Anda di halaman 1dari 81

http://gapai-angan.blogspot.co.

id/2013/02/isolasi-dan-
identifikasi-staphylococcus_9078.html

Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus Aureus

LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal Praktikum : 9-12 Januari 2013
Judul Praktikum : Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus
Dasar Teori :

Tinjauan Umum Staphylococcus


Staphylococcus berasal dari kata staphylos berarti kelompok buah anggur dan coccus berarti
bulat.Kuman ini sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.Pada
tahun 1880; Pasteur mengenal mengisolir micrococcu yang membentuk kelompok.Pada tahun 1881;
Oyston berhasil mengisolir micrococci dari abces. Pada tahun 1884; Rosenbach untuk pertama
kalinya mempelajari Staphylococcus secara mendalam sehingga berhasil mengenal varietas aureus,
albus dari micrococcus pyogenes.
Klasifikasi Staphylococcus (www.wikipedia.org)
Kingdom : monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Sthapylococcacae
Genus : Staphyloccocus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
Morfologi
Bentuk: bulat, ukuran 1 mikron. Tidak membentuk spora. Tidak mempunyai flagela. Letak sel
satu sama lain yang karakteristik bergerombol seperti buah anggur. Sifat karakteristik ini dipakai
sebagai pemberian nama Staphylococcus. Tetapi kadang-kadang ada yang letaknya tersebar atau
terpencar. Pengelompokan ini akan terlihat baik pada pengamatan penanaman dalam media padat.
Pasangan atau rantai pendek lebih sering terlihat dalam smear nanah dan kultur dalam kaldu. Sifat
pewarnaan: pada kultur muda bersifat Gram (+), sedang pada kultur tua bersifat Gram (-).
Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu normal (37 0), dan biasanya
bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus, basah, menonjol dengan tepi bulat
dan berwarna, yaitu pada varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna kuning jernih dan
varietas aureus berwarna kuning emas.

Fisiologi dan morfologi


Micrococci tumbuh paling baik pada suhu 220 – 370. Umumnya dapat tumbuh dalam
lingkungan aerob maupun anaerob. Produksi warna terlihat baik pada situasi aerob dan terlihat
paling baik pada kultur yang tumbuh pada suhu rendah. Produksi toksin pada semua strain terlihat
pada penanaman dalam media sederhana yang berisi asam-asam amino, garam glukosa dan faktor
pertumbuhan yaitu thiamin dan asam nicotinat. Dalam garis besarnya strain aureus lebih aktif
metabolismenya dari pada strain albus. Dalam media kaldu yang berisi dekstrosa, sukrosa, maltosa,
dan manitol akan terjadi pemecahan karbohidrat menjadi asam tanpa gas.
Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat poogenik. Untuk
pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces
diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara
kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari staphylococcus
adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan
kemampuan untuk berkembang biak.
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
 Dapat menghemolisa eritrosit
 Menghasilkan koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
 Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit ialah
Staphylococcus aureus.
Staphylococcus nonpatogen bersifat:
 Non hemolitik
 Tidak menghasilkan koagulasi
 Koloni berwarna putih
 Tidak memecah manitol
Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan sekitarnya,
perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan disitu bersifat menahun, misalnya
sampai pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat
sampai ke paru-paru, selaput otak dan sebagainya.
Toksin dan Enzim
Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan
menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat
tersebut ialah:
1. Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari kuman dengan jalan
menyaring kultur.
Bahan ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan
dapat menimbulkan kematian dan nekrose kulit.
Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal dalam beberapa jenis:
molisin : ialah putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh
darah.
emolisin : ialah suatu putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit kelinci)
dalam 1 jam pada suhu 37o
Gama hemolisin : bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya dan terbentuk toksoid
yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya
tidak ternilai.
2. Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang bersifat membinasakan atau
mematikan leukosit dari berbagai macam spesies binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih
termolabil daripada eksotoksin.
3. Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis Staphylococcus tertentu, terutama bila
ditanam pada media setengah padat dengan konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).

Sifat-sifat enterotoksin:
 Bersifat antigen
 Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
 Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala berupa: lesu, kejang
perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan makanan yang
mengandung enterotoksin.
4. Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat mengendapkan plasma
sitrat atau plasma oksalat. Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini.
5. Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
 Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
 Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
 Hialuronidase
 Proteinase
 Lipase
Pemeriksaan Laboratoris
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam
cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
 Nanah
 Darah
 Cairan otak
 Usapan luka
Cara pemeriksaan
1. Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan. Dapat dipakai zat
warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara
mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang non patogen.
2. Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni.
Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi.
Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3. Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan Staphylococcus
dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi
perjendelan berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase. Semua staphylococcus
aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus
albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
4. Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 % manitol + phenol merah
(sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24 jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning;
karena terbentuk asam.
Pengobatan
Obat-obatan antibiotika mempunyai khasiat yang baik terhadap staphylococcus secara
invitro. Tetapi secara invivo sering obat tersebut tidak dapat menerobos dinding fibrin untuk mencapai
daerah pusat infeksi. Oleh karena itu dalam pengobatan disamping pemberian obat perlu adanya
drainase (pengaliran) atau insisi (penyedotan).
Epidemi dan pengawasan
Sumber infeksi staphylococcus adalah kulit, saluran pernafasan, hasil muntahan. Infeksi
staphylococcus di rumah sakit lebih membahayakan, sebab staphylococcus yang berasal dari
petugas rumah sakit, dan para penderita biasanya sudah kebal (resisten) terhadap beberapa
antibiotika. Kebersihan dan pengaturan pencegahan infeksi yang baik akan mengurangi meluasnya
infeksi ini. Kamar bersalin, kamar operasi harus dijaga kemungkinan adanya kuman ini dengan
pemberian desinfektan secara teratur serta penyinaran.
Alat dan Bahan :

Bahan Media :

a) Media BA
b) Urea
c) LIA
d) Laktosa
e) Sukrosa
f) Glukosa
g) Simon Citrat
h) MIO
i) Mr
j) VP
k) Pewarnaan Gram
l) Manitol
m) Maltosa
n) Malonet
o) Media KIA
p) Staphylococcus

Alat :
a) Ose / nal
b) Bunsen
c) Inkubator
d) Rak Tabung
Cara Kerja :
Hari ke-1
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil spesimen bakteri dengan ose yang telah difiksasi kemudian tanam pada
media BA dengan cara siksak.
3. Simpan di inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.
Hari ke- 2
1. Ambil media bakteri yang telah tumbuh dari inkubator
2. Sterilisasikan nal kemudian ambil media KIA
3. Setelah nal dingin, ambil koloni bakteri yang sendiri tanam pada media KIA yang
telah sediakan dengan cara sigsag.
4. Simpan kembali pada inkubator pada suhu 370 C selama 24 jam
5. Ambil koloni pada media KIA kemudian buat sediaan preparat kemudian lakukan
pengecatan gram dan lihat dimikroskop.
Hari ke- 3
1. Siapkan media tes biokimia
2. Ambil media KIA yang bakterinya telah tumbuh dari inkubator
3. Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media urea agar kemudian ambil bakteri pada
media KIA kemudian tanam pada media urea agar dengan cara sigsag.
4. Fiksasi ose / nal,Setelah dingin ambil media Simon Citrat kemudian ambil bakteri
pada media KIA kemudian tanam pada media Simon Citrat dengan cara sigsag.
5. Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media MIO kemudian ambil baktri pada medi
KIA kemudian tanam pada media MIO dengan cara menusuk hingga dasar tabung.
6. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media MR kemudian ambil bakteri pada media KIA
kemudian tanam pada media MR dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
7. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media VP kemudian ambil bakteri pada media KIA
kemudian tanam pada media VP dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
8. Fiksasi nal,Setelah dingin ambil media LIA kemudian ambil bakteri pada media KIA
kemudian tanam pada media LIA dengan cara sigsag dari dalam ke luar kemudian
tusuk hingga dasar tabung.
9. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Glukosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Glukosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
10. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Laktosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Laktosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
11. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Sukrosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Sukrosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
12. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Maltosa kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Maltosa dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
13. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Manitol kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Manitol dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
14. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Malonet kemudian ambil bakteri pada media
KIA kemudian tanam pada media Malonet dengan cara disuspensi pada pinggir
tabung.
15. Kemudian simpan di inkubator pada suhu 370 C selama 24 jam.

Hari ke- 4
1. Baca hasil pemeriksaan tes biokimia.
Media Test Hasil Reaksi/Spesimen Bakteri
Acid/Acid, Gas : Negatif, H2S : Negatif
KIA/TSIA
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
Urea Agar + -
Simon Citrat - -
MIO +,-,- +,-,-
Methil Red - -
Voges Prokauer - -
Lysin Iron Agar - -
Glukosa + +
Laktosa + -
Sucrosa + +
Maltosa + +
Manitol + +
Malonet - -
Gambar Hasil.

