NIM : 20184323033
PRODI : DIV Analis Kesehatan
TINGKAT/SEMS : III/V
Tujuan akhir dari pengujian AST adalah untuk memprediksikan sukses atau tidaknya
terapi antibiotik secara in-vivo. Pengujian dilakukan secara in-vitro, lalu diukur respons
pertumbuhan dari organisme isolat terhadap satu atau beberapa macam obat. Pengujian
dilakukan dalam kondisi terstandarisasi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Hasil ini juga
digunakan sebagai panduan dalam memilih antibiotik yang tepat. Hasil dari pengujian AST
haruslah dikombinasikan dengan informasi klinis dan pengalaman sebelumnya dalam
menentukan antibiotik yang paling sesuai.
Pengukuran aktivitas suatu bahan antimikroba diperlukan untuk menentukan : (1)
Potensi bahan tersebut dalam larutan, (2) konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan,
dan (3) kerentanan mikroba yang diuji agar diketahui konsentrasi bahan antimikroba yang
efektif.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan AST in-vitro, yaitu :
1. pH lingkungan ; sebagian obat aktif pada pH asam (nitrofurantoin), sebagian yang lain
pada suasana basa (aminoglikosida, sulfonamida).
2. Komponen media ; sodium polyanetholsulfonate (dalam kultur darah) dan deterjen
anionik lainnya dapat menghambat kerja aminoglikosida. PABA dalam ekstrak jaringan
antaganonis terhadap sulfonamida. Protein serum terikat/menempel pada penicillin
dengan derajat yang berbeda-beda, 40 – 98%.Penambahan NaCl pada media
meningkatkan resistensi methicillinolehS. aureus.
3. Stabilitas obat ; pada suhu inkubasi, beberapa obat justru kehilangan atau menurun
aktivitasnya. Penicillin akan terinaktifasi perlahan-lahan, sedangkan
aminoglikosidadanciprofloxacintetap stanil dalam waktu lama.
4. Ukuran inokulum ; secara umum, makin besar jumlah mikroba, makin rendah kerentanan
yang diperlihatkannya.Mikroba yang banyak akan sulit dihambat dibandingkan yang
sedikit.
5. Lamanya inkubasi ; dalam banyak kasus, mikroba tidak dibunuh tetapi hanya dihambat
karena paparan yang singkat oleh bahan antimikroba. Makin lama inkubasi, makin besar
kesempatan munculnya mutan yang resisten.
Awalnya, memilih bahan antimikroba didasarkan pada pengalaman klinik sebelumnya.
Seiring meningkatnya resistensi bakteri terhadap antimikroba karena cara-cara yang
dilakukan pada masa lalu, maka para ahli menjadi sulit dalam menentukan antimikroba yang
tepat. Oleh alasan itu, AST menjadi metode yang paling valid sekarang. Meskipun banyak
metode yang dilakukan dalam AST, tapi semuanya bertujuan mengetahui respon bakteri
terhadap terapi antimikroba.
Suatu metode dalam AST dipilih karena kepraktisannya, validasi data, mudah
disesuaikan (fleksibel), automasi, biaya, mudah dikembangkan, akurasi, dan pilihan
individu.Ada 3 metode yang sering dipakai dalam AST, yaitu :
1. Disc diffusion (Kirby-Bauer)
2. Broth dilution
3. Agar dilution
Tes Kirby-Bauer merupakan uji kualitatif menggunakan kertas disc yang berisi satu
macam antibiotik dengan konsentrasi tertentu. Disc ditempatkan pada permukaan lempeng
agar yang telah ditanami bakteri. Selama masa inkubasi, antibiotik akan berdifusi keluar dari
disc dan membentuk gradien konsentrasi di sekitar disc. Setelah 16 – 24 jam, akan muncul
zona bening di sekitar disc antibiotik. Zona hambatan pertumbuhan diukur dan dibandingkan
dengan tabel standar berdasarkan jenis antibiotik dan bakteri yang diuji, kemudian hasilnya
dinyatakan dengan “Sensitif” (S), “Intermediat” (I), atau “Resisten” (R) terhadap antibiotik
yang digunakan.
Keuntungan dari metode ini adalah murah, disc bisa dimodifikasi dan dapat digunakan
sebagai tes saring untuk banyak isolat. Sedangkan kerugiannya antara lainperlu waktu untuk
pembacaan zona hambatan dan zona hambatannya dapat tumpang tindih.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan yaitu :
1. Kekeruhan suspensi bakteri ; bila kurang keruh diameter zona hambatan lebih lebar, bila
lebih keruh diameter zona hambatan makin sempit.
2. Waktu peresapan suspensi bakteri ke dalam media ; tidak boleh lebih dari batas waktu
yang diperbolehkan, karena dapat mempersempit diameter zona hambatan.
