Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KAPITA SELEKTA PARASITOLOGI

IDENTIFIKASI PREPARAT PROTOZOA DARAH (MALARIA)

Tanggal Praktikum : Kamis, 14 September 2017

Putaran : Pertama

Kelompok : A2

I. TUJUAN
A. Untuk mengetahui cara identifikasi plasmodium sp (protozoa darah) dari preparat
awetan malaria.
B. Untuk mengidentifikasi keberadaan dan jenis Plasmodium sp dalam preparat awetan
malaria yang diperiksa.

II. DASAR TEORI

Menurut sejarah, kata “malaria” berasal dari bahasa Italia yang terdiri dari dua suku
kata yaitu, “Mal dan Aria” yang berarti udara yang jelek atau udara yang buruk. Hal ini
disebabkan oleh karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak
tumpukan air. Malaria adalah penyakit reemerging, yakni penyakit yang menular kembali
secara massal. Malaria juga adalah suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (mosquito
borne diseases). Penyakit infeksi ini banyak dijumpai di daerah tropis, disertai gejala-gejala
seperti demam dengan fluktuasi suhu secara teratur, kurang darah, pembesaran limpa dan
adanya pigmen dalam jaringan. Malaria diinfeksikan oleh parasit bersel dari kelas
Sporozoa, suku Haemosporida, keluarga Plasmodium yang merupakan protozoa obligat
intraseluler yang mirip hewan, memiliki selubung inti sel, membentuk spora, dan dapat
memasuki sel lain (yaitu sel eritrosit). Penyebabnya oleh satu atau lebih dari lima
Plasmodia yang menginfeksi manusia yaitu : Plasmodium falciparum, Plasmodium
malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi. Plasmodium
falcifarum menyebabkan penyakit malaria falsiparum atau malaria tropika, Plasmodium
malariae merupakan penyebab penyakit malaria malariae atau malaria kuartana,
Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivax atau malaria tertiana, dan
Plasmodium ovale menyebabkan penyakit malaria ovale. Plasmodium knowlesi adalah

1
parasit dari genus Plasmodium yang secara alami menginfeksi monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis), banyak ditemui di Asia Tenggara dan sudah menyerang
manusia tetapi masih jarang. P. knowlesi ditransmisikan dengan menggunakan nyamuk
dari kelompok Anophleles leucosphyrus sebagai vektor perantara, salah satunya
adalah Anophleles latens.

Plasmodium falciparum ditemukan terutama di daerah tropis dengan resiko kematian


yang lebih besar bagi orang dengan kadar imunitas rendah. Plasmodium ini merupakan
plasmodium yang paling berbahaya diantara jenis Plasmodium lainnya, karena malaria
yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang
eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-
organ tubuh (Harijanto P.N.2000).

Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk Anopheles betina ataupun


ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu
hamil kepada janinnya. (Harijanto P.N.2000). Adapun cara penularan oleh nyamuk
Anopheles betina sebagai berikut :

Siklus Hidup Plasmodium Sp.

