Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI ENTOMOLOGI

PEMBUATAN PREPARAT PERMANEN

Oleh:
Agnes Nimas Ayu
Amalia Khoirunnisa
Anisa Osiana Albaniah
Chrissa Yuli Malinda
Juni Gilang Rifai
Suci Haryanti

PROGRAM STUDI
D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2017
PEMBUATAN PREPARAT PERMANEN

TUJUAN:

Untuk mengetahui cara membuat preparat yang baik dan benar

ALAT DAN BAHAN :

 Beaker glass
 Batang pengaduk
 Pipet tetes
 Objek glass dan deck glass
 Mikroskop
 Tissue
 Larutan Chloroform / HCN
 Larutan KOH 10 %
 Alkohol 70%, 80 %, dan 90 %
 Aquadest
 Baksem Kanada / Ethelan
 Bahan Preparat ( Kutu Manusia, Telur nyamuk, Larva nyamuk dan Pupa nyamuk )

PROSEDUR KERJA :

1. Bahan preparat (Kutu Manusia, Telur nyamuk, Larva nyamuk dan Pupa nyamuk)
dimatikan dengan larutan chloroform / HCN
2. Bahan preparat yang sudah mati dimasukan ke dalam larutan KOH 10 % ( rendam
selama 24 jam atau lebih sampai jernih )
3. Cuci dengan menggunakan aquadest 1-2 tetes
4. Rendam dengan Alkohol 70% selama 2 jam, rendam dengan Alkohol 80 % selama 1
jam dan rendam dalam Alkohol 90 % selama 1 jam
5. Ambil dengan pipet tetes tempelkan pada objek glass dan keringkan dengan tissue
6. Tambahkan balsem Kanada kemudian tempelkan cover glass di atasnya
7. Tekan cover glass sampai balsem kanada merata
8. Kemudian beri label ( spesies dan nama pembuat )
DASAR TEORI

Pembuatan sediaan adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan suatu
menjadi media, spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitian
dan pemeriksaan. Menurut Shofyatul Yumna Triyana pengertian sediaan adalah sampel
spesimen yang diletakkan atau dioleskan dipermukaan gelas objek (object glass) atau slides,
dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. (Hadi,
2009). Berdasarkan lama daya tahan, terdapat 3 jenis sediaan, yaitu: sediaan sementara, sediaan
semipermanen dan sedian permanen atau awetan. Jenis sediaan permanen parasitologi
berdasarkan sampel yang digunakan dalam pembuatan sediaan permanen, juga dibedakan
menjadi 5 macam, yaitu:

a) Sediaan cacing
Sediaan cacing adalah sediaan yang sampelnya berupa telur cacing, maupun
cacing dewasa yang didapat lewat muntahan atau feses.
b) Sediaan protozoa
Sediaan protozoa adalah sediaan yang menggunakan sampel berupa protozoa
yang ditemukan dalam feses.
c) Sediaan entomologi
Sediaan entomologi adalah sediaan yang menggunakan sampel berupa kutu,
insekta, dan lainnya.
d) Sediaan tropozoit
Sediaan tropozoit adalah sediaan yang menggunakan sampel darah yang dibuat
apusan (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, sizon, dan
gametosit pada penyakit malaria. (Pradiana, 2010).

Salah satu metode pembuatan sediaan permanen untuk langkah awal yaitu dengan
pengambilan sampel yang dibutuhkan, kemudian memfiksirnya dengan larutan fiksasi yang
sesuai. Berhubungan dengan tahap selanjutnya, organ atau organisme harus bebas dari air
sehingga perlu dilakukan dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat. Supaya nantinya organ
atau organisme ini bisa diamati dengan baik, harus diusahakan agar organ atau organisme ini
tembus cahaya, dan untuk ini biasanya digunakan xylol atau toluol.

Dalam pembuatan sediaan permenen bagian mounting juga tahap yang penting karena
proses penutupan sampel ini akan membuat preparat dapat bertahan lama. Dan sediaan
semacam ini dapat disimpan selama dua sampai lima tahun.
Pembuatan sediaan permanen dapat menggunakan metode whole mount. Dalam
pembuatan metode ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik
hewan maupun tumbuhan) secara utuh. Melalui metode ini diupayakan agar mendapat bentuk
aslinya dengan mempertahankan strukturnya. Gambar yang dihasilkan oleh sediaan whole
mount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga
pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Dalam
pembuatan sediaan whole mount ini, yang menjadi pembatas adalah faktor ukuran, ketebalan,
serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut berkaitan dengan faktor pembesaran
pengamatan melalui mikroskop nantinya. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati
seluruh bagian spesimen dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah
metode ini hanya bisa dilakukan pada spesimen dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa
spesimen yang besar. (Gunarso, 1989).

