FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN II
DISUSUN OLEH :
NIM : 1041911149
Kelompok :L
2020
PERCOBAAN II
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap
enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya.
B. DASAR TEORI
Pada dasarnya setiap obat merupakan zat asing bagi tubuh yang tidak
diinginkan, karena obat dapat merusak sel dan mengganggu fungsinya. Oleh karena
itu, tubuh akan berupaya merombak zat asing ini menjadi metabolit yang tidak aktif
lagi dan sekaligus bersifat lebih hidrofil agar mudah proses ekresinya oleh ginjal (Tan
Hoan, 2003).
Metabolisme obat sering disebut biotransformasi. Metabolisme obat terjadi
terutama di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol.
Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah pada dinding usus, ginjal, paru,
darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah
menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik (Farmakologi dan Terapi edisi
revisi V, 2008).
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian pada
umumnya mengalami absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat
kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat
diekskresikan dari dalam tubuh (Arief, 2000).
Fakor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat:
1. Induksi enzim
Beberapa obat, fenobarbital, karbamazepin, etanol, dan rifampicin serta
polutan menaikkan aktivitas enzim pemetabolisme obat.
2. Inhibisi enzim
Reaksi inhibisi enzim terjadi lebih cepat daripada induksi enzim karena terjadi
secara cepat setelah onsentrasi inhibitor ini mencapai titik tertentu yang sanggup
bersaing dengan obat dalam menduduki sisi aktif enzim pemetabolisme. Contoh :
Simetidin menghambat metabolisme fenitoin, teofilin, dan warfarin.
Eritromisin menghambat sitokrom P450 sehingga meningkatkan aktivitas
teofilin, warfarin, karbamazepin, dan digoksin.
3. Polimorfisme genetic
Respon terhadap obat berbeda pada tiap individu karena perbedaan
genetik.Contohnya adalah debrisoquine hydroxylation.
4. Usia
Enzim mikrosomal di hati dan fungsi ginjal belum sempurna pada saat lahir
dan akan berkembang secara cepat pada empat minggu pertama setelah dilahirkan. Di
masa tua, metabolisme obat oleh hati akan berkurang sehingga untuk manula, dosis
obat biasanya lebih rendah daripada untuk usia muda. (Neal, 2005)
Obat lebih banyak dirusak di hati meskipun setiap jaringan mempunyai
sejumlah kesanggupan memetabolisme obat. Kebanyakan biotransformasi metabolik
obat terjadi pada titik tertentu antara absorpsi obat ke dalam sirkulasi sistemik dan
pembuangannya melalui ginjal. Sejumlah kecil transformasi terjadi di dalam usus atau
dinding usus. Umumnya semua reaksi ini dapat dimasukkan ke dalam dua katagori
utama, yaitu reaksi fase 1 dan fase 2 (Katzung, 1989).
Alat : Bahan :
DATA PENGAMATAN
DosispemberianPhenobarbital 80 mg/kg BB, secara intraperitoneal (i.p)
Etiket PhenobarbitalSodium Inj: 100 mg/ml
Pra Perlakuan
1. Kelompok Induksi = Injeksi Peritoneal Phenobarbital 80 mg/kgBB 3 hari berturut, tiap 24
jam
2. Kelompok Inhibisi = Injeksi Peritoneal Ranitidin 80 mg/kgBB 1 jam sebelum perlakuan
Perlakuan =
Injeksi Peritoneal Phenobarbital 80 mg/kgBB
Data yang diperoleh =
Jam
Kelompo BB
No Pemberian Hilang Kembali Onset Durasi
k (gram)
Kesadaran Sadar
Kontrol 1 20 07.00 07.45 17.30 45 585
2 23 07.01 07.48 16.50 47 542
3 22 07.02 07.59 17.15 57 556
4 22 07.03 08.10 17.02 67 532
5 24 07.04 07.50 16.30 46 520
Induksi 1 24 07.05 08.05 13.25 60 320
2 26 07.06 08.15 13.44 69 329
3 26 07.07 07.55 12.58 48 303
4 28 07.08 08.10 13.21 62 311
5 22 07.09 08.05 13.42 56 337
6 30 07.10 07.58 13.35 48 337
7 26 07.11 08.03 13.27 52 324
8 32 07.12 08.07 13.10 55 303
9 30 07.13 08.12 14.05 59 353
10 30 07.14 08.30 14.18 76 348
Inhibisi 1 27 08.00 09.15 22.02 75 767
2 28 08.01 08.50 21.05 49 735
3 24 08.02 08.48 20.08 46 680
4 26 08.03 08.59 22.10 56 791
