Anda di halaman 1dari 23

Pemeriksaan IgG/IgM Toxoplasma

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah praktikum

imunologi II jurusan teknologi laboratorium medik

Disusun oleh

1. Nabilah Delia Noviana

2. Nada Danilah Hasbi

3. Nur Aulia Farikha

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PRIMA

INDONESIA

Jurusan D3 Teknologi Laboratorium Medis (TLM)

Jl. Raya Babelan KM 9,6, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babalan, Bekasi Utara 17610

Telp.: (021) 89134420 dan website: www.stikesprimandonesia.ac.id


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah praktikum imunologi II ini

tentang “Pemeriksaan IgG/igM Toxoplasma” dengan baik dan tepat pada

waktunya. Adapun makalah praktikum imunologi II ini telah kami usahakan

semaksimal mungkin.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan keterbatasan dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya

yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

kami perlukan untuk pengembangan makalah ini kedepan.

Harapan kami semoga makalah praktikum imunologi II ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, dapat memberikan pemahaman bagi

pembaca, serta dapat dijadikan pedoman bagi pembaca untuk lebih mendalami

materi ini.

Bekasi, 9 Maret 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Definisi Toxoplasmosis................................................................................ 4
B. Cara Penularan Toxoplasmosis .................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 5
D. Diagnosis Toxoplasmosis ............................................................................ 6
E. Pemeriksaan Toxoplasma Metode Immunokromatografi ............................ 7
F. Macam-macam Metode Pemeriksaan ........................................................ 11
G. Pengobatan ................................................................................................. 15
H. Pencegahan ................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan

yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang

dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraseluler yang

banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis

sering tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam

menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik

dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil

trisemester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau

epilepsi.

Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi

penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan

hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang

disebutkan di atas, penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing

dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang

yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya

yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan

yang terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit toxoplasmosis.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Apa itu toxoplasmosis ?

2. Bagaimana cara penularan toxoplasmosis ?

3. Apa saja tanda dan gejalanya ?

4. Apa diagnosis dari toxoplasmosis ?

5. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Toxoplasma dengan menggunakan

metode immunokromatografi ?

6. Apa saja macam-macam metode pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

mendeteksi adanya infeksi Toxoplasma ?

7. Apa saja pengobatan dan pencegahan yang dapat dilakukan ?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk dapat mengetahui definisi dari toxoplasmosis.

2. Untuk dapat mengetahui cara penularan toxoplasmosis.

3. Untuk dapat mengetahui tanda dan gejalanya.

4. Untuk dapat mengetahui diagnosis dari toxoplasmosis.

5. Untuk dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan Toxoplasma dengan

menggunakan metode immunokromatografi.

6. Untuk dapat mengetahui macam-macam metode pemeriksaan yang dapat

dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi Toxoplasma.

7. Untuk dapat mengetahui pengobatan dan pencegahan yang dapat dilakukan.

2
D. Manfaat

Manfaat dari makalah ini yaitu :

1. Dapat dijadikan pedoman bagi pembaca untuk bisa dilakukan pengembangan

lebih lanjut tentang makalah pemeriksaan IgG/IgM Toxoplasma ini.

2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk lebih memahami tentang

metode pemeriksaan IgG/IgM Toxoplasma.

3. Memberikan pemahaman kepada pembaca terhadap penyakit yang

disebabkan oleh Toxoplasma gondii.

4. Dapat melakukan pemeriksaan IgG/IgM Toxoplasma dengan menggunakan

beberapa metode.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Toxoplasmosis

Penyakit toxoplasmosis adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan

janin dan bisa menyebabkan keguguran. Parasit penyebabnya adalah Toxoplasma

gondii yang berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar

bersama fesesnya, terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing dan di tanah

atau pupuk kebun. Anda bisa terinfeksi oleh parasit ini ketika membersihkan

kotoran kucing atau memegang tanah yang terdapat feses kucing. Anda juga bisa

terkena toxoplasmosis karena mengonsumsi daging yang dimasak setengah

matang (dimana daging tersebut terinfeksi oleh parasit Toxoplasma gondii).

Meskipun kucing adalah tempat hidup utama parasit ini, Toxoplasma gondii juga

bisa hidup pada anjing, unggas dan hewan ternak seperti babi, sapi atau kambing.

