NIM : 20184323033
PRODI : DIV Analis Kesehatan
TINGKAT/SEMS : III/V
a. Kristal Violet
1. Timbang kristal violet yang dibutuhkan
2. Masukkan ke dalam beaker glass
3. Larutkan dalam aquadest, aduk hingga homogen
4. Masukkan ke dalam botol gelap bertutup, beri label
b. Lugol
1. Timbang lugol yang dibutuhkan
2. Masukkan ke dalam beaker glass
3. Larutkan dalam aquadest, aduk hingga homogen
4. Masukkan ke dalam botol gelap bertutup, beri label
c. Safranin/ karbol fuchsin
1. Timbang safranin/ karbol fuchsin yang dibutuhkan
2. Masukkan ke dalam beaker glass
3. Larutkan dalam aquadest, aduk hingga homogen
4. Masukkan ke dalam botol gelap bertutup, beri label
Pembuatan Media
a. Media Agar Darah
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Bubuk media Blood Agar Base ditimbang sebanyak yang diperlukan kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass.
3. Dilarutkan dengan aquades pH ± 7 (netral) yang diperlukan kemudian
dihomogenkan di atas hot plate sambil diaduk.
4. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
5. Media yang telah steril didinginkan hingga mencapai suhu 45-50oC.
6. Ditambahkan darah sebanyak sesuai perhitungan.
7. Media dituang ke dalam plate dan ditunggu hingga padat.
8. Setelah beku media siap digunakan.
c. Media Loeffler
1. Campurkan 8,75 gram dalam 250 ml air suling.
2. Larutkan media dan sterilkan dengan autoklaf pada suhu 115 ° C selama 20
menit.
3. Dinginkan hingga 50-55 ° C dan secara aseptik tambahkan 750 ml serum
steril.
4. Aduk rata dan keluarkan secara aseptik ke dalam tabung steril.
5. Sterilkan media dengan inspeksi pada suhu 80-85 ° C selama 2 jam dalam uap
yang mengalir bebas setidaknya selama 3 hari berturut-turut.
6. Sebelum inokulasi, biarkan media pada suhu kamar.
7. kemudian langsung dilakukan inokulasi pada media.
8. Inkubasi secara aerob pada suhu 35ºC. hingga 4 hari.
9. Amati setiap hari untuk morfologi kolonial khas
10. Lakukan pewarnaan untuk memeriksa adanya bakteri C. diphtheriae dan
tampilan yang menunjukkan pembentukan sel huruf Cina.
11. Identifikasi pasti C. diphtheriae dilakukan dengan melakukan uji biokimia dan
toksigenitas.
Prosedur Kerja :
Pewarnaan Gram
1. Buat apusan dari kultur pada kaca objek bersih menggunakan ose
2. Fiksasi di atas nyala api
3. Warnai dengan kristal violet (gram a) selama 1 menit kemudian cuci dengan air kran
4. Tetesi lugol (gram b) dan diamkan selama 1 menit kemudian cuci dengan air kran
5. Tetesi asam alcohol (gram c) selama 20-30 detik kemudian cuci dengan air kran
6. Warnai dengan karbol fuchsin/safranin (gram d) selama 1 menit
7. Cuci dengan air kran kemudian keringkan
8. Tetesi dengan oil imersi, periksa dengan mikroskop
9. Amati bentuk, warna, dan susunan dari bakteri yang dilihat
Uji Biokimia
Koloni tersangka yang tumbuh pada media Agar Telurit ditanam pada media glukosa
dan sukrosa (atau bisa pula ditambahkan dengan ditanam pada amylum), kemudian
diinkubasi pada suhu 37˚ C selama 24 jam.
Uji Virulensi
Tes virulensi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu jenis Corynebacterium
diphtheriae dapat membuat toksin difteria atau tidak. Maka untuk mengetahuinya
digunakan dua macam tes yaitu tes virulensi in vivo dengan binatang percobaan dan
tes virulensi in vitro pada lempeng agar.
a. In Vivo, dengan cara menyuntikkan suspensi bakteri yang berhasil diisolasi pada
hewan percobaan. Cara kerja tes virulensi in vivo yaitu : -
1. Tanamlah kedua kuman yang diperiksa pada tabung agar miring Loeffler pada
37˚ C selama 24 jam. Buatlah suspensi kuman tersebut di dalam 3-5 mL kaldu.
2. Ambil dua marmot (A dan B) dengan berat badan kira-kira 250 gram.
Cukurlah rambut pada masing-masing marmot pada satu sisi.
3. Suntikanlah 500 satuan antitoksin difteria pada marmot A sebelum 12-24 jam
tes dimulai. - Suntikanlah 0,1-0,2 mL suspensi kuman pada sisi yang telah
dicukur.
4. Setelah 3-4 jam, suntikanlah 30-50 satuan antitoksin difteria pada marmot B
untuk mencegah kematian binatang percobaan.
5. Bila kuman yang diperiksa adalah pembentuk toksin maka marmot A tidak
akan memperlihatkan reaksi apapun pada tempat penyuntikan. Sedangkan,
marmot B akan mendapatkan eritema pada tempat penyuntikan setelah 24 jam
disuntik. Eritema akan menjadi nekrotik setelah 2-3 hari.
b. In Vitro merupakan Tes Elek-Ouchterlony (gel difusi dari Elek) dimana kertas
saring yang dimasukkan ke dalam media (campuran proteosa pepton agar, Tween
80, gliserol, asam kosamino dan kalium tellurit) telah dicelupkan ke dalam
antitoksin Corynebacterium diphtheriae. Bakteri yang akan diperiksa ditanam
menyilang atau tegak lurus terhadap kertas saring. Lalu diinkubasi pada suhu 37˚
C selama 24 jam untuk difusi. Jika bakteri membentuk toksin difteria, maka akan
12 terbentuk garis presipitasi pada tempat pertemuan antara toksin dan antitoksin.
Hasil :
a. Pengamatan Mikroskopis
Gram Neisser
Albert
b. Uji Biokimia
Corynebacterium diphtheriae + - +
Tipe gravis
Corynebacterium diphtheriae + - -
Tipe mitis
Corynebacterium diphtheriae + - -
Tipe intermedius
Corynebacterium xerosis + + -
Corynebacterium _ - -
pseudodiphteriricum
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada bakteri Corynebakterium difhteri dapat diketahui
bahwa dalam pemeriksaan Corynebakterium difhteri memiliki beberapa tahap identifikasi
yaitu
• Pemeriksaan mikroskopik
• Pembiakan atau isolasi,
• Uji biokimia dan Uji Virulensi
Daftar Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Corynebacterium_diphtheriae
http://wiwinnurhaliza6.blogspot.com/2016/05/morfologi-dan-identifikasi-kuman.html
https://www.infolabmed.com/2018/09/pewarnaan-corynebacterium-diphtheriae-
metode-albert.html
https://microbenotes.com/loeffler-medium/
Power point mata kuliah bakteriologi 3