2
Siklus hidup Plasmodium terdiri dari 2, yaitu siklus sporogoni (siklus seksual) yang
terjadi pada nyamuk dan siklus skizogoni (siklus aseksual) yang terdapat pada manusia.
Siklus ini dimulai dari siklus sporogoni yaitu ketika nyamuk mengisap darah manusia yang
terinfeksi malaria yang mengandung plasmodium pada stadium gametosit (8). Setelah itu
gametosit akan membelah menjadi mikrogametosit (jantan) dan makrogametosit (betina)
(9). Keduanya mengadakan fertilisasi menghasilkan ookinet (10). Ookinet masuk ke
lambung nyamuk membentuk ookista (11). Ookista ini 6 akan membentuk ribuan sprozoit
yang nantinya akan pecah (12) dan sprozoit keluar dari ookista. Sporozoit ini akan
menyebar ke seluruh tubuh nyamuk, salah satunya di kelenjar ludah nyamuk. Dengan ini
siklus sporogoni telah selesai. Siklus skizogoni terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus
eksoeritrositik dan siklus eritrositik. Dimulai ketika nyamuk menggigit manusia sehat.
Sporozoit akan masuk kedalam tubuh manusia melewati luka tusuk nyamuk (1). Sporozoit
akan mengikuti aliran darah menuju ke hati, sehingga menginfeksi sel hati (2) dan akan
matang menjadi skizon (3). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositik. Pada Plasmodium
falciparum dan Plasmodium malariae hanya mempunyai satu siklus eksoeritrositik,
sedangkan Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale mempunyai bentuk hipnozoit (fase
dormant) sehingga siklus eksoeritrositik dapat berulang. Selanjutnya, skizon akan pecah
(4) mengeluarkan merozoit (5) yang akan masuk ke aliran darah sehingga menginfeksi
eritrosit dan di mulailah siklus eritrositik. Merozoit tersebut akan berubah morfologi
menjadi tropozoit belum matang lalu matang dan membentuk skizon lagi yang pecah dan
menjadi merozoit lagi (6). Diantara bentuk tropozoit tersebut ada yang menjadi gametosit
(7) dan gametosit inilah yang nantinya akan dihisap lagi oleh nyamuk. Begitu seterusnya
akan berulang-ulang terus. Gametosit tidak menjadi penyebab terjadinya gangguan klinik
pada penderita malaria, sehingga penderita dapat menjadi sumber penularan malaria
tanpa diketahui (karier malaria).

Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan, penderita yang terinfeksi harus dengan
segera diobati dengan tepat. Pengobatan yang tepat dapat segera dilakukan dengan
menemukan penyebab penyakit yang cepat dan tepat yaitu melalui serangkain proses
diagnosis.

Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria didasarkan pada


manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit
(Plasmodium) di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas
dan menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid) sehingga

3
menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan
manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang
diagnosis sedini mungkin. Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis
untuk mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap Plasmodium.
Namun yang dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria
adalah metode mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi.
Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam
menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana
pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit
malaria ini adalah demam tifoid, demam dengue, ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus
akut lainnya.

III. PRINSIP KERJA


Preparat awetan diidentifikasi di bawah mikroskop dengan perbesaraan lensa
objektif 100x ditambah oil imersi. Pengamatan dilakukan dengan mengamati sediaan
tetes tebal terlebih dahulu untuk menentukan ada tidaknya parasit Plasmodium
(positif/negative), bila positif dilanjutkan dengan mengamati sediaan darah tipis secara zig
zag untuk mengetahui jenis parasit Plasmodium yang menginfeksi sampel darah pada
preparat.

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-Alat
1. Mikroskop
2. Tissue
3. Kertas lensa

B. Bahan
1. Preparat awetan malaria
2. Oil imersi

V. CARA KERJA
No Keterangan Gambar
1. Disiapkan alat dan bahan yang
digunakan.

NB: Pada praktikum kali ini,

4
dilakukan identifikasi Plasmodium
sp (protozoa darah) secara kualitatif
pada preparat awetan malaria
dengan metode pewarnaan Giemsa.
Praktikum ini bertujuan untuk
menemukan tropozoit, skizon dan
Preparat awetan sediaan malaria
gametosit pada preparat awetan.
2. Dilakukan identifikasi preparat awetan
di bawah mikroskop dengan
perbesaran 100x lensa objektif
ditambah oil immerse.