Koloni Pada Media BA (Blood Agar)


Warna Koloni : kelabu, keruh, betha homolysis
Permukaan bakteri : cembung
Pinggir koloni : bulat rata
Ukuran koloni : sedang sampai besar

Media KIA
Media KIA yang telah ditumbuhi Bakteri Staphylococcus

Sleng/Lereng : Acid (kuning)


Battom/Dasar : Acid (kuning)
Gas : negatif
H2S : negatif

Karbon Gentian Violet

Larutan Lugol
Karbon Fuchsin

Sediaan yang telah di warnai

Bakteri Staphylococcus Aureus berwarna merah


Media Urea Agar, Simon Citrat, MIO, MR, VP, LIA

Media Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol, Malonet

Hasil pada Media Urea Agar, Simon Citrat, MIO, MR, VP, LIA
Hasil pada Media Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol, Malonet
http://analisqmateri.blogspot.co.id/2010/09/isolasi-dan-identifikasi-
bakteri.html

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus aureus


KATALASE POSITIF

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERIStaphylococcus aureus KATALASE
POSITIF ” walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.

Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesulitan-kesuliatan, namun pada
akhirnya berkat ketekuntan serta bantuan dari berbagai pihak khususnya dan takluput pula
bantuan dari rekan-rekan sekelompok, sehingga semua hambatan dapat teratasi.

Akhirnya pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Olehnya itu kritik dan saran, sangat diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ini. Dan harapan kami pemakalah semoga karya yang sangat sederhana ini
bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi luhur dari semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Amin ..... . Akhirul kalam Assalamu Alallaikum
Warahmatullahi Wabarakatu.

Kendari, Maret 2010

Pemakalah
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................ 2

C. Tujuan Penulisan.............................................................. 2

D. Manfaat Penulisan Makalah............................................. 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................ 3

A. Pengertian Bakteri Staphylococcus aureus...................... 3

B. Stuktur Metabolik ........................................................... 3

C. Isolasi Dan Diagnose....................................................... 5

D. Morfologi Staphylococcus aureus................................... 7

E. Pengujian-Pengujian Bakteri Staphylococcus aureus..... 8

F. Cara Penularan dan resistensi antibiotik......................... 11

G. Cara Pengendalian Infeksi Staphylococcus aureus........ 12

BAB III PENUTUP................................................................... 14

A. Kesimpulan ................................................................... 13

B. Saran .............................................................................. 13

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebanyakan penyakit bakerial dimulai dengan kolonisasi bakteri. Pengecualian terhadap cara
ini adalah pada bakteri yang menyebabkan penyakit dengan menghasilkan eksotoksin ketika
perkembangannya. Eksotoksin teringesti dan bertanggungjawab terhadap gejala penyakit. Bakteri
penyebab toksin merupakan salah satu bakteri yang dapat membawa dampak terhadap masalah
kesehatan dan kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh diare, nekrotik enteritis, hepatitis, dan
renitis. Untuk mendapatkan metode pengendalian dan pencegahan infeksi suatu penyakit haruslah
diketahui interaksi antara agen penyebab infeksi dengan hospes.

Masalah kesehatan sampai saat ini, merupakan masalah yang cukup serius untuk
ditangani terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Seperti halnya
bakteri Staphylococcus aureus yang banyak ditemukan padapada tubuh manusia, seperti di
ingus, dahak, tangan, kulit, luka terinfeksi, bisul dan jerawat, serta pada feses dan rambut.
Lebih jauh, keberadaan bakteri ini, justru diperkirakan terdapat pada 20 persen orang
dengan kondisi kesehatan yang tampaknya baik.

Sementara itu, makanan dapat terkontaminasi bakteri Staphylococcusini adalah


setelah proses pemasakan, dari pekerja yang terinfeksi. Adapun jenis makanan yang dapat
menjadi sumber infeksi adalah makanan hasil olahan daging/unggas, ham, krim, susu, keju,
saus, kentang, ikan dan telur masak, serta makanan dengan kandungaan protein yang
tinggi lainnya.

Secara umum, bakteri ini tidak tahan panas. Namun, racun yang dihasilkannya
sangat tahan panas, sehingga tidak dapat dihancurkan dengan pemanasan yang biasa
digunakan pada pemasakan. Bahayanya, racun tersebut biasanya tidak menyebabkan
perubahan tekstur, warna, bau, kenampakan, ataupun perubahan rasa makanan, sehingga
tidak dapat terlihat secara fisik. Kondisi seperti inilah yang sering kali mengecohkan
konsumen.
Oleh karena itu, masalah mengenai penyakit bakteri sangat perlu dilakukan suatu penelitian-
penelitian sehingga dapat mengetahui apa obat dari bakteri pathogen tersebut yang dapat merusak
kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan
“Apakah Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dapat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia?”

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme dan
dampak dari Bakteri Staphylococcus aureus bagi tubuh manuasia !

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah yang berjudul ” Identifikasi
Bakteri Staphylococcus aureus Katalasee Positif (+)”adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan wawasan kepada kami penulis dan khususnya bagi pembaca makalah ini agar
mendapat pemahaman yang cukup mengenaiBakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif (+) dan
dampak bakteri tersebut terhadap tubuh manusia ”.

2. Sebagai wahana untuk mengetahui mekanisme dari Bakteri Staphylococcus aureus Katalase Positif
(+) dalam tubuh manusia, sehingga dapat menyebabkan penyakit.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bakteri Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur.
Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila
ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni
berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering
dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat
mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.

Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease
dan lipase. Staphylococcus aureusmengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel
darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta,
gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan
eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran
pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin
merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.

B. Stuktur Metabolic

a. Metabolik eksotoksin

Kebanyakan toksin protein dipanggil eksotoksin kerana ia dibebaskan dari bakteria dan
bertindak ke atas sel hos jauh dari tempat ia dihasilkan. Enterotoksin ialah satu kumpulan eksotoksin
yang lazimnya bertindak ke atas saluran gastrousus. Kebanyakan eksotoksin dihasilkan semasa fasa
eksponen pertumbuhan dan penghasilannya adalah spesifik untuk sesuatu strain. Toksin bakteria
adalah antara racun paling kuat yang diketahui. Toksin-toksin protein mempunyai persamaan ciri
dengan enzim dan amat spesifik terhadap substrat tertentu serta mekanisme tindakan masing-
masing. Substrat ini mungkin terdiri dari komponen sel tisu, organ atau kecair tubuh

Eksotoksin bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya dapat dinetralkan oleh
antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut. Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas sitotoksik
yang sangat spesifik. Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf. Beberapa eksotoksin
yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan menyebabkan kematian (nekrosis) dari
beberapa sel dan jaringan (non spesifik) misalnya toksin yang diproduksi oleh staphylococci,
streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin dengan spektrum aktivitas yang lebar ini biasanya
merusak membran sel inang dan menyebabkan kematian sel karena terjadinya kebocoran isi
sel.Sitotoksin menyebabkan kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel inang)
b. Metabolik Endotoksin

Endotoksin adalah sebahagian dari dinding sel luar bakteria dan biasanya dikaitkan dengan
bakteria Gram negatif kerana ia membentuk komponen membran luar sel bakteria tersebut. Aktiviti
biologi endotoksin dikaitkan dengan lipopolisakarid (LPS). Ketoksikan LPS bergantung kepada
komponen lipid A dan keimunogenan bergantung kepada komponen polisakarid. Antigen dinding sel
(antigen O) bakteria Gram negatif merupakan komponen LPS. LPS sering terlibat dalam proses
patologi bakteria Gram negatif. Struktur dinding sel bakteria Gram negatif ditunjukkan dalam rajah
berikut:

Bakteria Gram negatif membebaskan kuantiti kecil endotoksin dalam bentuk larut tetapi
sebahagian besarnya tergabung kepada sel dan dibebaskan apabila sel itu menjalani lisis. Jika
dibandingkan dengan eksotoksin bakteria, endotoksin jauh kurang toksik dan kurang spesifik dalam
tindakannya (kerana ia tidak bertindak sebagai enzim). Endotoksin adalah stabil haba (30 min, 100C).

C. Isolasi Dan Diagnose

- Specimen ditanam pada media isolasi Blood Agar Plate dan mannitol Salt Agar Plate

- Masuk incubator 370 C, selama 24 jam

Hari 2 :

- Koloni yang tersangka staphylococcus dari Blood Agar Platen dan Mannitol Salt Agar dibuat
praeparat, dilakukan pewarnaan gram

- Kalau betul staphylococcus Gram (+), kemudian ditanam pada media Loeffler Serum, Nutrien agar,
D-Nase agar dan mannitol.