3. Temperatur inkubasi ; kurang dari 35oC menyebabkan diameter hambatan lebih lebar. Ini
bisa terjadi pada media plate yang ditumpuk-tumpuk lebih dari 2 plate pada inkubasinya.
Jika inkubasi pada suhu lebih dari 35oC, kadang-kadang ada bakteri yang kurang subur
pertumbuhannya, ada pula obat yang difusinya kurang baik.
4. Waktu inkubasi ; kurang dari 16 jam pertumbuhan bakteri belum sempurna sehingga sukar
dibaca atau diameter zona hambatan lebih lebar. Lebih dari 24 jam pertumbuhan lebih
sempurna sehingga diameter zona hambatan makin sempit.
5. Ketebalan agar ; ketebalan agar sekitar 4 mm. Kurang dari itu difusi obat lambat.
6. Jarak antar disc obat ; yang dianjurkan minimal 15 mm, untuk menghindari terjadinya
zona hambatan yang tumpang tindih. Petridish dengan diameter 9 – 10 cm dapat
digunakan untuk paling banyak 7 disc obat.
7. Disc obat ; tiap jenis obat harus mempunyai diameter disc yang sama, tetapi potensinya
boleh berbeda. Yang harus diperhatikan yaitu cara penyimpanan dan kadaluarsanya.
8. Komposisi media ; sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat,
aktivitas obat dan sebagainya.
Dalam penyiapan sampel untuk pemeriksaan AST, syarat utamanya adalah : (1) Bakteri
harus diisolasi ke dalam kultur murni, (2) harus dilakukan identifikasi terhadap sampel untuk
mengetahui subjek sampai ke tingkat genus atau spesies, dan (3) isolat harus disimpan untuk
pemeriksaan selanjutnya.
Alat :
Cawan petri
Pipet ukur
Vallius ball
Mortar
Beaker glass
Swab
Disc obat
Tabung reaksi
Rak tabung
Erlenmeyer
Kapas steril
Bahan :
Media NA atau Muller-Hinton
Sampel bahan antimikroba
Aquadest
Suspensi bakteri
NaCl steril
Prosedur Kerja :
Untuk antimikroba standar yang sudah diketahui
Prosedur :
1. Pembuatan media Mueller-Hinton
a. Ditimbang agar Mueller-Hinton dan dilarutkan dengan akuades di dalam erlenmeyer atau
gelas piala sambil dipanaskan
b. Sterilisasi dengan otoklaf
c. Setelah steril didinginkan 45 – 50C
d. Isikan media ke dalam plate dengan ketebalan agar sekitar 4 mm. Untuk mendapatkan
ketebalan 4 mm diisikan 60 – 70 ml media untuk plate berdiamater 150 mm atau 25 – 30
ml media untuk plate berdiameter 100 mm
e. Dinginkan pada suhu ruang dan disimpan pada suhu 2 – 8C
f. Media harus digunakan dalam 7 hari kecuali diberikan perlakukan khusus misalnya
dibungkus rapat di dalam plastik untuk mencegah pengeringan agar. Bila akan digunakan
keringkan dahulu di dalam inkubator 37oC selama 30 menit
Pembahasan :
Bahan antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, dan menghambat
pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba bekerja dengan cara merusak dinding sela tau
merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati. Bahan antimikroba bekerja
dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri, mempertahankan hidupnya,
dan melawan bakteri lain.
Digunakan metode difusi agar untuk mengetahui aktivitas antimikroba. Mikroba uji
dinokulasikan pada media pertumbuhan (Nutrient Agar atau Mueller-Hinton) dan diletakkan
disc antimikroba di atasnya.
Tes Kirby-Bauer merupakan uji kualitatif menggunakan kertas disc yang berisi satu
macam antibiotik dengan konsentrasi tertentu. Disc ditempatkan pada permukaan lempeng
agar yang telah ditanami bakteri. Selama masa inkubasi, antibiotik akan berdifusi keluar dari
disc dan membentuk gradien konsentrasi di sekitar disc. Setelah 16 – 24 jam, akan muncul
zona bening di sekitar disc antibiotik. Zona hambatan pertumbuhan diukur dan dibandingkan
dengan tabel standar berdasarkan jenis antibiotik dan bakteri yang diuji, kemudian hasilnya
dinyatakan dengan “Sensitif” (S), “Intermediat” (I), atau “Resisten” (R) terhadap antibiotik
yang digunakan.
Jika pada sekitar disc terdapat zona bening, hal ini menunjukkan bahwa bahan
antimikroba tersebut efektif dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Daftar Pustaka :
- https://www.academia.edu/19777940/Laporan_praktikum_metode_Kirbiy_Bauer_dan
_MIC?auto=download
- https://bismillahdodbest.wordpress.com/2012/03/26/uji-resistensi-bakteri-terhadap-
antibiotika-menggunakan-metode-difusi/
- http://disachem.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-mikrobiologi-uji_28.html
- Modul praktikum bakteriologi