atas gelas obyek. Gelas objek
digoyang selama 30 detik dan reaksi hemaglutinasi diamati
Tingkat hemaglutinasi dinyatakan sebagai berikut: reaksi kuat, reaksi sedang
a. Cara Penularan
Staphylococcus aureus banyak bakteri yang dapat hidup di tubuh orang. Banyak orang yang sehat
membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi. Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita
terdapat bakteri Staphylococcus aureus. Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa
menyebabkan infeksi. menyebabkan infeksi. Ini dikenal sebagai koloni bakteri. Jika sengaja
dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit dan tidak
membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan
masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)
b. Resistensi Antibiotik
Strain staphylococcus aureus yang multiresisten telah banyak dilaporkan dengan frekuensi
peningkatan resistensi yang cukup tinggi termaksud resisten terhadap methicillin, lincosamide,
macrolide, aminoglikosida, atau kombinasi dari berbagai antimikroba
Antibiotics MIC50 mg/L MIC90 mg/L Range mg/L MIC50 mg/L MIC90 mg/L Range mg/L
Penggunaan Alkohol telah terbukti sanitizer melawan MRSA. Quaternary ammonium dapat
digunakan bersama dengan alkohol untuk membersihkan dan mencegahan infeksi nosocomial.
Nonprotein amino L-Homoarginine asam adalah suatu penghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus seperti halnya Candida albicans, hal ini diasumsikan untuk;menjadi suatu antimetabolite
arginine. BBC melaporkan bahwa suatu penyemprotan alat penguap beberapa kotoran minyak (
mencakup pohon teh oil) ke dalam atmospir mengurangi 90% peningkatan bakteri di udara dan
mengendalikan MRSA yang dapat menyebabkan infeksi/peradangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur.
Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila
ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcusmemiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni
berwarna kuning
B. Saran
Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
memerlukan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2003. Bakteriologi Medik. Malang. FK Universitas Brawijaya, Tim Kikrobiologi FK UNIBRAW
Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Purwokerto. Laborataorium Mikrobiologi Fakultas
Biologi
Gerard Bonang dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik.
Jakarta. PT Gramedia
Hera Noviana. 2004. Monitoring Resistensi Methallicin- Resistant S. aureus (MRSA) Terhadap Golongan
Qinolone Di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. Jakarata
Soemarno. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta. Depdikna
http://t3leporters.blogspot.co.id/2014/01/identifikasi-staphylococcus.html
IDENTIFIKASI STAPHYLOCOCCUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di
darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan
prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau
mikroskopik(http://makalah biologiku.com).
Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya
yang penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi
mencapai keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh
dan berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan
biasanya tumbuh bersama dengan flora normal (misalnyaStreptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus). Ada beberapa bakteria yang sudah jelas patogen
(misalnya Salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang
merupakan “pembawa” bakteri (Brooks, dkk 2005).
Salah satu hal yang sering dilakukan petugas laboratorium adalah pemeriksaan
bakteri, dimana salah satu tahapannya adalah perbenihan bakteri. Tujuan dari perbenihan
bakteri antara lain untuk mencari bakteri penyebab suatu penyakit, mencari obat yang dapat
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, mempelajari sifat-sifat bakteri lebih
mendalam dari setiap jenis bakteri, serta untuk pembuatan antibiotic.
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
Ordo : Eubacteriales
Family : Micrococceae
Genus : Staphylococcus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
2.2 Morfologi
Biasanya koloni Staphyloc occus yang tumbuh pada media ini berwarna putih sampai
kuning, smooth, tumbuh subur dan memiliki elevasi yang datar atau keping.
Koloni Staphylococcus yang tumbuh pada media agar darah berukuran sedang-besar,
smooth, memiliki elevasi datar atau keping, haemolytis atau anhaemolytis. Pada umumnya
koloniStaphylococcus berwarna putih sampai kuning, tetapi ada beberapa spesies yang
memberikan warna tersendiri, koloni Staphylococcus aureus berwarna kuning emas,
koloni Staphylococcus citreus berwarna kuning jeruk, sedangkan
koloni Staphylococcus albus berwarna putih.
Koloni yang tumbuh berukuran kecil-sedang , smooth, koloni berwarna kuning dengan zone
yang berwarna kuning juga.
4) Uji biokimia
Uji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang biasa
dilakukan diantaranya:
Digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif batang, untuk melihat kemampuan meragi
glukosa dan sukrosa atau laktosa.