- Semuanya masukan ke incubator 370 C, selama 24 jam

Hari 3 :

- Diamati dan dicatat pertumbuhan di media

- Loeffler serum : berwarna kuning

- Nutrien agar :dikerjakan Coagulase test atau staphylase test


- D-Nase agar : dikerjakan D-Nase test

- Gula mannitol : asam, dikerjakan catalase test

- Kemudian hasil pengamatan media dan test-test tersebut dibandingkan dibandingkan dengan sifat-
sifat cultural dan biochemisnya serta tabel, untuk ditemukan dignosa.

Hari 4

Amati hasil media Muller Hinton agar untuk uji sensitivitas. Dan Inkubasi 370C, 24 jam
Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
- Sensitif : > 16mm
- Intermediet : > 13-15mm
- Resisten : > 13mm

SKEMA PEMERIKSAAN

BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS

SENSITIFITI TES wrn kuning muda. Tabung Na Cl 0.95% 2-3 ml dicampur dengan 2-3 ose bakteri
selanjutnya buat goresan pada media D-Nase Agar inkubsi 24 jam 37 0C. teteskan Hcl ?% 2-3 tetes
akan terjadi zona hambat

NA…….untuk pertumbuhan bakteri

D. Morfologi Staphylococcus aureus


Bentuknya bulat atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak, tidak berspora dan
gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi
karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel
induknya. Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur
optimum 37oC dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara mikroorganisme
yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15
menit.

Scientific Classificatin

Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. aureus

Bentuknya Coccus/bulat, Ukurannya berdiameter 0,8-1 µm Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol


seperti buah anggur
E. Pengujian-Pengujian Bakteri Staphylococcus aureus

a. Menggunakan Media MSA (Manitol Salt Agar)

Spesimen mula-mula ditanam pada media tryprone Hewit broth (THB), diikubasikan pada
suhu 37°C, selama 24 jam.

Koloni bakteri yang tumbuh pada media THB ditanam ulang ke Plat Agar Darah dan
diikubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni bakteri yang bersifat mukoid selanjutnya
ditanam ulang pada media manitol salt agar (MSA) pada suhu 37°C, selama 24 jam. Adanya
koloni S. aureus ditandai dengan perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning.

b. Uji Katalase

Selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif) mikroorganisme yang menghasilkan


peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang sangat beracun. Senyawa ini dalam
jumlah besar dapat menyebabkan kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihailkan oleh
mikroorganisme aerobik fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi
aerobik

Satu ose dari koloni berwarna kuning dari media MSA dicampur dengan enzim katalase
pada kaca objek. Adanya S. aureus ditandai terbentuknya gelembung gas
c. Uji Koagulase Plasma

Satu mililiter plasma darah kelinci dalam tabung reaksi dicampur dengan 1 ose koloni
bakteri, diinkubasikan pada 370C selama 24 jam. Staphylococcus aureus akan meng-gumpalkan
plasma darah kelinci.

d. Penentuan Aktivitas Hemolisin

Staphylococcus aureus ditanam pada plat agar darah (agar base, Oxoid, Jerman), dan
selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC. Adanya aktivitas hemolisin ditandai
dengan adanya zona hemolisis pada plat agar darah . Staphylococcus. aureus yang menghasilkan
alfa-hemolisin akan membentuk zona terang di sekitar koloni, yang menghasilkan beta-
hemolisin akan membentuk zona agak gelap di sekitar koloni, dan yang menghasilkan gama-
hemolisin tidak membentuk zona hemolisis di sekitar koloni. Sementara itu, kuman yang
memproduksi kombinasi alfa-dan beta-hemolisin akan tampak zona gelap dan terang di sekitar
koloni.

e. Uji Hidrofobisitas

Bakteri ditanam dalam 5 ml kaldu Brain infusión (BHI) dan diinkubasikan pada 37ºC selama
24 jam. Kultur bakteri kemudian divortex, dipindahkan kedalam tabung sentrifus dan disentrifus 5
menit pada kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, dan pellet dicuci 3 kali dengan PBS.

Pellet bakteri disuspensikan dengan larutan BaSO4, konsentrasi 10 8 sel bakteri per
ml. Sebanyak 50 µl suspensi bakteri dicampur dengan 50 µl Amonium Sulfat dengan konsentrasi
1,2M, 1,6, 2M, 2,4M dan 3,2M pada objek glas, dan diaduk dengan tusuk gigi steril. Uji hidrofobisitas
dinyatakan positif bila terjadi agregasi bakteri yang tampak seperti pasir putih setelah campuran
diaduk

f. Uji Hemaglutinasi

Darah kelinci yang diambil dengan antikoagulan 0,2 M sodium sitrat pH 5,2, disentrifus
dan dicuci dua kali dengan 0,15 M NaCl. Suspensi sel darah merah 2% dibuat dalam larutan 0,15
M NaCl. Sebanyak 20 µl suspense bakteri yang mengandung sekitar 109bakteri/ml dalam 0,15 NaCl
dicampur dengan 20 µl suspensi sel darah merah kelinci 2% di atas gelas obyek. Gelas objek
digoyang selama 30 detik dan reaksi hemaglutinasi diamati
Tingkat hemaglutinasi dinyatakan sebagai berikut: reaksi kuat, reaksi sedang

F. Cara Penularan dan resistensi antibiotik

a. Cara Penularan

Staphylococcus aureus banyak bakteri yang dapat hidup di tubuh orang. Banyak orang yang sehat
membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi. Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita
terdapat bakteri Staphylococcus aureus. Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa
menyebabkan infeksi. menyebabkan infeksi. Ini dikenal sebagai koloni bakteri. Jika sengaja
dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit dan tidak
membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan
masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)

Penularan terjadi karena mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksin


staphylococcus. terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan baik
ataupun karena proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut
seperti pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan
tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi,
makastaphylococcus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan memproduksi toksin
tahan panas.
Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan tercemar sampai dengan timbulnya
gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4
jam

b. Resistensi Antibiotik

Strain staphylococcus aureus yang multiresisten telah banyak dilaporkan dengan frekuensi
peningkatan resistensi yang cukup tinggi termaksud resisten terhadap methicillin, lincosamide,
macrolide, aminoglikosida, atau kombinasi dari berbagai antimikroba

MRSA (Methicillin-Resistant-Staphylococcus aureus) adalah penghambat Staphylococcus


aureus yang bersifat pekah terhadap methicillin dan berhubungan beta-lactam zat antibiotic (
penisilin, oxacillin, amoxacillin). MRSA sudah meningkatkan resistant yang tidak hanya ke beta-
lactam zat antibiotic, tetapi beberapa kelas zat antibiotic lainya. Beberapa MRSA adalah bersifat
resistan untuk satu atau dua antibiotic yang mencangkup vancomycin. VRSA ( Vancomycin-Resistant
Staph aureus) atau VRSA adalah dapat memberikan zona hambat pada pertumbuhan bakteri S.
aureus

Table . MIC50 and MIC90 of staphylococcal antibiotics against community-acquired methicillin


resistant Staphylococcus aureus (CA-MRSA) from Europe (46 isolates), United States (22 isolates), and
Oceania (13 isolates)

Isolates from Europe Isolates from United States and Oceania

Antibiotics MIC50 mg/L MIC90 mg/L Range mg/L MIC50 mg/L MIC90 mg/L Range mg/L

Benzyl-penicillin 8 8 0.25-8 16 16 4-32

Oxacillin 16 32 4-64 64 64 16-64

Kanamycin 128 128 128 2 2 2

Tobramycin 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

Gentamicin 1 1 0.5-1 1 1 0.5-2

Erythromycin 0.5 128 0.25-128 0.25 0.5 0.25-128

Lincomycin 0.5 0.5 0.5-32 0.5 0.5 0.25-32

Pristinamycin 0.5 0.5 0.12-1 0.5 0.5 0.12-1

Tetracycline 16 16 0.25-16 0.25 0.25 0.25-32


Minocycline 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

Chloramphenicol 4 4 4-8 4 8 4-8

Ofloxacin 0.12 0.12 0.12-0.5 0.12 0.25 0.12-1

Fusidic acid 4 4 0.12-64 0.12 0.12 0.12

Vancomycin 0.5 0;5 0.5-1 0.5 0;5 0.5-1

Teicoplanin 0.5 0.5 0.25-0.5 0.25 0.5 0.25-0.5

Fosfomycin 2 2 0.25-2 1 2 0.25-2

Rifampin 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12

Co-trimoxazole 0.5/9.5 0.5/9.5 0.5/9.5 0.5/9.5 0.5/9.5 0.5/9.5

Linezolid 0.5 1 0.25-1 0.5 1 0.25-1

Mupirocin 0.12 0.12 0.12-8 0.12 0.12 0.12

G. Cara Pengendalian Infeksi Staphylococcus aureus

Untuk pengendalian Staphylococcus aureus ( mencakup MRSA) melalui human-to-human,


walaupun beberapa dokter hewan sudah menemukan yang dapat menyebabkan infeksi ke host,
dengan pencemaran lingkungan. Penekanan pada cuci tangan basis dasar teknik kemudian efektif
mencegah transmisi Staphylococcus aureus. Penggunaan sarung tangan dapat sehingga mengurangi
kontak skin-to-skin.

