Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN II

“ PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR TERHADAP EFEK


FARMAKOLOGI “

DISUSUN OLEH :

Nama : Timur Muhamad Alfa Rizki

NIM : 1041911149

Kelompok :L

Tanggal Praktikum : 25 febuari 2021

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

YAYASAN PHARMASI SEMARANG

2020
PERCOBAAN II

PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR TERHADAP EFEK FARMAKOLOGI

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap
enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya.

B. DASAR TEORI
Pada dasarnya setiap obat merupakan zat asing bagi tubuh yang tidak
diinginkan, karena obat dapat merusak sel dan mengganggu fungsinya. Oleh karena
itu, tubuh akan berupaya merombak zat asing ini menjadi metabolit yang tidak aktif
lagi dan sekaligus bersifat lebih hidrofil agar mudah proses ekresinya oleh ginjal (Tan
Hoan, 2003).
Metabolisme obat sering disebut biotransformasi. Metabolisme obat terjadi
terutama di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol.
Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah pada dinding usus, ginjal, paru,
darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah
menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik (Farmakologi dan Terapi edisi
revisi V, 2008).
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian pada
umumnya mengalami absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat
kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat
diekskresikan dari dalam tubuh (Arief, 2000).
Fakor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat:
1. Induksi enzim
Beberapa obat, fenobarbital, karbamazepin, etanol, dan rifampicin serta
polutan menaikkan aktivitas enzim pemetabolisme obat.
2. Inhibisi enzim
Reaksi inhibisi enzim terjadi lebih cepat daripada induksi enzim karena terjadi
secara cepat setelah onsentrasi inhibitor ini mencapai titik tertentu yang sanggup
bersaing dengan obat dalam menduduki sisi aktif enzim pemetabolisme. Contoh :
Simetidin menghambat metabolisme fenitoin, teofilin, dan warfarin.
Eritromisin menghambat sitokrom P450 sehingga meningkatkan aktivitas
teofilin, warfarin, karbamazepin, dan digoksin.
3. Polimorfisme genetic
Respon terhadap obat berbeda pada tiap individu karena perbedaan
genetik.Contohnya adalah debrisoquine hydroxylation.
4. Usia
Enzim mikrosomal di hati dan fungsi ginjal belum sempurna pada saat lahir
dan akan berkembang secara cepat pada empat minggu pertama setelah dilahirkan. Di
masa tua, metabolisme obat oleh hati akan berkurang sehingga untuk manula, dosis
obat biasanya lebih rendah daripada untuk usia muda. (Neal, 2005)
Obat lebih banyak dirusak di hati meskipun setiap jaringan mempunyai
sejumlah kesanggupan memetabolisme obat. Kebanyakan biotransformasi metabolik
obat terjadi pada titik tertentu antara absorpsi obat ke dalam sirkulasi sistemik dan
pembuangannya melalui ginjal. Sejumlah kecil transformasi terjadi di dalam usus atau
dinding usus. Umumnya semua reaksi ini dapat dimasukkan ke dalam dua katagori
utama, yaitu reaksi fase 1 dan fase 2 (Katzung, 1989).

Reaksi Fase I (Fase Non Sintetik)