Fermentasi karbohidrat/gula-gula
Uji gula-gula dilakukan untuk menentukan kemampuan dari bakteri untuk menfermentasikan
beberapa jenis gula-gula seperti glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa.
Uji ini dilakukan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan
produk-produknya dari hasil fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem buffer
dan menentukan organism yang menghasilkan prosuk netral (asetil metal karbinol atau
aseton) dari hasil fermentasi glukosa
Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan pembentukkan gas H2S
Uji ini dilakukan untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon
Di alam, bakteri ada di mana-mana. Pada tanah, air dan pada debu-debu di
udara. Pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas sebagai penghuni tetap (flora normal)
yang sewaktu-waktu dapat masuk ke dalam jaringan tubuh bila kulit luka atau daya tahan
tubuh menurun (dr. Indan, 2003).
2.5 Antigen
Asam teikoat, yang merupakan polimer gloserol atau ribitol fosfat, diikat
kepeptidoglikan dan dapat menjadi antigenic Antibodi asam inti anti teikoat yang dapat di
deteksi melalui difusi gel dapat ditemukan pada pasien dengan endikarditis aktif yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan,
eksudat atau pus dari abses, dan darah. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan
pewarnaan gram, perbenihan pada medium Blood Agar Plate (BAP), Manitol Salt Agar
(MSA). Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram, tes biokimia, dan
penentuan tipe bakteriofag (Arnas, 2009).
2.6
Kerangka Identifikas
BAB III
METODE KERJA
3.1.1 Alat
Objek Glass
Lampu spiritus
Bak pewarnaan
Tabung reaksi
Mikroskop
Pipet tetes
Incubator
Korek gas
3.1.2 Bahan
a) Reagen
- NaCl 0,9 %
- H2O2
- Plasma Citrat
- KOH 10%
- Safranin
- Alcohol 96%
- Lugol
- α- naftol
b) Media
- Media TSB
- Media Urea
- Media MR/VP
- Media SCA (Simon Citrat Agar)
1) Cutton bath yang telah diusapkan pada sampel dimasukkan dalam media BHIB dan TSB.
Ambil suspensi bakteri pada BHIB dan TSB menggunakan ose steril.
Buat apusan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering, fiksasi
sediaan.
Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.
Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.
Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB atau TSB lalu goreskan
dipermukaan media BAP, MSA, dan NA.
Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media MSA,
BAP, dan NA
Dari koloni yang sama diambil dengan menggunakan ose steril lalu diuji dengan plasma
citrate. Koloni ditambahkan dengan plasma citrate (Natrium citrate 1 ml + darah 4
ml/dicentrifuge).
Dari koloni yang sama diambil dengan ose steril lalu dilakukan ter katalase. Tetesi objek
glass degan H2O2 lalu tambahkan koloni dan homogenkan.
Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam dengan suhu
37˚C.
Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media TSIA.
Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan menggunakan ose lurus (nahl)
ambil koloni bakteri pada TSIA dan tanam pada SIM, urea, MR/VP, SCA, glukosa, laktosa,
sukrosa, maltose dan manitol.
Semua media yang sudah ditanami dengan bakteri di incubator selama 18-24 jam pada
suhu 121˚C.
Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, MR/VP, urea, glukosa, laktosa,
maltose, sukrosa, dan manitol.
Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis bakteri.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
BHIB
Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan sampel pada suspense bakteri
BHIB dan TSB didapatkan bakteri gram positif (ungu) berbentuk coccus yang bergerombol
seperti anggur.
Hari ketiga (III)
NA MSA
BAP
Uji plasma
coagulase
Uji Katalase
H2S : (-)
Gas : (-)
Hari kelima (V)
Glukosa : Positif (+)
4.2 Pembahasan
Terjadi kekeruhan pada media BHIB dan TSB yang memandakan adanya pertumbuhan
bakteri pada media tersebut.
Bakteri berbentuk coccus bergerombol yang artinya bakteri yang didapatkan adalah
Staphylococcus. Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena berwarna
ungu, artinya nakteri mampu mengikat zat warna CGV dan mampu mempertahankan warna
ungu sehingga tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol 96%.
Media
a) MSA : koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya menandakan
bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah indicator yang
terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam. MSA ini
merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.
b) BAP : koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu
melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas,
sehingga sulit untuk menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam
pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia sebagai
alternative.
c) NA : koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup subur
dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.