Teknik pembuatan sediaan permanen serangga

a. Penipisan
Proses penipisan yaitu serangga dimasukkan ke dalam larutan KOH 10%
selama 10 jam yang bertujuan untuk untuk menipiskan lapisan eksoskeleton serangga.
b. Dehidrasi
Istilah dehidrasi disini, berarti penarikan molekul air dari dalam jaringan. Proses
ini sangat penting terutama dalam pembuatan sediaan permanen.
c. Clearing
Clearing berasal dari kata clear yang berarti terang, jelas atau jernih. Disebut
clearing, karena bahan kimia yang digunakan berfungsi untuk dalam proses ini
kebanyakan membuat jaringan menjadi jernih dan transparan. Pada pembuatan sediaan
irisan jaringan dengan metode parafin, proses ini merupakan perantara antara proses
dehidrasi dan proses penanaman. Tetapi juga sangat penting untuk pembuatan sediaan-
sediaan utuh (whole mount).
d. Mounting
Mounting merupakan perekatan jaringan pada kaca penutup dengan
mempergunakan bahan perekat (adhesive). Proses mounting ini menggunakan
mounting media. Mounting media merupakan zat yang mengisi antara sediaan dengan
kaca penutup. Zat yang dapat digunakan sebagai mounting diantaranya gliserol dan
balsam kanada, tetapi untuk preparat permanen digunakan balsam kanada.
PEMBAHASAN

Pada praktikun kali ini dilakukan pembuatan preparat permanen. Salah satu metode
pembuatan sediaan permanen untuk langkah awal yaitu dengan pengambilan sampel yang
dibutuhkan, kemudian mematikan sampel dengan penambahan kloroform. Berhubungan
dengan tahap selanjutnya, organ atau organisme harus bebas dari air sehingga perlu
dilakukan dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat. Supaya nantinya organ atau organisme
ini bisa diamati dengan baik, harus diusahakan agar organ atau organisme ini tembus cahaya,
dan untuk ini biasanya digunakan xylol atau toluol. Dalam pembuatan sediaan permenen
bagian mounting juga tahap yang penting karena proses penutupan sampel ini akan membuat
preparat dapat bertahan lama. Dan sediaan semacam ini dapat disimpan selama dua sampai
lima tahun.(Pradina, 1986).

Tahap awal pembuatan preparat permanen pada praktikum kali ini adalah mematikan
sampel terlebih dahulu. Proses mematikan dan meneguhkan memerlukan perlakuan dan
bahan tertentu. Bahan untuk mematikan biasanya adalah Ether, Kloroform, HCN/KCN, Karbon
Tetracloride (CCL4) atau Ethyl acetat. Pada praktikum kali ini menggunakan kloroform.
Kloroform merupakan larutan yang mudah menguap, tidak berwarna, memiliki bau yang
tajam dan menusuk. Bila terhirup dapat menimbulkan kantuk, pingsan, bahkan kematian
(Brahmana, 1998).

Pada proses mematikan sampel kadang-kadang perlu perlakuan khusus yaitu melalui
pembiusan sebelum proses mematikan dilakukan, agar tubuh hewan yang akan diawetkan
tidak mengkerut atau rusak. Pembiusan dilakukan dengan serbuk menthol atau kapur barus
ke permukaan air tempat hidupnya, setelah tampak lemas, dan tidak bereaksi terhadap
sentuhan, hewan dapat dipindahkan ke dalam larutan pengawet (Ketaren, 1986).

Pada praktikum kali ini juga digunakan larutan KOH. KOH atau Kalium hidroksida
adalah larutan tidak berwarna dan tidak berbau. Larutan ini termasuk dalam basa kuat,
merupakan senyawa elektrolit kuat. Di dalam air senyawa ini menghasilkan ion OH‾ secara
sempurna, yaitu seluruh molekul basa membentuk ion.(Sutresna, 2007).