Pemeriksaan dimulai dengan


mengamati sediaan tetes tebal terlebih
dahulu untuk menentukan ada tidaknya
parasit Plasmodium (positif/negative),
bila positif dilanjutkan dengan Pengamatan preparat awetan
mengamati sediaan darah tipis secara sediaan di bawah mikroskop
zig zag untuk mengetahui jenis parasit
Plasmodium yang menginfeksi sampel
darah pada preparat.
3. Hasil yang didapat dicatat dan
disimpulkan. -

VI. INTERPRETASI HASIL


No. Keterangan Gambar
1. Plasmodium falciparum
Berikut bentuk – bentuk Plasmodium
falciparum dan ciri-cirinya :
a. Bentuk cincin :
Cincin falciparum memiliki
sitoplasma yang halus dan satu
atau dua titik kromatin kecil.
Eritrosit yang terinfeksi tidak

5
diperbesar, sesekali bentuk
appliqué (cincin yang muncul di
pinggiran rbc) dapat hadir.
b. Tropozoit muda :
1) Bentuk cincin dengan inti yang
kecil dan sitoplasma yang halus.
2) Seringkala cincin mempunyai 2
inti.
3) Banyak sekali cincin disertai Bentuk cincin pada sediaan darah

tingkat parasit yang lebih tua. tebal yang memiliki cirri khas

c. Tropozoit Dewasa : dengan 2 titik kromatin dan tanda

1) Vakuole cincin sering tidak ada seru

atau hampir tidak ada.


2) Parasit sangat kecil dan
kompak.
3) Sitoplasma biasanya pucat, oval,
atau bulat tidak teratur.
4) Sebuah inti yang besar
kumpulan pigmen yang berkabut
atau kelompok yang sangat
gelap kira – kira sebesar inti. Bentuk tropozoit pada sediaan darah
5) Biasanya hanya dijumpai pada tebal
infeksi berat saja, dimana terlihat
bentuk yang banyak jumlahnya.
d. Skizon muda :
1) Tingkat ini jarang terlihat dan
biasanya bersama – sama
dengan sejumlah besar tropozoit
sedang berkembang.
2) Parasit sangat kecil dengan 2 inti
Gametosit.
atau lebih dan sedikit sekali
Panah hitam : Mikrogametosit dan
sitoplasmanya sering berwarna
Panah merah : Makrogametosit
pucat.
3) Pigmen terdiri dari satu kelompok

6
kecil atau lebih, padat dan
berwarna gelap sekali.
e. Skizon dewasa :
1) Selalu bersamaan dengan
banyak bentuk cincin 7 kali.
2) Biasanya mempunyai kira – kira
20 atau lebih merozoit kecil yang
berkumpul disekitar satu
kelompok kecil, pigmen yang
berwarna gelap sekali.
f. Gametosit dewasa :
1) Bentuk pisang atau biji kacang
kedele.
2) Pada bagian yang tebal dari
sediaan, dapat berbentuk bulat,
bujur telur atau kelihatan agak
rusak.
3) Gamet Jantan (mikrogametosit)
inti kromatinnya menyebar.
4) Gamet Betina (makrogametosit)
inti kromatinnya memadat di
tengah.
Bentuk Stadium P. falciparum dalam
sedBentuk cincin :iaan darah tipis
a. Bentuk cincin :
Cincin falciparum memiliki
sitoplasma yang halus dan satu atau
dua titik kromatin kecil. Eritrosit yang
terinfeksi tidak diperbesar, sesekali
bentuk appliqué (cincin yang muncul Bentuk cincin tipis. Perhatikan titik
di pinggiran rbc) dapat hadir. kromatin ganda pada eritrosit yang
b. Tropozoit awal : terinfeksi di atas, dan bentuk
1) Ukuran 1/5 dari eritrosit. appliqué di eritrosit yang terinfeksi
2) Bentuk cincin sangat halus.

