Anda di halaman 1dari 7

Nama : I Nyoman Ocef Priambada

NIM : P07134016045

Semester : IV (Empat)

EVALUASI MORFOLOGI ERITROSIT

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui kelainan bentuk eritosit ( poikilositosis )
2. Mahasiswa dapat mengetahui kelainan ukuran eritrosit ( anisositosis )
3. Mahasiswa dapat mengetahui kelainan warna eritrosit

b. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan pada sediaan hapusan darah
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dan mengamati kelainan
bentuk eritrosit ( poikilositosis ) pada sediaan hapusan darah
3. Mahasiswa dapat membedakan kelainan ukuran eritrosit ( anisositosis )
pada sediaan hapusan darah
4. Mahasiswa dapat membedakan kelainan warna eritrosit pada sediaan
apusan darah

II. METODE
Metode yang digunakan pada pratikum ini yaitu pemeriksaan dengan
sediaan kering secara mikroskopik.

III. PRINSIP
Sediaan apusan darah diletakkan diatas meja mikroskop dan diamati
pada pembesaran lensa objektif 100x dengan penambahan oil imersi.
Pengamatan dilakukan pada counting area dan diamati kelainan morfologi
eritrosit meliputi bentuk, warna, dan ukuran.

IV. DASAR TEORI

Rata-rata orang dewasa memiliki lebih dari 5 liter darah di dalam


tubuhnya. Darah membawa oksigen, nutrisi dan juga menghasilkan immune
cells yang digunakan untuk melawan suatu infeksi. (HEMATOLOGY,
2008).
Red Blood Cells (RBC) atau eritrosit merupakan salah satu golongan
darah dari golongan darah yang lain di dalam darah, seperti White Blood
Cells (WBC), platelet dan plasma. Bentuk eritrosit adalah bulat, bikonkaf
dan pipih. Bentuknya berkaitan dengan fungsinya yaitu mengangkut
oksigen. (Tomari et al., 2015). Sel darah merah adalah sel darah paling
umum yang mengantarkan oksigen ke jaringan tubuh melalui sistem
kardiovaskular. Sel darah merah mengambil oksigen masuk ke alveoli dan
menukarnya dengan karbon dioksida dan pertukaran gas terjadi dengan
difusi sederhana yaitu lebih tinggi tekanan oksigen berdifusi dari alveoli ke
yang lebih rendah tekanan oksigen dalam darah, sedangkan karbon dioksida
berdifusi ke arah yang berlawanan sesuai dengan konsentrasi gradien.
(Khan, Khan, & Naseem, 2012).
Eritrosit adalah unsur terpenting dan utama darah. Biasanya ada 4-6 juta
dalam jumlah normal tubuh manusia. Hemoglobin merupakan bagian utama
sel darah merah, membawa oksigen dari paru - paru ke jaringan dan karbon
dioksida dari Jaringan kembali ke paru-paru. Jika ada variasi dalam hitungan
RBCs Ditemukan, hal itu bisa berakibat pada banyak gejala dan penyakit
yang bisa menyerang. Jadi, sel darah merah memegang peran penting dalam
mengidentifikasi berbagai penyakit. (Khan et al., 2012).
Pemeriksaan apusan darah dapat digunakan untuk mendukung temuan
dari tes dan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan darah sering digunakan
sebagai uji lanjutan terhadap hasil abnormal pada jumlah darah lengkap
(CBC) untuk mengevaluasi berbagai jenis sel darah. Ini dapat digunakan
untuk membantu mendiagnosis dan atau memantau berbagai kondisi yang
mempengaruhi populasi sel darah (Dominique Smith, 2014).

V. ALAT DAN BAHAN


a.) ALAT
- Mikroskop

b.) BAHAN
- Sediaan Preparat Apusan Darah Tepi
- Oil Imersi
- Tissue
- Alkohol 70%

VI. CARA KERJA


Memeriksa Sediaan Apus Darah Tepi ( Morfologi Eritrosit ) :
1. Disiapkan sedian yang akan diamati
2. Dengan mata telanjang, diperiksa mutu pulasan sebelum dipulas
3. Diletakkan sediaan diatas meja mikroskop
4. Diamati sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x ( setelah
dipulas ), diperiksa apakah penyebaran sel cukup rata, bagaimana mutu
pulasannya, dan bagaimana penyebaran eritrosit serta kesan – kesan
jumlahnya
5. Dilanjutkan dengan perbesaran 100 x dengan menggunakan oil imersi.
 Evaluasi Eritrosit
Yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi eritrosit adalah morfologi
sebagai berikut :
- Ukuran ( Size ) : Diameter eritrosiut yang normal ( normositik )
adalah 6 – 8 µm atau kurang lebih sama dengan inti limfosit kecil
- Bentuk ( Shape ) : Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi
lebih merah daripada bagian sentralnya
- Warna ( Stanning ) : Bagian sentral lebih pucat disebut akromia sentral
yang luasnya antara 1/3 – ½ kali diameter eritrosit
- Sel – sel muda dan abnormal
- Distribusi : Merata