Reaksi ini meliputi biotransformasi suatu obat menjadi metabolit yang lebih
polar melalui pemasukan atau pembukaan (unmasking) suatu gugus fungsional
(misalnya –OH, -NH2, -SH) (Neal,2005). (Gordon dan Skett, 1991).
Reaksi-reaksi yang termasuk dalam fase I antara lain:
a) Reaksi Oksidasi
Merupakan reaksi yang paling umum terjadi. Reaksi ini terjadi pada berbagai
molekul menurut proses khusus tergantung pada masing-masing struktur kimianya,
yaitu reaksi hidroksilasi pada golongan alkil, aril, dan heterosiklik; reaksi oksidasi
alkohol dan aldehid; reaksi pembentukan N-oksida dan sulfoksida; reaksi deaminasi
oksidatif; pembukaan inti dan sebagainya (Anonim,1999).
Reaksi oksidasi meliputi:
– Hidroksilasi aromatic
– Hidroksilasi alifatik
– Dealkilasi
– Desulfurasi
– Dehalogenasi
– Deaminasi oksidatif
b) Reaksi Reduksi (reduksi aldehid, azo dan nitro)
Reaksi ini kurang penting dibanding reaksi oksidasi. Reduksi terutama
berperan pada nitrogen dan turunannya (azoik dan nitrat), kadang-kadang pada
karbon. (Anonim, 1999).
c) Reaksi Hidrolisis (deesterifikasi)
Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis dari
ester dan amida oleh enzim. Esterase yang terletak baik mikrosomal dan
nonmikrosomal akan menghidrolisis obat yang mengandung gugus ester. Di
hepar,lebih banyak terjadi reaksi hidrolisis dan terkonsentrasi, seperti hidrolisis
peptidin oleh suatu enzim. Esterase non mikrosomal terdapat dalam darah dan
beberapa jaringan.
Reaksi Fase II (Fase sintetik)
Reaksi ini terjadi dalam hati dan melibatkan konjugasi suatu obat atau
metabolit fase I nya dengan zat endogen. Konjugat yang dihasilkan hampir selalu
kurang aktif dan merupakan molekul polar yang mudah diekskresi oleh ginjal (Neal,
2005).
Metabolit dari reaksi fase satu memang lebih polar dari keadaan semula, tetapi
masih belum cukup polar untuk dapat diekskresi oleh ginjal. Oleh karena itu, dibuat
lebih polar lagi melalui reaksi fase II, konjugasi dengan senyawa endogen di dalam
hati. Hasil akhir dari reaksi fase II biasanya sangat polar dan dapat segera
diekskresikan. (bawah)
Reaksi fase II meliputi:
1. Konjugasi dengan glukoronat (glukoronidasi)
2. Konjugasi dengan sulfat (sulfatasi)
3. Konjugasi dengan glutation (pembentukan asam merkapturat)
4. Asilasi dan asetilasi
Reaksi terpenting dari fase ini adalah glukoronidasi, tidak terjadi secara
spontan tetapi membutuhkan bentuk teraktivasi dari asam glukoronat yaitu asam
glukoronat-uridin difosfat. Bentuk aktif ini dihubungkan dengan molekul aseptor oleh
mikrosomal glukoronil transferase. (Lullman et al, 2000).
C. ALAT DAN BAHAN

Alat : Bahan :

 jarum suntik (1ml-2ml) - Mencit - Etanol


 stop watch - Induktor enzim : Phenobarbital
 kapas - Inhibitor enzim : Sinetdin
D. SKEMA KERJA

Disiapkan mencit masing – masing 3 untuk tiap


kelompok (6 inhibitor, 6 induktor, 3 kontrol)

Di timbang dan diberi tanda, kemudian


diperhitungkan volume phenobarbital dan
simetidine dengan dosis 80 mg/ kg BB

Kelompok 1 Kelompok 2&4 Kelompok 3&5


kontrol I.P Induktor I.P Inhibitor I.P
Phenobarbital Phenobarbital Simetidin dan
selama 3 hari selang satu jam
tiap 24 jam phenobarbital