7
3) Kromatin titik halus sering kali di bagian bawah.
dua.
4) Bentuk acole dan pigmen
stadium ini tidak ada.
c. Tropozoit sedang berkembang :
1) Jarang terlihat dalam darah
perifer.
2) Mempunyai ukuran kecil.
3) Berpigmen bentuk kasar.
Cincin dan beberapa trofozoit yang
d. Skizon Imature ( muda ) :
sedang tumbuh terlihat seperti noda
1) Jarang terlihat dalam darah
tipis, dan terdapat adanya celah
perifer.
Maurer, yang sering terlihat pada
2) Ukuran hampir mengisi eritrosit.
usia tua.
3) Pigmen berkumpul d itengah.
4) Kromatin ini banyak berupa
massa ireguler.
e. Skizon matur ( tua ) :
1) Jarang terlihat dalam darah
perifier.
2) Ukuran hampir mengisi eritrosit.
3) Bentuk berpigmen dan Skizon mature
berkumpul di tengah.
4) Skimmer dewasa memiliki 8
sampai 24 kecil merozoit;
pigmen gelap, mengelompok
dalam satu massa.
f. Makrogametosit :
1) Jumlah dalam darah banyak.
2) Ukuran lebih besar daripada
Skizon mature dan pecah
eritrosit.
3) Bentuk bulan sabit ujung
runang/ bulat.
4) Sitoplasma biru tua.
5) Kromatin granula padat dekat

8
pusat (inti yg kompak).
6) Pigmen granula hitam dan inti
padat/bulat.
g. Mikrogametosit :
1) Waktu timbul 7 – 12 hari.
2) Jumlah dalam darah banyak.
3) Ukuran lebih besar daripada
eritrosit dan berbentuk seperti
Mikrogametosit pada sediaan tipis
pisang.
4) Sitoplasma biru kemerahan, dan
kromatin granula halus tersebar,
serta pigmen granula gelap
tersebar (inti yg melebar dan
menipis).
h. Stadium gametosit:
1) gametosit muda bentuknya
lonjong sehingga memanjangkan
dinding sel.
2) Gametosit matang bentuk seperti
buah pisang.
3) SEL darah merah yang terinfeksi
tidak membesar dan terdapat
bintik maurer.
i. Sel darah merah dapat dimasuki
lebih dari 1 parasit ( infeksi ganda).
2. Plasmodium vivax
Berikut bentuk – bentuk Plasmodium
vivax dan ciri-cirinya :
a. Bentuk cincin :
Cincin P. vivax memiliki titik
kromatin dan sitoplasma yang besar
dapat menjadi ameboid saat mereka
berkembang.
Cincin dengan noda darah tebal.
1) Ukuran 1/3 eritrosit.

9
2) Bentuk cincin tebal. "Halo" ini sugestif dari titik
3) Bentuk accole kadang – kadang Schüffner
dan pigmen tidak ada.
b. Bentuk Tropozoit :
Trophozoites P. vivax menunjukkan
sitoplasma amoeboid, titik kromatin
besar, dan berwarna coklat
kekuning-kuningan.
Titik-titik Schüffner mungkin tampak
lebih baik dibandingkan dengan
yang terlihat di P. ovale.
c. Bentuk Skizon Imature :
1) Bentuk hampir mengisi seluruh
eritrosit. Tropozot pada sediaan darah tebal
2) Bentuk sedikit amoeboid.
3) Pigmen tersebar.
d. Bentuk Skizon Mature :
1) Mengisi eritrosit dengan bentuk
bersegmen.
2) Merozoit 14 – 16, rata – rata 16.
3) Ukuran sedang dengan pigmen
berkumpul di tengah ( kuning
coklat ). Skizon pada sediaan darah tebal
e. Bentuk Mikrogametosit :
Gametosit P. vivax bulat sampai
oval dengan pigmen coklat yang
tersebar dan hampir bisa mengisi
rbc. Schüffner's titik mungkin
tampak lebih baik dibandingkan
dengan yang terlihat di P. ovale.
1) Waktu timbul 3 – 5 hari.
2) Jumlah dalam darah banyak,
ukuran mengisi eritrosit yang
membesar.

