KIMIA AMAMI 1
Dosen Pembimbing :
H.Haitami, S.Si,M.Sc
Disusun Oleh :
Kelompok 1.2
Ma’rifah P07134115250
ANALIS KESEHATAN
2016
KATA PENGANTAR
.Meskipun kami berharap isi dari laporan praktikum kami ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas laporan akhir Praktikum,
Kimia Amami-1 ini dapat lebih baik lagi
Hormat Kami
Penyusun
DAFTAR ISI
Cara Kerja :
a. Metode pH meter
Ambil air sumur dengan cara mencelupkan botol ke dalam sumur
Masukkan air yang sudah diambil tadi kedalam beaker glass (+- ¾
beaker)
Masukkan ujung alat pH meter kedalam beaker glass
Tunggu alatsampai menunjukkan angka konstan
Amati dan catat nilai pH yang ada dalam layar
b. Metode kertas pH universal
Masukkan sampel air ke dalam beaker glass (tinggi permukaan +- 5 cm)
Celupkan pH indikator universal selama +- 3 detik
Angkat kertas indikator dan dibandingkan warnanya dengan warna
standar
Hasil :
Metode pH meter : 6,73
Metode indicator pH universal : 6-7
Pembahasan :
Pada pengukuran pH meter hasil yang akan didapat akan lebih akurat
karena dengan hanya mencelupkan penunjuk yang ada pada gagang pH meter,
maka akan muncul nilai pH larutan tersebut pada layar digitalnya. Sedangkan
untuk pengukuran dengan indikator pH universal tidak terlalu akurat karena
setelah mencelupkan kertas pH universal harus dicocokkan dengan warna yang
tertera pada kemasan pH indikator universal (Standar pH).
Dalam pengukuran suatu pH pastikan larutan tersebut tidak tercampur
dengan larutan lain yang berbeda konsentrasi dan sifat asam basanya. Tidak
tergesa-gesa dalam mengukur pH suatu larutan agar larutan tersebut tidak
tumpah. Pengukuran pH suatu larutan harus dilakukan dengan teliti agar
mendapat hasil yang akurat.
Kesimpulan :
Pada praktikum ini, sampel yang diukur tidak memenuhi syarat karena
seharusnya pengukuran pH dilakukan pada tempat dimana sampel tersebut
diambil. Dari hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa larutan mempunyai sifat
asam.
B. Percobaan 2 – Uji Temperatur (Suhu)
TIU (Tujuan Instruksional Umum) :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Fisik Air di Laboratorium dan
Lapangan
TIK (Tujuan Instruksional Khusus) :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Suhu Air di Laboratorium dan
Lapangan
Metode :
Prinsip temperatur dengan termometer
Tujuan :
Mengetahui temperatur berdasarkan sifat fisika air
Prinsip :
Suhu diukur dengan termometer raksa atau termometer alkohol
Dasar teori :
Suhu atau temperatur digunakan untuk menentukan derajat panas suatu
benda. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu
benda. Suatu benda memiliki atom-atom yang bergerak berupa perpindahan atau
gerakan ditempat berupa getaran. Maka tingginya atom-atom penyusun suatu
benda menentukan tingginya benda tersebut.
Cara Kerja :
Masukkan sampel air kedalam beaker glass
Celupkan termometer kedalam beaker glass, tunggu beberapa menit sampai
suhu konstan
Amati suhu yang tertera pada thermometer
Hasil :
Suhu termometer = 27°C
Suhu dengan pH meter = 29,2°C
Pembahasan :
Pengukuran suhu dengan menggunakan pH meter tidak konstan. Hal ini
dikarenakan pH meter yang tidak dikalibrasi sebelumnya.Terdapat perbedaan
suhu antara suhu sampel yang diukur menggunakan thermometer dan alat pH
meter.
Air yang baik memiliki temperature normal 8C dari suhu kamar (27C).
Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikator terdapat bahan kimia
yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar (misalnya Fenol atau belerang) atau
sedang terjadi proses dekomposisi bahan organic oleh mikroorganisme.
Kesimpulan :
Pada praktikum ini diketahui bahwa suhu yang diukur dengan thermometer
mempunyai temperatur normal, yaitu 29,2°c (pH meter) dan 27°c (termometer).
C. Percobaan 3 – Tes TSS (Residu Tersuspensi)
TIU (Tujuan Instruksional Umum) :
Mahasiswa Mampu melakukan pemeriksaan Fisika Air di Laboratorium dan
Lapangan
TIK (Tujuan Instruksional Khusus) :
Mahasiswa Mampu melakukan pemeriksaan TSS sampel Air di Laboratorium
Metode : Gravimetri
Tujuan :
Untuk mengetahui berat atau jumlah zat-zat yang tersuspensi dalam air
Prinsip :
Pemeriksaan residu tersuspensi dilakukan dengan cara menimbang berat
residu yang tertahan pada kertas saring yang berpori <0,45 mikron dan
dikeringkan pad suhu 103-105 °C hingga beratnya konstan
Dasar teori :
TSS adalah bahan-bahan tersuspensi ( diameter > 1 µm ) yang tertahan
pada saringan berdiameter pori-pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik. Penyebab adanya TSS dalam peradaran utamanya
ialah karena kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke lautan. Perairan konsentrasi
TSS jika terlalu tinggi akan menghambat penetrasi cahaya kedalam air sehingga
mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis penyebaran O2 di perairan
(mislnya pantai dan estuari) dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik antara lain :
angin, curah hujan, gelombang , arus, dan pasang surut. (Effendi, 2000)
Konsentrasi TSS dalam perairan umumnya terdiri dari fitoplankton,
limbaha manusia, limbah hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan, serta limbah
industri bahan-bahan yang tarsuspensi di perairan alami tidak bersifat toksik.
