Anda di halaman 1dari 21

BUKU PENUNTUN

PRAKTIKUM

BLOK

KEDOKTERAN TROPIS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2020
Pas foto
3 x 4 cm

BUKU PANDUAN MAHASISWA

Nama :

NIM :

No HP :

Email :
Praktikum Mikrobiologi ( Identifikasi Bakteri, Kultur, Test
Sensitivitas )
I. Pendahuluan
Bakteriologi merupakan ilmu tentang bakteri, meliputi morfologi bakteri,
klasifikasi bakteri, fisiologi bakteri. Khusus untuk bakteriologi klinis ruang lingkupnya
hanya sekitar cara identifikasi bakteri terutama bakteri penyebab penyakit pada
manusia.
Mikroorganisme yang akan diisolasi dapat berupa biakan murni atau populasi
campuran. Bila biakan yang akan diidentifikasi ini tercemar, perlu dilakukan
pemurnian. Biasanya pemurnian dilakukan dengan cara menggores suspensi mikroba
yang akan diisolasi pada lempengan agar sebagai media pertumbuhannya. Setelah
diperoleh koloni terpisah, dibuat pewarnaan gram dari beberapa koloni untuk melihat
kemurnian biakan. setelah diperoleh biakan murni, kegiatan dilanjutkan dengan
melakukan serangkaian uji biokimia untuk memperoleh ciri biokimia dari bakteri uji.
Setiap uji yang dilakukan harus menggunakan control untuk mengetahui apakah media
serta reagens yang digunakan memenuhi persyaratan. Selain itu kontrol digunakan juga
untuk melihat bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat. Untuk mengetahui bahwa
media yang digunakan bekerja dengan baik, dapat digunakan biakan mikroba yang
memberikan hasil positif dan negatif. Uji yang digunakan dalam identifikasi bakteri
tidaklah sama untuk setiap kelompok.
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas anti bakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Pada umumnya metode
yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu
dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang
diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas
bakteri terhadap bahan anti bakteri

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan bakteri
b. Tujuan Khusus
b.1 Mahasiswa diharapkan mampu melakukan identifikasi bakteri
b.2 Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kultur bakteri
b.3 Mahasiswa diharapkan mampu melakukan uji sensitivitas bakteri

III.Rujukan
1. FKUI. 2009. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. FKUI: Jakarta
2. Elliott T, et All. 2010. Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi Edisi 4. EGC : Jakarta
3. Brooks G F, Butel J S, Morse S A. 2012. Mikrobiologi Kedokteran ( Medical
Microbiology ). Salemba Medika : Jakarta

IV. Lembaran Kerja


Prosedur Identifikasi Bakteri :
1 Sediaan Basah Caranya :
 Ambil 1 ose biakan cair atau dari dari koloni yang disuspensikan pada larutan
NaCl fisiologis, lalu oleskan di atas gelas objek
 Tutuplah biakan tersebut dengan gelas penutup yang telah diolesi vaselin pada
bagian tepinya
 Segera periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x.

2 Tetes Gantung Caranya :


 Gunakan gelas objek cekung dan satu gelas penutup
 Tiap ujung gelas penutup diberi vaselin
 Lalu letakkan 1 ose suspensi bakteri ditengah-tengah gelas penutup
 Gelas objek cekung ditutupkan (ditelungkupkan) di atas gelas penutup sehingga
suspensi bakteri berada di antaranya
 Sediaan ini kemudian dipasang pada meja mikroskop dengan gelas penutup
berada di atasnya (dalam keadaan terbalik) sehingga posisi suspensi tergantung

Hasil Praktikum :

Keterangan

Keterangan

Kesimpulan Praktikum :
Prosedur Kultur Bakteri :
1. Metode Cawan Gores (Streak Plate)
 Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari
koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi.
 Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri.
 Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat
 Kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril.
 Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal disatu cawan.
 Ose disterilkan lagi dengan api bunsen.
 Setelah kering, ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya
pada sisi cawan ke dua.
 Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.

2. Metode Cawan Sebar (Spread Plate)


 Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menuangkan stok kultur bakteri atau menghapuskannya di atas media agar
yang telah memadat
 Dan perlu perhatian pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair
(belom memadat).
 Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata pada bagian permukaan agar.

