1. Diagnostik
a. Evaluasi perdarahan serebro vaskuler
b. Deteksi penyakit infeksi (meningitis, ensepalitis)
c. Diagnosis kelainan imunologi (multiple sclerosis)
d. Differensial diagnosis dari serebral infark atau serebral hemorrhagi
e. Diagnosis dengan myelographi
2. Tindakan terapi
a. Mengurangi tekanan intracranial
b. Tindakan terapi, misalnya pada leukemia
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna dan ruang
subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh ruangan berhubungan
satu sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang konstan.
C. FUNGSI CAIRAN SEREBRO SPINALIS
Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP) terhadap
trauma. Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat spesifik yang kurang lebih
sama (hanya berbeda sekitar4%), sehingga otak terapung dalam cairan ini. Oleh karena
itu, benturan pada kepala akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara
serentak, menyebabkan tidak satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk
akibat adanya benturan tadi.
D. PEMERIKSAAN CAIRAN SERBRO SPINALIS
Pemeriksaan terhadap LCS terdiri atas :
a. Pemeriksaan Rutin
Makroskopis
Mikroskopis
Kimia
Bakteriologi
b. Pemeriksaan Fisik
tekanan
c. Pemeriksaan Khusus
Elektroforesa Protein
Imunoelektroforesa
Serologi
Imunoglobulin
Interprestasi hasil :
- Warna : Diamati warna pada LCS dengan aquades sebagai pembanding.
- Kejernihan / kekeruhan :
0 = jernih
+ 1 = berkabut
+ 2 = kekeruhan ringan
+ 3 = kekeruhan nyata
+ 4 = sangat keruh
- Bekuan : Tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)
Pemeriksaan Mikroskopis
Eritrosit dan leukosit masuk ke dalam LCS jika ada kerusakan pada pembuluh darah atau
sebagai akibat reaksi terhadap iritasi. Bilirubin yang dalam keadaan normal tidak ada dalam
LCS, mungkin dapat ditemukan dalam LCS seorang yang tidak menderita ikterus setelah terjadi
perdarahan intrakranial. Bilirubin itu adalah bilirubin tidak dikonjugasi dan karena itu
menandakan adanya katabolisme hemoglobin setempat dalam SSP.
Perhitungan sel lekosit dan eritrosit harus segera dilakukan, hal ini dikarenakan 40% dari
lekosit dapat lisis setelah 2 jam, sedangkan eritrosit akan lisis setelah 1 jam pada suhu ruangan.
Perhitungan jumlah eritrosit LCS memiliki nilai diagnostik terbatas yaitu untuk differensial
diagnosis trama pungsi vs hemorhagi subarakhnoid dan koreksi jumlah lekosit LCS dan protein
untuk kontaminasi darah tepi yang ada kaitannya dengan trauma pungsi.
Nilai rujukan normal pada anak dan dewasa untuk jumlah lekosit (monosit dan limposit)
adalah 0 5 sel/ul, sedangkan untuk neonatus 0 30 sel/ul. Walaupun belum ada kesepakatan
batas tertinggi normal netropil dalam LCS sebagai patokan dapat dipergunakan sampai angka
7%, hal ini dapat disebabkan adanya kontaminasi minimal dari darah tepi. Sedangkan monosit
(14%) lebih rendah dibandingkan limposit (86%), tingginya perbedaan ini dapat disebabkan
karena monosit sering diklasifikasikan sebagai limposit.
Pada tahap dini meningitis bakteria akut, netrofil biasanya lebih dari 60%. Peningkatan
monosit biasanya diikuti peningkatan limposit, netropil, dan sel plasma merupakan cirri khas
meningitis tuberkulosa, meningitis fungi, dan meningitis bakteria kronis. Sedangkan pada
meningoensepalitis virus pada awalnya terjadi netrofilia kemudian berubah ke respons limposit.
Spesimen yang Mengandung Darah
Adakalanya perlu untuk mengetahui jumlah leukosit atau kadar protein dalam LCS yang
mengandung darah oleh trauma pungsi. Satu cara kasar untuk meniadakan pengaruh dari darah
trauma ialah dengan menganggap bahwa darah itu berisi 1-2 lekosit per 1000 eritrosit; demikian
kalau dalam LCS hanya ada darah yang berasal dari trauma pungsi didapat 20.000 eritrosit/ul
maka jumlah lekosit tidak lebih dari 30-40 per ul. Kecuali jika dalam darah pasien itu ada
leukositosis tegas, maka menemukan lebih dari 45 leukosit/ul menunjukkan ada pleiositosis yang
sudah ada sebelum pungsi. Selain itu perdarahan oleh trauma pungsi menambah sekitar 1 mg
protein/dl untuk setiap 1000 eritrosit/ul.
Pemeriksaan Bakterioskopi
Dari pemeriksaan bakteriologi terhadap LCS, bakteri yang sering muncul ialah :
Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan
Haemophillus influenzae.