Akan tetapi, jika jumlahnya berlebihan, dapat ,menyebabkan meningkatnya nilai
kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari kedalam air.
Alat dan bahan :
Alat Bahan
Cawan porselen Sampel air sungai
Botol smapel
Kertas saring
Oven
Desikator
Tangkrus
Neraca analitik
Cara kerja :
Timbang kertas saring baru dan catat hasil timbanagn.
Saring sampel air sebanyak 10,0 mL ditampung di beaker glass
Masukkan kertas saring ke dalam oven selama ± 1 jam sampai kering
Timbang kertas saring sampai berat konstan, dan hitung padatan tersuspensi
sampel tersebut
Data pengamatan :
Berat kertas saring kososng (A) = 1,356 gr 1035,6 mg
Berat kertas saring + residu tersuspensi (B) = 1,3783 gr 1378,3 mg
Sampel Air Sungai = 10,0 ml
1378,3 𝑚𝑔 −1035,6 𝑚𝑔
= 1000 × 10 𝑚𝐿
= 220 mg/L
Nilai normal :
Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 Tanggal 4 Desember 2001 Tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sunagi nilai normal
mutu air residu tersuspensi sebesar 1000 mg/L.
Pembahsan :
Sampel yang dipakai pada percobaan tes residu tersuspensi menggunakan
air sungai. Pada tes TSS tingkat kekeruhan sangat dipengaruhi oleh kandungan
suspensi massa air. Hasil tes TSS yang didapat adalah 220 mg/L yang kurang dari
nilai normal disebabkan oleh adanya kesalahan pada saat penimbangan kertas
saring yang sudah terisi suspensi hasil penyaringan sampel. Semakin keruh
sampel hasil dari Tes TSS juga semakin tinggi. Dilihat dari sampel air sungai
yang dipakai seharusnya hasil Tes TSS yang dilakukan juga melebihi atau
normal. Volume kekeruhan diambil sesuai dengan tingkat kekeruhan dari sampel
yang akan diperiksa.
Kesimpulan :
Pada praktikum ini, residu tersuspensi sampel air sungai sebesar 220 mg/L
yang berarti bahwa kurang dari niali normal air sungai yang ditetapkan.
D. Percobaan 5- Tes TDS (Residu terlarut)
TIU ( Tujuan Instruksional Umum ) :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik air di laboratorium dan
lapangan
TIK ( Tujuan Instruksional Khusus ) :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan TDS Air di Laboratorium
Metode : Gravimetri
Tujuan :
Untuk mengetahui berat atau jumlah zat-zat yang tersuspensi di dalam 100 ml
sampel air
Prinsip :
Pemeriksaan residu terlarut dilakukan dengan menimbang berat residu terlarut
yang lolos melewati kertas saring yang berpori <0,45 nm dan dikeringkan pada
suhu 102º-105º C sampai berat konstan.
Dasar Teori :
Residu terlarut (TOTAL dissolved Solid = TDS) adalah bahan-bahan terlarut
dengan diameter <10‾6 mm dan koloid (diameter 10‾̵ mm- 10‾3 mm) yang
berupa senyawa-senyawa kimiadan bahan lainnya yang tidak tersaring pada kertas
saring.
TDS di air biasanya dikarenakan bahan anorganik yang berupa ion-ion yang
biasa di temukan di perairan. Air yang mengandung padatan terlarut tinggi,
terutama akan mempengaruhi rasanya. Air yang kandungan mineralnya tinggi
juga tidak dapat digunakan untuk keperluan industri. Untuk air minum
kandungan padatan terlarut dianjurkan tidak lebih dari 100 mg/L
Alat & Bahan :
Alat :
- Cawan porselen
- Botol sampel
- Kertas saring
- Oven
- Disikator
- Tangkrus
- Neraca anaitik
Bahan
- Sampel air
Cara Kerja :
Keingkan awan porselen pada oven atau tanur pada suhu 105 ºC selama 1
jam
Dinginkan cawan porselen dalam desikator selama 15 menit
Ditimbang cawqan porselen kosong pada neraca analitik, catat hasil
penimbangan.
Lakukan pengulangan pemanasan cawan porselen dan ditimbang kembali
samai didapat hasil penimbangan yang konstan
Saring sampel air sumur dengan kertas saring
Pipet hasil penyaringan sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam cawan
porselen
Panaskan cawan berisi sampel dalam oven pada suhu 103º-105ºC selama 1
jam
Dinginkan cawan porselen dalam desikator selama 15 menit
Timbang cawan porselen pada neraca analitik, catat hasil penimbangan
Lakukan pengulangan pemanasan cawan porselen dan timbang kembali
sampai didapat hasil penimbangan yang konstan.