5 21 08.04 09.11 20.15 67 664
6 24 08.05 09.00 19.30 55 630
7 24 08.06 09.03 19.45 57 642
8 22 08.07 09.15 22.08 68 773
9 27 08.08 09.17 20.09 69 652
10 20 08.09 09.13 21.30 64 737
-Phenobarbital yang ada di laboratorium : 200 mg/2 ml
Pengenceran 10 x ad 10 ml
V 1 × C1 = V 2 × C2
V1 × 200 mg/2 ml = 10 ml × 10 mg/ml
V1 = 1 ml
-Ranitidin yang ada di laboratorium : 50 mg/2 ml → 25 mg/1 ml
KONTROL
1) Berat mencit pertama : 20 gram
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
20 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,6 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,6 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,16 ml
2) Berat mencit kedua : 23 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
23 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,84 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,84
= ×1 ml
10 mg
= 0,184 ml ~ 0,18 ml
3) Berat mencit ketiga : 22 g
Berat mencit
Dosis = × dosis phenobarbital
1000 g
22 g
= ×80 mg
1000 g
= 1,76 mg
Dosis mencit
Volume Pemberian =
Konsentrasi larutan stok
1,76 mg
= ×1 ml
10 mg
= 0,176 ml ~ 0,18 ml
∑XT = 1453
∑X2T = 86545
n = 25
k=3
2,8167
N – K= 25-3 = 22 →
4,3134
∑XT = 13071
∑X2T = 7599713
n = 25
k=3
k-1 = 3-1 =4
↓
2,8167
N – K= 25-3 = 22 →
4,3134
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengaruh induktor dan inhibitor terhadap
efek farmakologi. Dalam proses metabolisme dapat terjadi metabolisme obat berupa induksi
atau inhibisi enzim metabolisme, terutama enzim CYP (cytochrome P450). Induksi berarti
peningkatan sintesis enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan
kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan. Inhibitor
adalah senyawa yang dapat menghambat sitokrom P450 sehingga menurunkan aktivitas
enzim mikrosom hati, sehingga obat lain yang merupakan substrat enzim tersebut akan
terakumulasi bila diberikan bersamaan.
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan pengaruh inductor dan inhibitor pada
metabolisme obat kepada hewan percobaan yaitu mencit, yang akan diberi obat
phenobarbital dan ranitidine untuk inhibitor dengan cara pemberian obat yang sama yaitu
intra peritoneal (I.P). Pada percobaan ini digunakan senyawa kimia yaitu senyawa induktor
(Phenobarbital 80 mg/kg bb) yang memiliki efek sedativ dan senyawa inhibitor (Simetidin)
serta Kontrol sebagai pembandingnya. Kedua senyawa ini (induktor dan inhibitor) dapat
mempengaruhi proses metabolisme obat dari Phenobarbital. Phenobarbital merupakan
induktor yang dapat meningkatkan kapasitas atau jumlah dari enzim pemetabolisme P450.
Kelompok kontrol ini digunakan untuk membandingkan apakah ada pengaruh yang
signifikan pada pemberian senyawa induktor dan inhibitor terhadap metabolisme obat.
Phenobarbital dimetabolisme oleh enzim Sitokrom P-450 terutama berlangsung di hati
menjadi metabolit yang inaktif dan tidak toksik. Phenobarbital yang aktif memiliki efek
hipnotika – sedative. Pada biotransformasinya, Phenobarbital mengalami Reaksi Fase 1 yaitu
reaksi Oksidasi berupa reaksi Hidroksilasi. Reaksi Hidroksilasi merupakan reaksi
penambahan gugus –OH sehingga metabolitnya bersifat lebih polar. Awalnya terbentuk
karena oksida yang bersifat toksik lalu mengalami detoksifikasi dengan penataulangan spotan
menjadi arenol yang bersifat lebih polar atau mengalami hidrasi menjadi trans-dihidrodiol
yang sifatnya tidak toksik. Selanjutnya mengalami Reaksi fase 2 yaitu reaksi konjugasi
menjadi senyawa yang sangat polar dan tidak toksik sehingga mudah diekskresikan melalui
ginjal atau mengalami Siklus Enterohepatik, yaitu dari hati masuk ke dalam usus dan terjadi
hidrolisis menjadi senyawa lipofil yang dapat direabsorbsi lagi masuk ke sirkulasi darah dan
mengalami redistribusi, begitu seterusnya sampai kadar Phenobarbital dalam darah habis.
Sehingga efek tidurnyapun semakin berkurang dan lama-lama hilang.