Penggunaan Alkohol telah terbukti sanitizer melawan MRSA. Quaternary ammonium dapat
digunakan bersama dengan alkohol untuk membersihkan dan mencegahan infeksi nosocomial.
Nonprotein amino L-Homoarginine asam adalah suatu penghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus seperti halnya Candida albicans, hal ini diasumsikan untuk;menjadi suatu antimetabolite
arginine. BBC melaporkan bahwa suatu penyemprotan alat penguap beberapa kotoran minyak (
mencakup pohon teh oil) ke dalam atmospir mengurangi 90% peningkatan bakteri di udara dan
mengendalikan MRSA yang dapat menyebabkan infeksi/peradangan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur.
Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila
ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcusmemiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni
berwarna kuning

B. Saran

Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
memerlukan.

Daftar Pustaka
Anonim. 2003. Bakteriologi Medik. Malang. FK Universitas Brawijaya, Tim Kikrobiologi FK UNIBRAW

Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Purwokerto. Laborataorium Mikrobiologi Fakultas
Biologi

Gerard Bonang dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik.
Jakarta. PT Gramedia

Hera Noviana. 2004. Monitoring Resistensi Methallicin- Resistant S. aureus (MRSA) Terhadap Golongan
Qinolone Di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. Jakarata

http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase positif.co.id. PDF


Jerome Etienne. 2003. Community Acquired Methicillin ResisitantStaphylococcus auraus (CA-MRSA)

http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase positif.co.id. PDF

Soemarno. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta. Depdikna

http://t3leporters.blogspot.co.id/2014/01/identifikasi-staphylococcus.html

IDENTIFIKASI STAPHYLOCOCCUS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di
darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan
prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau
mikroskopik(http://makalah biologiku.com).

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat


dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit
yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat
mencemari makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya,
membuat makanan tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.

Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya
yang penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi
mencapai keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh
dan berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan
biasanya tumbuh bersama dengan flora normal (misalnyaStreptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus). Ada beberapa bakteria yang sudah jelas patogen
(misalnya Salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang
merupakan “pembawa” bakteri (Brooks, dkk 2005).

Bakteri kelompok Staphylococcus sp. merupakan bakteri gram positif yang


dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada saat system imun menurun maka bakteri ini
akan masuk ke dalam tubuh baik melalui mulut, inhalasi,maupun penetrasi kulit. Jika bakteri
ini masuk ke dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya maka akan
merusak organ-organ tubuh tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit.
Misalnya Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit infeksi pada folikel rambut
dan kelenjar keringat, meningitis, endocarditis, pyelonephritis, dan osteomyelitis (Entjang,
2003).

Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan bahan pemeriksaan/ sampel, yang


wujudnya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan
penyakit tersangka (Departemen Kesehatan R.I, 1989).

Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia


maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen yang diperoleh dari
tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri. Specimen yang biasa digunakan
sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan,
eksudat atau pus dari abses, dan darah.

Salah satu hal yang sering dilakukan petugas laboratorium adalah pemeriksaan
bakteri, dimana salah satu tahapannya adalah perbenihan bakteri. Tujuan dari perbenihan
bakteri antara lain untuk mencari bakteri penyebab suatu penyakit, mencari obat yang dapat
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, mempelajari sifat-sifat bakteri lebih
mendalam dari setiap jenis bakteri, serta untuk pembuatan antibiotic.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi


bakteri Staphylococcus sp. dalam sampel yang digunakan yaitu swab mata. Selain itu,
praktikum juga dimaksudnkan untuk mengetahui jenis dari bakteri Staphylococcus sp. dalam
sampel.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan


mengidentifaki bakteriStaphylococcus sp. dalam swab mata dan penyakit-penyakit yang
ditimbulkannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Staphylococcus sp.

Ordo : Eubacteriales

Family : Micrococceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus citerus

Staphylococcus albus

Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus saprophyticus

2.2 Morfologi

Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1 µm yang


tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan
berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Staphylococcus bersifat nonmotil dan tidak
membentuk spora. Dibawah pengaruh obat seperti penisilin, Staphylococcus mengalami lisis
(Brooks, dkk, 2005).

Staphylococcus adalah bakteri coccus gram positif, yang cenderung muncul


bergerombol menyerupai seikat anggur. Nama Staphylococcus berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari kata staphyle dan kokkos, yang masing-masing berarti ’seikat anggur’ dan
’buah berry’. Kurang lebih terdapat 30 spesies Staphylococcus secara komensal terdapat di
kulit dan membran mukosa; beberapa diantaranya dapat bersifat patogen oportunis
menyebabkan infeksi pyogenik (Quinn,dkk,2002).

2.3 Biakan Identifikasi

Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah


suasana aerobic atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur37ºC namun
pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperature kamar (20-35ºC). Media yang
sering digunakan adalah sebagai berikut (Soemarno, 1962);

1) Nutrient Agar (NA)

Biasanya koloni Staphyloc occus yang tumbuh pada media ini berwarna putih sampai
kuning, smooth, tumbuh subur dan memiliki elevasi yang datar atau keping.

2) Blood Agar Plate (BAP)

Koloni Staphylococcus yang tumbuh pada media agar darah berukuran sedang-besar,
smooth, memiliki elevasi datar atau keping, haemolytis atau anhaemolytis. Pada umumnya
koloniStaphylococcus berwarna putih sampai kuning, tetapi ada beberapa spesies yang
memberikan warna tersendiri, koloni Staphylococcus aureus berwarna kuning emas,
koloni Staphylococcus citreus berwarna kuning jeruk, sedangkan
koloni Staphylococcus albus berwarna putih.

3) Manitol Salt Agar (MSA)

Koloni yang tumbuh berukuran kecil-sedang , smooth, koloni berwarna kuning dengan zone
yang berwarna kuning juga.

4) Uji biokimia

Uji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang biasa
dilakukan diantaranya:

 TSIA (Tripel Sugar Iron Agar)

Digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif batang, untuk melihat kemampuan meragi
glukosa dan sukrosa atau laktosa.

 Fermentasi karbohidrat/gula-gula
Uji gula-gula dilakukan untuk menentukan kemampuan dari bakteri untuk menfermentasikan
beberapa jenis gula-gula seperti glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa.

 MR/VP (methyl red /voges proskauer)

Uji ini dilakukan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan
produk-produknya dari hasil fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem buffer
dan menentukan organism yang menghasilkan prosuk netral (asetil metal karbinol atau
aseton) dari hasil fermentasi glukosa

 SIM(sulfur, indol, motility)

Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan pembentukkan gas H2S

 Simon Citrate (SCA)

Uji ini dilakukan untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon

2.4 Gejala Klinis

Di alam, bakteri ada di mana-mana. Pada tanah, air dan pada debu-debu di
udara. Pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas sebagai penghuni tetap (flora normal)
yang sewaktu-waktu dapat masuk ke dalam jaringan tubuh bila kulit luka atau daya tahan
tubuh menurun (dr. Indan, 2003).

Staphylococcus sp merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara


mikroorganisme yang tidak berspora, tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit, tahan
terhadap fenol selama 15 menit.

Staphylococcus sp. dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksinya


akan lebih berat bila menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan
tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes melitus, luka bakar dan AIDS.

Staphylococcus sp khususnya S. epidermis adalah anggota flora normal pada


kulit manusia, saluran respirasi dan gastrointestinal. Pengidap (carrier) S. auereus pada
nasal adalah sebanyak 40-50 % dari populasi. Staphylococcus juga ditemukan pada
pakaian, sprei, dan benda lain di linkungan manusia (Brook, dkk, 2005).

Pada Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi pada folikel rambut,


kelenjar keringat, luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis, osteomyelitis
dan pneumonia. Sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan nosocomial infections pada
bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi
oleh personil rumah sakit. PadaStaphylococcus pyogenes penyakit yang ditimbulkannya
antara lain sepsis puerperalis (sepsis pada masa nifas), tonsilitis, acute glomerulonephrytis,
pharyngitis, peritosillar abses, otitis media, pneumonia dan peritonitis (dr. Indan, 2003).