Data Pengamatan :
1. Sampel air PDAM = 10 ml
2. Berat cawan porselen kosong (A) = 49,5650 gr 49565 mg
3. Berat cawan porselen + residu terlarut (B) = 49,5666 gr 4956,66 mg
Analisis Hasil Pengamatan :
= mg/L TDS = 1000 x (B-A)
ml sampel
Pembahasan :
Tes TDS merupakan jumlah kandungan zat padat terlarut dalam air juga
mempengaruhi penetrasi cahaya matahari masuk kedalam air. Pada tes TDS harus
diperhatikan prosedur pengerjaannya untuk menghindari kesalahan yang
disebabkan oleh kelembapan yang terahan atau bahan akibat penguapan atau
oksidasi. Volume yang diambil untuk melakukan tes TDS jika sampel semakin
keruh, maka semakin sedikit yang dipakai. Angka hasil dari tes TDS yang
melebihi nilai normal berarti bahwa sampel air sungai yang diperiksa
mengandung banyak residu terlarut.
Kesimpulan :
Pada praktikum ini, residu terlarut sampel air sungai sebesar 160 mg/L yang
berarti bahwa melebihi nilai normal air sungai yang telah ditetapksn.
PERCOBAAN II
METODE PENGUJIAN KUALITAS KIMIA AIR
UJI KADAR KESADAHAN TOTAL,CALSIUM DAN MAGNESIUM
Metode : Kompleksometri
Tujuan
Prinsip
Kadar total Ca2+ dan Mg2+ ditentukan dengan cara titrasi langsung dengan
standar EDTA pada pH 10 menggunakan indikator EBT. Titik akhir titrasi ditandai
dengan penambahan warna dari merah anggung menjadi biru.
pH 10
pH 10
2+
Ca /Mg 2+
+ EBT (biru) + EDTA Ca/Mg – EDTA + EBT
Dasar teori
Alat : Bahan :
Cara Kerja :
Data
1. Baku Primer CaCO3
Berat : 0,251 g
VLarutan : 250 ml
BM : 100,09 g/mol
Vpipet : 5 ml
2. Baku sekunder
VTitrasi : 3,9 ml
3. Kesadahan Total
VPipet : 100,0 ml
VTitrasi : 5,6 ml
4. Kadar Ca
VPipet : 100,0 ml
VTitrasi : 2 ml
Kalkuasi
1. Baku Primer
𝐵 𝐶𝐴𝐶𝑂3 0,251 𝑔
𝑀 𝐶𝐴𝐶𝑂3 = = 𝑔
𝑉 𝐶𝐴𝐶𝑂3 × 𝐵𝑀 𝐶𝐴𝐶𝑂3 0,25 𝐿 × 100,09 ⁄𝑚𝑜𝑙
= 0,0100 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝐿
2. Baku Sekunder
(𝑉1 × 𝑀1 ) = (𝑉2 × 𝑀2 )
5 𝑚𝑙 × 0,0100 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝑙 = 3,9 𝑚𝑙 × 𝑀2
5 𝑚𝑙 × 0,0100 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝐿
𝑀2 = = 0,0128 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝐿
3,9 𝑚𝐿
5. Kadar Mg
𝑝𝑝𝑚 𝑀𝑔 = ((𝑉𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 − 𝑉𝐶𝑎 ) × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝐵𝐴𝑀𝑔 × 1000
𝑚𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔
((5,6 𝑚𝑙 − 2 𝑚𝑙) × 0,0128 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝑙 ) × 24,31 ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙 × 1000
=
100 𝑚𝑙
𝑚𝑔
= 11,2 ⁄𝐿
Hasil :
Nilai Normal :
Pembahasan :
Cara Kerja :
a. Standarisasi larutan AgNO3 1/35,45 N dengan larutan NaCl
Pipet 5,0 ml NaCl, masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan aquadest hingga volume ±50 ml.
Tambahkan 0,5 ml indikator K2CrO4 5%.
Titrasi dengan larutan AgNO3 hingga terbentuk warna kuning
kemerahan / merah bata.
b. Penetapan (Metode Mohr)
Pipet 50,0 ml sampel, dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Pipet 50,0 ml aquadest, dimasukkan ke dalam erlenmeyer (blanko).
Tambahkan 0,5 ml indikator K2CrO4 5% ke dalam masing-masing
erlenmeyer.
Masing-masing erelenmeyer dikocok.
Titrasi dengan AgNO3 1/35,45 N hingga terbentuk warna kuning
kemerahan.
