Anda di halaman 1dari 15

NILAI

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KIMIA KLINIK


PRAKTIKUM I
PENETAPAN KADAR GLUKOSA DARAH

Hari, Tanggal Praktikum: Senin, 9 April 2018


I KADEK ANGGA MARDANA
NIM 161200051/A1-B
Kelompok III

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui kadar glukosa darah seseorang dalam mg/dl
dengan metode GOD-PAP (Glucose oxydase-Peroxidase
Aminoantypirin).
2. Untuk dapat melakukan pemeriksaan glukosa pada sampel serum
pasien.
3. Untuk menetapkan kadar glukosa pada serum dengan menggunakan
metode kuantitatif in vitro.
1.2 Prinsip Praktikum

Enzime glucose oxidase mengkatalisis oksida glukosa menjadi asam


glukonat dan hydrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan
bereaksi dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan bantuan enzim
peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm. Intensitas
cahaya yang terbentuk setara dengan kadar glukosa yang terdapat didalam
darah.(Poltekes, 2014).
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Gula Darah atau Glukosa


Glukosa (suatu monosakarida), adalah salah satu karbohidrat terpenting
yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan salah satu hasil selama fotosintesi dari awal bagi respirasi.
Bentuk alami glukosa disebut juga dekstrosa, terutama dalam industri
pangan. Glukosa (C6H12O6) memiliki berat molekul 180.18), termasuk
dalam heksosa yaitu monosakarida yang mengandung enam atom karbon
(Lehninger 1982).
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu
kepada kadar glukosa di dalam darah. Kadar glukosa darah diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber
utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya, kadar glukosa darah berada
pada kadar (70-110 mg/dl) (Price, 2005).
Metode ini adalah metode yang sangat spesifik untuk pengukuran
glukosa didalam serum atau plasma melalui reaksi dengan glukosa oksidase,
asam glukonat serta dibentuk hydrogen peroksida. Pemeriksaan dengan
metode GOD PAP ini dianjurkan menggunakan plasma darah yang diambil
langsung dari vena (pembuluh darah balik) disekitar lipatan siku. Hal ini
disebabkan metode GOD PAP dinilai bersifat lebih spesifik karena yang
diukur hanya kadar glukosa.Keuntungan dan Kerugian metode ini :
 Keuntungan :
a) Menggunakan plasma darah yang diambil langsung dari vena di
sekitar lipatan siku.
b) Lebih spesifik karena yang diukur hanya kadar glukosa.
c) Glukometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar
glukosa.
d) Menggunakan glukometer yaitu waktu yang digunakan untuk
mengetahui hasil pemeriksaan glukosa darah lebih cepat.
e) Bentuk alat yang kecil sehingga memudahkan untuk dibawa.
f) Volume sampel yang di gunakan sedikit.

 Kerugian :
a) Range pada alat adalah 20mg/dl –600 mg/dl sehingga hasil yang
di bawah 20 mg/dl atau yang diatas 600 mg/dl tidak dapat keluar.
b) Hasil yang diperoleh dapat di pengaruhi oleh zat-zat interferen
karena tidak menggunakan deproteinase .
(Andi, 2013)
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
a. Tabung reaksi
b. Mikropipet
c. Tissue
d. Kuvet
e. Spektrofotometer
f. Beaker glass
g. Yellow tip dan blue tip
h. Timer/Stopwatch

3.2 Bahan
a. Serum
b. Reagent Glucose Oxidase
c. Aquadest
d. Larutan Standar
BAB IV
SKEMA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Dipipet masing-masing sampel dengan mikropipet, standar dan
reagen :
Blanko Standard Sampel
Reagent (µl) 1000 1000 1000
Aquadest(µl) 10 - -
Standard (µl) - 10 -
Sampel (µl) - - 10

