PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PERCOBAAN 4
PENENTUAN KADAR ANTIBIOTIK TETRASIKLIN
Dosen pengampu : Maulita Cut Nuria, M.Sc.,Apt.
Dususun oleh :
B. DASAR TEORI
Antibiotik sebagai sebuah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme, pada
konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan
mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan (Radji and Manurung, 2010).
Pentingnya penentuan kadar antibiotik karena terjadinya efek penggunaan antimikroba yang
meningkat, sehingga meningkat pula efek resistensi berbagai mikroba patogen serta
efektivitas daya hambat atau daya bunuh antimikroba sangat tergantung pada jumlah dan
kekuatan zat aktifnya.Pada umumnya, terdapat beberapa metode penentuan kadar antibiotik
diantaranya :
a. Metode Turbidimetri
Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan
mikroorganisme dalam media cair yang mengandung larutan antibiotik. Kurva
pertumbuhan bakteri uji dihitung dengan menggunakan metode turbidimetri dengan
memakai alat spektrofotometer UV-vis. Metode turbidimetri memiliki kelebihan,
yaitu cepat, tidak deskriptif dan tidak mahal (Iswadi, 2016).
Metode turbidimetri merupakan cara yang cepat untuk menghitung jumlah bakteri
dalam suatu larutan dengan menggunakan alat spektofotometer. Digunakan untuk uji
antibakteri, dimana jumlah bakterinya dihitung dengan membandingkan kekeruhan
suspensi bakteri dengan menggunakan larutan standar McFarland (Fitri, 2015).
b. Metode Lempeng Silinder
Prinsip metode lempeng silinder atau difusi agar adalah membandingkan zona
hambatan pertumbuhan mikroorganisme uji oleh dosis senyawa antibiotik yang diuji
terhadap zona hambatan oleh dosis antibiotik baku pembanding pada media lempeng
agar (Jawetz et al., 2001)
c. Metode Difusi
Metode difusi digunakan dalam uji sensitivitas bakteri. Metode tersebut dilakukan
dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang
diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disc) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas
bakteri terhadap bahan anti bakteri.
d. Metode Pengenceran
Sejumlah obat antimikroba tertentu dicampurkan pada perbenihan bakteri yang cair
atau padat. Kemudian perbenihan tersebut ditanami dengan bakteri yang diperiksa,
dan dieram. Titer obat ialah jumlah obat antimikroba yang dibutuhkan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri yang diperiksa. Tes kepekaan
pengenceran-agar memakan waktu, dan penggunaannya terbatas pada keadaan
khusus. Tes pengenceran-kaldu tidak praktis dan jarang digunakan bila pengenceran
harus dibuat dalam tabung reaksi; namun, adanya serentetan pengenceran-kaldu yang
sudah disiapkan untuk pelbagai obat dalam lempeng mikrotiter telah meningkatkan
dan mempermudah cara tersebut. Keuntungan tes pengenceran kaldu mikrodilusi ialah
memungkinkan adanya hasil kuantitatif, yang menunjukkan jumlah obat yang
diperlukan untuk menghambat (mematikan) mikroorganisme yang diperiksa.
e. Metode Difusi
Cakram kertas saring, cawan yang berliang renik, atau silinder tidak beralas, yang
mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada perbenihan padat yang
telah ditanami dengan biakan tebal organisme yang diperiksa. Setelah pengeraman,
garis tengah daerah hambat jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran
kekuatan hambatan obat terhadap organisme yang diperiksa. Metode ini dipengaruhi
banyak faktor fisik dan kimiawi di samping interaksi antara obat dan organisme
(misalnya, sifat perbenihan dan daya difusi, ukuran molekul, dan stabilitas obat).
Meskipun demikian, dengan standarisasi keadaan akan memungkinkan pengukuran
kuantitatif potensi obat atau kepekaan organisme.Bila menentukan kepekaan bakteri
dengan cara difusi, sebagian besar laboratorium menggunakan cakram kertas saring
yang telah diberi antibiotika. Suatu gradien konsentrasi antibiotika terbentuk dalam
perbenihan melalui difusi cakram. Karena difusi merupakan suatu proses yang terus
berjalan, gradien konsentrasi ini tidak pernah stabil untuk waktu lama; tetapi suatu
stabilisasi tertentu dapat diciptakan dengan membiarkan difusi berlangsung sebelum
bakteri tumbuh pada perbenihan. Kesulitan terbesar ialah laju pertumbuhan yang
beragam di antara pelbagai mikroorganisme.Interpretasi hasil tes difusi harus
didasarkan pada perbandingan antara metode pengenceran dengan metode difusi.
Perbandingan ini telah dibuat, dan juga rujukan standar internasional telah dibuat.