Data dan kalkulasi :
Data
1. Baku Primer NaCl
Berat : 0,3046 gr
V Larutan : 250 ml atau 0,25 Ɩ
BM : 58,44 gr/mol atau 58,44 ek/Ɩ
V Pipet : 5,0 ml
2. Baku Sekunder
V Titrasi : 4,4 ml
3. Kadar Cl
V Pipet : 50 ml
V Titrasi : 0,85 ml
Kalkulasi
1. Baku Primer
𝐵 𝑁𝑎𝐶𝑙 0,3046 𝑔𝑟
𝑁 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑉 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 0,25 𝑙 𝑥 58,44 ek/Ɩ
= 0,0208 gr/ek
= 0,0208 mg/mek
2. Baku Sekunder
(V1 𝑥 M1) = (V1 𝑥 M2)
5,0 ml 𝑥 0,0208 mg/mek = 4,4 ml 𝑥 M2
M2 = 5,0 𝑚𝑙 𝑥 0,0208 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
4,4 𝑚𝑙
M2 = 0,0236 mg/mek
3. Kadar Cl
ppm Cl =
(𝑉𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑉𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 ) 𝑥 𝑁 𝑥 35,45 𝑥 1000
ml Sampel
mg
(0,85 𝑚𝑙−0,4 𝑚𝑙)𝑥 0,0236 𝑥 35,45 𝑥 1000
mek
= 50,0 𝑚𝑙
= 7,5 mg/L
Hasil :
Baku Primer N NaCl = 0,0208 mg/mek
Baku Sekunder N AgNO3 = 0,0236 mg/mek
ppm Cl = 7,5 mg/L
Nilai Normal :
Menurut SNI 06-6989-19-2004 Penentuan Kadar Klorida (Cl) dalam air limbah
dengan Metode Argentometri cara Mohr pada kisaran kadar 1,5 mg/L – 100 mg/L
Pembahasan :
Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (dengan indikator K2CrO4) metode yang
digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah Metode Mohr dengan
indikator K2CrO4 penambahan indikator ini akan menjadikan warna menjadi kuning.
Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan
berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara
permanen.
Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl Ag+ dan AgNO3 dengan Cl dan NaCl
akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna membentuk endapan AgCl
Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan
perubahan warna dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat
habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana
jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol gr.ek NaCl.
Kesimpulan :
Pada sampel air limbah cucian piring, kadar Cl adalah 7,5 mg/L yang mana menurut
SNI Penentuan Kadar Klorida (Cl) yaitu pada kisaran kadar 1,5 mg/L – 100 mg/L
PERCOBAAN IV
PENETAPAN ANGKA PERMANGANAT/ZAT ORGANIK JUMLAH
Zat organik dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan
pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam
oksalat ditirasi kembali dengan KMnO4.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, jadi titrasi permanganometri
ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam
karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa
senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya
hidrasin, sulfit, sulfida, dan tiosulfat. Permanganat bereaksi secara cepat dengan
banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi
membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan
lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini.
Sebagai contoh, permanganat adalah unsur pengoksidasi, yang cukup kuat untuk
mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan.
Alat :
Buret
Statif
Erlenmeyer
Corong
Lampu Spiritus
Asbes dan Kaki Tiga
Beaker Glass
Pipet Volume dan Pipet Ukur
Bulb
Batu didih (± 10)
Reagensia :
KMnO4 0,01 N
H2C2O4 0,01 N
H2SO4 4N dan H2SO4 8N
Cara Kerja :
1. Standarisasi KMnO4
Pipet larutan H2C2O4 0,01 N sebanyak 5,0 ml, masukkan ke dalam erlenmeyer
Tambahkan aquades hingga kira-kira 50 ml
Tambahkan 5,0 ml H2SO4 4N, panaskan hingga suhu 70-80ºC
Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai berwarna merah muda pucat
2. Penetapan Sampel
a. Pembilasan Erlenmeyer
Masukkan 10 ml KMnO4 0,01 N + H2SO4 8N sebanyak 5 ml,
Panaskan sampai mendidih
Ratakan dalam Erlenmeyer
Buang dan bilas dengan aquades sampai bersih
b. Sampel
Pipet 100,0 ml sampel air, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Tambahkan beberapa tetes KMnO4 0,01 N sampai berwarna merah
muda sedikit agar semua senyawa organik yang tingkatnya rendah
dioksidasi menjadi tingkat tinggi
Tambah 5 ml H2SO4 8N. Didihkan sampai mendidih selama 1 menit
Pipety 10,0 ml larutan KMnO4 0,01 N ke dalamnya. Warna larutan akan
berwarna merah
Didihkan larutan tersebut. Warna larutan akan muda, biarkan mendidih
selama 10 menit lalu diangkat
Turunkan suhu 80ºC, ditambahkan 10 ml asam oksalat 0,01 N dengan
pipet volume. Larutan akan menjadi benning pada oksalat berlebih
Dalam suhu 70-80ºC titrasi larutan dengan KMnO4 0,01 N sampai