Di amati waktu reflek balik badan

Di hitung onset dan durasi untuk


masing- masing kelompok
percobaan

Dibandingkan hasilnya untuk


durasi dengan uji statistika anava
satu jalan
E. DATA PENGAMATAN

PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR EFEK FARMAKOLOGI

DATA PENGAMATAN
DosispemberianPhenobarbital 80 mg/kg BB, secara intraperitoneal (i.p)
Etiket PhenobarbitalSodium Inj: 100 mg/ml
Pra Perlakuan
1. Kelompok Induksi = Injeksi Peritoneal Phenobarbital 80 mg/kgBB 3 hari berturut, tiap 24
jam
2. Kelompok Inhibisi = Injeksi Peritoneal Ranitidin 80 mg/kgBB 1 jam sebelum perlakuan
Perlakuan =
Injeksi Peritoneal Phenobarbital 80 mg/kgBB
Data yang diperoleh =
Jam
Kelompo BB
No Pemberian Hilang Kembali Onset Durasi
k (gram)
Kesadaran Sadar
Kontrol 1 20 07.00 07.45 17.30 45 585
2 23 07.01 07.48 16.50 47 542
3 22 07.02 07.59 17.15 57 556
4 22 07.03 08.10 17.02 67 532
5 24 07.04 07.50 16.30 46 520
Induksi 1 24 07.05 08.05 13.25 60 320
2 26 07.06 08.15 13.44 69 329
3 26 07.07 07.55 12.58 48 303
4 28 07.08 08.10 13.21 62 311
5 22 07.09 08.05 13.42 56 337
6 30 07.10 07.58 13.35 48 337
7 26 07.11 08.03 13.27 52 324
8 32 07.12 08.07 13.10 55 303
9 30 07.13 08.12 14.05 59 353
10 30 07.14 08.30 14.18 76 348
Inhibisi 1 27 08.00 09.15 22.02 75 767
2 28 08.01 08.50 21.05 49 735
3 24 08.02 08.48 20.08 46 680
4 26 08.03 08.59 22.10 56 791
5 21 08.04 09.11 20.15 67 664
6 24 08.05 09.00 19.30 55 630
7 24 08.06 09.03 19.45 57 642
8 22 08.07 09.15 22.08 68 773
9 27 08.08 09.17 20.09 69 652
10 20 08.09 09.13 21.30 64 737
-Phenobarbital yang ada di laboratorium : 200 mg/2 ml
Pengenceran 10 x ad 10 ml
V 1 × C1 = V 2 × C2
V1 × 200 mg/2 ml = 10 ml × 10 mg/ml
V1 = 1 ml
-Ranitidin yang ada di laboratorium : 50 mg/2 ml → 25 mg/1 ml
KONTROL
1) Berat mencit pertama : 20 gram
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
20 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,6 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,6 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,16 ml
2) Berat mencit kedua : 23 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
23 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,84 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,84
= ×1 ml
10 mg
= 0,184 ml ~ 0,18 ml
3) Berat mencit ketiga : 22 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
22 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,76 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,76 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,176 ml ~ 0,18 ml

4) Berat mencit keempat : 22 g


Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
22 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,76 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,76 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,176 ml ~ 0,18 ml
5) Berat mencit kelima : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
10 mg
= 0,192 ml ~ 0,19 ml
INDUKSI ENZIM
1) Berat mencit pertama : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
10 mg
= 0,192 ml ~ 0,19 ml
2) Berat mencit kedua : 26 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
26 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,08 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,08 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,208 ml ~ 0,21 ml
3) Berat mencit ketiga : 26 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
26 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,08 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,08 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,208 ml ~ 0,21 ml
4) Berat mencit keempat : 28 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
28 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,24 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,24 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,224 ml ~ 0,22 ml
5) Berat mencit kelima : 22 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
22 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,76 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,76 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,176 ml ~ 0,18 ml
6) Berat mencit keenam : 30 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
30 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,4 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,4 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,24 ml
7) Berat mencit ketujuh : 26 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
26 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,08 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,08 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,208 ml ~ 0,21 ml

8) Berat mencit kedelapan : 32 g


Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
32 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,56 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,56 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,256 ml ~ 0,26 ml
9) Berat mencit kesembilan : 30 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
30 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,4 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,4 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,24 ml
10) Berat mencit kesepuluh : 30 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
30 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,4 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,4 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,24 ml
INHIBISI ENZIM
 PHENOBARBITAL