3. Teknik Dilusi (Pengenceran)


 Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya.
 Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam aquades steril.
 Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir
semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan
teknik ini, seperti TPC (Total Plate Counter)
Hasil Praktikum :

Keterangan :

Keterangan :

Kesimpulan Praktikum :
Prosedur Sensitivitas Bakteri :
1. Siapkan obyek glass yang bersih.
2. Siapkan Ose penuh strain ditanam dalam broth – inkubasi 37oC selama 2-3 jam,
kekeruhan broth dibandingkan dengan standart, untuk menyesuaikan dipakai broth
steril atau Pz
3. Dengan swab steril dan broth ditanam merata pada agar MH sebelum di streak,
swab diperas dahulu pada dinding tabung (dengan ditekan sambil diputar)
4. Cara streak :
 Meliputi seluruh permukaan plate, zig-zag merata
 Plate setelah ditanami, dibiarkan beberapa menit pada temperature kamar
dalam keadaan tertutup
 Disk antibiotic diletakkan dengan pinset/jarum steril pada permukaan plate
agar, agak ditekan, tiap disk diperkirakan jaraknya , agar zona jernih yang
terjadi tidak saling bertubrukan satu plate maksuimal 7 detik
 Setelah inkubasi 37oC selama 24 jam zona hambatan diukur diameternya
dengan penggaris, cawan petri tetap ditutup.
 Pengukuran dilakukan dari dasar late (dibalik), hasil pengukuran dicocokkan
dengan table satuan millimeter (mm).

Hasil Praktikum :

Keterangan :
Keterangan :

Kesimpulan Praktikum :

Tanggal :
Paraf

( )
Praktikum Pemeriksaan HIV
I. Pendahuluan
Human Immunodeficiency Virus, atau HIV, adalah virus yang menyebabkan AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV secara drastis dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh, sehingga memungkinkan penyakit, bakteri, virus, dan infeksi lainnya
menyerang tubuh Anda. Tidak seperti virus lainnya, tubuh Anda tidak bisa
menyingkirkan HIV sepenuhnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda akan memilikinya
sepanjang hidup.
AIDS adalah kondisi yang paling parah dari penyakit HIV dan ditandai dengan
munculnya penyakit lain, seperti kanker dan berbagai infeksi, yang muncul seiring
dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh Anda.

Ada beberapa macam teknik yang digunakan untuk pemeriksaan HIV, antara lain:

 Rapid test untuk pemeriksaan cepat mendeteksi anti-HIV atau antibodi tubuh
terhadap virus HIV.
 Pemeriksaan standar dengan ELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV.
 Tes antigen HIV untuk mendeteksi adannya antigen HIV.

Pemeriksaan rapid test dan ELISA adalah dua metode umum yang digunakan
dalam diagnosis HIV. Sedangkan pemeriksaan antigen HIV masih jarang digunakan dan
biasanya dipakai untuk kepentingan penelitian. Adapun kedua pemeriksaan rapid test
dan ELISA dapat menunjukan hasil yang cukup akurat untuk mendiagnosis HIV.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang pemeriksaan HIV
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengerti tentang pemeriksaan HIV
dengan metode Rapid Test.
III. Rujukan
1 Baron. 2012. Patologi Klinik Ed. 4. EGC : Jakarta
2 Priyana A. 2011. Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis
Kompetensi. Penerbit Universitas Trisakti : Jakarta
3 Gandasoebrata R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta
4 Walmsley RN, Watkinson LR, Koay ESC. 2011. Kumpulan Kasus Patologi Klinik
Diagnosis Terpadu. Karisma : Jakarta

IV. Metode Pemeriksaan HIV


1. Metode ELISA ( Antibodi Immunosorbent Enzyme-Linked )
Sebagian besar metode ELISA dikembangkan untuk deteksi antigen atau
antibodi terdiri dari antibodi atau antigen yang cocok dengan yang dicari, yang
kemudian dibentuk dalam fase solid, seperti permukaan plastik dari plat polivinil
atau tube polistirene, di dalamnya sumuran yang dalam dari microdilution (cairan
sejumlah mikro) atau di bagian luar dari plastik sferis atau bead (mirip seperti
kelereng kecil) yang terbuat dari logam. Sistem tersebut dinamakan Solid Phase
Immonusrbent Assay.
Sistem Enzim terdiri dari:
a. Enzim: horse radish peroxidase, alkaline phosphatase yang dilabeli atau
dihubungkan dengan antibodi spesifik.
b. Substrat spesifik:
o O-Phenyl-diamine-dihydrochloride untuk peroxidase
o P Nitrophenyl Phosphate- for Alkaline Phosphatase

yang ditambahkan setelah reaksi antigen-antibodi. Enzim akan mengkatalisis


substrat sehingga akan menunjukkan warna titik akhir reaksi (senyawa kuning untuk
alkaline fosfatase). Intensitas warna memberikan indikasi jumlah ikatan antibodi atau
antigen.

2. Metode Rapid Test


Metode rapid test adalah metode yang paling sering digunakan dan paling
praktis. Pemeriksaan ini paling tepat digunakan untuk melakukan skrining HIV.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan di praktik dokter umum dan memiliki harga yang
terjangkau. Sebagai dokter umum, kita harus mampu melakukan pemeriksaan ini
dengan mandiri.