Kemampuan patogenik Staphylococcus aureus tertentu merupakan gabungan


efek factor ekstraseluler dan toksin serta serta sifat invasive strain tersebut. Salah satu akhir
spectrum penyakit olehStaphylococcus adalah keracunan makanan akibat mengkonsumsi
makanan yang mengandung enterotoksin, sedangkan bentuk akhir lainnya adalah
bakteremia Staphylococcus dan abses yang tersebar di semua organ.

Staphylococcus saprophyticus dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada


wanita muda, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit,
saluran pernapasan, dan saluran pencernaan (Jawetz, dkk, 2007).

2.5 Antigen

Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein seperti zat lain


yang penting dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang
mengandung subunit-subunit yang bergabung memberikan eksoskeleton yang kaku dari
dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau paparan terhadap lisozim. Ini penting
dalam pathogenesis infeksi: Infeksi akan merangsang pembentukan interleukin-1(pirogen
endogen) dan antibody opsonin oleh monosit; dan ini dapat menjadi penarik kimiawi bagi
lekosit polimorfonuklear, mempunyai aktivitas seperti endotoksin dan mengaktivasi
komplemen.

Asam teikoat, yang merupakan polimer gloserol atau ribitol fosfat, diikat
kepeptidoglikan dan dapat menjadi antigenic Antibodi asam inti anti teikoat yang dapat di
deteksi melalui difusi gel dapat ditemukan pada pasien dengan endikarditis aktif yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur S. aureus yang


bias mengikat kebagian Fc molekul IgG kecuali IgG3. Meskipun IgG terikat pada protein A,
namun fragmen Fab tetap bias bebas berikatan dengan antigen spesifik.

Beberapa galur S. aureus mempunyai kapsul yang menghambat fagositosis oleh


lekosit polimorfonuklear kecuali jika terdapat antibody spesifik. Sebagian besar galur S.
aureus mempunyai koagulase atau factor penggumpalan pada permikaan dinding sel; ikatan
koagulase secara non enzimatik pada fibrinogen, menyebabkan agregasi pada bakteri.

Bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan,
eksudat atau pus dari abses, dan darah. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan
pewarnaan gram, perbenihan pada medium Blood Agar Plate (BAP), Manitol Salt Agar
(MSA). Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram, tes biokimia, dan
penentuan tipe bakteriofag (Arnas, 2009).
2.6

Kerangka Identifikas
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

 Objek Glass

 Ose bulat dan ose lurus

 Lampu spiritus

 Bak pewarnaan

 Tabung reaksi

 Mikroskop

 Pipet tetes

 Incubator

 Korek gas
3.1.2 Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

a) Reagen

- Sampel (swab mata)

- NaCl 0,9 %

- H2O2

- Plasma Citrat

- KOH 10%

- Safranin

- CGV (Carbol Gentian Violet)

- Alcohol 96%

- Lugol

- Indicator methyl red

- α- naftol

b) Media

- Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)

- Media TSB

- Media BAP (Blood Agar Plate)

- Media NA (Nutrien Agar)

- Media MSA (Manit Salt Agar)

- Media SIM (Sulfur Indol Motility)

- Media Urea

- Media MR/VP
- Media SCA (Simon Citrat Agar)

- Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan manitol)

3.2 Metode Kerja

Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Staphylococcus sp. adalah sebagai


berikut :

Hari pertama (I)

Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB dan TSB.

1) Cutton bath yang telah diusapkan pada sampel dimasukkan dalam media BHIB dan TSB.

2) Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.

Hari Kedua (II)

1) Lakukan pewarnaan gram

 Ambil suspensi bakteri pada BHIB dan TSB menggunakan ose steril.

 Buat apusan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering, fiksasi
sediaan.

 Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air mengalir.

 Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.

 Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.

 Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.

 Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.

2) Penanaman pada media selektif BAP, MSA dan NA.

 Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB atau TSB lalu goreskan
dipermukaan media BAP, MSA, dan NA.

 Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.

Hari Ketiga (III)

 Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media MSA,
BAP, dan NA
 Dari koloni yang sama diambil dengan menggunakan ose steril lalu diuji dengan plasma
citrate. Koloni ditambahkan dengan plasma citrate (Natrium citrate 1 ml + darah 4
ml/dicentrifuge).

 Dari koloni yang sama diambil dengan ose steril lalu dilakukan ter katalase. Tetesi objek
glass degan H2O2 lalu tambahkan koloni dan homogenkan.

 Penanaman pada media TSIA.

 Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam dengan suhu
37˚C.

Hari keempat (IV)

 Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media TSIA.

 Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan menggunakan ose lurus (nahl)
ambil koloni bakteri pada TSIA dan tanam pada SIM, urea, MR/VP, SCA, glukosa, laktosa,
sukrosa, maltose dan manitol.

 Semua media yang sudah ditanami dengan bakteri di incubator selama 18-24 jam pada
suhu 121˚C.

Hari kelima (V)

Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, MR/VP, urea, glukosa, laktosa,
maltose, sukrosa, dan manitol.

 Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covac’s 2-3 tetes.

 Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.

 Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.

Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis bakteri.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan

Hari kedua (II)

 Hasil penanaman pada media BHIB dan TSB

BHIB

 Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan sampel pada suspense bakteri
BHIB dan TSB didapatkan bakteri gram positif (ungu) berbentuk coccus yang bergerombol
seperti anggur.
Hari ketiga (III)

NA MSA

BAP
Uji plasma
coagulase

Uji Katalase

Hari keempat (IV)

Lereng : alkali (merah)

Dasar : acid (kuning)

H2S : (-)

Gas : (-)
Hari kelima (V)
Glukosa : Positif (+)

Sukrosa : Positif (+)

Laktosa : Negatif (-)

Fruktosa : Positif (+)


UREA MR VP SIM

4.2 Pembahasan

Hari kedua (II)

 Terjadi kekeruhan pada media BHIB dan TSB yang memandakan adanya pertumbuhan
bakteri pada media tersebut.

 Bakteri berbentuk coccus bergerombol yang artinya bakteri yang didapatkan adalah
Staphylococcus. Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena berwarna
ungu, artinya nakteri mampu mengikat zat warna CGV dan mampu mempertahankan warna
ungu sehingga tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol 96%.

Hari ketiga (III)

 Media

a) MSA : koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya menandakan
bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah indicator yang
terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam. MSA ini
merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.

b) BAP : koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu
melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas,
sehingga sulit untuk menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam
pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia sebagai
alternative.

c) NA : koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup subur
dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.
 Uji Plasma coagulase

Pada uji plasma coagulasi menunjukkan hasil positif sebab terdapat gumpalan pada saat
mencampurkan koloni bakteri dengan plasma citrate.

 Uji katalase

Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji.
Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O
dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang
dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel
mikroba

Bakteri katalase positif seperti bisa menghasilkan gelembung-gelembung oksigen karena


adanya pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh
bakteri itu sendiri. Komponen H2O2 ini merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri,
misalnya S. aureus, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan
bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri. Oleh karena itu, komponen ini harus
dipecah agar tidak bersifat toksik lagi. Pada tes ini, hasil yang didapatkan adalah posiitif.

Hari keempat (IV)

 Dasar pada media TSIA mengalami perubahan dari warna merah menjadi warna kuning.
Hal tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa pada media
sehingga terbentuk suasana asam. Sedangkan pada lereng media tidak mengalami
perunahan (tetap berwarna merah) . hal tersebut menandakan bahwa bakteri tidak mampu
menfermentasikan laktosa atau sukrosa atau keduanya sehingga tidak tercipta suasana
asam.

 Tidak ada endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri tidak memiliki
enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino dengan gugus
samping –SH sehingga akan menghasilkan H2S yang bereaksi dengan FeSO4 dan
membentuk endapan hitam FeS.

 Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri mampu
menghasilkan gas. Namun pada media ini gas bersifat negative karena tidak terbentuk gas.

Hari kelima (V)

 Gula-gula

Hasil positif didapatkan pada glukosa, sukrosa, dan fruktosa dengan adanya perubahan
warna indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan
warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu
memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam. Namun pada laktosa, tidak
terjadi reaksi apapun karena bakteri tidak mampu meragikan gula dari laktosa tersebut.
 SIM :

- S (sulfur) : Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada
hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini
menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung
dalam media SIM.

 I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini
ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada
permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari
asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu
menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan
sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat
disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai
sumber carbonnya.

 M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar
tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi
solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri
mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.

 Urease : hasil yang didapatkan adalah positif sebab terjadi perubahan warna dari warna
kuning ke merah muda. Artinya bakteri dapat menghidolisis urea yang membentuk ammonia
dengan perubahan warna merah muda karena adanya indicator phenol red.

 MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah
(positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam
formiat) oleh bakteri.