VII. HASIL PENGAMATAN


A. Non Patologis
Nama : Ni Wayan Yeni Adnyani
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan
diperoleh hasil :
Size : normositik
Shape : stomatocytes, teardrop cell
Stain : normokrom

Gambar Keterangan
Ditemukan stomatocytes

Ditemukan teardrop cell

B. Patologis
Nama : Joy Kurnia Teja
ID : 1802130096E
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan
diperoleh hasil :
Size : normositik
Shape : elliptocytes, target cell, echinocytes
Stain : normokrom

Gambar Keterangan
Ditemukan elliptocytes
(berbentuk ellips)

Ditemukan target cell

Ditemukan echinocytes

Pada sediaan non patologis ditemukan hasil normositik, normokrom,


poikilositosis : stomatocyte dan teardrop cell. Sedangkan pada sediaan patologis
ditemukan hasil normositik, normokrom, poikilositosis : elliptocytosis, target cell
dan echinocytes.

VIII. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada hari Rabu tanggal 21
Februari bertempat di Laboratorium Hematologi Jurusan Analis Kesehatan
Poltiteknik kesehatan Denpasar, dengan probandus atas nama Ni Wayan Yeni
Adnyani, perempuan berusia 19 tahun diperoleh hasil evaluasi eritrosit yaitu
normositik, normokrom, poikilositosis : stomatocyte dan teardrop cell. Sedangkan
pada probandus atas nama Joy Kurnia Teja, laki-laki berusia 53 tahun diperoleh
hasil evaluasi eritrosit yaitu normositik, normokrom, poikilositosis : elliptocytosis,
target cell dan echinocytes.
Eritrosit merupakan sel darah yang tidak berinti, tidak punya organel, dan
tidak dapat bergerak. Eritrosit tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif
sel, atau pembentukan protein. Eritrosit manusia secara normal memiliki ukuran
sekitar 7 µm, berbentuk cakram bikonkaf dengan bagian pusat lebih tipis dan
lebih terang dari bagian tepinya. Bentuk ini menguntungkan karena
permukaannya menjadi lebih luas untuk proses difusi gas dan memungkinkan
gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek
antara membrane (Diez-Silva, Dao, Han, Lim, & Suresh, 2010).
Terdapat beberapa kelainan dalam proses pembentuk eritrosit yaitu
kelainan eritrosit berdasarkan warna, ukuran dan bentuk. Salah satu kelainan
berdasarkan bentuk disebut dengan poikilositosis.

IX. KESIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilakukan mengenai kelainan morfologi
eritrosit, didapatkan hasil pengamatan dibawah mikroskop dengan
pembesaran objektif 100x dan penambahan oil imersi, probandus atas
nama Putu Ayu Aristia Dewi, usia 19 tahun, jenis kelamin perempuan,
ditemukan ukuran eritorist berupa normositik, bentuknya bulat dan
bikonkaf, serta warnanya normokromik. Sedangkan pada probandus
atas nama I Ketut Sumadi, usia 43 tahun, jenis kelamin laki-laki,
ditemukan ukuran eritrosit berupa anisositosis (dijumpai dalam ukuran
mikrositik dan normositik), dengan bentuk eritrosit poikilositosis, dan
warna eritrositnya normokromik.
DAFTAR PUSTAKA

Dominique Smith. 2014. Blood smear. ACC LAB TESTS ONLINE. Available online at
https://labtestsonline.org/tests/blood-smear. Accessed February 2018.

HEMATOLOGY. (2008). – the Study of Blood.

Khan, S., Khan, A., & Naseem, A. (2012). An Accurate and Cost Effective
Approach to Blood Cell Count. International Journal of Computer
Applications, 50(1), 18–24. https://doi.org/10.5120/7734-0682

Tomari, R., Nurshzwani, W., Zakaria, W., Ngadengon, R., Helmy, M., & Wahab,
A. (2015). Red Blood Cell Counting Analysis By Considering an, 10(3), 1413–
1420.

Anda mungkin juga menyukai