Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II

PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN TB

DISUSUN OLEH:
NAMA : WA NUR ARLIN RAHMADHANTY
NIM : A201501042
KELAS : B2
KELOMPOK : III (TIGA)
INSTRUKTUR : TITI PURNAMA, S.Si., M. Kes

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI LMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis), umumnya menyerang paru, tetapi bisa juga
menyerang bagian tubuh lainnya. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan
terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara
mikroskopis sehingga disebut sebagai basil tahan asam (BTA).
Monoclonal antibody (MAb) adalah suatu antibodi monospesifik, yaitu kumpulan
antibodi yang memiliki target antigen yang sama (mono). MAb memiliki beberapa
kegunaan seperti pengobatan penyakit kanker, pengobatan penyakit autoimun, dan
diagnosa penyakit infeksi. MAb sudah digunakan untuk mendiagnosis infeksi dari bakteri
Legionella pneumophila, Neisseria meningitidis, Salmonella Sp., Escherichia coli, dan
Streptococcus pneumoniae. Sebagai alat diagnostik, MAb dapat dibentuk ke dalam strip
test (immunochromatography), sehingga penggunaannya sangatlah praktis dan mudah.
MAb dapat mendeteksi suatu infeksi meskipun antibodi belum terbentuk, karena fungsi
dari mAb sebagai alat diagnostik adalah untuk mendeteksi antigen dari patogen penyebab.
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan spesies dari mikobakteri
yang bersifat patogen. Antigen dari M. tuberculosis sudah dapat dideteksi dalam darah
semenjak onset penyakit. Antigen PE-PGRS, PTRP, dan MtrA adalah tiga antigen yang
dapat ditemui pada pasien TB yang masih berada pada fase preklinik TB. Oleh karena itu,
ketiga antigen tersebut merupakan antigen yang paling berpotensi untuk digunakan dalam
skrining penyakit TB dengan metode strip test maka dilakukan praktikum pemeriksaan TB
untuk mengetahui tata cara pemeriksaan TB.. Maka dari itu penting untuk dilakukannya
pemeriksaan TB guna mendeteksi secara cepat penyebab penyakit dengan metode rapid
test dan menambah pengetahuan mahasiswa khususnya di bidang ilmu Imunoserologi.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui tahap pra analitik,
analitik, dan pasca analitik pemeriksaan TB menggunakan Rapid Test.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui tahap pra
analitik, analitik, dan pasca analitik pemeriksaan TB menggunakan Rapid Test.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh
spesies Mycobacterium tuberculosis dan ditandai dengan pembentukan tuberkel serta
nekrosis kaseosa pada jaringan (Komala, 1998). Proses terjadinya infeksi oleh M.
tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB Paru merupakan manifestasi klinis yang
paling sering dijumpai dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar
melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuklei, khususnya yang didapat dari pasien
TB Paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam atau BTA
(Sudoyo et al., 2006).
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang utama. Pada
tahun 2012 World Health Organization (WHO) melaporkan 9 juta kasus dan 1,4 juta
kematian disebabkan oleh tuberkulosis (WHO, 2012). Penyakit yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis complex ini biasanya menginfeksi organ paru (TB paru), tetapi
dapat juga menginfeksi organ lainnya (TB ekstraparu). Sumber penularan TB ini adalah
penderita TB dengan basil tahan asam (BTA) positif. Penderita TB paru BTA positif dapat
mengeluarkan bakteri M. tuberculosis dalam bentuk droplet ke udara pada waktu penderita
sedang batuk dan bersin sehingga menjadi sumber penularan kepada orang di sekitarnya.
Penegakan diagnosis yang cepat dan tepat serta pengobatan dini pada penderita TB
merupakan suatu upaya dalam pencegahan dan penyebaran tuberkulosis lebih lanjut, serta
merupakan kunci utama dalam penanggulangan TB (CDC, 2011).
Diagnosis TB pada tahap dini cukup sulit dilakukan, karena gambaran klinis yang
timbul tidak spesifik. Pemeriksaan gejala klinis yang timbul, pemeriksaan fisik, radiologis
dan pemeriksaan laboratoris, dibutuhkan untuk diagnosis TB. Diagnosis pasti adalah dengan
ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan biakan dahak atau kultur. Teknik kultur
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, tetapi dibutuhkan waktu yang lama untuk
memperoleh hasilnya, yaitu lebih dari satu minggu. Selain itu, dibutuhkan tenaga yang
memiliki keahlian khusus untuk dapat mengerjakannya. Oleh karena itu, dibutuhkan metode
yang cepat, sensitif dan spesifik untuk menegakkan diagnosis TB Paru (Kalma, 2003).
Diagnosis TB menggunakan Immunochromatography Tuberculosis (ICT-TB) yang
merupakan teknik yang cepat dan sederhana serta mudah dalam pengoprasiannya. Prinsip
kerja ICT-TB ini adalah reaksi antigen pada alat yang akan berikatan dengan anti-TB dari
sampel penderita yang dikonjugasikan ke partikel halus berwarna, yaitu colloidal gold
(merah) sebagai perlabel. Partikel tersebut sangat halus (1-20 nm) sehingga daya migrasinya
kuat dan dalam waktu yang sangat singkat dan mencapai garis atau antigen pengikat dan
imun yang terbentuk kemudian akan mengalir melalui membran (nitroselulose) yang dilapisi
oleh penangkap terhadap antigen mikroba yang sama. Sampel yang digunakan untuk
pemeriksaan ICT-TB berupa serum, plasma atau darah lengkap (Meita, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Pemeriksaan TB Dengan Menggunakan Rapid Test (RDT) ini dilakukan
pada hari Sabtu tanggal 10 Juni 2017 pukul 08.00 Selesai WITA. Bertempat di
Laboratorium Klinik Terpadu D-IV Analis Kesehatan Mandala Waluya Kendari.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Strip TBC/Test card TBC
b. Mikropipet
c. Tip
d. Sentrifuge
e. Tabung reaksi kecil
f. Rak tabung
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Sampel serum
b. Sampel dilution buffer
c. Kapas kering
d. Alkohol 70%