10
3) Bentuk bulat/ ovale dan padat.
4) Sitoplasma biru pucat.
5) Kromatin fibril dengan delondong,
daerah sekitar yang tidak
berwarna dan pigmen tersebar.
f. Bentuk Makrogametosit :
1) Waktu timbul 3 – 5 hari.
2) Jumlah dalam darah banyak, Gametosit pada sediaan darah tebal

ukuran mengisi eritrosit yang


membesar.
3) Bentuk bulat/ovale dan padat.
4) Sitoplasma biru tua.
5) Memiliki pigmen small round
perifer.
g. Ookinet
Terbentuk apabila darah didiamkan
Ookinet pada sediaan darah tebal
terlalu lama sebelum diproses.
Bentuk stadium P. vivax pada
sediaan darah tipis :
a. Stadium Tropozoit muda
1) Tampak sebagai cakram dengan
inti pada salah satu sisi.
2) Pada tropozoit terlihat gerakan
amuboid dari sitoplasma,
bentuknya tidak teratur,
Cincin ameboid membesar dan
berpigmen halus.
eritrosit yang terinfeksi membesar
3) Ciri lain sama dengan pada
pada sediaan darah tipis
sedian darah tebal.
b. Stadium Tropozoid matang,
Schizont, Gametosit, dan Ookinet
1) Ciri-cirinya sama dengan pada
sedian darah tebal.
2) Sel darah merah yang terinfeksi

11
berwarna pucat dan membesar
dan terdapat titik Schuffner.

Cincin ameboid membesar dan


eritrosit yang terinfeksi membesar,
serta titik-titik Schüffner terlihat
pada sediaan darah tipis

Besarnya tropozoit yang disertai


dengan titik-titik Schüffner

Tropozoit muda yang ditunjukkan


dengan tanda panah pada sedian
darah tipis

12
Tropozoit tua yang membesar
dengan titik Schüffner
pada sedian darah tipis

Tropozoit dewasa yang menyerupai


band P. malariae, tetapi perhatikan
eritrosit yang terinfeksi membesar

Bentuk skizon muda (immature)


pada sediaan tipis yang bentuknya
sama dengan sediaan tebal

13
Bentuk skizon tua (mature) pada
sediaan tipis

Bentuk mikrogametosit (jantan) pada


sediaan tipis yang bentuknya sama
dengan sediaan tebal

Bentuk makrogametosit (betina)


pada sediaan tipis yang bentuknya
sama dengan sediaan tebal

Ookinet pada sediaan darah tipis

14
3. Plasmodium ovale
Berikut bentuk – bentuk Plasmodium
ovale dan ciri-cirinya :
a. Bentuk Cincin :
ring memiliki sitoplasma yang kuat
dan titik kromatin yang besar.
1. Ukuran 1/3 eritrosit.
2. Bentuk cincin padat. Ring form dengan inti yang kompak
3. Bentuk accole dan pigmen tidak besar

ada.
b. Bentuk Tropozoit sedang
berkembang :
1. Ukuran kecil.
2. Bentuk padat, vakuola tidak
dikenal.
3. Pigmen bentuk kasar, warna
Trophozoites P. ovale dengan
kuning coklat dan jumlahnya sitoplasma yang kokoh, titik
sedang. kromatin besar
4. Penyebaran parikel kasar
tersebar.
c. Bentuk Skizon Imature :
1) Ukuran hampir mengisi eritrosit.
2) Bentuk berpigmen.
3) Merozoit 6-12, dan rata-rata 8,
ukuran besar.
4) Pigmen terkumpul ditengah Skizon pada sediaan tebal
(kuning coklat ).
d. Gametosit
Berbentuk bulat sampai oval dan
hampir bisa mengisi sel darah
merah. Pigmen berwarna coklat dan
lebih kasar dibandingkan dengan P.
vivax.
Gametosit pada sediaan tebal