1) Berat mencit pertama : 27 g


Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
27 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,16 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,16 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,216 ml ~ 0,22 ml
2) Berat mencit kedua : 28 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
28 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,24 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,24 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,224 ml ~ 0,22 ml
3) Berat mencit ketiga : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
10 mg
= 0,192 ml ~ 0,19 ml
4) Berat mencit keempat : 26 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
26 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,08 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,08 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,208 ml ~ 0,21 ml
5) Berat mencit kelima : 21 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
21 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,68 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,68 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,168 ml ~ 0,17 ml
6) Berat mencit keenam : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
10 mg
= 0,192 ml ~ 0,19 ml
7) Berat mencit ketujuh : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
10 mg
= 0,192 ml ~ 0,19 ml
8) Berat mencit kedelapan : 22 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
22 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,76 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,76 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,176 ml ~ 0,18 ml
9) Berat mencit kesembilan : 27 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
27 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,16 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,16 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,216 ml ~ 0,22 ml
10) Berat mencit kesepuluh : 20 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
20 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,6 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,6 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,16 ml
 RANITIDIN

1) Berat mencit pertama : 27 g


Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
27 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,16 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,16 mg
= ×1 ml
25 mg
= 0,0864 ml ~ 0,09 ml
2) Berat mencit kedua : 28 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
28 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,24 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,24 mg
= ×1 ml
25 mg
= 0,0896 ml ~ 0,09 ml
3) Berat mencit ketiga : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
25 mg
= 0,0768 ml ~ 0,08 ml
4) Berat mencit keempat : 26 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
26 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,08 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,08 mg
= ×1 ml
25 mg
= 0,0832 ml ~ 0,08 ml
5) Berat mencit kelima : 21 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
21 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,68 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,68 mg
= ×1 ml
25 mg
= 0,0672 ml ~ 0,07 ml
6) Berat mencit keenam : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
25 mg
= 0,0768 ml ~ 0,08 ml
7) Berat mencit ketujuh : 24 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
24 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,92 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,92mg
= × 1ml
25 mg
= 0,0768 ml ~ 0,08 ml
8) Berat mencit kedelapan : 22 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
22 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,76 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,76 mg
= ×1 ml
25 mg
= 0,0704 ml ~ 0,07 ml

9) Berat mencit kesembilan : 27 g


Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
27 g
= ×80 mg
1000 g
= 2,16 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
2,16 mg
= ×1 ml
25 mg
= 0,0864 ml ~ 0,09 ml
10) Berat mencit kesepuluh : 20 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
20 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,6 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,6 mg
= ×1 ml
25 mg
= 0,064 ml ~ 0,06 ml
UJI ANOVA 1 JALAN TERHADAP ONSET

Kelompok Kelompok Kelompok


Kontrol Induksi Inhibisi
45 60 75
47 69 49
57 48 46
67 62 56
46 56 67
48 55
52 57
55 68
59 69
76 64
∑x=262 ∑x = 585 ∑x = 606
∑x² = 14088 ∑x² = 34935 ∑x² = 37522
n=5 n = 10 n = 10
x = 52,4 x = 58,5 x = 60,6

∑XT = 1453
∑X2T = 86545
n = 25
k=3

a. Jumlah Kuadrat Keseluruhan


JKT = ∑X2T – (( ∑XT )2 / n)
= 86545 – ((1453)2 / 25 ) = 86545 – 84448,36 = 2096,64
b. Jumlah Kuadrat Antar Kelompok.
( 262 ) 2 ( 585 ) 2 ( 606 ) 2 ( 1453 ) 2
JKak = + + −
5 10 10 25
= 13728,8 + 34222,5 + 36723,6 – 84448,36
= 226,54
c. Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
JKwg = JKT – JKak
= 2096,64 – 226,54 = 1870,1
JKak 226,54
d. RJK Antar Kelompok = = = 113,27
(k −1) (3−1)
JKwg 1870,1
e. RJK Dalam Kelompok = = = 85,0
(N −K) (25−3)
RJK Antar Kelompok 113,27
f. F Hitung = = = 1,3326
RJK Dalam Kelompok 85,0
k-1 = 3-1 =4

2,8167
N – K= 25-3 = 22 →
4,3134

F hitung (1,3326) < F tabel (2,8167)


“Tidak ada perbedaan signifikan antara ketiga kelompok perlakuan terhadap onset”