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pra Analitik
a. Persiapan pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus.
b. Persiapan sampel : Serum/Plasma.
c. Prinsip : Pada saat serum di teteskan pada ruang atau
sumur sampel, sampel akan berreaksi dengan partikel yang
telah di lapisi dengan protein yang terdapat pada bantalan
specimen. Campuran ini bergerak scara kromatografi, jika
serum mengandung antibody mycobacterium tuberculosis
maka akan timbul garis warna pada garis test.

2. Analitik
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Diadaptasikan semua kit dan sampel ke suhu ruang sebelum digunakan.
c. Dibuka kantong tes, diletakkan tes ditempat datar dan kering.
d. Dimasukkan 3 tetes serum pada sumur sampel.
e. Ditambahkan 1 tetes larutan buffer.
f. Didiamkan selama 5 menit.
g. Dibaca reaksi yang terjadi.
3. Pasca Analitik
a. Negatif : Terbentuk satu garis warna pada zona garis control saja,
ini berarti pada serum dan plasma dan darah tidak ada
antibody Mycobacterium Tuberculosis.
b. IgM Positif : Terbentuk dua garis warna merah muda atau ungu tepat di
area Tes (T) dan di area Kontrol (C). Hal ini berarti pada
serum terdapat antibody Mycobacterium Tuberculosis.
c. Invalid : Jika tidak timbul garis warna zona Control maka tes di
nyatakan gagal, diulangi test dengan alat yang baru.

D. Hasil Pengamatan
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. Dewi
b. Umur : 31 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat :-
e. Lama pengobatan : 5 bulan
f. Jenis pemeriksaan : TB Serum Cassete