3. Campuran didalam tabung reaksi dihomogenkan dan diberi label ,


dipanaskan di dalam penangas air selama 10menitdengan suhu 370C
4. Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ 510 nm,
dimulaidari blanko, standar kemudian tes.
5. Hasil dicatat dan dihitung kadar glukosa sampel serum tersebut.
BAB V
HASIL PRAKTIKUM
5.1 NILAI RUJUKAN
Glukosa Sewaktu 110 – 140 mg/dl
Glukosa Puasa 70-100 mg/dl
Glukosa 2 jam PP < 120 mg/dl
Glukosa Normal 70-110 mg/dl

5.2 HASIL PENGAMATAN


Larutan Angka Absorbansi
Blanko 0.000
Standar 0.677
Sampel 1 0.145
Sampel 2 0.361
Sampel 3 0.348

Perhitungan:
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

1. Sampel 1
0.145
Glukosa = 0.677 𝑥 100 𝑚𝑔/𝑑𝑙 = 21.42 𝑚𝑔/𝑑𝑙

Faktor Konversi = 21.42 x 0.05551 = 1.19 mmol/l

2. Sampel 2
0.361
Glukosa = 0.677 𝑥 100 𝑚𝑔/𝑑𝑙 = 53.32 𝑚𝑔/𝑑𝑙

Faktor Konversi = 53.32 x 0.05551 = 2.9 mmol/l

3. Sampel 3
0.348
Glukosa = 0.677 𝑥 100 𝑚𝑔/𝑑𝑙 = 51.40 𝑚𝑔/𝑑𝑙

Faktor Konversi = 51.40 x 0.05551 = 2.89 mmol/l


BAB VI
PEMBAHASAN

Glukosa oksidase (GOD) merupakan enzim yang mengkatalis D-


glukosa menjadi glukunolakton yang kemudian dengan adanya m olekul air
akan terhidrolisis menjadi asam glukonat dan peroksida. Pada praktikum ini
dilakukan pemriksaan glukosa oksidase dengan metode GOD-PAP yang
merupakan salah satu penentuan kadar glukosa setelah oksidasi enzimatik
oleh glukosa oksidase.
Metode GOD-PAP itu sendiri merupakan suatu metode yang
prinsipnya berdasarkan reaksi antara sisa hidrogen peroksida dengan aseptor
oksigen seperti amonofenazon. Seperti yang kita ketahui, hidrogen
peroksida adalah produk lain terbentuk dari hasil perombakan glukosa
menjadi asam glukonat dengan katalisasi enzim glukosidase. Hidrogen
peroksida yang terbentuk adalah sebanding dengan glukosa yang menjadi
prekursor awalnya. Kemudian dengan menambahkan aseptor oksigen
kedalam reaksinya, dalam hal ini aminofenazon, kadar glukosa dapat diukur
dengan melihat reaksi yang terjadi pada hidrogen peroksida yang
dikatalisasi enzim peroksidase, pengamatan dibantu oleh indikator merah-
violet.
Terdapat empat macam perlakuan untuk menetapkan kadar glukosa,
yaitu pemeriksaan sewaktu, pemeriksaan setelah makan (postpradial),
pemeriksaan saat puasa, dan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pemeriksaan yang
dilakukan pada praktikum sebelumnya adalah jenis pemeriksaan sewaktu,
karena pemeriksaan yang dilakukan tidak memperhatikan kondisi pasien
setelah makan atau sedang tidak mengonsumsi makanan (fasting).
Pemeriksaan sewaktu digunakan untuk memeriksa kadar glukosa darah saat
diperiksa dan diambil sampelnya. Pemeriksaan sewaktu berbeda dengan
pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, karena pemeriksaan sewaktu hanya dapat
melihat bagaimana kerja daripada kerja insulin pada saat itu juga.
Sedangkan pemeriksaan untuk pemeriksaan post pradial, dan puasa
digunakan untuk melihat kerja insulin pada metabolisme glukosa untuk
dibandingkan dengan satu sama lainnya. Pemeriksaan tiga bulan dapat
dilakukan untuk memeriksa dan mengontrol kerja insulin terhadap kadar
glukosa. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil darah pasien
melalui pembuluh darah vena, tepat nya pembuluh darah vena yang terdapat
pada tekukan siku tangan kiri. Darah yang diambil adalah sebanyak 3 ml,
kemudian dipisahkan plasma dengan serumnya dengan metode sentrifugasi.
Plasma darah yang telah terpisah kemudian diambil, dipreparasi
untuk kemudian ditambahkan reagen yang mengandung enzim GOD,
aminofenazon dan indikator. Standar dan blanko juga disiapkan untuk
perbandingan, standar terdiri dari larutan glukosa, sedangkan blankonya
adalah reagen didalam nya. Preparat sampel disiapkan secara kuantitatif
dengan menggunakan mikropipet dengan volume yang telah ditentukan,
yaitu :
a) Sampel terdiri dari : 10 μL sampel + reagen ad 1000 μL
b) Blanko terdiri dari : 10 μL aquadest + reagen 1000 μL
c) Standar terdiri dari : 10 μL serum standar + reagen ad 1000 μL