Janin bisa terinfeksi Toxoplasma gondii melalui saluran plasenta jika si ibu

terserang toxoplasmosis ketika sedang mengandung. Infeksi parasit ini bisa

menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan

fungsi mata.

B. Cara Penularan Toxoplasmosis

Infeksi dapat terjadi bila manusia memakan daging mentah atau kurang

matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor

4
lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi Toxoplasma

gondii ke janin terjadi melalui plasenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini.

Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan

menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau

melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan

Toxoplasma gondii.

C. Tanda dan Gejala

Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi Toxoplasma gondii

biasanya tanpa gejala. Sekitar 10-20% pasien mengalami limfadenitis atau

sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. Gejala biasanya dapat hilang tanpa

pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun beberapa kasus dapat

memakan waktu hingga satu tahun. Gejala berat termasuk myositis, miokarditis,

pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan

refleks parah, hemiplegia dan koma, tapi jarang terjadi. Ensefalitis, dengan gejala

sakit kepala, disorientasi, mengantuk, hemiparesis, perubahan refleks dan kejang,

dapat menyebabkan koma dan kematian. Nekrosis perbanyakan parasit dapat

menyebabkan beberapa abses dalam jaringan saraf dengan gejala lesi.

Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis juga terjadi. Penularan

toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang kecuali

dalam rahim (Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2005).

5
D. Diagnosis Toxoplasmosis

Meskipun insiden infeksi toxoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang

dilakukan karena tanda klinis dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi

lainnya. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk diagnosis. Hanya mendeteksi

antibodi yang spesifik saja tidak cukup karena banyak manusia dan binatang

memiliki titer antibodi. Sebuah infeksi baru dapat menjadi pembeda dengan

deteksi peningkatan jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes yang berbeda

(IgG, IgM, IgA) atau dari sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada

kombinasi dengan gejala klinis dapat mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai

contoh pada biopsi atau abortion material. Deteksi kista jaringan (hanya seperti

antibodi saja) tidak mengkonfirmasi infeksi aktif.

Identifikasi Toxoplasma gondii dalam darah atau cairan tubuh (Medows,


2005), yaitu :
1. Isolasi Toxoplasma gondii dalam darah atau cairan tubuh (misalnya, CSF,
cairan ketuban) dengan inokulasi kultur jaringan.
2. Fluorescent antibodi atau tachyzooites pewarnaan immunoperoxidase.
3. Reaksi berantai polimerase (PCR) untuk deteksi T. gondii DNA.
4. Serologi, yaitu :
a. ELISA untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA atau antibodi IgE
b. IFA deteksi IgG atau IgM
c. IgM spesifik tes yang dilakukan bila diperlukan untuk menentukan waktu
infeksi, misalnya dalam sebuah pregnansi. Sebuah tes negatif yang kuat
IgM menunjukkan bahwa infeksi ini tidak baru, tetapi tes IgM positif sulit
untuk menginterpretasikan. IgM spesifik toksoplasma dapat ditemukan
hingga 18 bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang umum.
d. Uji aviditas imunoglobulin G.
e. Immunosorbant aglutinasi untuk IgM atau IgA.

6
f. Uji Sabin-Feldman dye, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi lateks,
aglutinasi dimodifikasi dan fiksasi komplemen.
5. Pencitraan Radiologi
a. Computed Tomography (CT) atau radiologi dapat menunjukkan
toksoplasmosis otak, USG dapat digunakan pada janin dan klasifikasi atau
ventrikel membesar dalam otak bayi baru lahir.
b. CT atau MRI dapat menunjukkan beberapa kontras, bilateral meningkat
("cincin-lesi") dalam otak.

E. Pemeriksaan Toxoplasma Metode Immunokromatografi

5.1. Tujuan

1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan IgM Toxoplasma

2. Untuk dapat melakukan pemeriksaan IgG Toxoplasma

3. Untuk dapat mendeteksi adanya infeksi Toxoplasma

5.2. Prinsip

Perangkat uji Toxoplasma IgG / IgM memiliki 3 garis pra-dilapisi, "G"

(Toxoplasma IgG Test Line), "M" (Toxoplasma IgM Test Line) dan "C"

(ControlLine) pada permukaan membran. Ketiga garis di jendela hasil tidak

terlihat sebelum menerapkan sampel apa pun. "Jalur Kontrol" digunakan untuk

kontrol prosedural. Jalur kontrol harus selalu muncul jika prosedur pengujian

dilakukan dengan benar dan reagen uji jalur kontrol berfungsi. Garis ungu "G"

dan "M" akan terlihat di jendela hasil jika ada cukup antibodi IgG dan / atau IgM

terhadap Toxoplasma dalam sampel. Jika IgG dan / atau antibodi IgM terhadap

Toxoplasma tidak ada dalam sampel, tidak ada tampilan warna pada "G" dan /

atau "M".