UJI ANOVA 1 JALAN TERHADAP DURASI

Kelompok Kelompok Kelompok


Kontrol Induksi Inhibisi
585 320 767
542 329 735
556 303 680
532 311 791
520 337 664
337 630
324 642
303 773
353 652
348 737
∑x= 2735 ∑x = 3265 ∑x = 7071
∑x² = 1498549 ∑x² = 1068807 ∑x² = 5032357
n=5 n = 10 n = 10
x = 547 x = 326,5 x = 707,1

∑XT = 13071
∑X2T = 7599713
n = 25
k=3

a. Jumlah Kuadrat Keseluruhan


JKT = ∑X2T – (( ∑XT )2 / n)
= 7599713 – ((13071)2 / 25 ) = 7599713 – 6834041,64 = 765671,36
b. Jumlah Kuadrat Antar Kelompok.
( 2735 ) 2 ( 3265 ) 2 ( 7071 ) 2 (13071 ) 2
JKak = + + −
5 10 10 25
= 1496045 + 1066022,5 + 4999904,1 – 6834041,64
= 727929,96

c. Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok


JKwg = JKT – JKak
= 765671,36 – 727929,96 = 37741,4
JKak 727929,96
d. RJK Antar Kelompok = = = 363964,98
(k −1) (3−1)
JKwg 37741,4
e. RJK Dalam Kelompok = = = 1715,52
(N −K) (25−3)
RJK Antar Kelompok 363964,98
f. F Hitung = = = 212,1601
RJK Dalam Kelompok 1715,52

k-1 = 3-1 =4

2,8167
N – K= 25-3 = 22 →
4,3134

F hitung (212,1601) > F tabel (2,8167)


“ada perbedaan signifikan antara ketiga kelompok perlakuan terhadap durasi”

UJI PASCA ANOVA


Kontras F hitung = F’ Keterangan
(x́i-x́j)²
RJK dlm kel + RJK dlm kel
ni nj
Kontrol vs (547-326,5)² F’ =(K-1 x F tabel) Signifikan
Induksi 514,656 = 94,47 =(3-1) x 2,8167
=5,6334
Kontrol vs (547-707,1)² F hit (2) > F’ Signifikan
Inhibisi 514,656 = 49,80

Induksi vs (326,5-707,1)² F hit (2) > F’ Signifikan


Inhibisi 343,104 = 422,19

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengaruh induktor dan inhibitor terhadap
efek farmakologi. Dalam proses metabolisme dapat terjadi metabolisme obat berupa induksi
atau inhibisi enzim metabolisme, terutama enzim CYP (cytochrome P450). Induksi berarti
peningkatan sintesis enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan
kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan. Inhibitor
adalah senyawa yang dapat menghambat sitokrom P450 sehingga menurunkan aktivitas
enzim mikrosom hati, sehingga obat lain yang merupakan substrat enzim tersebut akan
terakumulasi bila diberikan bersamaan.

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan pengaruh inductor dan inhibitor pada
metabolisme obat kepada hewan percobaan yaitu mencit, yang akan diberi obat
phenobarbital dan ranitidine untuk inhibitor dengan cara pemberian obat yang sama yaitu
intra peritoneal (I.P). Pada percobaan ini digunakan senyawa kimia yaitu senyawa induktor
(Phenobarbital 80 mg/kg bb) yang memiliki efek sedativ dan senyawa inhibitor (Simetidin)
serta Kontrol sebagai pembandingnya. Kedua senyawa ini (induktor dan inhibitor) dapat
mempengaruhi proses metabolisme obat dari Phenobarbital. Phenobarbital merupakan
induktor yang dapat meningkatkan kapasitas atau jumlah dari enzim pemetabolisme P450.