15
e. Bentuk Mikrogametosit :
1) Waktu timbul 12 – 14 hari.
2) Jumlah dalam darah sedikit.
3) Ukuran eritrosit besar, berbentuk
bulat padat.
4) Sitoplasma biru pucat.
5) Kromatin dan pigmen seperti P.
vivax.
f. Bentuk Makrogametosit :
1) Waktu timbul 12 – 14 hari.
2) Jumlah dalam darah sedikit.
3) Ukuran sebesar eritrosit
berbentuk bulat padat.
4) Sitoplasma biru tua.
5) Kromatin dan pigmen seperti P.
vivax.
Bentuk stadium P. ovale pada
sediaan darah tipis :
a. Bentuk cincin
ring memiliki sitoplasma yang kuat
dan titik kromatin yang besar.
b. Stadium Tropozoit muda
1) Berbentuk cincin dgn sitoplasma
yg berwarna biru padat.
Ring form dengan inti yang kompak
2) Chromatin satu, berukuran besar
sedang berbentuk granula
merah.
c. Stadium Tropozoit matang
1) Sitoplasma berbentuk bulat
berwarna biru, di dalamnya
dijumpai partikel-partikel
pigmen warna coklat.
2) Chromatin satu besar berwarna
merah. Ciri khas yaitu eritrosit sobek

16
d. Stadium Schizont (fimbriated ) dan trofozoit kompak
1) Terdiri dari merozoites pada eritrosit terinfeksi tersebut
sebanyaknya 8-14, besar
berupa granula-granula merah
membentuk 'Rossette'
mengelilingi suatu partikel-
partikel pigmen coklat.
e. Stadium Gametosit
1) Bentu besar, bulat/oval,
berwarna biru padat. - Inti
berbentuk bulat, satu, berwarna
Titik Schüffner terlihat jelas
merah.
2) Pigmen berwarna coklat sedikit
tersebar di dalam sitoplasma.
f. Sel darah merah:
Rusak membesar

Perbedaan dengan Plasmodium lain:


1) P.vivax : pigmen berwarna coklat.
P.malariae: ditemui adanya titik ' Skizon pada sediaan tipis/ulasan
Schuffner '.

Gametosit pda sediaan darah tipis

17
Makrogametosit

Mikrogametosit
4. Plasmodium malariae
Bentuk stadium Plasmodium
malariae pada sediaan darah tebal :
a. Bentuk cincin
memiliki sitoplasma yang kuat dan
titik kromatin besar.
b. Tropozoit
memiliki sitoplasma kompak dan titik
kromatin besar. Bentuk band
sesekali dan / atau "keranjang" Ring dengan sitoplasma yang kuat
dan titik kromatin besar
terbentuk dengan pigmen kasar dan
coklat tua dapat dilihat.
Tropozoit muda
1) Cincin lebih tebal dengan inti
yang kasar dan sedikit
sitoplasma yang biasanya
tertutup tanpa vakuola.
2) Pigmen berbentuk lebih awal.

18
3) Tingkat yang lebih tua selalu ada
bersama cincin.
Tropozoit sedang berkembang
1) Kecil, kompak, biasanya bulat,
pigmen menjadi padat gelap
dengan butir-butir agak kasar,
sehingga kelihatan terbenam
dalam pigmen.
Tropozoit pada tetes tebal
2) Fase tropozoit ini berlangsung
lama, jadi tingkat ini adalah yang
paling lazim dan paling sering
dijumpai.
Tropozoit tua
1) Kompak, warna lebih tua dan
ukuran lebih besar dari tingkat
sebelumnya.
2) Pigmen yang kasar, coklat tua Skizon dengan jumlah merozoit
dan berlimpah, sering menutupi sebayak enam

inti.
3) Sukar membedakannya dengan
gametosit Plasmodium
falciparum yang membulat atau
dengan gametosit plasmodium
malariae.
c. Skizon
P. malariae schizonts memiliki 6 Gametosit pada tetes darah tebal

sampai 12 merozoit dengan nukleus


besar, berkerumun di sekitar massa
kasar, pigmen coklat tua. Merozoites
kadang-kadang dapat diatur sebagai
pola roset.
Skizon muda
1) Sangat mirip dengan P.
vivax kecuali parasitnya yang lebih