Pengukuran sampel, blanko, dan standar dilakukan dengan


instrumenspektrofotometer sebanyaksatu kali pada panjang gelombang 546
nm sehingga nantinya akan didapatkan data berupa absorbansi sampel. Hal
yang harus diperhatikan disini adalah kebersihan kuvet dan keterkenaan
sampel terhadap sinar.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum 546 nm
karena pada panjang gelombang ini, hasilnya akan terdeteksi, sesuai dengan
teori, bahwa hasil yang terjadi adalah warna merah-violet. Tujuan penetapan
panjang gelombang maksimum yaitu untuk mengetahui panjang gelombang
yang merupakan serapan terbesar, yaitu pada saat senyawa berwarna yang
terbentuk telah optimum, sehingga diperoleh kepekaan yang maksimum.
Parameter stabil yaitu jika pada waktu tertentu lerutan menunjukkan
serapan yang bernilai sama berturut-turut. GOD-PAP merupakan enzim
yang memerlukan waktu tertentu untuk bereaksi optimum, sehingga
dibutuhkan waktu inkubasi. Jika waktu inkubasi kurang dari waktu inkubasi
optimum / operating time-nya, maka enzim tidak akan bereaksi sempurna.
Sedangkan apabila waktu inkubasi lebih dari waktu inkubasi optimum
/ operating time, maka senyawa yang terbentuk akan terdegradasi.Hasil
absorbansi yang telah diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
kurva standar dengan sumbu x merupakan panjang gelombang, dan sumbu y
merupakan absorbansi (A) sehingga dapat diperoleh kadar
glukosanya.Sebelum melakukan pengukuran absorbansi serum sampel pada
spektrofotometer, dilakukan pengukuran terlebih dahulu untuk blanko dan
larutan ssampel standar. Tujuan pengukuran blanko ini untuk melihat
apakah reagen yang dipakai murni atau tidak terkontaminasi oleh zat lain.
Pada praktikum yang dilakukan, sampel darah yang dipakai adalah
sampel D (sampelnya menggunakan serum darah) dan dibuat sebanyak 3
tetapi dibuat dengan orang yang berbeda. Dilakukan dengan orang yang
berbeda adalah untuk mengetahui apakah hasil yang didapatkan sama
ataukah berbeda. Larutan yang dibuat pada praktikum ini ada sebanyak 5,
yaitu larutan blanko, larutan standard dan sampel yang berjumlah 3. Larutan
blanko merupakan larutan yang tidak menggunakan analit untuk dianalisis.
Larutan blanko digunakan sebagai kontrol atau sebagai nilai transmittan
sebanyak 100% (Rizkiany, 2011). Pada praktikum, larutan blanko yang
digunakan merupakan campuran antara reagen dengan aquadest yang akan
digunakan sebagai larutan kontrol. Larutan standar yang digunakan pada
saat praktikum merupakan larutan yang mendapatkan perlakuan yang sama
dengan analit dan mengandung komponen analit dengan konsentrasi yang
sudah diketahui (Rizkiany, 2011). Pada praktikum, larutan standar yang
digunakan adalah campuran antara reagen dengan larutan standarnya.
Larutan Sampel merupakan larutan yang akan digunakan untuk mengecek
kadar glukosa didalam darah. Larutan sampel pada praktikum merupakan
campuran antara reagen dengan sampel, yaitu serum darah.
Percobaan penentuan kadar glukosa didalam darah menggunakan
metode spektrofotometri, dimana metode ini akan menggunakan cahaya
untuk mengetahui kadar glukosa didalam darah. Pada spektrofotometri
cahaya dibagi menjadi dua, yaitu cahaya absorban dan cahaya transmitan.
Cahaya absorban merupakan cahaya yang diam pada kuvet yang sudah
mengandung sampel.

Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam


nilai absorbansi karena akan memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel
(Rizkiany, 2011). Sedangkan cahaya transmitan merupakan cahaya yang
melewati kuvet yang sudah mengandung sampel. Konsentrasi glukosa
didalam darah diumpamakan sama dengan cahaya yang diam, maka dari itu
perhitungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan data nilai larutan blanko


adalah 0.000; nilai larutan standar adalah 0.677. Sampel 1 mengandung
glukosa didalam darah sebesar 21.42 mg/dl. Sampel 2 mengandung glukosa
didalam darah sebesar 53.32 mg/dl. Sedangkan sampel 3 mengandung
glukosa didalam darah sebesar 51.40 mg/dl. Pada pemeriksaan sampel 1, 2
dan 3 dengan menggunakan sampel yang sama didapatkan hasil yang
berbeda. Perbedaan nilai sampel tidak boleh melebihi 10% sedangkan nilai
pada sampel yang didapatkan nilai perbedaannya lebih dari 10%. Hal
tersebut kemungkinan besar disebabkan karena beberapa faktor berikut:
1. Faktor pemipetan sampel
Pemipetan sampel termasuk kedalam faktor yang dapat
mempengaruhi hasil karena penekanan mikropipet tiap orang
berbeda. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi hasil dari
pemeriksaan sampel.
2. Kuvet
Kuvet yang digunakan merupakan kuvet kwarsa yang sudah
pernah digunakan sebelumnya. Syarat-syarat kuvet yang baik
untuk mendapatkan hasil yang bagus antara lain kuvet yeng
digunakan harus bening dan tidak boleh memiliki goresan agar
cahaya yang masuk kedalam kuvet tidak mengalami pemantulan
sehingga hasil yang didapatkan juga akurat. Karena kuvet yang
digunakan pada praktikum kali ini sudah pernah digunakan
sebelumnya, maka kemungkinan terdapatnya goresan pada kuvet
sangat besar. Sehingga jika ada goresan pada kuvet, cahaya yang
masuk kedalam kuvet menjadi tidak maksimal sehingga kadar
glukosa dalam darah yang didapatkan juga akan berbeda.
3. Spektrofotometer
Spektrofotometer yang digunakan pada praktikum kali ini
memiliki tingkat cahaya yang tinggi sedangkan sampel yang kita
gunakan sangat sedikit. Hal tersebut juga akan mempengaruhi
kadar glukosa didalam darah. Karena kuvet yang dimasukkan
harus dinaikkan sedikit agar cahaya yang dikeluarkan oleh
spektrofotometer dapat mengenai kuvet yang sudah berisikan
dengan sampel. Penaruhan kuvet yang tidak sejajar juga dapat
mempengaruhi nilai konsentrasi glukosa didalam darah. Pada
praktikum spektrofotometer yang digunakan diletakkan diatas
meja kayu dan disampin spektrofotometer terdapat incubator.
Hal tersebut juga dapat mempengaruhi kualitas uji
spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang
ditempatkan di meja beton agar alat menjadi lebih stabil. Jika
ditaruh di meja kayu, cahaya yang dikeluarkan oleh
spektrofotometer dapat terganggu jika ada getaran pada meja
tersebut sehingga pemeriksaan kadar glukosa didalam darah juga
akan menjadi tidak maksimal.
4. Serum darah
Serum darah juga dapat mempengaruhi hasil akhir,
berdasarkan teori yang penulis dapat serum darah yang baik
untuk pemeriksaan glukosa adalah sampel yang digunakan
sebelum 2 jam setelah pengambilan (Albert, 2017). Tetapi pada
praktikum kali ini sampel/ serum darah yang digunakan
melebihi dari 2 jam, dimana hal ini mempengaruhi hasil akhir
yang didapat pada pemeriksaan glukosa.