Dengan melakukan pemeriksaan bakteriologi, sering sudah di dapatkan petunjuk ke arah
etiologi radang. Pemeriksaan yang paling diperlukan adalah pewarnaan Gram dan Ziehl Neelsen.
Specimen yang dipakai untuk pewarnaan ini sebaiknya memakai sedimen dari LCS. Untuk
pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen) baik juga dipakai specimen bekuan halus dekat
permukaan LCS.
a. Pewarnaan Gram
- Cara kerja :
1. Gelas objek dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol 70% steril.
2. Dibuat apusan dari bahan sedimen LCS.
3. Difiksasi di atas api bunsen.
4. Apusan bakteri yang telah jadi ditetesi gram A selama 3 menit, dicuci
denan air mengalir, dan dikeringanginkan.
5. Kemudian ditetesi gram B selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
6. Kemudian ditetesi gram C selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
7. Kemudian ditetesi gram D selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
8. Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x, kemudian dicatat
bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteri.
b. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
- Cara kerja :
1. Letakan sediaan yang telah difiksasi pada rak dengan apusan menghadap
ke atas.
2. Teteskan larutan carbol fuchsin 0,3% (ZN A) sampai menutupi seluruh
permukaan sediaan sputum.
3. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama 3-5 menit
(tidak boleh mendidih/kering).
4. Singkirkan api spiritus, diamkan selama 5 menit.
5. Bilas dengan air mengalir pelan sampai zat warna merah yang bebas
terbuang.
6. Tetesi sediaan dengan larutan asam alcohol 3% (ZN B) sampai warna
merah fuchsin hilang.
7. Bilas dengan air mengalir pelan.
8. Teteskan larutan methylen blue 0,3% ( ZN C)pada sediaan sampai
menutupi seluruh permukaan.
9. Diamkan 10 20 detik.
10. Bilas dengan air mengalir pelan.
11. Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x, kemudian dicatat
bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteri
Pemeriksaan Kimiawi
Analisa kimia LCS dapat banyak membantu dalam diagnosis atau menilai prognosis
terhadap penderita. Pemeriksaan rutin yang sering dilakukan adalah penetapan protein secara
kualitatif, kadar protein, dan kadar glukosa.
ANALISA LABORATORIUM PROTEIN KUALITATIF
Dalam keadaan normal, cairan otak hanya mengandung sedikit sekali protein, karena
sawar darah-otak tidak dapat ditembus oleh protein-protein plasma yang besar molekulnya.
Konsentrasi normal kurang dari 1% dari kadar protein dalam serum yang nilainya 5-8 g/dl.
Perbandingan antara albumin dan globulin lebih besar dalam LCS daripada dalam plasma karena
molekul albumin lebih kecil sehingga lebih mudah melalui sawar endotel.
Ada bermacam-macam sebab konsentrasi protein meningkat. Satu di antaranya adalah
permeabilitas sawar darah-otak yang menigkat oleh radang. Pada meningitis yang berat, semua
jenis protein dapat menembus ke dalam LCS, termasuk juga fibrinogen yang molekulnya besar
sekali. Pada meningitis purulenta, protein dalam LCS lebih meningkat lagi oleh karena bakteri
dan sel-sel, baik yang utuh maupun yang rusak menambah protein ke dalam LCS.
Analisa kimia LCS membantu diagnosis / menilai prognosis. Pemeriksaan rutin yang
dilakukan :
- Penetapan protein secara kualitatif
- Kadar protein
- Kadar glukosa
- Kadar klorida
a. Protein Kualitatif
Keadaan normal cairan otak mengandung sedikit sekali protein .
Perbandingan antara albumin dan globulin LCS leih kecil daripada dalam plasma.
Konsentrasi protein : Permeabilitas sawar darah-otak oleh radang, meningitis
yang berat
Berikut uji yang dapat dilakukan :
1. TEST PANDY
Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan
globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan
atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
Alat dan reagen yang dipakai.
o Tabung serologi (garis tengah 7 mm).
o Latar belakan hitam
o Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air).
Cara pemeriksaan :
o Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy.
o Tambahkan 1 tetes LCS.
o Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.
Interprestasi hasil
o Negatif : tidak ada kekeruhan.
o Positif : terlihat kekeruhan yang jelas.
o +1 : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut).
o +2 : keruh.
o +3 : sangat keruh.
o +4 : Kekeruhan seperti susu.
Nilai normal : (-) / (+1)
2. TEST NONNE APELT
Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam
bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan
kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal.
Alat dan reagen yang dipakai :
o Tabung serologi (garis tengah 7 mm).
o Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air).
Cara pemeriksaan :
o Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne.
o Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2
lapisan, di mana lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit.
o Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang
gelap.
Interprestasi hasil :
o Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan.
o +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada
bekasnya).
o +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi.
o +3 : mengawan setelah dikocok.
o Normal : (-)
DAFTAR PUSTAKA