7
5.3. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Alcohol swab
1. Alat sentrifugasi 2. Kit pemeriksaan IgG/IgM
2. Mikropipet & tip/pipet sekali Toxoplasma
pakai 3. Masker
3. Pengatur waktu 4. Sampel (serum/plasma/darah
4. Tourniquet lengkap)
5. Tabung pengumpul darah 5. Sarung tangan
6. Spuit

5.4. Prosedur Uji

1. Biarkan semua komponen uji dan spesimen mencapai suhu kamar sebelum

pengujian

2. Lepaskan perangkat uji dari kantong foil, dan letakkan di permukaan yang

rata dan kering

8
3. Dengan mikropipet atau penetes sekali pakai, tambahkan sekitar 10 μL

dari serum / plasma atau spesimen darah utuh ke dalam sampel yang

bertanda "S". Biarkan sekitar 30 detik agar spesimen terserap total.

4. Tambahkan 3 tetes buffer pengencer ke dalam sampel dengan baik.

5. Saat tes mulai bekerja, anda akan melihat warna merah bergerak melintasi

jendela hasil di bagian tengah perangkat uji.

6. Tunggu hasil tes pada 15-20 menit. Perhatian: Jangan membaca hasil tes

setelah 20 menit. Membaca terlalu terlambat dapat memberikan hasil yang

salah.

5.5. Interpretasi Hasil Tes

 Negatif : Hanya terlihat satu garis kontrol (C) pada perangkat tes. Berarti

tidak ada antibodi IgG dan IgM yang terdeteksi.

9
 IgM Positif : Garis kontrol (C) dan garis IgM (M) terlihat pada perangkat uji.

Ini positif untuk antibodi IgM terhadap Toxoplasma.

 IgG Positif : Garis kontrol (C) dan garis IgG (G) terlihat pada perangkat uji.

Ini positif untuk antibodi IgG terhadap Toxoplasma.

 IgG dan IgM Positif : Garis kontrol (C), IgM (M) dan garis IgG (G) terlihat

pada perangkat uji. Ini positif untuk antibodi IgM dan IgG terhadap

Toxoplasma.

 Tidak valid : Garis kontrol gagal muncul. Dapat disebabkan karena volume

spesimen yang tidak mencukupi atau teknik prosedural yang tidak benar

adalah alasan yang paling mungkin untuk kegagalan jalur kontrol. Ulangi

pengujian menggunakan perangkat uji baru.

Hasil IgG Hasil IgM Relevansi Klinik

Negatif Negatif Belum pernah terinfeksi Toxoplasma


gondii  KIE laboratorium serial
tiap bulan (setidaknya trimsemester
2). Bila serokoversi, potensial
tranmisi infeksi infeksi pada janin.

Positif Negatif Pada trisemester satu atau kedua,


umumnya menunjukkan infeksi
sudah terjadi sebelum kehamlan.

Negatif Positif atau ekuifokal Awal infeksi akut atau positif palsu.
Ulangi pada lab yang direferensikan
(Sabin Feldman).

Positif Positif atau ekuifokal Infeksi akut atau infeksi kronis,


periksa IgG Avidity.

10
5.6. Kelebihan dan kekurangan

Keuntungan pemeriksaan IgG/IgM immunokromatografi adalah waktu yang

dibutuhkan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan singkat. Prosedur kerjanya

sangat praktis. Alat yang digunakan sangat stabil dalam jangka waktu yang

panjang. Meskipun banyak keuntungan dari pemeriksaan metode ini juga terdapat

kekurangannya yaitu, pemeriksaan yang dilakukan hanya secara kualitatif

sehingga tidak diketahui kadar imunoglobulin dan membutuhkan biaya yang

mahal.