berwarna pink pucat
VPipet : 5 ml
2. Baku Sekunder
VTitrasi : 8 ml
3. Penetapan Zat Organik
VPipet : 100 ml
VTitrasi : 14,75 ml
Kalkulasi
1. Baku Primer
𝐵 H2C2O4
N H2C2O4 =
𝑉 H2C2O4 x BE H2C2O4
0,1578 𝑔𝑟
= 𝑒𝑘
0,25 𝑙 𝑥 63,035
𝑙
𝑔 𝑚𝑔
= 0,0100 𝑒𝑘 = 0,0100 𝑚𝑒𝑘
2. Baku Sekunder
(V1 x N1) = (V2 x N2)
𝑚𝑔
(5 ml x 0,0100𝑚𝑒𝑘) = (8 ml x N2)
𝑚𝑔
N2 = 0,0062 𝑚𝑒𝑘
3. Kadar Angka Permanganat/Zat Organik
((10 + 𝑉𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑀𝑛𝑂4)𝑥 𝑁𝐾𝑀𝑛𝑂4)−(10 𝑥 𝑁𝐻2𝐶2𝑂4)) 𝑥 31,6 𝑥 1000
Zat Organik =
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔 𝑚𝑔
((10 + 14,75 𝑚𝑙) 𝑥 0,0062 )−(10 𝑥 0,0100 )) 𝑥 31,6 𝑥 1000
𝑚𝑒𝑘 𝑚𝑒𝑘
=
100 𝑚𝑙
𝑚𝑔
= 16,9
𝑙
Hasil :
𝑚𝑔
N H2C2O4 : 0,0100 𝑚𝑒𝑘
𝑚𝑔
N KMnO4 : 0,0062
𝑚𝑒𝑘
𝑚𝑔
Kadar zat organik : 16,9 𝑙
Nilai Normal :
Menurut Permenkes No 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air yaitu zat organik (KMnO4) kadar maksimum yang diperbolehkan adalah
𝑚𝑔
10
𝑙
Pembahasan :
Pada pencucian labu erlenmeyer diperlukan KMnO4 0,1 N. Sedangkan
pemeriksaan kadar zat organik diperlukan KMnO4 0,01 N dan asam oksalat 0,01 N
(supaya seimbang dengan KMnO4 0,01 N). Pada pemeriksaan sampel, setelah
ditambahkan 10,0 ml KMnO4 0,01 N tidak terjadi perubahan warna menjadi merah
(ungu) maka tidak perlu dilakukan pengenceran, Karena pada sampel terdapat zat
organik yang tinggi.
Kadar zat organik dalam air dipengaruhi oleh kuantitas/jumlah bahan organik
yang terdapat dalam air, yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun limbah organik.
Bila limbah organik tidak dimanfaatkan secara baik oleh faua air seperti bentos, ikan,
kepiting dan lain-lain, maka limbah organik tersebut akan dimanfaatkan oleh mikroba
aerob maupun anaerob. Banyaknya mikroba dalam air berarti menandakan bahwa air
tersebut telah tercemar, dan tidak cukup layak dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil kadar zat
𝑚𝑔
organik sebesar 16,9 pada sampel air limbah pencucian piring yang dimana
𝑙
sampel air tersebut tidak aman untuk ligkungan, karena kadar maksimum yang di
𝑚𝑔
perbolehkan adalah 10 .
𝑙
PERCOBAAN V
UJI KADAR OKSIGEN TERLARUT (DO)
sangat dipengaruhi oleh tekanan udara pada suatu suhu. Karena proses oksidasi
biologik bertambah cepat dengan naiknya suhu. Kebutuhan oksigen juga bertambah.
Oksigen terlarut diperlukan untuk pemurnian air alam dalam pengolahan air limbah,
yaitu mengurangi bahan pencemaran sebelum dimasukkan ke dalam sungai. DO
sangat diperlukan pula untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan dan makhluk
𝑚𝑔
air lainnya. Persyaratan DO untuk air golongan B dianjurkan lebih besar dari 4 𝑙
𝑚𝑔
sedangkan airgolongan C dianjurkan lebih besar dari 3 .
𝑙
Cara Kerja :
1. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan KBrO3
Pipet 5,0 ml KBrO3 0,1 N, masukkan kedalam Erlenmeyer
Tambakan 10,0 ml KI 10% dan 10 ml H2SO4 2N. Tutup Erlenmeyer
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning muda
Tambahkan 1 ml larutan indikator amylum 1%
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang
2. Penetapan Oksigen Terlarut
Isi botol oksigen dengan sampel air sampai penuh dengan hati-hati. Jangan
sampai terbentuk gelembung.
Tambahkan 2 ml larutan MnCl2 20% dan 2 ml larutan alkali iodida azida
melalui permukaan dasar tabung
Tutup dengan hati-hati. Jangan sampai ada gelumbung udara. Kocok bolak
balik dan diamkan selama 15 menit agar mengendap sempurna
Buang sebagian cairan yang jernih. Ditambahkan 2 ml H2SO4 Pekat, kocok
sampai semua endapan larut
Masukkan dalam Erlenmeyer, tutup an di titrasi dengan larutan Na2S2O3
0,0125 N sampai warna kuning jerami
Tambahkan 1 m larutan indikator amylum 1%
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang
VPipet : 5 ml
2. Baku Sekunder
VTitrasi : 7,6 ml
Nilai Normal :
Berdasarkan standar kualitas air di perairan umum (Peraturan Pemerintah
No. 20 Tahun 1990) oksigen terlarut (DO) :
Golongan B = air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu
pengolahan ≥ 6 ppm
Golongan C = air untuk peternakan dan perikanan > 3 ppm
Pembahasan :
Kelebihan metode winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara titrasi berdasarkan metyode winkler lebih analitis, teliti dan
akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan
dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio
secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan
diperiksa.