 VP : setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak berubah
(negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan seperti pewarnaan gram,
penanaman pada media selektif, penanaman pada media diffrensial, penanaman pada
media biokomia dan gula-gula, tes plasma citrate dan tes katalase dapat disimpulkan bahwa
bakteri yang terkandung dalam sampel swab mata yang diperiksa mengadung
bakteri Staphulococcus aureus.

5.2 Saran
Tubuh manusia merupakan media pertumbuhan mirroorganisme seperti bakteri yang
paling baik. karena hal tersebut, tubuh manusia menjadi sumber penularan penyakit yang
paling besar. Meskipun bakteri Staphylococcus sp. termasuk dalam flora normal pada tubuh
manusia buka berarti bakteri ini bisa diabaikan begitu saja. Pertumbuhan dan kondisis yang
kurang baik akan membuat bakteri ini menjadi flora normal yang pathogen dan berbahaya
bagi kesehatan.

Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat
tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond,
dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga
sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.

Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan
lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa
ditanggulangi.
Diposkan 8th January 2014 oleh Zamzam Barcelona Teleporters

http://wwwsahib.blogspot.co.id/2015/04/makalah-staphylococcus-aureussahib.html

makalah /Staphylococcus/ aureus/sahib

Staphylococcus aureus

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Staphylococcus aureus merupakan penyebab penting penyakit pada manusia. Dalam


keadaan normal terdapat di saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna dan
vagina. Staphylococcus aureus dapat dihembuskan dari saluran pernafasan atas pada waktu bersin,
benda-benda mati, debu dinding dan lantai ruangan dapat menjadi sumber penularan ke orang
lain. Staphylococcus aureus dapat ditularkan melalui tangan pengidap yang bergejala. Pegawai di
rumah sakit adalah yang terutama paling mungkin menularkan cara ini. Orang yang sehat juga
dapat menyebarkan Staphylococcuse aureus kulit dan pakaiannya sendiri dengan cara bersin atau
melalui tangan yang terkontaminasi.

Staphylococcus Aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning,
bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm.S. aureus tumbuh dengan optimum pada
suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam.S. aureus merupakan mikroflora normal
manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S.
aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu
sehat biasanya hanya berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang
melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakansteroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan
pembentukan abses.

Staphylocccus aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit supuratif dengan permukaan
kulit sebagai habitat alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka
bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat infeksi sistemik. Infeksi
oleh bakteri menimbulkan peradangan disertai rasa sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu
adanya suatu tindakan untuk mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta
penyebaran bakteri.

Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat yang berat. Sendi prostetik
menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk arthritis septik, dan endokarditis
staphylococcal (infeksi pada katup jantung) dan pneumonia, yang dapat dengan cepat menyebar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemeriksaan Staphylococcus aureus pada sampel darah?

2. Bagaimana hasil identifikasi Staphylococcus aureus ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaan Staphylococcus aureus.

2. Untuk mengetahui hasil identifikasi Staphylococcus aureus pada sampel darah.

D. Manfaat Praktikum

1.Manfaat Praktis

Dari praktikum dan dengan pembuatan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pembaca sebagai tambahan referensi sehingga dapat menambah keterampilan di bidang
mikrobiologi khususnya mengenai teknik identifikasi Staphylococcus aureus pada sampel darah.

2. Manfaat Teoritis

a) Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam teknik identifikasiStaphylococcus aureus pada sampel


darah.

b) Menjadi referensi di bidang ilmu mikrobiologi mengenai teknik identifikasi Staphylococcus


aureus pada sampel darah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi

Genus Staphylococcus aureus mencakup 31 spesies.Kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal


di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme lainnya.Mereka juga menjadi mikroba
tanah.Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.

Kerajaan : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Cocci

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Aureuses

Spesies : Staphylococcus aureuses

2. Morfologi

Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang
tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan bakteri
coccus yang lain yaitu :

1. Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.

2. Warna koloni putih susu atau agak krem

3. Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.


4. Bersifat fakultatif anaerobic

5. Pada umumnya tidak memiliki kapsul

6. Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)

7. Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)

8. Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik

9. Menghasilkan katalase

10. Tahan terhadap pengeringan, painas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %

11. Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu seperti Hexachlorophene
3%.

12. Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat alamiahnya adalah pada
permukaan epitel golongan primate/mamalia.

Berikut gambar nya :

3. Sifat-sifat Biologi

Staphylococcus Aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease
dan lipase. Staphylococcus Aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel
darah merah.Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus Aureus adalah haemolysinalfa, beta, gamma,
delta danapsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksindan eksfoliatin.

Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang


mempengaruhi saluran pencernaan.Leukosid ini menyerangz leukosit sehinggah daya tahan tubuh
akan menurun.Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit
terkena luka bakar.(Boyd, 1980; Schlegel, 1994).Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus
Aureusadalah 35o – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat
tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8
hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.

Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir
pertumbuhannya dengan adanya thiamin.

Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.Untuk pertumbuhan optimum
diperlukansebelasasam amino, yaituvalin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin,
lisin, prolin, histidin dan arginin.Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak
mengandung asam amino atau protein.(SupardidanSukamto, 1999).Selain memproduksi koagulase,
S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya:

1. Eksotoksin-a yang sangatberacun

2. Eksotoksin-b yang terdiridarihemosilin, yaitusuatukomponen yang

dapatmenyebabkanlisispadaseldarahmerah.

3. Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifatleukstik.

4. Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluro nat di dalam sehingga memper

mudah penyebaran bakteri keseluruhan tubuh.

5. Grupenterotoksin yang terdiridari protein sederhana. (Supardidan Sukamto, 1999).

Staphylococcus Aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lender

dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan

pada waktu batuk atau bersin.

Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan

saluran usus.Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-

macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia

dan hewan.(Supardi dan Sukamto, 1999).

4. Struktur Antigen

Struktur antigen dari Staphylococcus aureus terdiri atas :


1. Peptidoglikan

2. Asam teikhoik

3. Protein A

4. Kapsul

5. Enzim dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus


aureus menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar
dalam jaringan, maupun melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan
tersebut adalah :

a) Katalase, enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.

b) Koagulase, adalah protein mirip enzim yang dihasilkan olehStaphylococcus aureus. Enzim ini dapat
membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat faktor-faktor pembekuan.
Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada permukaan
sel Staphylococcus aureus yang menghambat fagositosis.

c) Enzim-enzim yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase yang
menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.

d) Eksotoksin, yang bisa menyebabkan nekrosis kulit.

e) Lekosidin, yang dihasilkan Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi rekuren, karena leukosidin
menyebabkan Staphylococcusaureus berkembang biak intraselular.

f) Toksin eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein yang menyebabkan
deskuamasi kulit yang luas.

g) Toksik penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome toxin) dihasilkan oleh sebagian
besar strainStaphylococcus aureus yang menyebabkan sindroma shock toksik.

h) Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada makanan, toksin ini
tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama makanan, akan menyebabkan gejala muntah
berak (keracunan makanan).

5. Sumber Penularan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di tubuh orang.Banyak orang
yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi.Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh
kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus.Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa
menyebabkan infeksi. Jika sengaja dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi.
Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus
aureus dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)

Penularan dapat terjadi karena :

1) Mengkonsumsi produk makanan yang tercemar

Mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksinstaphylococcus aureus.


Terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan baik ataupun karena
proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut seperti
pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan tersebut
dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi,
maka staphylococcus aureus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan
memproduksi toksin tahan panas. Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan tercemar
sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8 jam,
biasanya berkisar antara 2-4 jam.

2. Patogenesis

Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran
pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara
dan lingkungan sekitar. Staphylococcus aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan
hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol.Infeksi
oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.

Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. Staphylococcus. aureus juga
merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik.

Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di daerah
folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan
setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga
terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain
melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena,
trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis,
osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru

Kontaminasi langsung Staphylococcus aureus pada luka terbuka (seperti luka


pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan
meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial.

Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin


dari Staphylococcus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung
pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat
menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual,
muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam.

Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus aureus timbul secara tiba-tiba
dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung
dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita
muda yang menggunakan tampon, atau pada anak-anak dan pria dengan luka yang
terinfeksi staphylococcus aureus. Staphylococcus.staphylococcus aureus dapat diisolasi dari vagina,
tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah.

6. Epidemiologi

Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus merupakan masalah
yang sering terjadi berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan dengan pasien yang telah
menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya. Sumber wabah dapat berasal dari pasien
dengan infeksi Staphylococcus aureusyang terbuka atau tertutup, menyebar ke pasien lain melalui
perantaraan udara tapi biasanya melalui tangan paramedis. Staphylococcus aureus sebagai flora
normal kulit sering menimbulkan infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya
ke organ atau jaringan lainnya (Djafar, 1993).

Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memberikan


gambaran bahwa pemberantasan pada saat ini masih belum memungkinkan, khususnya
adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi investigasi dalam
tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis.
7. Penyakit Yang Ditimbulkan

1) Infeksi-infeksi Staphylococcus aureus dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan dari kulit)
atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada pembengkakan
dan kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius yang dikenal
sebagai scalded skin syndrom.

2) Pada wanita-wanita yang menyusui, Staphylococcus aureus dapat berakibat


pada mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul
bernanah Staphylococcus aureus dapat melepaskan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.

3) Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang dengan penyakit paru yang
mendasarinya dan dapat menjurus pada pembentukan bisul bernanah didalam paru-paru.

4) Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis) dapat menjurus pada gagal jantung.

5) Penyebaran dari Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang berat/parah
dari tulang-tulang dikenal sebagai osteomyelitis.

6) Staphylococcal sepsis (infeksi yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab utama dari
shock (goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada orang-orang dengan
luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh.

7) Keracunan makanan Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang menyebabkan mual,
muntah, diare, dan dehidrasi. Disebabkan oleh memakan makanan-makanan yang dicemari dengan
racun-racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Gejala-gejala biasanya berkembang dalam
waktu satu sampai enam jam setelah memakan makanan yang tercemar. Penyakit biasanya
berlangsung untuk satu sampai tiga hari dan menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan
penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun tidak ditularkan dari satu orang kelainnya.

8) Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang dikeluarkan bakteri-
bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi dimana ada sedikit atau tidak
ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang
tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti okeh tekanan darah rendah (hipotensi), yang
dapat menjurus pada guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan
terbakar sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali digambarkan
dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi yang menggunakan tampons.
8. Diagnosa Laboratorium

Untuk pemeriksaan staphylococcus aureus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-
macam cara.

Bahan pemeriksaannya dapat berupa:

- Nanah

- Darah

- Cairan otak

- Usapan luka

Cara pemeriksaan

1) Pemeriksaan langsung

Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan.Dapat dipakai zat


warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram.Umumnya bersifat gram positif.Secara
mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus aureus patogen dan yang non patogen.

2) Penanaman

Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni. Untuk
melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen.Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada
infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.

3) Tes Koagulase

Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan


pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu
selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa Staphylococcus aureus tersebut
menghasilkan koagulase.Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat
patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus aureusalbus yang dapat menyebabkan
endocarditis (radang selaput dalam jantung).

9. Pengobatan
Pengobatan bakteri Staphylococcus aureus dapat dilakukan dengan cara :
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap
berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut :
a) Cara Cakram
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan
diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan
kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik
bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya
diameter zona hambatan dengan tabel

Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap
suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai
yang terlihat pada tabel. Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan
pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai
pada tabel.Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak diantara jangkauan nilai pada
tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu antibiotik bersifat intermediate.

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

a) Ose / nal

b) Bunsen /Hotplate

c) Inkubator

d) Rak Tabung
e) Plate

f) Autoclave

g) pH meter

h) Tabung Reaksi besar, sedang, dan tabung durham

i) Kapas

j) Pipet Tetes

k) Gelas Ukur

l) Erlenmeyer

m) Gelas Kimia

n) Batang Pengaduk

o) Sendok Tanduk

p) Timbangan

A. Bahan

a) Darah sebagai media

b) Laktosa

c) Sukrosa

d) Glukosa

e) Maltosa

f) Mr

g) VP

h) SIM

i) TSIA
j) BAP

B. Reagensia
1.1 Blood Agar Plate (BAP)

1.1.2 Komposisi :

Lab-lemco Powder 10 g

Peptone 10 g

Sodium chloride 5 g

Agar 15 g

Aquades 1 liter

1.1.3 Konsentrasi : 40 g/L

1.1.4 pH : 7,2 ± 0,2

1.1.5 Warna/Bentuk : Merah Agar / Agar plat

1.1.6 Alat :

1) Erlenmeyer

2) Gelas ukur

3) Timbangan

4) Peridist

5) Pipet volume steril

6) Waterbath

7) Autoclave

1.1.7 Cara kerja :

a) Ditimbang 10 g BAP di masukkan ke dalam Erlenmeyer

b) ditambahkan 400 ml aquades, dituup dengan aluminium foil yang dilapisi

c) dilarutkan dalam waterbath pada suhu 110 ˚c


d) dikeluarkan, disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121˚c

e) Dikeluarkan suhunya disesuaikan sampai 45˚ c - 55˚c

f) ditambahkan 20 ml (5% darah.)

g) dikocok sehingga homogeny

h) dibagi ke dalam petri dish 5 -20 ml.

1.2 Methyl Red Voges Proskauer ( MR-VP)

1.3.1. Komposisi :

Peptone from meat 7,0 g

D ( + ) glucose 5,0 g

Phosphate buffer 5,0 g

Aquadest 1,0 g

1.2.2 Konsentrasi : 17 g/L

1.2.3 pH : 6,9 +_ 0,2

1.2.4 Warna/Bentuk : kuning muda/Cair

1.2.5 Alat :

1. Erlenmeyer

2. kapas

3. Gelas ukur

4. Waterbath

5. Timbangan

6. Autoclave

7. Tabung reaksi

2.3.6. Cara Kerja :

a) Ditimbang 1,7 g MRVP ,dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

b) Ditambahkan 100 ml aquadest,ditutup dengan kertas atau kapas.

c) Dilarutkan dalam waterbath pada suhu 1180C.

d) Dikeluarkan, dibagi ke dalam tabung reaksi asing-masing 3 ml lalu ditutup dengan kapas.

e) Disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C.


f) Dikeluarkan, dan didinginkan.

1.3 Simmons Citrate

1.4.1. Komposisi :

Magnesium sulphate 0,2 g

Ammonium dihydrogen phosphate 0,2 g

Sodium ammonium phosphate 0,8 g

Sodium citrate tribasic 2,0 g

Sodium clorida 5,0 g

Bromothymol blue 0,08 g

Agar 15,0 g

1.3.2 Konsentrasi : 23 g/L

1.3.3 pH : 7,0 +_ 0,2

1.3.4 Warna / Bentuk : Hijau / Agar miring

1.3.5 Alat :

1. Erlenmeyer

2. Kapas

3. Gelas ukur

4. Waterbath

5. Timbangan

6. Autoclave

7. Tabung reaksi

1.4.6. Cara Kerja :

a) Ditimbang 2,3 g SC agar ,dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

b) Ditambahkan 100 ml aquadest,ditutup dengan kertas atau Kapas

c) Dilarutkan dalam waterbath pada suhu 1180C.

d) Dikeluarkan, dibagi ke dalam tabung reaksi @ 10 ml lalu ditutup dengan kapas.

e) Disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C.

f) Dikeluarkan, dimiringkan sampai dingin.


1.4 Sulfur Indol Mortility ( SIM )

1.5.1. Kompisisi :

Peptone aus casein 20,0 g

Peptone aus fleish 0,6 g

Natrium thiosulphate 0,2 g

Agar 3,0 g

1.4.2 Konsentrasi : 30 g/L

1.4.3 pH : 6,5 ± 0,2

1.4.4 Warna / Bentuk : Kuning muda / Cair

1.4.5 Alat :

1.Kapas

2.Gelas ukur

3.Waterbath

4.Timbangan

5.Autoclave

6.Tabung reaksi

7.Erlenmeyer

1.4.6 Cara Kerja :

a) Ditimbang 1,95 g bubuk SIM ,dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

b) Ditambahkan 65 ml aquadest,homogenkan ditutup dengan kertas atau kapas.

c) Dilarutkan dalam waterbath pada suhu 1180C.

d) Dikeluarkan, dibagi ke dalam tabung reaksi @ 5 ml lalu ditutup dengan kapas.

e) Disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C.

f) Dikeluarkan, dan dinginkan.


1.5 Triple Iron Sugar agar ( TSIA )

1.6.1. Komposisi :

Peptone 10,0 g

Extrait 3,0 g

Chloru Sodium 5,0 g

Lactose 10,0 g

Glucose 1,0 g

Thiosulfat de sodium 0,5 g

Agar 12,0 g

Rouge de phenol 0,024 g

1.6.2. Konsentrasi : 65 g/L

1.6.3. pH : 7,4 ± 0,2

1.6.4. Warna / Bentuk : Merah / Agar miring

1.6.5. Alat :

1. Erlenmeyer

2. Kapas

3. Gelas ukur

4. Waterbath

5. Timbangan

6. Autoclave

7. Tabung reaksi

1.6.6. Cara Kerja :

a) Ditimbang 4,22 g bubuk TSIA agar ,dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

b) Ditambahkan 65 ml aquadest,ditutup dengan kertas atau kapas.

c) Dilarutkan dalam waterbath pada suhu 1180C.


d) Dikeluarkan, dibagi ke dalam tabung reaksi @ 5 ml lalu ditutup dengan kapas.

e) Disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C.

f) Dikeluarkan, dimiringkan dan dinginkan.

