Abstrak
Imunitas seluler didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan atau komponen sistem imun
lainnya. Imunitas seluler merupakan bagian dari respons imun didapat yang berfungsi
untuk mengatasi infeksi mikroba intraseluler.
Infeksi malaria memiliki fenotipe klinis yang sangat bervariasi, mulai dari penyakit
demam ringan sampai yang parah dan mengancam jiwa p, seperti anemia, asidosis, dan
kegagalan organ akhir. Infeksi malaria oleh Plasmodium falciparum pada penderita
yang tidak imun dapat menyebabkan kematian. Dalam tubuh penderita, parasit malaria
banyak tinggal di dalam sel, baik di dalam hepatosit maupun eritrosit. Imunitas seluler
diduga lebih berperan sebagai sistem pertahanan penderita terhadap infeksi malaria. Sel
limfosit T, makrofag, dan fagosit dengan dibantu oleh sitokin pro inflamasi, interleukin
2, TNF α, dan interferon γ, merupakan komponen utama sistem imun seluler.
Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan penjelasan tentang pengertian,
tujuan, dan fungsi dari imunitas seluler. Juga menjelaskan peran imunitas seluler
terhadap penyakit malaria, dan sedikit penjelasan tentang respons kekebalan seluler
dalam klinik.
Imunitas seluler merupakan respon imunitas yang dimediasi oleh komponen seluler
imunitas tubuh, yang terutama melibatkan sel T. antigen asing yang masuk dalam tubuh
akan memacu sel T untuk melakukan proses pembelahan dan menjadi bersifat toksik
atau mematikan terhadap antigen tersebut bila terjadi kontak. Sel T yang teraktivasi ini
mempunyai kemampuan untuk merusak atau mematikan sel tumor dalam kultur dengan
cara melepaskan suatu senyawa yang dikenal dengan sitotoksin yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada membrane sel. Oleh karena itu, jenis sel T
seperti ini disebut dengan sel T pembunuh.
Dapat diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara
intraseluler antara lain di dalam makrofag, sehingga sulit untuk dijangkau oleh antibodi.
Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons imun seluler
yang diperankan oleh limfosit T. Sub populasi sel T yang disebut dengan sel T penolong
(sel T helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui
Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukan sel
makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin,
termasuk diantaranya interfero, yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-
sitotoksik juga berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intarseluler yang
disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan
mikroorganisme secara langsung, sel T-sitotoksik juga menghasilkan gamma interferon
yang mencegah penyebaran mikroorganisme ke dalam sel lainnya.
Imunitas seluler berfungsi pula untuk meningkatkan fungsi sel B untuk memproduksi
antibody, juga meningkatkan fungsi subpopulasi limfosit T, baik sel Th/penginduksi
maupun sel Tc/ sel supresor. Fungsi lainnya adalah untuk meregulasi respons imun
dengan mengadakan regulasi negative dan regulasi positif terhadap respons imun.
Infeksi malaria dimulai dari disuntikkannya Plasmodium dalam bentuk sporogony yang
tinggal di dalam ludah nyamuk betina anopheles ke dalam tubuh penderita. Sporogoni
yang masuk dalam tubuh penderita dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam
kemudian berusaha untuk masuk ke dalam jaringan hepar agar bisa berthan hidup
ataupun untuk melakukan proses multiplikasi. (penggandaan diri).
Bekerjanya sistem imun tak spesifik yang melibatkan komponen humoral dan seluler,
baik sistem komplemen maupun fagosit, berusaha menghancurkan atau mengeluarka
parasite dan mencegahnya masuk ke dalam sel hepar. Parasit yang lolos dari sistem
pertahanan awal dan selamat sampai di hepar kemudian berusaha menginvasi hepatosit
untuk kemudian melakukan penggandaan diri di dalamnya. Skizon yang matang
kemudian pecah dan dikeluarkan dari hepotosit dan masuk ke dalam peredaran sistemik
sebagai merozoite. Merozoite berusaha masuk ke dalam eritrosit agar bisa melakukan
penggandaan diri dari bentuk tropozoit menjadi skizon, dan Sebagian merozoite lainnya
berusaha masuk ke dalam eritrosit untuk menjalani siklus seksual menjadi gamet.
Skizon yang matang kemudian pecah dan Kembali masuk ke dalam peredaran darah dan
berusaha untuk Kembali melakukan invasi ke dalam eritrosit. Gametosit intraeritrosit
yang beruntung akan terhisap oleh nyamuk anopheles betina yang kemudian menjalani
siklus seksual di dalam tubuh nyamuk, sporogony yang beruntung akan ditularkan
kepada calon penderita selanjutnya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Respon Imun Seluler pada Infeksi Malaria
Komponen sistem imun seluler inang dalam memberikan respon terhadap antigen
Plasmodium terdiri dari 3 bagian:
Pengatur atau koordinator pada sistem imun seluler. Sebagai sel pembangkit dan
pengatur respon imun seluler adalah sel limfosit Thelper-1 (Th-1).
Mediator atau perantara, yang diperankan oleh berbagai sitokin atau chemokine,
terutama IFN γ, IL-2, dan TNF α.
Efektor atau pemangsa, yang diperankan oleh berbagai sel fagosit antara lain
makrofag, netrofil, monosit, mast sel, sel kupfer, dan netrofil, serta Tc.
Limfosit memiliki kemampuan untuk membadakan benda asing (nonself) dari jaringan
sendiri, karena memmiliki reseptor yang terletak pada permukaan sel (TCR: Toll
Receptor Cell). Limfosit T berfungsi membantu sel B dalam memproduksi antibodi,
mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi, mengaktifkan makrofag dalam
fagosistosis, dan mengontrol ambang da kualitas sistem imun.
Limfosit T berperan penting pada respon imun seluler hospes terhadap malaria.
Berdasarkan fungsi, limfosit T dibagi menjadi 2 yaitu sel T helper (Th atau CD4)
dan sel T sitotoksik (CD8). Sel Thelper dibagi menjadi 2 yaitu Th1 (respon imun
seluler) dan Th2 (respon imun humoral). Sel Th1 memproduksi sitokin pro
inflamasi yang kemudian berfungsi untuk menstimulasi makrofag dan fagosit
lainnya. Makrofag dan sel efektor yang terstimulasi akan aktif melakukan
fagositosis terhadap pathogen yang terdapat pada hospes maupun mengeluarkan
sitokin untuk membangkitkan respon imun yang lebih komplek sehingga hospes
terhindar dari kematian.
Mediator/perantara pada Sistem Imun Seluler oleh Interferon γ (IFN γ)
Makrofag sebagai efektor pada sistem imun seluler berperan untuk memusnahkan
plasmodium, terutama pada tahap eritrositer baik melalui mekanisme fagositosis
langsung maupun tak langsung dengan melepaskan Reactive Oxygen Intermediates
(ROI) dan sitokin.