Larutan basa kuat dapat digunakan dalam proses deproteinasi. Deproteinasi adalah
proses penghilangan kadar protein pada suatu bahan. Ikatan peptida yang menghubungkan
asam-asam amino pada molekul protein akan diputus dalam proses ini dengan reaksi
hidrolisis. Dalam proses hidrolisis ikatan peptida, protein akan dipecah menjadi molekul asam
amino yang lebih sederhana. Kalium hidroksida dapat digunakan dalam proses penipisan
eksoskeleton pada serangga, karena penyusun eksoskeleton serangga adalah kitin yang
berikatan dengan protein. Dan dengan proses deproteinasi ini akan memecah ikatan peptida
pada molekul protein tersebut. Kitin memang tidak larut dalam air ataupun basa namun
karena pecahnya ikatan peptida dalam protein ini akan membuat eksoskeleton serangga
menipis.(Fatihiyah, 2008).
Setelah itu preparat juga dilakukan perendaman dengan alkohol denhan tujuan
dehidrasi. Dehidrasi dilaksanakan secara bertahap, mula – mula direndam dalam alkohol
dengan maksud menggantikan air jaringan dengan alkohol (dehidrasi). Kutu tidak langsung
dicelupkan dalam alkohol konsentrasi tinggi karena difusi terlalu cepat mengakibatkan
perubahan sel oleh karena itu mula – mula dimasukkan dalam alkohol konsentrasi rendah dan
berangsur – angsur ke konsentrasi tinggi. Biasaya dimulai dengan alkohol 30%, kemudian 70%
dan akhirnya alkohol absolut 96%. Pada praktikum kali ini dimulai dengan alkohol 70% selama
2 jam, Alkohol 80 % selama 1 jam dan Alkohol 90 % selama 1 jam. Untuk menjamin terjadinya
dehidrasi sempurna, boleh dipakai dua kali alkohol absolut (Bajpai,1988).

Proses terakhir dalam pembuatan preparat permanen ini adalah mounting. Didalam
perlakuan mounting ,sebelum preparat permanen ditutup meggunakan object glass maka
preparat harus diberi zat perekat seperti entelan /kanada balsam. Entelan merupakan bahan
mounting standar untuk histology,dan juga untuk taxonomy, zoology maupun botani. Entelan
dibuat dengan cara mengumpulkan damar atau Abies balsamica (balsam fir) dan diencerkan
dalam pelarut ( sebagian besar terdiri atas xylene), kanada balsam (Fatihiyah, 2008).

Kesalahan - kesalahan yang dilakukan dalam pembuatan preparat permanen pada


praktikum kali ini adalah saat pengambilan sampel dalam pembuatan sediaan utuh Pediculus
humanus capitis, pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil Pediculus humanus
capitis dari rambut langsung menggunakan tangan, sehingga tubuh Pediculus humanus capitis
akan rusak karena jepitan jari. Kesalahan yang kedua yaitu melakukan pemeriksaan dengan
teknik yang tidak tepat, proses mounting menjadi penting dalam pembuatan sediaan
permanen karena jika tidak tepat dalam pemberian balsam kanada dan penutupan sediaan
menggunakan kaca penutup, akan terjadi gelembung udara yang dapat mengganggu
pemeriksaan. Eksoskeleton serangga antara yang muda dan yang tua memiliki ketebalan yang
berbeda, sehingga untuk pemeriksaan eksoskleton dalam pemilihan sampel harus
memperhatikan ukuran badan serangga. (Depkes, 1995).
KESIMPULAN

Praktikum pembuatan preparat permanen dapat dilakukan dengan baik


dan benar sesuai prosedur yang telah ditentukan. Preparat yang telah dibuat adalah
preparat permanen telur nyamuk Aedes , sp dan preparat permanen Pediculus
humanus capitis betina serta preparat Pediculus humanus capitis jantan

DAFTAR PUSTAKA

Gunarso, W. 1989. Mikroteknik. Institut Pertanian Bogor:Bogor.

Choyrot, WF. 2009. Gambaran Mikroskopik Sediaan Permanen Larva Nyamuk Aedes aegypti
yang Dibuat dengan Teknik Mounting yang Berbeda. Universitas Muhammadiyah
Semarang:Semarang (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-emmyauliaw-
7136-5-daftarp-a.pdf , diakses 03 Desember 2017 11:43)

Hadi, M, Tarwotjo, U dan Rahadian, R. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Graha


Ilmu:Yogyakarta

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-waladhafas-5321-2-bab2.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27227/Chapter%20II.pdf;jsessionid=4
8F52E662B33DE1D18CE120B1ACD856F?sequence=4

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unimus.ac.id/downl
oad.php%3Fid%3D12386&ved=0ahUKEwjl-
unH7fLXAhXEo48KHWQcCTcQFggjMAA&usg=AOvVaw2iwu4BPBwfpindROY5ODWr

Anda mungkin juga menyukai