Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK LANJUT

Pemeriksaan Alkaline Phosphatase

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik Lanjut yang dibina oleh

Ibu Intan Nindya Swastika, A.Md. AK

Kelompok 6

Disusun oleh:

Rihanesa Diana Putri (P1337434319008)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES


SEMARANG 2021/2022
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK LANJUT

I. Judul
Pemeriksaan Alkaline Phosphatase Metode Kinetic photometric test (p-
Nitrophenylphosphate)

II. Hari/Tanggal
Kamis, 26 Agustus 2021

III. Tujuan
Untuk mengetahui prinsip dan prosedur pemeriksaan Alkaline Phosphatase

IV. Prinsip

Alkali phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang mentransfer 4-


nitrophenilphosphat dan 2-amino-2-metil-1-propanol (AMP) menjadi 4-nitrophenol.
Kenaikan 4-nitrofenol diukur secara fotometri pada panjang gelombang 405 nm yang
sebanding dengan aktivitas alkali phosphatase dalam sampel.

V. Dasar Teori
Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram.
Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung
empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan
menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang
diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus dengan struktur
serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler
dan sel kupffer yang merupakan bagian dari sistem retikuloendotelial.
Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid,
membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, serta
detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik. Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk
penapisan atau deteksi adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan
diagnosis, memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit,
menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta
menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati.
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi
terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga
berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang
membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam
serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang.
Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan
pada anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel
hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit
hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara
kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa
kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang
keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan).

VI. Alat dan bahan

• Alat : • Bahan :
1. Spektrofotometer 1. Serum
2. Tabung reaksi dan Rak tabung 2. Aquades
3. Mikropipet R1: - Dietanolamin pH 9,8 1,2 mol/L
4. Tip -Magnesium klorida 0,6 mmol/L
5. Centrifuge R2 : - p-Nitrofenilfosfat 50 mmol/L
6. Spuit
7. Tourniquet
8. Kapas alcohol
9. Kapas kering
VII. Prosedur Pemeriksaan
a. Pra Analitik
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Mencuci tangan seelum melakukan pemeriksaan
3. Petugas menggunakan APD lengkap
4. Pengambilan sampel darah vena :
1) Pasang tourniquet pada tangan pasien di atas lipatan siku
2) Lakukan palpasi untuk menentukan posisi vena
3) Lakukan sterilisasi pada daerah yang akan dilakukan penusukan vena
menggunakan kapas alkohol
4) Lakukan penusukan pada vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas
5) Apabila jarum sudah masuk pada vena akan terlihat akan terlihat indicator
darah masuk ke dalam spuit
6) Setelah volume darah cukup lepaskan tourniquet dan minta pasien untuk
membuka kealan tangannya
7) Letakan kapas kering pada bekas penusukan, kemudian Tarik jarum keluar
dari vena
8) Mintaa pasien untuk menekan kapas untuk menghentikan perdarahan
9) Plester pada bagian bekas penusukan
10) Tutup jarum suntik
11) Masukan sampel darah ke dalam tabung reaksi melalui pinggiran tabung

5. Pemisahan sampel serum dengan centrifuge

1) Siapkan alat centrifuge yang akan digunakan


2) Hubungkan centrifuge pada aliran arus listrik
3) Siapkan sampel darah yang akan dicentrifuge dan aquades untuk
penyeimbang
4) Letakan sampel darah dan aquadest pada centrifuge dengan posisi saling
berhadapan
5) Tutup centrifuge
6) Atur kecepatan dan waktu centrifuge yang akan digunakan, maka lampu
indicator akan menyala
7) Setelah centerifugasi selesai, tunggu sampei benar-benar centrifuge berhenti,
kemudian keluarkan sampel
8) Matikan alat centrifuge dan lepaskan stop kontak dari arus listrik

b. Analitik

1. Membuat working reagen 4:1


- Memipet reagen1 sebanyak 800 ul dan masukkan ke dalam tabung reaksi
- Memipet reagen2 sebanyak 200 ul dan masukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi reagen1
- Homogenkan menggunakan mikropipet
2. Siapkan sampel serum, lakukan pemipetan sampel serum sebanyak 20 ul dan
masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi working reagen
3. Homogenkan, lalu inkubasi selama 1 menit pada suhu 37oC
4. Baca absorbansi setelah 1 menit dan mulai stopwatch. Baca absorbansi lagi
setelah 1,2 dan 3 menit pada alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 405 nm.