Uji Plasma coagulase
Pada uji plasma coagulasi menunjukkan hasil positif sebab terdapat gumpalan pada saat
mencampurkan koloni bakteri dengan plasma citrate.
Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji.
Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O
dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang
dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel
mikroba
Dasar pada media TSIA mengalami perubahan dari warna merah menjadi warna kuning.
Hal tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa pada media
sehingga terbentuk suasana asam. Sedangkan pada lereng media tidak mengalami
perunahan (tetap berwarna merah) . hal tersebut menandakan bahwa bakteri tidak mampu
menfermentasikan laktosa atau sukrosa atau keduanya sehingga tidak tercipta suasana
asam.
Tidak ada endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri tidak memiliki
enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino dengan gugus
samping –SH sehingga akan menghasilkan H2S yang bereaksi dengan FeSO4 dan
membentuk endapan hitam FeS.
Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri mampu
menghasilkan gas. Namun pada media ini gas bersifat negative karena tidak terbentuk gas.
Gula-gula
Hasil positif didapatkan pada glukosa, sukrosa, dan fruktosa dengan adanya perubahan
warna indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan
warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu
memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam. Namun pada laktosa, tidak
terjadi reaksi apapun karena bakteri tidak mampu meragikan gula dari laktosa tersebut.
SIM :
- S (sulfur) : Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada
hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini
menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung
dalam media SIM.
I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini
ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada
permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari
asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu
menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan
sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat
disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai
sumber carbonnya.
M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar
tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi
solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri
mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
Urease : hasil yang didapatkan adalah positif sebab terjadi perubahan warna dari warna
kuning ke merah muda. Artinya bakteri dapat menghidolisis urea yang membentuk ammonia
dengan perubahan warna merah muda karena adanya indicator phenol red.
MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah
(positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam
formiat) oleh bakteri.
VP : setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak berubah
(negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan seperti pewarnaan gram,
penanaman pada media selektif, penanaman pada media diffrensial, penanaman pada
media biokomia dan gula-gula, tes plasma citrate dan tes katalase dapat disimpulkan bahwa
bakteri yang terkandung dalam sampel swab mata yang diperiksa mengadung
bakteri Staphulococcus aureus.
5.2 Saran
Tubuh manusia merupakan media pertumbuhan mirroorganisme seperti bakteri yang
paling baik. karena hal tersebut, tubuh manusia menjadi sumber penularan penyakit yang
paling besar. Meskipun bakteri Staphylococcus sp. termasuk dalam flora normal pada tubuh
manusia buka berarti bakteri ini bisa diabaikan begitu saja. Pertumbuhan dan kondisis yang
kurang baik akan membuat bakteri ini menjadi flora normal yang pathogen dan berbahaya
bagi kesehatan.
Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat
tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond,
dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga
sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan
lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa
ditanggulangi.
Diposkan 8th January 2014 oleh Zamzam Barcelona Teleporters
http://wwwsahib.blogspot.co.id/2015/04/makalah-staphylococcus-aureussahib.html
Staphylococcus aureus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Staphylococcus Aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning,
bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm.S. aureus tumbuh dengan optimum pada
suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam.S. aureus merupakan mikroflora normal
manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S.
aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu
sehat biasanya hanya berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang
melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakansteroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan
pembentukan abses.
Staphylocccus aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit supuratif dengan permukaan
kulit sebagai habitat alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka
bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat infeksi sistemik. Infeksi
oleh bakteri menimbulkan peradangan disertai rasa sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu
adanya suatu tindakan untuk mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta
penyebaran bakteri.
Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat yang berat. Sendi prostetik
menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk arthritis septik, dan endokarditis
staphylococcal (infeksi pada katup jantung) dan pneumonia, yang dapat dengan cepat menyebar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaan Staphylococcus aureus.
D. Manfaat Praktikum
1.Manfaat Praktis
Dari praktikum dan dengan pembuatan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pembaca sebagai tambahan referensi sehingga dapat menambah keterampilan di bidang
mikrobiologi khususnya mengenai teknik identifikasi Staphylococcus aureus pada sampel darah.
2. Manfaat Teoritis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi
Kerajaan : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Aureuses
2. Morfologi
Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang
tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan bakteri
coccus yang lain yaitu :
7. Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)
9. Menghasilkan katalase
11. Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu seperti Hexachlorophene
3%.
12. Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat alamiahnya adalah pada
permukaan epitel golongan primate/mamalia.
3. Sifat-sifat Biologi
Staphylococcus Aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease
dan lipase. Staphylococcus Aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel
darah merah.Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus Aureus adalah haemolysinalfa, beta, gamma,
delta danapsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksindan eksfoliatin.
Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir
pertumbuhannya dengan adanya thiamin.
Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.Untuk pertumbuhan optimum
diperlukansebelasasam amino, yaituvalin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin,
lisin, prolin, histidin dan arginin.Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak
mengandung asam amino atau protein.(SupardidanSukamto, 1999).Selain memproduksi koagulase,
S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya:
dapatmenyebabkanlisispadaseldarahmerah.
4. Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluro nat di dalam sehingga memper
dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan
Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan
saluran usus.Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-
macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia
4. Struktur Antigen
2. Asam teikhoik
3. Protein A
4. Kapsul
a) Katalase, enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.
b) Koagulase, adalah protein mirip enzim yang dihasilkan olehStaphylococcus aureus. Enzim ini dapat
membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat faktor-faktor pembekuan.
Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada permukaan
sel Staphylococcus aureus yang menghambat fagositosis.
c) Enzim-enzim yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase yang
menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.
e) Lekosidin, yang dihasilkan Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi rekuren, karena leukosidin
menyebabkan Staphylococcusaureus berkembang biak intraselular.
f) Toksin eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein yang menyebabkan
deskuamasi kulit yang luas.
g) Toksik penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome toxin) dihasilkan oleh sebagian
besar strainStaphylococcus aureus yang menyebabkan sindroma shock toksik.
h) Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada makanan, toksin ini
tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama makanan, akan menyebabkan gejala muntah
berak (keracunan makanan).
5. Sumber Penularan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di tubuh orang.Banyak orang
yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi.Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh
kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus.Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa
menyebabkan infeksi. Jika sengaja dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi.
Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus
aureus dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)
2. Patogenesis
Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran
pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara
dan lingkungan sekitar. Staphylococcus aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan
hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol.Infeksi
oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. Staphylococcus. aureus juga
merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik.
Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di daerah
folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan
setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga
terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain
melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena,
trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis,
osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus aureus timbul secara tiba-tiba
dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung
dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita
muda yang menggunakan tampon, atau pada anak-anak dan pria dengan luka yang
terinfeksi staphylococcus aureus. Staphylococcus.staphylococcus aureus dapat diisolasi dari vagina,
tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah.
6. Epidemiologi
Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus merupakan masalah
yang sering terjadi berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan dengan pasien yang telah
menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya. Sumber wabah dapat berasal dari pasien
dengan infeksi Staphylococcus aureusyang terbuka atau tertutup, menyebar ke pasien lain melalui
perantaraan udara tapi biasanya melalui tangan paramedis. Staphylococcus aureus sebagai flora
normal kulit sering menimbulkan infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya
ke organ atau jaringan lainnya (Djafar, 1993).
1) Infeksi-infeksi Staphylococcus aureus dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan dari kulit)
atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada pembengkakan
dan kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius yang dikenal
sebagai scalded skin syndrom.
3) Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang dengan penyakit paru yang
mendasarinya dan dapat menjurus pada pembentukan bisul bernanah didalam paru-paru.
4) Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis) dapat menjurus pada gagal jantung.
5) Penyebaran dari Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang berat/parah
dari tulang-tulang dikenal sebagai osteomyelitis.
6) Staphylococcal sepsis (infeksi yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab utama dari
shock (goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada orang-orang dengan
luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh.
7) Keracunan makanan Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang menyebabkan mual,
muntah, diare, dan dehidrasi. Disebabkan oleh memakan makanan-makanan yang dicemari dengan
racun-racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Gejala-gejala biasanya berkembang dalam
waktu satu sampai enam jam setelah memakan makanan yang tercemar. Penyakit biasanya
berlangsung untuk satu sampai tiga hari dan menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan
penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun tidak ditularkan dari satu orang kelainnya.
8) Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang dikeluarkan bakteri-
bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi dimana ada sedikit atau tidak
ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang
tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti okeh tekanan darah rendah (hipotensi), yang
dapat menjurus pada guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan
terbakar sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali digambarkan
dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi yang menggunakan tampons.