Kelompok kontrol ini digunakan untuk membandingkan apakah ada pengaruh yang
signifikan pada pemberian senyawa induktor dan inhibitor terhadap metabolisme obat.
Phenobarbital dimetabolisme oleh enzim Sitokrom P-450 terutama berlangsung di hati
menjadi metabolit yang inaktif dan tidak toksik. Phenobarbital yang aktif memiliki efek
hipnotika – sedative. Pada biotransformasinya, Phenobarbital mengalami Reaksi Fase 1 yaitu
reaksi Oksidasi berupa reaksi Hidroksilasi. Reaksi Hidroksilasi merupakan reaksi
penambahan gugus –OH sehingga metabolitnya bersifat lebih polar. Awalnya terbentuk
karena oksida yang bersifat toksik lalu mengalami detoksifikasi dengan penataulangan spotan
menjadi arenol yang bersifat lebih polar atau mengalami hidrasi menjadi trans-dihidrodiol
yang sifatnya tidak toksik. Selanjutnya mengalami Reaksi fase 2 yaitu reaksi konjugasi
menjadi senyawa yang sangat polar dan tidak toksik sehingga mudah diekskresikan melalui
ginjal atau mengalami Siklus Enterohepatik, yaitu dari hati masuk ke dalam usus dan terjadi
hidrolisis menjadi senyawa lipofil yang dapat direabsorbsi lagi masuk ke sirkulasi darah dan
mengalami redistribusi, begitu seterusnya sampai kadar Phenobarbital dalam darah habis.
Sehingga efek tidurnyapun semakin berkurang dan lama-lama hilang.

Hewan uji (mencit) kelompok inhibitor diinjeksikan ranitidine dosis ket Injeksi
Ranitidin 50 mg/2ml. yaitu 1 jam sebelum penyuntikan phenobarbital dengan dosis 80mg/kg
BB secara intraperitonial. Digunakan ranitidin karena, ranitidin phenobarbital bekerja pada
reseptor yang sama yaitu reseptor H2, daya hambat simetidin lebih kuat dalam menghambat
Sitokrom P-450 daripada antagonis reseptor H2 (AH2) yang lain dan bioavailabilitas
simetidin sekitar 70 %.

Ranitidin dapat menghambat aktivitas enzim pemetabolisme obat dari phenobarbital sehingga
metabolit yang dihasilkan sedikit dan kadar obat dalam plasma darah meningkat. Akibatnya
dapat menghasilkan efek yang lebih panjang. Efeknyapun lebih parah yaitu dapat
memberikan efek toksisitas sehingga hewan uji dapat mengalami kematian. Hal ini dapat
diatasi dengan cara menurunkan dosis pemberian, tidak memberikan obat secara bersamaan
atau menggantinya dengan obat lain. Ranitidin mempunyai daya kerja menghambat enzim
sitokrom P450, sehingga menghambat metabolisme Phenobarbital sehingga kerja
Phenobarbital dalam hewan uji lebih lama.

G. KESIMPULAN

1.Induktor adalah senyawa yang dapat meningkatkan aktivitas enzim pemetabolisme


metabolisme suatu obat agar berlangsung lebih cepat. Akibatnya terjadi kadar zat
aktif dari obat yang rendah dalam plasma.
2. Inhibitor adalah senyawa yang dapat menurunkan kuantitas maupun kualitas dari
enzim pemetabolisme sehingga metabolisme suatu obat berlangsung lebih lambat.
Akibatnya terjadi kadar zat aktif dari obat yang tinggi dalam plasma.
3. Adanya induktor dan inhibitor dapat mempengaruhi durasi kerja obat dan dapat
mempengaruhi efektivitas obat.
H. DAFTAR PUSTAKA

1. Devissaguet,.J.Aiache Jm,1993,Farmasetka 2 Biofarmasetika, Airlangga


2. Gibson,G.Gordon Dan Paul Skett, 1991, Pengantar Metabolisme Obat, UI Presss,
Jakarta
3. Siswandono Dan Soekardjo, Bambang, 2000, Kimia Medisinal, Airlangga University
Press
4. Anonim. 1999. Majalah Farmasi Indonesia Vol 10 No 04. Yogyakarta : Mandiri Jaya
Offset.
5. Anief, Moh. 2000. Perjalanan Dan Nasib Obat Dalam Badan. Yogyakarta : Gadjah
Mada Univ Press.
6. Ganiswara, Sulistia G (Ed). 2008. Farmakologi dan Terapi, Edisi Revisi V. Jakarta :
Balai Penerbit Falkultas, Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Katzung, Bertram G. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba
Medika.
8. Lullman, Heinz, et al. 2000. Color Atlas of Pharmacology, second edition revised and
expanded. New York : Thieme.
9. Neal, M.J, 2005, At A Glance. Farmakologi Medis, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
10. Tjay, Tan Hoa, Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat Penting. Jakarta : Gramedia.
PETANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan induktor dan inhibitor beserta contoh perstiwanya masing-
masing 3?