1.7. Gula – gula

1.7.1. Bahan :

1. Glukosa

2. Laktosa

3. Sukrosa

4. Peptone water

5. phenol red

1.7.2. Komposisi :

Peptone from meat 10,0 g

Sodium chloride 5,0 g

Phosphate buffer 10,0 g

Aquadest 1,0 g

1.7.3. Konsentrasi : 25,5 g/L

1.7.4. pH : 7,2 ±0,2

1.7.5. warna / Bentuk : Merah / cair ( Broth )

1.7.6. Alat :

1) Erlenmeyer

2) Kapas

3) Gelas ukur

4) Waterbath

5) Timbangan
6) Autoclave

7) Tabung reaksi

8) Tabung durham

1.7.7. Cara kerja :

1) Langkah I

- Ditimbang 6,375 g pepton water , dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

- Ditambahkan 250 ml aquadest,ditutup dengan aluminium foil yang dilapisi kertas.

- Dilarutkan dalam waterbath pada suhu 1180C

- Dikeluarkan , ditambahkan 2,5 ml ( 1 % ) phenol red.

- Disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1180C.

2) Langkah II

- Ditimbang 0,5 glukosa,laktosa,sukrosa masing-masing dimasukkan ke dalam beker glass.

- Ke dalam setiap jenis gula-gula ditambahkan 50 ml peptone water yang telah disterilkan.

- Diaduk hingga homogeny

- Dibagi ke dalam tabung reaksi @ 5 ml.

- Khusus untuk tabung glukosa berisi tabung durham.

C. Prosedur Kerja

 Cara Isolasi dan Identifikasi

 Hari I :

1. Siapkan alat dan bahan yang ingin di gunakan

2. Specimen di tanam pada media (BAP)

3. Masukkan di dalam Incubator pada suhu 37ᵒ C selama 24 jam


 Hari II :

1. Siapkan alat dan bahan yang ingin di gunakan

2. Ambil specimen bakteri dengan ose, yang telah di fiksasi kemudian ditanam pada media BAP dan NA
dengan cara goresan T

3. Masukkan semuanya ke dalam incubator pada suhu 37ᵒ C Selma 24 jam

Lakukan pewarnaan Gram :

1.Meniapkan alat dan bahan

2.membebaskan objek glass dari pemanas dengan melewatkan di atas nyala api

3.memnuat sediaan dari koloni bakteri yang di ambil dari media EMBA

4. mengeringkan di udara

5.sediaan yang sudah di fiksasi lalu di letakkan di atas rak pewarna, lalu di tuangkan karbon gention
violet dan tunggu selama 2-3 menit

6. dicuci dengan air mengalir

7.tuangkan larutan lugol dan tunggu selama 1-2 menit kemudian di leturkan dengan larutan
alcohol 96 %

8.tunggu selama 20-40 detik

9.tuangkan larutan karbon funchin dan tunggu selama 1-2 cuci dengan air mengalir dan
keringkan di rak pengering

 Hari III :

1. Lakukan pewarnaan gram pada biakan yang timbul pada mesia BAP dan NA

2. Ambil koloni bakteri yang terpisah sendiri kemudian ditanam pada media TSIA,SCA,UREA,SIM,MR-
VP, dan gula-gula ( Glukosa,Maltosa,Sukrosa,Dan Galaktosa )

3. Masukkan semuanya ke dalam incubator pada suhu 37ᵒ C Selma 24 jam.


 Hari IV :

1. Baca hasil pemeriksaan pada uji invie pada media TSIA,SCA,SIM.UREA,MR-VP dan pada media uji
gula-gula ( Glukosa,Sukrosa,Laktosa dan Maltosa )

2. Hasil pembacaan dicatat kemudian dilakukan dengan table identifikasi bakteri.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pada media Isolasi

A. BAP ( Bood Agar Plate )

Blood Agar Plate : Koloninya sedang–besar, smooth,


keping, berwarna Putih-kuning

B. Pewarnaan Gram

Keterangan :

1. Bentuk : Coccus

2. Warna : Ungu

3. Sifat bakteri : Gram positif

2.Pada Pertumbuhan Media Identifikasi


1. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Keteranga :

Sleng/Lereng : Acid (kuning)

Battom/Dasar : Acid (kuning)

Gas : negatif

H2S : negatif

2.Media Simmon’s Citrat Agar (SCA)


Keterangan :

SCA :

3. Media SIM

Keterangan :

H2S : (+) Adannya endapan hitam

I : (-)

M : (+) Adanya pergerakan bakteri

4. Media MR-VP

A. Media MR ( Metil Red)

Keterangan :
MR : (+)

B. Media VP

Keterangan :

VP : (-)

5. Urea

Keterangan :

Urea : (-)

3. Pada media pertumbuhan Uji Biokimia

a. Media ( Laktosa )
Hasil :

Laktosa : (+)

b. Maltosa

Hasil:

Maltosa : (+)

c. Glukosa
Hasil :

Glukosa : (+)

d. Sukrosa

Hasil :

Sukrosa : (+)
C. Pembahasan

1) Media – media Pertumbuhan :

1. BAP

koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu melisiskan
eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas, sehingga sulit untuk
menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam pembuatan media tersebut
tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia sebagai alternative. Adanya sifat mucoid
dari koloni disebabkan sampel yang diperiksa adalah sputum.

1. Pewarnaan Gram

Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1883 yang merupakan
ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram positif, berbentuk
kokus bergerombol membentuk untaian seperti buah anggur.

3.Uji identifikasi

1. Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Lereng : (merag merah) Dasar : (kuning) H2S : - dan Gas : (+)Stpylococcus aureus bersifat alkali
acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang
bersifat alkali dengan adanya phenol red maka terbentuk warna merah.

2. Simmon’s Citrat Agar (SCA)

Hasil Neagatif (-) pada Uji Simmon’s Citrat Agar digunakan untuk melihat kemampuan
mikroorganisme menggunakan citrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Media ini
merupakan medium sintetik dengan NA citrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA+ sebagai
sumber N dan Brom Thymol Blue sebagai indikator pH.

3. SIM :

1. S (Sulfur). Hasil positif (+) karena tidak Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi
hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna
tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang
terkandung dalam media SIM.

2. I (indol). Hasil Negatif (-) karena Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada
media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah
pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam
amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan
indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon.
Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh
tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.

3. M (motility). Hasil Positif (+) karena pada Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa
berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan
media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri
mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.

4. MR-VP

1. MR : Hasil (+) setelah ditambahkan dengan indicator metil red, terbentuknya cincin merah, media
berubah tidak berubah. Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan
asam formiat) oleh bakteri.

2. VP : Hasilm Negatif (-) setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak
berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.

5. Urea

Hasil Negatif (-) pada Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia
dengan terbentuknya warna merah karena adanya indicator phenol red.

2) Media Uji Biokimia :

1.Gula-gula :

Hasil positif (+) (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan adanya perubahan warna indicator
yang terdapat dalam media ini. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh
di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam.
 Kerangka Konsep

Sampel ( Darah )

BHIB

Di Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC

BAP

Pewarnaan Gram

Di Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC


uji indentifikasi gula-gula

TSIA MR-VP UREA SCA SIM MALTOSA SUKROSA GLUKOSA LAKTOSA

Di Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC

Pembacaan Hasil

Pemusnahan

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun
seperti buah anggur.Ukuran Staphylococcus aureus berbeda beda tergantung pada media pertumb
uhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus aureus memiliki diameter 0,5-1,0
mm dengan koloni berwarna kuning. Staphtlococcusaureus tumbuh dengan optimum pada suhu
37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Staphylococcus aureus merupakan mikroflora normal
manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S.
aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu
sehat biasanya hanya berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang
melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan didalam praktikum,praktikan harus menggunakan APD lengkap

2. Menggunakan alat-alat yang steril dan bersih.

3. Memperhatikan reagen yang akan digunakan.masih dapat diguanakan atau suadah rusak.

4. Menghindari terjadinya kontaminasi.

5. Mengikuti aturan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

1. http://rockapolka.blogspot.com/2012/05/staphylococcus-aureus.html

1.2. http://gapai-angan.blogspot.com/2013/02/isolasi-dan-identifikasi-

staphylococcus_9078.html

3. http://randanpasiga.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum- bakteriologi_11.html

4. http://mazzagus.blogspot.com/2011/12/makalah-staphylococcus-sp.html

5. http://nastyaka-pharmacyandhealthy.blogspot.com/2010/06/tinjauan-
bakteri-staphylococcus.html

6. http://www.totalkesehatananda.com/infeksistaph1.html

7. http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/isolasi-dan-identifikasi- bakteri.html

Anda mungkin juga menyukai