8. Diagnosa Laboratorium
Untuk pemeriksaan staphylococcus aureus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-
macam cara.
- Nanah
- Darah
- Cairan otak
- Usapan luka
Cara pemeriksaan
1) Pemeriksaan langsung
2) Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni. Untuk
melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen.Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada
infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3) Tes Koagulase
9. Pengobatan
Pengobatan bakteri Staphylococcus aureus dapat dilakukan dengan cara :
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap
berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut :
a) Cara Cakram
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan
diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan
kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik
bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya
diameter zona hambatan dengan tabel
Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap
suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai
yang terlihat pada tabel. Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan
pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai
pada tabel.Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak diantara jangkauan nilai pada
tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu antibiotik bersifat intermediate.
BAB III
METODE KERJA
a) Ose / nal
b) Bunsen /Hotplate
c) Inkubator
d) Rak Tabung
e) Plate
f) Autoclave
g) pH meter
i) Kapas
j) Pipet Tetes
k) Gelas Ukur
l) Erlenmeyer
m) Gelas Kimia
n) Batang Pengaduk
o) Sendok Tanduk
p) Timbangan
A. Bahan
b) Laktosa
c) Sukrosa
d) Glukosa
e) Maltosa
f) Mr
g) VP
h) SIM
i) TSIA
j) BAP
B. Reagensia
1.1 Blood Agar Plate (BAP)
1.1.2 Komposisi :
Lab-lemco Powder 10 g
Peptone 10 g
Sodium chloride 5 g
Agar 15 g
Aquades 1 liter
1.1.6 Alat :
1) Erlenmeyer
2) Gelas ukur
3) Timbangan
4) Peridist
6) Waterbath
7) Autoclave
1.3.1. Komposisi :
D ( + ) glucose 5,0 g
Aquadest 1,0 g
1.2.5 Alat :
1. Erlenmeyer
2. kapas
3. Gelas ukur
4. Waterbath
5. Timbangan
6. Autoclave
7. Tabung reaksi
d) Dikeluarkan, dibagi ke dalam tabung reaksi asing-masing 3 ml lalu ditutup dengan kapas.
1.4.1. Komposisi :
Agar 15,0 g
1.3.5 Alat :
1. Erlenmeyer
2. Kapas
3. Gelas ukur
4. Waterbath
5. Timbangan
6. Autoclave
7. Tabung reaksi
1.5.1. Kompisisi :
Agar 3,0 g
1.4.5 Alat :
1.Kapas
2.Gelas ukur
3.Waterbath
4.Timbangan
5.Autoclave
6.Tabung reaksi
7.Erlenmeyer
1.6.1. Komposisi :
Peptone 10,0 g
Extrait 3,0 g
Lactose 10,0 g
Glucose 1,0 g
Agar 12,0 g
1.6.5. Alat :
1. Erlenmeyer
2. Kapas
3. Gelas ukur
4. Waterbath
5. Timbangan
6. Autoclave
7. Tabung reaksi
1.7.1. Bahan :
1. Glukosa
2. Laktosa
3. Sukrosa
4. Peptone water
5. phenol red
1.7.2. Komposisi :
Aquadest 1,0 g
1.7.6. Alat :
1) Erlenmeyer
2) Kapas
3) Gelas ukur
4) Waterbath
5) Timbangan
6) Autoclave
7) Tabung reaksi
8) Tabung durham
1) Langkah I
2) Langkah II
- Ke dalam setiap jenis gula-gula ditambahkan 50 ml peptone water yang telah disterilkan.