Hewan uji (mencit) kelompok inhibitor diinjeksikan ranitidine dosis ket Injeksi
Ranitidin 50 mg/2ml. yaitu 1 jam sebelum penyuntikan phenobarbital dengan dosis 80mg/kg
BB secara intraperitonial. Digunakan ranitidin karena, ranitidin phenobarbital bekerja pada
reseptor yang sama yaitu reseptor H2, daya hambat simetidin lebih kuat dalam menghambat
Sitokrom P-450 daripada antagonis reseptor H2 (AH2) yang lain dan bioavailabilitas
simetidin sekitar 70 %.
Ranitidin dapat menghambat aktivitas enzim pemetabolisme obat dari phenobarbital sehingga
metabolit yang dihasilkan sedikit dan kadar obat dalam plasma darah meningkat. Akibatnya
dapat menghasilkan efek yang lebih panjang. Efeknyapun lebih parah yaitu dapat
memberikan efek toksisitas sehingga hewan uji dapat mengalami kematian. Hal ini dapat
diatasi dengan cara menurunkan dosis pemberian, tidak memberikan obat secara bersamaan
atau menggantinya dengan obat lain. Ranitidin mempunyai daya kerja menghambat enzim
sitokrom P450, sehingga menghambat metabolisme Phenobarbital sehingga kerja
Phenobarbital dalam hewan uji lebih lama.
G. KESIMPULAN
1. Apa yang dimaksud dengan induktor dan inhibitor beserta contoh perstiwanya masing-
masing 3?
Jawab:
-Induktor adalah senyawa atau obat yang dapat meningkatkan sintesis enzim metabolisme
pada tingkat transkipsi sehingga mengalami peningkatan kecepatan metabolisme obat
menjadi substrat enzim yang bersangkutan.
Contoh:
a. Fenobarbital dapat menginduksi enzim mikrosom sehingga meningkatkan
metabolisme warfarin dan menutrunkan efek antikoagulannya.oleh karena itu,
penderita yang diobati dengn warfarin dan akan diberi fenobarbital , dosis warfarin
harus disesuaikan.
b. Iduksi enzim sitokrom P-450 leh fenobarbital akan meningkatkan oksidasi
asetaminofen, sehingga pembentukan metabolit reaktif imidokuinonmeningkt dan
efek hepatotoksisitasnya menjadi lebih besar.
c. Fenilbutazon dapat meningkatkan kecepatan metabolisme aminopirin dan kortisol.
-Inhibitor adalah senyawa yang mampu menghambat proses metabolisme sehingga akan
memperpanjang kerja obat dalam tubuh.
Contoh:
a. Simetidine dan ketikonazol yang terikat pada besi heme sitokrom P-450 dapat
mengurangi metabolisme substrat-substrat endogen atau obat lain yang diberikan
bersamanya melalui hambatan kompetitif.
b. Suatu barbiturat yaitu Secobarbital, diketahui sebagai enzim yang menginaktivasi
CYP2B1 dengan mengalkilasi baik heme-nya maupun bagian-bagian proteinnya.
c. Troleandomycin, erythromycin dan derivat erythromycin dimetabolisme, oleh CYP3A
menjadi metabolit-metabolit yang membentuk komplek sitokrom besi heme dan
membuatnya aktif tidak secara katalisis.
2. Jelaskan apa yang dapat terjadi bila suatu obat diberikan bersamaan dengan induktor
ataupun inhibitor.
Jawab:
Obat diberikan bersama dengan induktor: Penambahan suatu induktor akan. Apabila
obat diberikan bersama induktor, penambahan induktor dapat memperbanyak enzim
metabolisme. Apabila metabolit obat yang dihasilkan bersifat inaktif, maka senyawa
metabolit inaktif yang dihasilkan lebih banyak sehingga metabolisme berlangsung cepat,
akibatnya durasi yang ditimbulkan cepat dan efek yang dihasilkan akan cepat berakhir pula.
Sedangkan, bila senyawa metabolit yang dihasilkan aktif, maka metabolit aktif tersebut akan
lebih banyak dihasilkan sehingga metabolisme dapat berlangsung lebih lama , akibatnya
durasi yang didapatkan lama.
Apabila obat diberikan bersama dengan inhibitor. Maka akan menghambat produksi
enzim matabolisme. Jika metabolit obat yang dihasilkan dalam bentuk inaktif, maka
metabolit yang dihasilkan lebih sedikit akibatnya durasi obat yang didapatkan lebih lama.
Sedangkan, bila metabolit yang dihasilkan dalam bentuk aktif maka metabolit aktif yang
dihasilkan juga akan lebih sedikit akibatnya durasi yang didapatkan lebih cepat.
(1041911149)