Garis regresi linear dapat menyatakan hubungan antara log konsentrasi minimum
hambatan pada tes pengenceran dan garis tengah daerah hambatan pada tes
difusi.Penggunaan cakram tunggal untuk tiap antibiotika dengan keadaan tes yang
standar memungkinkan penilaian kepekaan atau resistensi mikroorganisme dengan
membandingkan ukuran daerah hambatan terhadap suatu patokan obat yang sama
(metode Kirby-Bauer). Penghambatan di sekeliling lempengan yang mengandung
sejumlah obat antimikroba tidak menimbulkan kepekaan terhadap kadar obat yang
sama permilimeter, darah, atau urine.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan kadar antibiotik yaitu antara lain :
1. Difusi antimikroba pada sel dan jaringan
2. Protein serum pengikat antimikroba
3. Gangguan dan interaksi obat
4. Status daya tahan dan sistem imun pasien
5. Mengidap beberapa penyakit secara bersamaan
6. Virulensi dan patogenitas bakteri yang menginfeksi
7. Tempat infeksi dan keparahan penyakit
1. Larutan stok tetrasiklin konsentrasi 300, 600, 900 dan 1200 µm/mL
2. Larutan stok tetrasiklin konsentrasi 400, 800, 1200 dan 1600 µm/mL
3. Bakteri Escherichia coli (E.coli)
4. Bakteri Staphylococcus aureus (S.aureus)
D. CARA KERJA
1. Kadar antibiotic tetrasiklin terhadap bakteri escherichia coli
Media yang digunakan untuk penetuan kadar antibiotic tetrasiklin adalah antibiotic no 1 yang
berisi suspensi E.coli
Disiapkan larutan konsentrasi tetrasiklin sebasar 4000 g/ml untuk penentuan kadar
Dilakukan pengenceran sehingga mendapatkan konsentrasi larutan tetrasiklin 300 g/ml, 600
g/ml, 900 g/ml. 1200 g/ml
Disiapkan larutan stok tetrasiklin 4000 g/ml sehingga diperoleh beberapa konsentrasi
400 g/ml, 800 g/ml, 1200 g/ml, 1600 g/ml
Kemudian dibagi menjadi beberapa sector, untuk jumlah sector menyesuaikan dengan serial
konsentrasi, ada 4 serial konsentrasi ditambah 1 sempel yang belum diketahui kadarnya
maka jumlah sampelnya ada 5
Dibagi menjadi 5 sektor kemudian ditandai dengan garis pemisah dan diberi penomeran
Ditempelkan blank disk/paper disk pada permukaan media, sebelumnya tutup petri
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan uap panasnya saja
Mulut petri dipanaskan sisinya kemudian blank disk diambil menggunakan pinset yang
dipanaskan ujungnya sebentar
Didorongkan kesalah satu sisi blank disk paling atas apabila sudah keluar disisinya kemudian
diambil dengan pinset dan ditempelkkan kepermukaan media
Dibuka sedikit tutup petrinya, kemudian blank disk dilepaskan dan ditekan pelan-pelan,
kemudian tutup pentri dan diambil blank disk lagi untuk beberapa sector lainnya
Media yang telah ditetesi larutan tetrasiklin ditunggu 15-20 menit agar larutan tetrasiklin
meresap maksimal di blank disk
Dimasukkan kedalam incubator dalam posisi petri terbalik dengan suhu 37◦C selama 24 jam
Diukur pers regresi linier dari serial konsentrasi 4,8,12,16 g/ml menggunakan jangka sorong
Dibuat kurva baku y = bx + A dari larutan standar, y = diameter zona hambat (mm), X = log
kadar (mg/ml) dan ditentukan kadar tetrasiklin sampel menggunakan kurva baku tersebut.
Sampel A
Sampel B
Seri konsentrasi = 3, 6, 9, 12 µg/disk
Konsentrasi (µg/disk) Log konsentrasi DDH (mm)
B 19,36
3 0,477 15,78
6 0,778 18,1
9 0,954 19,4
12 1,079 20,54
Persamaan regresi linier
y = bx + a
b = 7,821 y = 19,36 mm (DDH sampe B)
a = 12,025 x = konsentrasi sampel B
y = 7,821 x + 12,025
x = 19,36 – 12,025
7,821
x = 0,937 antilog = 8,65 µg/disk
A. Lampiran
Video A
Media E.coli
Video B
Media Staphylococcus aureus (S.aureus)
PERTANYAAN
H. DAFTAR PUSTAKA
Radji, M. and Manurung, J., 2010. Buku Ajar Mikrobiologi, Panduan Mahasiswa Farmasi
dan Kedokteran, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jawetz, E., Melnick, J.l., and Adelberg, E.A., 2001. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan
(Review) of Medical Microbiology), Jakarta: Kedokteran EGC.
Iswadi. 2016. Fage Litik Spesifik Escherichia coli Pada Limbah Cair Pasar Tradisional di
Kota Banda Aceh. Jurnal Biotik: 95-99.
Fitri K, S.A., Agung, M.U.K., dan Meika, J. 2015. Larutan McFarland Standar digunakan
sebagai referensi untuk menyesuaikan kekeruhan bakteri suspensi sehingga jumlah
bakteri dalam kisaran yang diberikan untuk membakukan mikroba pengujian. Jurnal
Akuatika: 128-139.