F. Macam-macam Metode Pemeriksaan

Pada pemeriksaan IgG/IgM terhadap Toxoplasma dengan metode

immunokromatografi hanya digunakan sebagai uji pendahuluan. Oleh karena itu,

metode diagnosis alternatif yang lebih spesifik perlu digunakan untuk

mendapatkan konfirmasi infeksi Toxoplasma, beberapa metode diantaranya

sebagai berikut :

1. Indirect Immunofluorescent Antibody Test (IFAT)

Uji ini didasarkan atas penghambatan pewarnaan Toxoplasma gondii

dengan fluorescent antibody oleh antibody dalam tes serum. Uji ini telah

digunakan secara luas dan bersama dengan teknik haemaglutinasi terbukti sebagai

metode yang paling praktis untuk diagnosa Toxoplasma gondii.

2. Uji haemaglutinasi

11
Merupakan pengujian dengan menggunakan sifat antigen yang mampu

mengaglutinasi sel darah merah. Uji ini merupakan uji serologis murni yang

banyak digunakan di laboratorium.

3. Sabin-Feldman dye test

Merupakan tes serologi yang biasa dipakai untuk mengukur kadar antibodi

terhadap T. gondii. Teknik diagnosa toksoplasmosis dengan teknik Dye Test

(Sabin – Feldman dye test) juga termasuk dalam pengujian yang melibatkan

komplemen. Pada dasarnya teknik Dye Test (DT) merupakan modifikasi dari

CFT. Modifikasinya terletak pada teknik pewarnaannya yang menggunakan biru

metilen. Uji ini dianggap sebagai standar emas pengujian dalam toksoplasmosis

meskipun telah diketahui beberapa kelemahan esensial pada uji ini (Subekti et al.,

2005). Dye Test dapat mendeteksi kehadiran komplemen dan antibodi IgG

spesifik Toxoplasma gondii. Hasil positif menunjukan bahwa pasien pernah

terpapar oleh parasit tersebut. Hasil negatif menunjukan bahwa pasien belum

pernah terpapar oleh Toxoplasma gondii. Namun pada beberapa kasus, antibodi

IgG mungkin tidak terdeteksi 2 sampai 3 minggu setelah paparan pertama dengan

Toxoplasma gondii

4. Uji pengikatan komplemen (Complemen Fixation Test/CFT)

Uji ini telah digunakan secara luas untuk uji diagnosis. Antibodi pengikatan

komplemen biasanya muncul lebih lambat dan menghilang lebih cepat

dibandingkan dengan dideteksi oleh uji-uji lain yang hampir pada semua kasus

menghilangnya antibodi selalu diikuti dengan menghilangnya gejala klinis.

12
Antigen yang didapatkan untuk uji ini diperoleh dari membran korio-alantois

embrio ayam yang terinfeksi dan dari eksudat embrional tikus.

5. Uji kulit (skin test)

Antigen untuk uji ini didapat dari T. gondii yang berasal dari eksudat

peritoneal tikus melalui proses pembekuan dan pencairan dengan cepat. Reaksi

yang terjadi adalah tipe hipersensitifitas yang tertunda, karena terdapat hubungan

antara uji kulit positif dengan uji pewarnaan serum positif meskipun tidak ada

hubungan antara daerah eritema pada uji kulit dengan titer antibodi serum positif.

6. Uji ELISA

Akhir-akhir ini ELISA mulai dikembangkan untuk mendeteksi infeksi yang

baru terjadi dengan cara membandingkan estimasi antibodi IgM dan IgG.

Keberadaan IgM menunjukkan adanya infeksi yang baru terjadi.