C. Prosedur Kerja
Hari I :
2. Ambil specimen bakteri dengan ose, yang telah di fiksasi kemudian ditanam pada media BAP dan NA
dengan cara goresan T
2.membebaskan objek glass dari pemanas dengan melewatkan di atas nyala api
3.memnuat sediaan dari koloni bakteri yang di ambil dari media EMBA
4. mengeringkan di udara
5.sediaan yang sudah di fiksasi lalu di letakkan di atas rak pewarna, lalu di tuangkan karbon gention
violet dan tunggu selama 2-3 menit
7.tuangkan larutan lugol dan tunggu selama 1-2 menit kemudian di leturkan dengan larutan
alcohol 96 %
9.tuangkan larutan karbon funchin dan tunggu selama 1-2 cuci dengan air mengalir dan
keringkan di rak pengering
Hari III :
1. Lakukan pewarnaan gram pada biakan yang timbul pada mesia BAP dan NA
2. Ambil koloni bakteri yang terpisah sendiri kemudian ditanam pada media TSIA,SCA,UREA,SIM,MR-
VP, dan gula-gula ( Glukosa,Maltosa,Sukrosa,Dan Galaktosa )
1. Baca hasil pemeriksaan pada uji invie pada media TSIA,SCA,SIM.UREA,MR-VP dan pada media uji
gula-gula ( Glukosa,Sukrosa,Laktosa dan Maltosa )
A. Hasil
B. Pewarnaan Gram
Keterangan :
1. Bentuk : Coccus
2. Warna : Ungu
Keteranga :
Gas : negatif
H2S : negatif
SCA :
3. Media SIM
Keterangan :
I : (-)
4. Media MR-VP
Keterangan :
MR : (+)
B. Media VP
Keterangan :
VP : (-)
5. Urea
Keterangan :
Urea : (-)
a. Media ( Laktosa )
Hasil :
Laktosa : (+)
b. Maltosa
Hasil:
Maltosa : (+)
c. Glukosa
Hasil :
Glukosa : (+)
d. Sukrosa
Hasil :
Sukrosa : (+)
C. Pembahasan
1. BAP
koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu melisiskan
eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas, sehingga sulit untuk
menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam pembuatan media tersebut
tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia sebagai alternative. Adanya sifat mucoid
dari koloni disebabkan sampel yang diperiksa adalah sputum.
1. Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1883 yang merupakan
ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram positif, berbentuk
kokus bergerombol membentuk untaian seperti buah anggur.
3.Uji identifikasi
Lereng : (merag merah) Dasar : (kuning) H2S : - dan Gas : (+)Stpylococcus aureus bersifat alkali
acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang
bersifat alkali dengan adanya phenol red maka terbentuk warna merah.
Hasil Neagatif (-) pada Uji Simmon’s Citrat Agar digunakan untuk melihat kemampuan
mikroorganisme menggunakan citrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Media ini
merupakan medium sintetik dengan NA citrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA+ sebagai
sumber N dan Brom Thymol Blue sebagai indikator pH.
3. SIM :
1. S (Sulfur). Hasil positif (+) karena tidak Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi
hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna
tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang
terkandung dalam media SIM.
2. I (indol). Hasil Negatif (-) karena Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada
media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah
pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam
amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan
indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon.
Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh
tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
3. M (motility). Hasil Positif (+) karena pada Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa
berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan
media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri
mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
4. MR-VP
1. MR : Hasil (+) setelah ditambahkan dengan indicator metil red, terbentuknya cincin merah, media
berubah tidak berubah. Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan
asam formiat) oleh bakteri.
2. VP : Hasilm Negatif (-) setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak
berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
5. Urea
Hasil Negatif (-) pada Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia
dengan terbentuknya warna merah karena adanya indicator phenol red.
1.Gula-gula :
Hasil positif (+) (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan adanya perubahan warna indicator
yang terdapat dalam media ini. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh
di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam.
Kerangka Konsep
Sampel ( Darah )
BHIB
BAP
Pewarnaan Gram
Pembacaan Hasil
Pemusnahan
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun
seperti buah anggur.Ukuran Staphylococcus aureus berbeda beda tergantung pada media pertumb
uhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus aureus memiliki diameter 0,5-1,0
mm dengan koloni berwarna kuning. Staphtlococcusaureus tumbuh dengan optimum pada suhu
37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Staphylococcus aureus merupakan mikroflora normal
manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S.
aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu
sehat biasanya hanya berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang
melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :
3. Memperhatikan reagen yang akan digunakan.masih dapat diguanakan atau suadah rusak.
1. http://rockapolka.blogspot.com/2012/05/staphylococcus-aureus.html
1.2. http://gapai-angan.blogspot.com/2013/02/isolasi-dan-identifikasi-
staphylococcus_9078.html
3. http://randanpasiga.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum- bakteriologi_11.html
4. http://mazzagus.blogspot.com/2011/12/makalah-staphylococcus-sp.html
5. http://nastyaka-pharmacyandhealthy.blogspot.com/2010/06/tinjauan-
bakteri-staphylococcus.html
6. http://www.totalkesehatananda.com/infeksistaph1.html
7. http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/isolasi-dan-identifikasi- bakteri.html