Aerasi dapat menurunkan kandungan gas-gas terlarut seperti CO2 dan H2S,
bahkan dapat menghilangkan besi dan mangan. Oksigen jenuh adalah oksigen sebagai
zat terlarut sudah tidak dapat dilarutkan kembali oleh air sebagai pelarutnya.
Kemudian sampel ditambakan larutan MnCl2 untuk mengikat oksigen yang terdapat
dalam sampel. Kemudian ditambahkan alkali iodida azida yang berasal dari campuran
KOH atau NaOH untuk memberi suasana basa dan mengendapkan oksigen yang
terikat oleh menjadi Mn(OH)2. Penambahan indikator menjelang akhir dilakukan agar
tidak terbentuk ikatan Iod-Amylum yang dapat menyebabkan volume Thiosulfat
keluar lebih banyak dari yang seharusnya.
Kesimpulan :
Berdasarkan dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil kadar
𝑚𝑔
oksigen terlarut dari sampel air limbah pencucian piring sebesar 4,5 yang mana
𝑙
nilai tersebut masih layak untuk digunakan sebagai air untuk perikanan/peternakan,
namun tidak layak untuk menjadi bahan baku air minum, dan masih aman untuk
lingkungan.
PERCOBAAN VI
UJI KADAR KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIAWI (COD) DALAM AIR DAN
AIR LIMBAH
Cara Kerja :
1. Untuk contoh dengan nilai KOK 50-900 mg/l
Aduk rata contoh air, pipet 20,0 ml masukkan ke dalam erlenmeyer 500
ml.
Dinginkan erlenmeyer dalam pendingin es.
Tambahkan 0,4 gr HgSO4 , beberapa batu didih dan 30 ml larutan
Ag2SO4-H2SO4 hati-hati sambil diaduk sampai merkuri sulfat larut.
Tambah 10,0 ml larutan K2CrO7 0,250 N sedikit demi sedikit diaduk
hingga rata.
Siapkan lampu spiritus kaki tiga dan kendesor serta selang.
Letakkan erlenmeyer diatas asbes kemudian reflux selama 2 jam.
Lepaskan erlenmeyer dan kondesor kemudian bilas bagian dalam
kondensor dengan aquadest.
Tambahkan 3 tetes indikator ferroin kemudian titrasi kelebihan dikromat
dengan larutan FAS 0,25 N sampai terjadi perubahan warna yang jelas
dari hijau biru menjadi coklat kemerahan.
Lakukan penetapan balnko dengan 50 ml aquadest.
= 0,2500 gr/ek
= 0,2500 mg/mek
2. Baku Sekunder
(V1 𝑥 M1) = (V1 𝑥 M2)
5,0 ml 𝑥 0,2500 mg/mek = 12,8 ml 𝑥 M2
M2 = 5,0 𝑚𝑙 𝑥 0,2500 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
12,8 𝑚𝑙
M2 = 0,0977 mg/mek
3. Kadar COD
ppm COD =
(𝑉𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ) 𝑥 𝑁𝐹𝐴𝑆 𝑥 8 𝑥 1000
ml Sampel
mg
(25,9 𝑚𝑙−24,7 𝑚𝑙)𝑥 0,0977 𝑥 8 𝑥 1000
mek
= 20,0 𝑚𝑙
= 46,9 mg/L
Hasil :
Baku Primer N K2CrO7 : 0,2500 mg/mek
Baku Sekunder FAS : 0,0977 mg/mekp
ppm COD : 46,9 mg/L
Nilai normal :
Berdasarkan KepMen LH No. KEP-03/MEN LH/11/1991 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Golongan III (Limbah Domestic / Rumah Tangga) : COD yaitu ≤ 300
mg
/L.
Pembahasan :
Oksidasi yang digunakan umumnya dalam tes COD kalium dikromat (K2CrO7) yang
digunakan dalam kombinasi dengan didih asam sulfat (H2SO4). Karena oksidan kimia
ini tidak spesifik untuk memakan bahan kimia oksigen yang organik atau anorganik,
kedua sumber kebutuhan oksigen diukur dalam uji COD. Pada prinsipnya
pengukuran COD adalah penambahan sejumlah kalium dikromat (K2CrO7) katalis
perak sulfat, sulfat kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya
kelebihan kalium dikromat ditera dengan cara titrasi. Sehingga segala mcam zat
organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit terurai, akan
teroksidasi. Dengan demikian kalium dikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan
organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD nya dapat ditentukan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil kadar COD dalam
mg
sampel air limbah cucian sebesar 46,9 /L yang mana masih aman untuk lingkungan
karena nilai normal COD untuk limbah jenis ini adalah ≤ 300 mg/L
PERCOBAAN VII
PENETAPAN AMONIAK DALAM AIR
Tujuan :
Prinsip :
Reaksi :
Prosedur Kerja :
𝑌 = 𝑏𝑋 + 𝑎
Keterangan :
Y = absorbansi sampel
X = konsentrasi sampel
1. DATA PEMERIKSAAN :
a. Pengenceran larutan standart
Konsentrasi larutan standart induk = 10 ppm
0,0023 − 0,0021
=𝑥
0,0555
0,0036 = 𝑥
d. Kesimpulan
Didapatkan kadar Nitrit dari sampel air adalah 0,0036 yang berarti sama
dengan 0 ppm.
PERCOBAAN VIII
CARA UJI KADAR MANGAN DALAM AIR
Penentuan kadan mangan dalam air dapat dilakukan dengan salah satu dari 3 cara uji
berikut :
PRINSIP :
Ion mangan dalam suasan asam, panas dan dengan bantuan katalis dioksidasi
oleh persulfat menjadi senyawa permanganate berwarna ungu kemerahan. Warna
yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar yang telah diketahui
kadarnya.
PERSIAPAN PENGUJIAN :
CARA UJI :
PENGUKURAN :
Sebelum pengukuran, volume akhir contoh, standard dan blanko harus sama.
1. Cara Visual
Gunakan tabung Nessler dengan jenis dan ukuran yang sama, bersih dan
kering.
Tempatkan beberapa buah tabung Nessler pada rak dengan dasar putih dan
terang.
Masukkan secara kuantitatif larutan blanko, standard dan contoh ke dalam
tabung Nessler tersebut.
Bandingkan warna contoh terhadap blanko dan standard.
Hitung kadar mangan dari contoh dalam mg/l
2. Cara Spektrofotometri
Atur spektrofotometri pada absorbansi nol atau pada 100% transmisi
terhadap blanko sebagai pembanding.
Tetapkan harga serapan contoh dan masing-masing standard pada panjang
gelombang 525 nm.
Hitung kadar mangan dan contoh dalam mg/liter atau menggunakan kurva
baku.
PERHITUNGAN :
1. Cara Visual
2. Cara Spektrofotometri
𝒎𝒈 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉
⁄𝒍 𝑴𝒏 = × 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓
𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝒅
LEMBAR HASIL PEMERIKSAAN Mangan
1. DATA PEMERIKSAAN
a. Pengenceran larutan standart:
Konsentrasi larutan standart = 10 ppm
V pemipetan standar 1 = 2,0 ml 0,2 ppm
V pemipetan standar 2 = 4,0 ml 0,4 ppm
V pemipetan standar 3 = 6,0 ml 0,6 ppm
V pemipetan standar 4 = 8,0 ml 0,8 ppm
Perhitungan :
= 2,0 ml
= 4,0 ml
a. Pembacaan absorbansi standart & sampel:
Abs Sampel = 0,020
Abs standart 1 = 0,008
Abs standart 2 = 0,010
Abs standart 3 = 0,013
Abs standart 4 = 0,015
Kurva Mangan
0.02
0.015
Absorbansi Standar
b. Kadar Mangan
𝑌 = 0,020 0,020 – 0,0055= 0,012 𝑥
1,208 mg/l = 𝑥
KESIMPULAN :
PERCOBAAN IX
CARA UJI KADAR NITRIT DALAM AIR
PRINSIP :
Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0-2,5 akan bereaksi dengan asam sulfanilat
naftilamin hidroklorida membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan. Warna yang terbentuk diukur serapannya secara sprektofotometri pada
panjang gelombang 543 nm.
PERSIAPAN SAMPEL :
CARA UJI :
Memipet 50 ml larutan sampel dalam erlenmeyer 100 ml
Menambahkan 1 ml larutan asam sulfanilat, dibiarkan bereaksi 2-8 menit
Menambahkan 1 ml larutan naftil etilendamin dihidroklorida
Diaduk dan dibiarkan minimal 10 menit tidak melebihi dari 120 menit
Diukur dengan sprektofotometer dengan panjang gelombang 543 nm atau
baca secara visual dengan membandingkan warna contoh terhadap balnko dan
standar.
PERHITUNGAN :
1. Secara Sprektofotometer
a. Menghitung kadar nitrit-N dalam contoh dengan menggunakan kurva
baku atau ditentukan persamaan garis lurusnya dan memperhatikan hal-hal
berikut :
Selisih kadar maksimum yang diperbolehkan antara dua pengukuran
duplo adalah 2%, rata-ratakan hasilnya.
Apabila hasil perhitungan kadar nitrit-N > 0,50 mg/ ; ulangi pengujian
dengan cara mengencerkan contoh.
b. Hitung kadar nitrit-N dalam mg/l contoh :
𝒎𝒈 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉
𝑵𝒊𝒕𝒓𝒊𝒕 − 𝑵 = × 𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓
𝒍 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
2. Secara Visual
𝒎𝒈 𝒎𝒍 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 × 𝒎𝒈 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 × 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑵𝒊𝒕𝒓𝒊𝒕 − 𝑵 =
𝒍 𝒎𝒍 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉
LEMBAR HASIL PEMERIKSAAN Nitrit
1. DATA PEMERIKSAAN :
a. Pengenceran larutan standarat :
konsentrasi larutan standart induk = 2 ppm
V pemipetan standart 1 = 2,5 ml
V pemipetan standart 2 = 5,0 ml
V pemipetan standart 3 = 7,5 ml
V pemipetan standart 4 = 10,0 ml
V pemipetan standart 5 = 12,5 ml
0,042 − 0,0634
=𝑥
0,424
−0,0504 = 𝑥
Kesimpulan
Didapatkan kadar Nitrit dari sampel air dalam kemasan (galon) adalah
−0,0504 yang berarti sama dengan 0 ppm.
PERCOBAAN X
CARA UJI KADAR TOTAL BESI DALAM AIR
METODE :
1. FENANTROLIN KOLORIMETRI
Cara ini dipakai untuk penentuan kadar total besi, besi larut dan ion
ferro dalam air dengan jarak ukur kadar optimum antara 0.02 – 4,0 mg/l
besi.
Deteksi minimum dapat dicapai samapai 0,003 mg besi.
Terhadap contoh air yang mengandung kadar besi tinggi harus dilakukan
pengenceran atau ditetapkan dengan cara yang lebih cepat sesuai dengan
kadar besi yang terkandung.
Prinsip :
Ion besi dalam suasana asam dan panas direduksi oleh hidroksilamin HCl
menjadi ion ferro. Ferro dengan 1,10 – fenantrolin pada pH 3,2 – 3,3
membentuk senyawa ferro fenantrolin shelat yang berwarna mrah. Warna
yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar yang telah diketahui
kadarnya.
2. KCNS
Prinsip :
Besi dioksidasi dalam suasana asam. Ferri yang terjadi direaksikan dengan
larutan KCNS sehingga terbentuk senyawa yang berwarna merah. Intensitas
warna yang terjadi berbanding lurus dengan konsentrasi besi dalam contoh.
Reaksi : 2 Fe2+ + Br2 2 Fe3+ + 2Br-
Fe3+ 3CNS- Fe(CNS)3 merah
CARA UJI :
1. Metode Fenantrolin
Kocok contoh air sampai merata
Pipet 50,0 ml contoh air yang mengandung tidak lebih 0,1 mg Fe ke
dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 2 ml HCl pekat dan 1 ml larutan hidroksilamin hidroksida.
Panaskan dan didihkan sampai semua besi larut, volume larutan menjadi
15 – 20 ml. Jika contoh mengandung unsur – unsur pengganggu, lakukan
pemanasan sampai kering dan abukan. Kemudian larutkan kembali
dengan 2 ml HCl pekat dan 5 ml air suling.
Dinginkan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml atau 100 ml.
Tambah 10 ml larutan buffer ammonium asetat dan 2 ml larutan
fenatrolin.
Encerkan sampai tanda batas, kocok sampai homogen.
Baca setelah 10 – 15 menit.
Lakukan pengukuran secara spektromerti atau secara visual.
Lakukan penetapan blanko dengan menggunakan 100,0 ml aquadest sama
dengan contoh.
2. Pembuatan Kurva Baku
Buat larutan standar dengan konsentrasi bertingkat dalam 50,0 ml
Kerjakan sama dengan contoh sesuai metode.
Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih besar dari 2% cek
alat dan ulangi pengerjaan, bila perbedaan lebih kecil dari 2% rata –
ratakan hasilnya.
Buat kurva baku dan tentukan persamaan garis lurusnya.
PENGUKURAN :
Sebelum pengukuran, volume akhir contoh, standard an blanko harus sama.
1. Cara visual
Gunakan tabung Nessler dengan jenis dan ukuran yang sama, bersih dan
kering.
Tempatkan beberapa buah tabung Nessler pada rak dengan dasar putih
dan terang.
Masukkan secara kuantitatif larutan blanko, standart dan contoh ke
dalam tabung Nessler tersebut.
Bandingkan warna contoh terhadap blanko dan standar.
Hitung kadar besi dari contoh dalam mg/liter.
2. Cara spektrofotometri
Atur spektrofotometer pada absorbansi nol atau pada 100% transmisi
terhadap blanko sebagai pembanding.
Tetapkan harga serapan contoh dan masing – masing standar pada
panjang gelombang 510 nm.
Hitung kadar besi dari contoh dalam mg/liter atau menggunakan kurva
baku.
PERHITUNGAN :
1. Cara Visual
𝒎𝒍 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒙 𝒎𝒈 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
Mg/l Fe =
𝒎𝒍 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉
2. Cara Spektrofotometri
𝑨𝒓𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉
Mg/l Fe = x konsentrasi
𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓
LEMBAR HASIL PEMERIKSAAN BESI
1. DATA PEMERIKSAAN :
a. Pengenceran larutan standart :
V pemipetan standart 4 = 10 ml
= 0,4545 mg/l
Kesimpulan :
Dari praktikum ini, didapatkan kadar besi pada air sebesar 0,4545 mg/l dan
dinyatakan normal sesuai PERMENKES No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-
syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.