19
kecil.
2) Sering sangat kompak sehingga
sulit mengenal susunan dalam dari
parasit.
3) Biasanya bersama-sama dengan
parasit tingkat lainnya.
4) Sukar dibedakan dengan skizon
muda Plasmodium vivax.
Skizon tua
1) Stadium yang kadang menjadi
dalam sediaan darah tebal.
2) Dapat dijumpai dalam jumlah yang
banyak dan biasanya bersama
tropozoit atau skizon muda atau
kedua-duanya.
c. Gametosit muda
1) Pigmen padat dan gelap, lebih
sering mengumpul kadang-kadang
memancar.
2) Sama dengan P. vivax kecuali
tidak begitu sering dijumpa.
3) Menyerupai tropozoit sehingga
sulit untuk dibedakan.
d. Gametosit tua
1) Biasa jumlahnya sedikit dan agak
kecil dari P. vivax.
2) Pigmen lebih kasar dan lebih gelap
dan dapat menyerupai
gametosit P. falciparum yang
membulat.

20
Bentuk stadium Plasmodium
malariae dalam sediaan darah tipis:
a. Tropozoit muda
1) Ukuran 1/3 dari eritrosit.
2) Berbentuk cincin padat.
3) Kromatin sering ditemukan suatu
massa dalam cincin.
4) Bentuk acole tidak ada.
Ring dengan sitoplasma yang kuat
b. Tropozoit sedang berkembang dan titik kromatin besar
1) Ukuran kecil, bentuk padat.
2) Vacuola tidak dikenal.
3) Pigmen bentuk kasar, berwarna
coklat tua dan jumlahnya banyak.
4) Penyebaran gumpalan atau
batang yang tersebar.
c. Skizon muda
1) Ukuran hampir mengisi.
2) Bentuk padat. Band form (bentuk pita) dengan
eritrosit tidak berubah
3) Kromatin sedikit berupa massa
ireguler.
4) Pigmen tersebar.
d. Skizon tua
1) Ukuran hampir mengisi eritrosit.
2) Bentuk berpigmen.
3) Merozzoit 6-12 dan rata-rata 8,4
ukuran besar.
4) Pigmen berkumpul di tengah Skizon Nampak sebagai bentuk rose
e. Gametosit muda
1) Waktu timbul 7-14 hari
2) Ukuran dalam darah sedikit.
3) Ukuran lebih kecil daripada
eritrosit.
4) Bentuk bulat padat.
5) Sitoplasma biru pucat.

21
6) Kromatin seperti P. vivax.
f. Gametosit tua
1) Waktu timbul 7-14 hari.
2) Jumlah dalam darah sedikit.
3) Ukuran lebih kecil daripada
eritrosit.
4) Bentuk bulat padat.
5) Sitoplasma biru tua. Gametosit pada sediaan darah tipis
dengan eritrosit tidak membesar
6) Kromatin seperti P. vivax.
7) Pigmen seperti P. vivax.

VII. HASIL

No. Keterangan Hasil


1. Keterangan :
a. Tetes Tebal
Didapatkan Plasmodium falciparum
pada stadium sebagai berikut :
(a) Ring form yang berbentuk
sepert tanda seru.
(b) Ring form dengan ciri inti kecil (a)
dan sitoplasma biru yang halus.
(c) Ring form dengan ciri inti kecil
dan sitoplasma biru yang halus.

(b)

(c)

22
b. Tetes Tipis
Didapatkan Plasmodium falciparum
pada stadium sebagai berikut :
(a) Ringform dengan inti kromatin
yang kecil dan sitoplasma yang
halus.
Eritrosit yang terinfeksi tidak
(a)
mengalami perubahan ukuran
atau tidak membesar.

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi Plasmodium sp (protozoa darah)
secara kualitatif pada preparat awetan malaria dengan metode pewarnaan Giemsa.
Praktikum ini bertujuan untuk menemukan tropozoit, skizon dan gametosit pada preparat
awetan.