Jawab:

-Induktor adalah senyawa atau obat yang dapat meningkatkan sintesis enzim metabolisme
pada tingkat transkipsi sehingga mengalami peningkatan kecepatan metabolisme obat
menjadi substrat enzim yang bersangkutan.
Contoh:
a. Fenobarbital dapat menginduksi enzim mikrosom sehingga meningkatkan
metabolisme warfarin dan menutrunkan efek antikoagulannya.oleh karena itu,
penderita yang diobati dengn warfarin dan akan diberi fenobarbital , dosis warfarin
harus disesuaikan.
b. Iduksi enzim sitokrom P-450 leh fenobarbital akan meningkatkan oksidasi
asetaminofen, sehingga pembentukan metabolit reaktif imidokuinonmeningkt dan
efek hepatotoksisitasnya menjadi lebih besar.
c. Fenilbutazon dapat meningkatkan kecepatan metabolisme aminopirin dan kortisol.

-Inhibitor adalah senyawa yang mampu menghambat proses metabolisme sehingga akan
memperpanjang kerja obat dalam tubuh.

Contoh:

a. Simetidine dan ketikonazol yang terikat pada besi heme sitokrom P-450 dapat
mengurangi metabolisme substrat-substrat endogen atau obat lain yang diberikan
bersamanya melalui hambatan kompetitif.
b. Suatu barbiturat yaitu Secobarbital, diketahui sebagai enzim yang menginaktivasi
CYP2B1 dengan mengalkilasi baik heme-nya maupun bagian-bagian proteinnya.
c. Troleandomycin, erythromycin dan derivat erythromycin dimetabolisme, oleh CYP3A
menjadi metabolit-metabolit yang membentuk komplek sitokrom besi heme dan
membuatnya aktif tidak secara katalisis.

2. Jelaskan apa yang dapat terjadi bila suatu obat diberikan bersamaan dengan induktor
ataupun inhibitor.
Jawab:

Obat diberikan bersama dengan induktor: Penambahan suatu induktor akan. Apabila
obat diberikan bersama induktor, penambahan induktor dapat memperbanyak enzim
metabolisme. Apabila metabolit obat yang dihasilkan bersifat inaktif, maka senyawa
metabolit inaktif yang dihasilkan lebih banyak sehingga metabolisme berlangsung cepat,
akibatnya durasi yang ditimbulkan cepat dan efek yang dihasilkan akan cepat berakhir pula.
Sedangkan, bila senyawa metabolit yang dihasilkan aktif, maka metabolit aktif tersebut akan
lebih banyak dihasilkan sehingga metabolisme dapat berlangsung lebih lama , akibatnya
durasi yang didapatkan lama.

Apabila obat diberikan bersama dengan inhibitor. Maka akan menghambat produksi
enzim matabolisme. Jika metabolit obat yang dihasilkan dalam bentuk inaktif, maka
metabolit yang dihasilkan lebih sedikit akibatnya durasi obat yang didapatkan lebih lama.
Sedangkan, bila metabolit yang dihasilkan dalam bentuk aktif maka metabolit aktif yang
dihasilkan juga akan lebih sedikit akibatnya durasi yang didapatkan lebih cepat.

Semarang, 1 Maret 2021

Dosen Pembimbing Praktikkan

(Apt.Dhimas Adityasmara M. Farm) Timur Muhamad Alfa Rizki

(1041911149)

(Apt. Ebta Narasukma A, M.Sc)

Anda mungkin juga menyukai