Prinsip Tes Pemeriksaan IgG Toxoplasma gondii Metode ELISA (Enzyme-

Linked Immunosorbent Assay) dengan alat Microplate Reader Rayto RT-2100C

dan Microplate Washer Rayto RT-2600C Antibodi IgG Toxoplasma gondii

didasarkan pada prinsip Enzyme immunoassay (EIA). Antigen Toxoplasma terikat

pada permukaan strip mikrotiter. Protein sampel yang dilemahkan atau kalibrator

siap pakai di pipet ke dalam lubang mikrotiter Pengikatan antara Antibodi IgG

pada serum dan Antigen Toxoplasma yang di mobilisasi terjadi setelah satu jam

inkubasi pada suhu kamar, dan di bilas dengan larutan pencuci yang sudah

diencerkan, untuk menghilangkan larutan yang tidak terikat, kemudian konjugasi

anti-human IgG peroksida ditambahkan dan di inkubasi selama 30 menit, di

lanjutkan dengan pencucian kembali ditambahkan substrate dan di inkubasi 20

13
menit, dan terbentuk warna biru di dalam sumur terbentuknya warna biru ini di

akhiri dengan larutan stop solution, yang akan mengubah warna biru menjadi 29

kuning, hasil warna yang terbentuk ini di ukur dengan ELISA Reader

(spektrofotometri) pada panjang gelombang 450 nm. Konsentrasi antibodi

berbanding lurus dengan intensitas warna. Metode ELISA ini ada beberapa

kelebihan, antara lain hasil memiliki sensitivitas yang tinggi, pengerjaan yang

cukup relatif sederhana, dapat mendeteksi antigen atau antibodi walaupun dengan

kadar yang rendah (hal ini berkaitan dengan adanya ikatan antigen-antibodi yang

spesifik) dan dapat mengetahui titer antibodi dari seseorang yang dinilai secara

kuantitatif.

Pemeriksaan metode ELISA tersebut masih memiliki kekurangan ditinjau

dari harga yang relatif mahal dan reaksi antara enzim signal dan substrate yang

sangat cepat, sehingga pembacaan harus dilakukan dengan cepat (namun saat ini

dapat diatasi dengan adanya larutan stop solution). Pemeriksaan IgG ini tidak

dapat menjadi patokan seseorang terinfeksi Toxoplasma gondii kapan terjadinya

infeksi tersebut, karena pada umumnya pemeriksaan Toxoplasmosis meliputi 3

pemeriksaan yaitu pemeriksaan kadar IgM, IgG, dan IgG aviditas.

Pemeriksaan IgM jarang ditemukan dalam infeksi Toxoplasmosis, karena

IgM tetap dapat dideteksi sampai 2 tahun setelah infeksi primer dan kadar IgG

timbul beberapa minggu setelah IgM, mencapai puncaknya setelah 6 bulan dan

dapat bertahan pada titer yang tinggi selama beberapa tahun, kemudian menurun

secara perlahan-lahan, dan menetap pada kadar yang rendah 44 seumur hidup

(infeksi pada masa lampau), namun untuk membedakan infeksi primer

14
Toxoplasmosis dari infeksi masa lampau sulit dilakukan perlu pemeriksaan titer

IgG aviditas. IgG aviditas meningkat seiring waktu, dan antibodi IgG aviditas

tetap rendah untuk infeksi beberapa bulan pertama. Antibodi IgG aviditas rendah

dapat mengetahui indikasi bahwa pasien mengalami Toxoplasmosis dalam 8

bulan terakhir, dan antibodi IgG aviditas tinggi mengindikasi bahwa pasien

mengalami Toxoplasmosis dalam 5 bulan atau sebelum pemeriksaan

G. Pengobatan

Selain obat-obatan, Toxoplasma juga bisa diatasi dengan menjaga sistem

kekebalan tubuh. Bisa lewat obat-obatan atau cara alamiah seperti mengkonsumsi

makanan bergizi, berolahraga dan istirahat yang cukup. Beberapa suplemen juga

bisa membantu pertahanan tubuh melawan penyakit dalam waktu yang lama

untuk menjaga agar tubuh tetap sehat. Penting diingat bahwa karena berbentuk

parasit virus, Toxoplasma di dalam tubuh tidak bisa dihilangkan tetapi hanya bisa

dikontrol agar tidak membahayakan. Caranya dengan melakukan pengobatan

antibiotik yang tepat. Lamanya pengobatan bisa memakan waktu berbulan-bulan.

 Pengobatan pada ibu hamil

Toxolasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari

toxoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu

hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa

memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat diberikan

dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur kehamilan di

15
atas 16 minggu. Sebagai strategi baru untuk menanggulangi masalah infeksi

Toxoplasma yang bersifat persisten ini, digunakan kombinasi imunoterapi dan

pengobatan zat antimikroba yaitu isoprinosine dan levamisol .

 Pengobatan pada bayi

 Pirimetamin 2 mg/kg selama dua hari, kemudian 1 mg/kg/hari selama 2-6

bulan, dikikuti dengan 1 mg/kg/hari 3 kali seminggu.

 Sulfadiazin atau trisulfa 100 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis.

 Asam folinat 5 mg/dua hari.