c. Pasca Analitik
1. Mencatat hasil pemeriksaan dan melakukan perhitungan hasil
Rumus :
a. Dengan factor
ΔA/min x factor = AP activity [U/L]

b. Dengan kalibrator
AP [U/L]: ΔA/min.Sample X cons. Calibrator [U/L]
ΔA/min.Calibrator

2. Merapihkan meja kerja


3. Melepas APD
4. Mencuci tangan
VIII. Hasil
Interpretasi hasil Pemeriksaan ALP :
250 C 300 C 370 C
Anak-anak 1-12 tahun (U/L) <480 <596 <272
[µkat/L] <8.00 <9.93 <12.1
Wanita 13-17 tahun (U/L) <296 <367 <448
[µkat/L] <4.93 <6.12 <7.47
Pria 13-17 tahun (U/L) <617 <767 <935
[µkat/L] <10.3 <12.8 <15.6
Dewasa (U/L) <170 <211 <258
[µkat/L] <2.83 <3.52 <4.30

IX. Pembahasan
Fosfatase alkalin (ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh hati dan
tulang; enzim ini juga dapat berasal dari usus, ginjal, dan plasenta. Pemeriksaan ALP
berguna untuk menentukan apakah terdapat penyakit hati dan tulang. Jika terjadi
kerusakan ringan pada sel hati, kadar ALP mungkin agak naik, tetapi peningkatan yang
jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan
segera menurun, sementara kadar bilirubin serum tetap meningkat. Untuk menentukan
apakah sudah terjadi disfungsi hati, terdapat beberapa pengujian laboratorium yang perlu
dilakukan (mis., bilirubin, leusin aminopeptidase (LAP), 5'-nukleotidase [5'-NT], dan
gamma-glutamil transpeptidase [GGTP]).
Pada kasus kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena aktivitas osteoblastik
(pembentukan sel tulang) yang abnormal. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada
anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal akibat pertumbuhan
tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dengan penyakit
tulang, ALP(1) menandakan penyakit yang disebabkan oleh hati, sementara ALP(2) oleh
tulang.
Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar ALP yaitu metode Kinetic
photometric test (p-Nitrophenylphosphate)dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kadar ALP di dalam darah antara lain :
Penurunan kadar : Hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vitamin C),
hipofosfatasia, anemia pernisiosa, insufisiensi plasenta. Pengaruh
obat: Fluorida, oksalat, propranolol (Inderal).
Peningkatan kadar: Penyakit obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati,
hepatitis, hiperparatiroidisme, leukemia, kanker tulang (payudara
dan prostat), penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan
fraktur, mieloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir,
artritis reumatoid (aktif), penyakit ulkus. Pengaruh Obat: Albumin
IV, antibiotik (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin,
metildopa (Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang,
indometasin (Indocin), prokainamid, kontrasepsi oral (beberapa),
tolbutamid, isoniazid (INH), asam paraaminosalisilat (PAS).

IX. Simpulan

Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi


terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga
berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang
membuat air susu. Pemeriksaan alkaline phosphatase (ALP) menggunakan metode
Kinetic photometric test (p-Nitrophenylphosphate) merupakan pemeriksaan kuantitatif
dan dapat dijadikan patokan pada diagnosis satu penyakit. Kadar normal nya berivariasi
tergantung pada usia pasien. Namun, kadar pada pasien dewasa dalam darah adalah
kurang dari 170 U/L pada suhu 25°C, 211 U/L pada suhu 30°C, dan 258 U/L pada suhu
37°C.

X. Daftar Pustaka

Rosida Azma. 2016. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENYAKIT HATI. Jurnal


Berkala Kedokteran. Vol(12), No.1: 123-131. Bagian Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat/RSUD Ulin
Banjarmasin,

Maulidia Aldiana. Pemeriksaan Alkali Fosfatase. Makalah. Diakses pada tanggal 28


Agustus 2021 melalui:
https://aldianamaulidia.wordpress.com/2014/03/13/pemeriksaan-alkali-
fosfatase/

_______. 2017. Uji Fosfatase Alkalin (Alkalin Phosphatase, ALP) Dengan Isoenzim
(Serum) - Seri Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Makalah. Diakses pada
tanggal 28 Agustus 2021, melalui: https://www.infolabmed.com/2017/02/uji-
fosfatase-alkalin-alkalin.html

Manual kit Diasys

Anda mungkin juga menyukai