2. Hasil Pengamatan

Keterangan : Negatif (-) TB

BAB IV
PEMBAHASAN

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologi untuk


mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Apabila serum mengandung antibodi IgG
terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis
warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan
minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
Penderita TB paru BTA positif dapat mengeluarkan bakteri M. tuberculosis dalam
bentuk droplet ke udara pada waktu penderita sedang batuk dan bersin sehingga menjadi
sumber penularan kepada orang di sekitarnya. Penegakan diagnosis yang cepat dan tepat serta
pengobatan dini pada penderita TB merupakan suatu upaya dalam pencegahan dan
penyebaran tuberkulosis lebih lanjut, serta merupakan kunci utama dalam penanggulangan
TB.
Uji serologi untuk mendeteksi antibodi M. tuberculosis dengan metode rapid
immunochromatography (ICT) sudah banyak dilakukan. Metode diagnostik ini merupakan
metode pemeriksaan yang mudah, cepat, dan akurat untuk memperbaiki diagnosis dan
meningkatkan efisiensi pengendalian TB dalam menanggulangi berbagai keterbatasan
tersebut.
Nilai sensitivitas yang rendah dan hasil spesifisitas pada pemeriksaan ICT TB ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, Immunoglobulin G belum beredar di dalam serum
penderita. Saat alergen M.tuberculosis masuk dalam tubuh penderita, maka sistem imunitas
seluler (fagositosis dan limfosit T) lebih berperan dan tubuh butuh beberapa minggu sebelum
mengaktivasi sistem imunitas humoral. Pada awal infeksi, sistem imun humoral akan
mensintesis Ig M terlebih dahulu selama kurang lebih 4 6 minggu baru kemudian disusul
sintesis Ig G. Maka kemungkinan tidak terdeteksinya Ig G di serum penderita disebabkan
oleh pemeriksaan serum penderita dilakukan di awal perjalanan penyakit TBC seblum Ig G
beredar dalam darah.
Sistem pertahanan tubuh penderita yang rendah pada penderita karena menderita
penyakit penyerta seperti DM, HIV, usia lanjut, atau karena menkonsumsi obat imunosupresi
sehingga tubuh penderita tidak mampu memproduksi Immunoglobulin G yang spesifik
terhadap Mycobacterium tuberculosis. Faktor kesalahan pemeriksa dalam melakukan
pemeriksaan serologi ICT TB. Kemungkinan dari kesalahan alat pemeriksaan ICT TB baik
dari bahan maupun antigen yang digunakan. Jumlah sampel yang kurang banyak dalam
pelaksanaan penelitian ini sehingga mempengaruhi hasil penghitungan sensitivitas dan
spesifisitas.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pemeriksaan TB pada pasien Ny
Dewi didapatkan Terbentuk satu garis warna pada zona garis control saja, ini berarti pada
serum dan plasma dan darah tidak ada antibody Mycobacterium Tuberculosis ( negatif) Hal
ini terjadi karena pasien sudah menjalani 6 bulan masa pengobatan yang mengakibatkan pada
saat pemeriksaan didaptkan hasil negatif.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan TB ini dapat disimpulkan bahwa pada
pasien Ny dewi didapatkan hasil negatif, yang ditandai dengan terbentuknya satu garis
warna pada zona garis control saja, ini berarti pada serum dan plasma dan darah tidak ada
antibody Mycobacterium Tuberculosis.

B. Saran
Agar praktikan dapat memerhatikan setiap prosedur pengerjaaan dengan sebaik-
baiknya di bawah pengawasan dosen praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Ana Majdawati, 2010. Uji Diagnostik Gambaran Lesi Foto Thorax Pada Penderita Dengan
Klinis Tuberkulosis Paru. Jurnal Fakultas Kedokteran. 10 (2) : 181-182
Diana, S. 2013. Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) Pada Sputum Penderita Batuk 2
Minggu Di Poliklinik Penyakit Dalam Blu RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
Jurnal e-Clinic. 1 (1) : 1-2
Meita Hendrianyngtias, 2013. Uji Diagnostik Basil Tahan Asam Pada Sputym dan
Immunochromatograhy Tuberculosis Menggunakan Sampel Serum dan Darah
Kapiler. Jurnal Fakultas Kedokteran. 2 (1) : 16-17
Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Sibuea H. W, Panggabean M, M, Gultom P, S, 2005. Patofisiologi Clinical Concepts Of
Desiase Process. Edisi 6. Vol 2. Alih bahsa Brahm U. EGC. Jakarta
Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil Penderita Batuk Darah yang Berobat
Ke Bagian Paru RSUP Persahabatan. J Respir Indo. 19:54-9

Anda mungkin juga menyukai