V. Alat dan Bahan


 Serum dan Plasma
 Kit Rapid Test HIV
 Sampel Dillution
 Pengering / Silica gel
 Pipet kecil

VI. Prosedur
1. Biarkan reagen dan sampel menyesuaikan dengan suhu ruangan
2. Buka bungkus test strip dan letakkan strip pada tempat yang bersih dan kering
3. Beri identitas pada strip sesuia dengan identitas sampel yang akan diperiksa
4. Ambil 1 tetes (30 ul) sampel atau kontrol dan teteskan pada well sampel strip test,
tambahkan 1 tetes sampal diluents pada well yang sama
5. Baca hasil dalam 15 menit, jangan baca hasil lebih dari 20 menit
6. Pembacaan hasil :
 Positif : garis kontrol terlihat, garis test 1 muncul berarti hasil HIV 1 positif, garis
test 2 muncul berarti hasil HIV 2 positif, garis test 1 dan 2 muncul bersamaan
berarti hasil HIV 1 dan HIV 2 positif
 Negatif : hanya garis kontrol terlihat, garis test 1 dan 2 tidak muncul
 Invalid : garus kontrol tidak muncul, jika ini terjadi, ulangi dengan menggunakan
strip test yang baru

VII. Lembaran Kerja


Hasil Praktikum :
Kesimpulan Praktikum :

Tanggal :
Paraf

( )
Praktikum Pewarnaan Gram dan Zeihl Nielsen
I. Pendahuluan
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna
penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri
gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel
mereka.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative
tidak.
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu
sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel bakteri
Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson
dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan metilen
blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan pembasah yaitu
suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk menjamin
penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna Kinyoun
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh
permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi
tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin
selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir
perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada
sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit,
kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup
seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air
mengalir

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pewarnaan pada bakteri
2. Tujuan Khusus
b.1 Mahasiswa diharapkan memahami dan menjelaskan perwarnaan gram pada
bakteri
b.2 Mahasiswa diharapkan memahami dan menjelaskan pemeriksaan Zeihl Nielsen

III. Rujukan
1. FKUI. 2009. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. FKUI: Jakarta
2. Elliott T, et All. 2010. Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi Edisi 4. EGC : Jakarta
3. Brooks G F, Butel J S, Morse S A. 2012. Mikrobiologi Kedokteran ( Medical
Microbiology ). Salemba Medika : Jakarta

IV. Lembaran Kerja


Prosedur :
1. Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api
Bunsen.
2. Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan
selama 5 menit.
3. Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-
kira 1-3 menit.
4. Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian
violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).
5. Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter
stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
6. Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
memakai lensa rendam minyak. Gram positif = ungu. Gram negatif = merah.

Hasil Praktikum

Keterangan :

Kesimpulan Praktikum :
Prosedur pewarnaan Zielh Nielsen :
1. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan,
2. kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai
mendidih atau kering selama 5 menit.
3. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna
dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan.
4. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada
sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3
menit, kelebihan larutan dibuang.
5. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan
1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir.
6. Lihat sediaan di bawah mikroskop

Hasil Praktikum :
Keterangan :

Tanggal :
Paraf

( )
Praktikum Parasitologi
I. Pendahuluan
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua
organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas
mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa,
helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis.
Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing
parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme
parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu
merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang
hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau
predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan
memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh
lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan
hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Parasitologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang semua
organisme parasit. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kini
parasitologi tidak hanya terbatas mempelajari organisme parasite meliputi: protozoa,
helmint, arthropoda dan insekta, baik yang zoonosis ataupun antroponis tetapi juga
mencakup pengkajian terhadap genetika, taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-
masing parasit, patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme
parasite adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu
merugikan organisme yang ditempatinya (hospes).

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan parasit
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan prosedur pemeriksaan parasit dan
melakukan identifikasi jenis parasit.
III. Rujukan
1. Soedarto. 2012. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran edisi kedua. Sagung Seto :
Jakarta
2. Hadidjaja & Gandahusada. 2011. Atlas Parasitologi Kedokteran. Gramedia : Jakarta
3. Hadidjaja P & Margosin S S. 2011. Dasar Parasitologi Klinik edisi pertama. FKUI :
Jakarta

IV. Lembaran Kerja

Keterangan :

Keterangan :
Keterangan :

Keterangan :

Keterangan :
Keterangan :

Keterangan :

Kesimpulan Praktikum :

Tanggal :
Paraf

( )

Anda mungkin juga menyukai