Diagnosis malaria didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji


imunoserologis dan ditemukannya parasit (Plasmodium) di dalam darah penderita.
Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain
(demam dengue, demam tifoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis
malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan
pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis sedini mungkin. Secara garis
besar pemeriksaan laboratorium malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk mendeteksi adanya antigen
spesifik atau antibody spesifik terhadap Plasmodium. Namun yang dijadikan standar
emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria adalah metode mikroskopis
untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi. Uji imunoserologis dianjurkan
sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau
ditujukan untuk survey epidemiologi dimana pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit malaria ini adalah demam tifoid, demam
dengue, ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus akut lainnya.

23
Pemeriksaan malaria secara mikroskopis dilakukan dengan membuat sediaan
darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal dilakukan guna menentukan
apakah sampel positif atau negative terinfeksi plasmodium penyebab malaria. Sedangkan
sediaan darah tipis dibuat untuk menentukan jenis plasmodium yang menginfeksi sampel
darah pasien. Sediaan darah tebal tidak akan meninggalkan eritrosit pada kaca objek
karena eritrosit telah dilisiskan. Pada sediaan ini, volume darah yang digunakan banyak
dan dikumpulkan dalam satu titik (1 titik tetesan) dengan maksud agar konsentrasi parasit
di dalamnya lebih banyak dari sediaan tipis. Sedangkan pada sediaan darah tipis dibuat
sedemikian rupa, sehingga hapusan darah merupakan satu lapisan eritrosit yang tetap
melekat pada obyek glass setelah proses pengecatan.

Pada pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan adanya ringform Plasmodium


falcifarum dengan ciri-ciri ring form berbentuk seperti tanda seru yang merupakan ciri
khas Plasmodium falciparum baik pada preparat sediaan tetes tebal maupun sediaan
tetes tepas/hapusan. Pada sediaan darah tipis ditemukan ringform yang menginfeksi sel
darah merah, dan sel darah yang terinfeksi tidak mengalami perubahan ukuran atau tidak
membesar. Dalam pemeriksaan ini banyak hal-hal yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan, oleh karena itu, setiap langkah-langkah pemeriksaan harus diperhatikan,
termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi preparat tersebut.

Pemeriksaan mikroskopis malaria merupakan pemeriksaan gold standar, sehingga


diharapkan setiap proses pemeriksaan dilakukan dengan tepat dengan memperhatikan
factor-faktor kesalahan, dan diharapkan hasil yang didapatkan dari proses identifikasi
adalah hasil yang akurat.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi protozoa darah (malaria) secara kualitatif yang
dilakukan terhadap preparat awetan malaria (Plasmodium sp), ditemukan hasil positif
Plasmodium falciparum pada stadium ring form baik pada sediaan tetes tebal dan sediaan
darah tipis yaitu dengan ciri berbentuk tanda seru dan didapatkan sitoplasma yang halus
dan titik kromatin yang kecil.

X. DAFTAR PUSTAKA
https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pfalciparum_benchaidV2.pdf
https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Povale_benchaidV2.pdf

24
https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pvivax_benchaidV2.pdf
https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pmalariae_benchaidV2.pdf
https://yuesuf.wordpress.com/2013/04/16/makalah-penyakit-malaria/
https://mutiakesmasiki.files.wordpress.com/2017/01/makalah-malaria-epm-versi-
terbaru.pdf
http://febriyantiramadhanikes.blogspot.co.id/2016/06/makalah-plasmodium-
malariae_7.html
http://materikuliahnoberttandipayuk.blogspot.co.id/2014/07/makalah-plasmodium.html
https://www.scribd.com/doc/253765459/ATLAS-Parasit

Mataram, 09 Oktober 2017

Dosen Pembimbing, Praktikan,

(Erlin Yustin Tatontos, SKM., M.Kes.) ( Melisa Safitri )

25

Anda mungkin juga menyukai