 Spiramisin dosis 100 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, selang-seling setiap bulan

dengan pirimetamin.

 Prednison 1 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai ada perbaikan

korioreti-nitis. Perlu dilakukan pemeriksaan serologis ulangan untuk

menentukan apakah pengobatan masih perlu diteruskan.

H. Pencegahan

1. Segera periksakan diri anda, apakah positif Toxoplasma atau tidak.

Terutama para wanita atau wanita yang mempunyai rencana untuk hamil.

Tes darah bisa dilakukan di beberapa laboratorium diagnostik seperti

Prodia. Konsultasikan hal ini dengan dokter anda.

2. Masak daging dengan sempurna, minimal dengan suhu 70 derajat celcius.

3. Cuci buah-buahan dan sayuran dengan bersih.

4. Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum anda makan sesuatu.

16
5. Gunakan sarung tangan pada saat berkebun atau kontak dengan tanah.

Tanah yang terkontaminasi Toxoplasma adalah sumber infeksi yang

potensial.

6. Cuci tangan, meja/talenan dan peralatan dapur dengan air hangat dan

sabun setelah mengolah daging mentah.

7. Kotak pasir tempat anak-anak bermain di halaman harus ditutup bila tidak

digunakan.

8. Jangan minum air mentah kecuali sudah direbus mendidih.

9. Jangan memberikan daging mentah atau tidak matang kepada kucing anda.

Jangan memberikan susu yang tidak dipasteurisasi.

10. Jangan membiarkan kucing berkeliaran di luar rumah atau berburu

binatang berdarah panas.

11. Pakailah sarung tangan karet dan masker dan scoop pada waktu

membersihkan litterbox. Cuci tangan setelahnya.

12. Bersihkan dan buang feces kucing dari litterbox setiap hari, flush feces di

toilet, siram air panas atau dibakar. Siram dan bersihkan litterbox dan

scoopnya dengan air mendidih. Kontrol populasi tikus, kecoa, lalat dan

inang perantara toxoplasma gondii laiannya.

13. Wanita hamil dan orang-orang dengan sistem imunitas yg rendah seperti

terinfeksi HIV atau sedang mendapat pengobatan kemoterapi tidak boleh

membersihkan litterbox.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan

yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang

dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraseluler yang

banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penyakit toxoplasmosis

adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan janin dan bisa menyebabkan

keguguran. Pemeriksaan serologis yang dapat digunakan untuk mendeteksi

adanya infeksi Toxoplasma yaitu dengan pemeriksaan IgG/IgM Toxoplasma

menggunakan metode immunokromatografi. Tetapi pada metode

immunokromatografi hanya digunakan sebagai uji pendahuluan. Oleh karena itu,

metode diagnosis alternatif yang lebih spesifik perlu digunakan untuk

mendapatkan konfirmasi infeksi Toxoplasma seperti Indirect Immunofluorescent

Antibody Test (IFAT), Uji haemaglutinasi, Sabin-Feldman dye test, Uji pengikatan

komplemen (Complemen Fixation Test/CFT), Uji kulit (skin test), uji ELISA dll.

B. Saran

1. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil

trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.

18
2. Bagi wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu

sampai sembuh atau virus dalam keadaan istirahat.

3. Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung deng kucing.

4. Memasak daging yang matang pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan.

19
DAFTAR REFERENSI

Biogatelabs. Toxoplasma IgG/IgM Rapid Test [kit insert]. Canada: Biogate

Laboratories Ltd. Biopanda manual kit

Bharatawidjaja, K. G. 2000, Imunologi Dasar Edisi Keempat, Penerbit Balai

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Gandahusada, S. 2003. Parasitologi kedokteran. Jakarta: FKUI

Handojo, I. 2003. Pengantar Imunoasai dasar. Surabaya: Airlangga University

Press.

Hiswani. 2005. Toksoplasmosis Penyakit Zoonosis yang Perlu Diwaspadai. ISSN.

1410-6434. Jurnal USU Vol. IX No. 1. : 1-8.

Peraturan Mentri Kesehatan No.43. 2013 . Cara penyelenggaraan Laboratorium

Klinik yang Baik. Jakarta: Mentri Kesehatan Republik Indonesia.

Rantam, F.A. 2003. Metode Imunologi. Cetakan Pertama. Airlangga University

Press. Surabaya.

20

Anda mungkin juga menyukai