Selain faktor – faktor diatas adapun hal – hal yang perlu diperhatikan
praktikan dalam praktikum ini, antara lain :
1. Pemipetan serum dan reagen harus dilakukan dengan sangat
teliti agar tidak mempengaruhi hasil.
2. Pada saat pengukuran dengan spektrofotometer, kuvet yang
digunakan harus dalam keadaan bersih, agar hasil yang dibaca
oleh spektro benar-benar akurat tanpa terkontaminasi.
3. Diperhatikan panjang gelombang pada saat pengukuran,
karena panjang gelombang yang tidak sesuai akan berakibat
sangat fatal pada hasil pengukuran.
4. Pada saat sebelum pengukuran, sampel yng akan diukur
dihindarkan dengan cahaya banyak karena cahaya akan
terserap dan terbaaca oleh spektrofotometer dan sangat
mempengaruhi hasil.
BAB VII
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil


pengukuran kadar glukosa didalam darah mendapatkan hasil yang kurang
valid karena nilai perbedaan pada sampel melebihi 10% dan hal tersebut
disebabkan karena pemipetan sampel dengan menggunakan mikropipet,
kualitas kuvet yang kurang baik dan spektrofotometer yang kurang stabil
karena ditempatkan pada meja kayu yang tidak stabil.
Dari hasil pemeriksaan kadar glukosa pada sampel serum 1 didapat
kadar glukosanya yaitu 21,42 mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar
glukosa pada serum 2 tersebut menurun dari nilai batas normal menurut
batas normal glukosa adalah (70 – 110 mg/dl). Faktor yang
mempengaruhinya adalah pemipetan sampel, kuvet, alat spektofotometer
dan serum dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

Albert Agung, 2017. Perbedaan Kadar Glukosa Serum dan Plasma Natrium
Fuiorida dengan penundaan pemeriksaan. Fakultas Kedokteran
Universitas Ponegoro. Tembalang-Semarang
Andi , Frmansyah. 2013. Pemeriksaan Gula Darah Metode GOD PAP.
Online. Available
:http://andisianalis.blogspot.de/2013/03/pemeriksaan-gula-darah-
metode-god-pap.html, diakses 10 April 2018.
Firgiansyah, A. 2016. Perbandingan Kadar Glukosa dalam Darah
Menggunakan Spektrofotometer dan Glukometer (skripsi).
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy
Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta.
Poltekes, 2014. Pemeriksaan Glukosa. Jurusan Analisis Kesehatan.
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses- proses Penyakit, edisi 6, Jakarta: EGC.
Rizkiany, H.N. 2011. Pendahuluan Spektrofotometer. Bogot: Institut
Pertanian Bogor

Safitri, A., Astuti, I.N., Juhairiah, I., dkk. 2012. Laporan Praktikum Patologi

Klinis Pemeriksaan Glukosa Darah. Jakarta: Universitas

Muhammadiyah Prof. DR.Hamka.

Zulhemi, A., Amalia, A., Rahmatia, D., dkk. 2015. Penentuan Kadar

Glukosa dalam Darah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai