Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TOKSIKOLOGI RUMAH TANGGA


Dosen Pengampu: Vivi Filia Elvira, SKM., M.Kes.

Disusun oleh :
Kelompok 4

Adelia Fitria Shandy 1611015093


Evania Indi Rahayu 1611015151
Hendrie Prasetiya 1711015119
Mustika Bakri 1611015041

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Mulawarman
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul “Toksikologi Rumah Tangga” dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dalam
penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Toksikologi Lingkungan yang
diberikan oleh Dosen Vivi Filia S.KM, M.Kes.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan yang ditemukan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan masukan-
masukan dan kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi guna memperbaiki makalah ini.

Samarinda, 21 Maret 2019

Kelompok 4

2
DAFTAR PUSTAKA

Halaman Judul
Kata Pengantar……………………………………………………………………... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… ……... 1
C. Tujuan…………………………………………………………………...…. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Toksikologi…………………………………………………….. 2
B. Jenis-jenis bahan kimia pada rumah tangga……………………………….. 3
C. Jenis-jenis toksik pada rumah tangga………………………………........ 7
D. Pencegahan Secara Umum………………………………………………... 10
BAB III PEMBAHASAN
A. Profil Kasus………………………………………………………………. 13
B. Studi Kasus………………………………………………………….......... 13
C. Kesimpulan……………………………………………………………...… 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………… 16
B. Saran……………………………………………………………………..… 17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern seperti ini, peningkatan pemakaian bahan kimia
merupakan halyang tidak terelakkan lagi. Sejalan dengan itu, maka penyakit yang
disebabkan oleh bahan kimia pun meningkat drastis. Terutama pada lingkungan
rumah tangga yang kurangmenyadari keselamatan anggota keluarganya itu sendiri.
Peredaran bahan kimia yang semakin hari semakin pesat, menimbulkan
manfaat yang besar juga, tetapi juga membuat masalah yang besar juga. Terutama
masalah kesehatan.Keracunan merupakan salah satu masalah kesehatan yang
meningkat, baik di negara majumaupun di negara berkembang.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yangmasuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu. Tetapi
zat tersebutdapat langsung terakumulasi dalam tubuh, sehingga akan menghasilkan
efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi
diIndonesia adalah paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia, korosif,
alcohol,dan beberapa racun alamiah, termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat
dan bebrapatanaman beracun lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan toksikologi?
2. Apa saja jenis-jenis bahan kimia pada rumah tangga?
3. Apa saja jenis-jenis toksik pada rumah tangga?
4. Bagaimana pencegahan dari efek toksik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari toksikologi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis bahan kimia pada rumah tangga
3. Untuk mengetahui jenis-jenis toksik pada rumah tangga
4. Untuk mengetahui cara pencegahan dari efek toksik

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/
cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu
materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan
terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari
tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan
ekotoksikologi.
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian
tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia
terhadap makhluk hidup dan system biologik lainnya. Ia dapat juga membahas
penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan
terpejannya (exposed) makhluk tadi. Toksikologi merupakan studi mengenai efek-
efek yang tidak diinginkan dari zatzat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi
juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang
sering terpajang serta efek yang di timbulkannya.
Toksikologi rumah tangga adalah ilmu yang mempelajari mengenai pengaruh-
pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup yang ada di lingkungan
rumah tangga. Dari definisi diatas jelas terlihat bahwa toksikologi terdapat unsur-
unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara tertentu untuk menimbulkan repson
pada sistem yang mengalami kerusakan.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan
lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang
mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan)
terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan.
Pada umumnya efek berbahaya timbul apabila terjadi interaksi antara zat
kimia dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam
mempelajari interaksi antara zat kimia dengan organisme hidup, yaitu kerja farmakon

5
pada suatu organisme dan pengaruh organisme terhadap zat aktif. Sifat toksik suatu
tokson sangat ditentukan oleh dosis . Artinya, kehadiran suatu zat yang berpotensi
toksis didalam suatu organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan. Misal,
insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek
yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan efek yang
mematikan bagi serangga. Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam
waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar
terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan
ke dalam tubuh dalam waktu relatif lama.

B. Jenis-jenis Bahan Kimia pada Rumah Tangga


1. Bahan pembersih
Pembersih adalah bahan yang berfungsi untuk membantu mengangkat dan
melarutkan kotoran yang melekat pada suatu benda. Kita dapat mengelompokkan
bahan kimia sebagai pembersih berdasarkan kemasannya masing-masing. Bahan
kimia utama dalam pembersih sering disebut sebagai bahan aktif. Bahan aktif ini
berfungsi sebagai surfaktan. Selain bahan kimia utama tersebut tentu saja masing-
masing produk pembersih mendapatkan tambahan bahan-bahan yang dapat
mengoptimalkan fungsi produk tersebut sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Misalnya air, aroma, pengental, alkohol, garam dapur, minyak atsiri, mineral,
bahan pencemerlang, bahan untuk mempertahankan warna, penguat (builder),
pelembut, pewarna, pewangi, pengawet, dan sebagainya.
a) Sabun
Sabun adalah pembersih yang terbuat dari lemak nabati atau lemak hewani
yang dipanaskan dengan larutan alkali. Berdasarkan kandungan basa yang
terdapat di dalamnya, sabun dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sabun
lunak dan sabun keras. Sabun keras adalah sabun yang mengandung natrium.
Sabun lunak adalah sabun yang mengandung kalium hidroksida, biasanya sabun
jenis ini diperuntukkan untuk sabun bayi.
b) Detergen
Detergen adalah pembersih yang didalamnya mengandung surfaktan, bahan
pengisi, pemutih, pewangi dan bahan penimbul busa. Dibandingkan dengan
sabun, detergen memiliki daya cuci lebih baik karena tetap efektif untuk
mencuci walaupun dengan menggunakan air sadah maupun air dingin. Bahan
penyusun detergen mengandung senyawa-senyawa yang tidak mudah terurai

6
oleh bakteri/mikroorganisme yaitu ABS (Alkyl Benzene Sulfonate), LAS
(Lauril Alkyl Sulfonate), CMC (Carboxymethyl Cellulosa).
c) Sampo
Sampo adalah pembersih yang digunakan untuk membersihkan rambut
(keramas) dari debu dan kotoran-kotoran yang melekat. Bahan dasar sebagai
pembersihnya adalah detergen sintetis misalnya natrium dodesilsufat.
d) Pasta gigi
Pasta gigi atau odol adalah pembersih yang mengandung bahan aktif berupa
sodium monofluorofosfat dan kalsium gliserofosfat. Adapun sodium
monofluorofosfat dan kalsium gliserofosfat berfungsi untuk memperkuat lapisan
email gigi agar gigi sehat dan kuat.
e) Karbol
Karbol adalah pembersih yang biasanya digunakan sebagai cairan pembersih
lantai supaya lantai cepat bersih dan juga wangi. Bahan dasarnya adalah
desinfektan yang berfungsi sebagai pembasmi kuman.
Efek samping penggunaan pembersih
a) Buih detergen yang menumpuk di permukaan sungai akan menghalangi
penyerapan oksigen dari udara ke dalam air sungai. Akibatnya, air sungai akan
mengalami penurunan kadar oksigen yang pada gilirannya akan menyebabkan
kematian bagi satwa yang tinggal di dalamnya.
b) Pertumbuhan ganggang tertentu dan enceng gondok akan meningkat pesat
akibat kadar fosfat yang meningkat di dalam air karena kehadiran detergen.
Jika permukaan air sampai tertutup oleh pertumbuhan jenis tumbuhan air ini
maka kesempatan fitoplankton yang seharusnya mendapatkan sinar matahari
yang cukup untuk proses fotosintesis menjadi terganggu dan akhirnya mati.
Akibatnya, banyak satwa air yang ikut mati karena kehidupannya hanya
mengandalkan konsumsi terhadap fitoplankton yang ada.
c) Jika air yang tercemar oleh detergen digunakan untuk mandi, air tersebut dapat
mengakibatkan iritasi dan gatal-gatal pada kulit yang sensitif.
d) Jika air yang tercemar oleh detergen digunakan untuk memasak atau diminum,
air tersebut dapat mengakibatkan sakit perut, muntahmuntah, diare, dan
sebagainya.

7
2. Bahan pemutih
Bahan pemutih adalah zat kimia yang digunakan untuk memutihkan pakaian
yang bahan dasarnya adalah senyawa aktif hipoklorit yang memiliki kadar tinggi
dapat merusak pakaian. Larutan pemutih mengandung natrium hipoklorit dan
bubuk pemutih mengandung kalsium hipoklorit.
Penggunaan pemutih yang kurang berhati-hati akan menyebabkan lunturnya
kain berwarna selain itu dapat menyebabkan akronosis yaitu gangguan pada kulit,
dimana kulit membentuk benjolan kekuningan.
3. Bahan pewangi
Biasa digunakan untuk kosmetik, pengahrum, pembersih lantai, sabun dan
detergen. Aroma pewangi biasanya dibuat dari aroma bunga dan buah. Bahan
dasarnya ada yang dari alami dan ada yang buatan. Tapi lebih banyak
menggunakan zat pewangi sintetis karena pewangi alami memerlukan proses yang
mahal dan terbatas.
Efek samping penggunaan pewangi, Pada umumnya pewangi yang dikemas
dengan bentuk semprot menggunakan bahan pendorong (propelan) dari golongan
kloro fluoro karbon (CFC). Bahan kimia inilah yang dapat mengakibatkan
kebocoran lapisan ozon. Selain itu, kebocoran lapisan ozon dapat menyebabkan
efek negatif bagi kesehatan manusia. Penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat
kebocoran lapisan ozon antara lain penyakit kanker kulit dan katarak.
4. Bahan pembasmi serangga atau pestisida
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh
organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang
dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Menurut PP No. 7 tahun
1973, yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang dipergunakan untuk :
a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
b) Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
d) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman,
tidak termasuk pupuk.
e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan
dan ternak.
f) Memberantas atau mencegah hama-hama air.

8
g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
h) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah dan air.

Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut fungsi
dan sasaran penggunaannya, yaitu:
a) Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga,
seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Beberapa jenis insektisida juga
dipakai untuk memberantas sejumlah serangga pengganggu yang ada di rumah,
perkantoran, atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut.
Contoh insektisida adalah basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil
fosfat, dan diazinon. merupakan contoh produk insektisida untuk memberantas
nyamuk.
b) Fungisida, yaitu pestisida yang dipakai untuk memberantas dan mencegah
pertumbuhan jamur atau cendawan. Bercak yang ada pada daun, karat daun,
busuk daun, dan cacar daun disebabkan oleh serangan jamur. Beberapa contoh
fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga(I) oksida, karbendazim,
organomerkuri, dan natrium dikromat.
c) Bakterisida, yaitu pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Pada
umumnya, tanaman yang sudah terserang bakteri sukar untuk disembuhkan.
Oleh karena itu, bakterisida biasanya diberikan kepada tanaman yang masih
sehat. Salah satu contoh dari bakterisida adalah tetramycin, sebagai pembunuh
virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
d) Rodentisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman
berupa hewan pengerat, seperti tikus. Rodentisida dipakai dengan cara
mencampurkannya dengan makanan kesukaan tikus. Dalam meletakkan umpan
tersebut harus hati-hati, jangan sampai termakan oleh binatang lain. Contoh
dari pestisida jenis ini adalah warangan.
e) Nematisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman
jenis cacing (nematoda). Hama jenis cacing biasanya menyerang akar dan umbi
tanaman. Oleh karena pestisida jenis ini dapat merusak tanaman maka pestisida
ini harus sudah ditaburkan pada tanah tiga minggu sebelum musim tanam.
Contoh dari pestisida jenis ini adalah DD, vapam, dan dazomet.

9
f) Herbisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman
pengganggu (gulma), seperti alang-alang, rerumputan, dan eceng gondok.
Contoh dari herbisida adalah ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

Penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak yang negatif, baik itu bagi
kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Oleh karena itu,
penggunaannya harus dilakukan sesuai dengan aturan. Beberapa dampak negatif
yang dapat timbul akibat penggunaan pestisida, di antaranya:
a) Terjadinya pengumpulan pestisida (akumulasi) dalam tubuh manusia karena
beberapa jenis pestisida sukar terurai. Pestisida yang terserap tanaman akan
terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Jika tanaman ini dimakan
hewan atau manusia maka pestisidanya akan terakumulasi dalam tubuh
sehingga dapat memunculkan berbagai risiko bagi kesehatan hewan maupun
manusia.
b) Munculnya hama spesies baru yang lebih tahan terhadap takaran pestisida.
Oleh karena itu, diperlukan dosis pemakaian pestisida yang lebih tinggi atau
pestisida lain yang lebih kuat daya basminya. Jika sudah demikian maka risiko
pencemaran akibat pemakaian pestisida akan semakin besar baik terhadap
hewan maupun lingkungan, termasuk juga manusia sebagai pelakunya.

Ternyata, penggunaan pestisida selain memberikan keuntungan juga dapat


memberikan kerugian. Oleh karena itu, penyimpanan dan penggunaan pestisida
apapun jenisnya harus dilakukan secara hati-hati dan sesuai petunjuk. Untuk
mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara
menggunakan pestisida alami atau pestisida yang dibuat dari bahan-bahan alami.
Misalnya, air rebusan batang dan daun tomat dapat dipakai dalam memberantas
ulat dan lalat hijau. Selain contoh tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang dapat
bertindak sebagai pestisida alami, seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput
mala, tuba, kunir, dan kucai.

C. Jenis-jenis Toksik pada Rumah Tangga


a) Baterai bekas
Sebuah alat yang dapat merubah energi kimia yang disimpannya menjadi
energi listrik yang dapat digunakan oleh suatu perangkat elektronik. Dalam
kehidupan sehari-hari kita dapat menemui dua jenis baterai yaitu baterai sekali
pakai dan baterai isi ulang. Baterai sekali pakai dengan tipe AA lebih sering

10
digunakan. Jenis unsur logam berat didalam baterai AA bekas adalah Zn, Pb, Hg,
Cd, Ni, Cu, Co, dan Cr. Karakteristik dan dampak kesehatannya adalah beracun
dan karsinogeni dapat menimbulkan kerusakan pada otak, sistem saraf, ginjal,
sistem reproduksi, paru, peredaran darah, kelainan kulit dan kanker. Selain itu,
korosif dan reaktif (baterai) menyebabkan iritasi (Kiddee dkk., 2013; Puckett dan
Smith, 2002).
b) Lampu listrik
Jenis lampu listrik berupa jenis CFL (Compact Fluorescent Lamps) atau
lampu hemat energy (LHE), TL (Tube Luminescent), lampu pijar, lampu LED
(Light Emitting Diode). Jenis lampu listrik yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun adalah lampu tipe CFL maupun TL. Kandungan logam berat
berbahaya pada jenis lampu lampu listrik adalah Pb, Hg, Al, Zn, Cu, Ni, Cu. Jenis
logam berat yang terkandung di dalam lampu CFL dari kadar tertinggi secara
berturut-turut adalah Al, Cu, Ni, Pb, dan Zn. Salah satu bagian lampu TL yang
harus diwaspadai adalah kaca, karena ditemukan merkuri (Hg) walaupun
kadarnya sangat kecil. Merkuri (Hg), Pb, dan Ni termasuk jenis logam berat
kategori major metals, sedangkan Zn dan Cu termasuk jenis logam-logam
esensial. Kandungan jenis-jenis logam berat tersebut berpotensi menimbulkan
keracunan. Karakteristik dan dampak kesehatannya adalah karsinogenik dan
neurotoksik, berefek akut dan kronis (Galvin dan Dickey, 2008).
c) Sampah elektronik
Sampah kabel merupakan jenis sampah elektronik yang paling banyak
ditemukan pada rumah tangga. Bahan-bahan kimia dalam pembuatan kabel
meliputi: antimony, Ba, Cr, Pb, DEHP dan Zn. Bahan-bahan berbahaya dan
beracun yang umumnya terkandung di dalam sampah elektronik adalah Antimony
(Sb), Arsenic (As), Barium (Ba), Beryllium (Be), BFRs, Cadmium (Cd),
Chromium VI (Cr VI), Lead (Pb), Mercury (Hg), Nickel (Ni), Selenium (Se),
PCBs, PVC. Karakteristik dan dampak kesehatannya adalah beracun,
karsinogenik dan kronik dapat menyebabkan penyakit kulit, berilikosis, kanker
paru, pembengkakan otak, otot lemah, kerusakan jantung, hati dan limpa, otak,
janin, gangguan hormone, ginjal dan mata (Kiddee dkk., 2013).
d) Kemasan cat
Jenis bekas kemasan cat yang erring ditemukan adalah car berpelarut air
(latex), cat semprot (aerosol), cat solvent, dan kemasan pelarut cat. Cat latex
menggunakan pewarna yang mengandung kromium (Cr) dan timbal (Pb),

11
sedangkan cat solvent mengandung pewarna yang mengandung Pb dan Hg.
Pewarna cat umumnya menggunakan bahan yang mengandung logam berat
berbahaya seperti Pb, Cd, Cr dan Zn. Bekas kemasan pelarut cata yang masih
mengandung bahan-bahan seperti petroleum distillates, white spirit, butanol,
xylen, diaseton alkohol bersifat mudah terbakar dan beracun. Kemasan cat
semprot (aerosol) yang masih mengandung propana dan butana dapat meledak
dan berpotensi menimbulkan kebakaran (Galvin dan Dickey, 2008).
e) Kemasan pestisida
Jenis sampah pestisida yang paling banyak ditemukan adalah kemasan
insektisida aerosol, kemasan insektisida padat atau cair, dan pestisida pertanian.
Kandungan bahan aktif pada pestisida antara lain: bendiocarb, pyrethroids,
dichlofluanid, atrazine, simazine, acid herbicides, organokhlorin, organo fosfat,
arsenik, warfrin, strychnine dan brodifacoum. Kemasan yang mengandung sisa-
sisa bahan aktif tersebut termasuk kategori sangat beracun. Karakteristik dari
pestisida adalah sangat beracun, mudah meledak (aerosol); berefek akut dan
kronis. Dampak kesehatannya adalah organofosfat dan karbamat dapat
menghambat enzim kolinesterase dan gangguan system saraf pusat. Dampak yang
ditimbulkan piretroid adalah kelainan wajah, pusing, sakit kepala, kelelahan,
muntah (Reigart dan Roberts, 1999).
f) Sampah medis dan farmasi
Jenis sampah medis yang paling banyak ditemukan adalah sisa obat
tablet/padat/bubuk, kemasan obat cair, kemasan obat luar, jarum suntik, dan
thermometer air raksa. Bekas jarum suntik berpotensi mengandung bibit penyakit
menular seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV/AIDS. Termometer mengandung
Hg yang dapat terakumulasi di dalam sedimen dan dapat berubah menjadi metil
merkuri yang sangat beracun. Merkuri yang menguap dapat bertahan di atmosfer
selama satu tahun sehingga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan. Karakteristik dari sampah medis dan farmasi adalah beracun (obat
kadaluarsa dan thermometer), berefek akut dan kronis yang dapat menyebabkan
keracunan, Infeksius (jarum suntik), (Galvin dan Dickey, 2008; Anonim, 2011;
Oyewole dkk., 2014).
g) Kemasan bahan bakar
Kemasan produk-produk bahan bakar yang sering ditemukan adalah korek api
gas, kemasan oli bekas, tabung bahan bakar gas (refill). Bekas kaleng atau tabung
gas kecil mengandung bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak.

12
Karakteristik kemasan bahan bakar yaitu mudah meledak dan mudah terbakar
sehingga menyebabkan ledakan dan kebakaran (Galvin dan Dickey, 2008).
h) Produk perawatan diri dan kecantikan
Jenis sampah kelompok ini lebih didominasi oleh bekas kaleng kemasan
parfum aerosol. Bekas kaleng parfum aerosol berpotensi menimbulkan
kebakaran, ledakan dan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit
karena mengandung metilen klorida, asam nitrat, o-fenil fenol, propana,
trikloroetana. Selain itu, juga terdapat bekas kemasan pemutih pakaian, kosmetik,
pewarna kuku dan rambut. Bahan pemutih mengandung sodium hipoklorit atau
hidrogen peroksida, dan berpotensi menimbulkan keracunan, korosi, dan iritasi
pada mata, kulit dan membran mukosa. Karakteristik dari produk perawatan diri
dan kecantikan adalah beracun, mudah meledak, mudah terbakar, reaktif.
Dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah iritasi pada mata dan membrane
mukosa (sodium dan kalsium hipoklorit) (Anonim, 2000).
i) Produk pemeliharaan rumah
Jenis sampah dari kegiatan pemeliharaan rumah yaitu kemasan pembersih
(lantai, kamar mandi, WC), kemasan pewangi ruang aerosol, dan lem sintetis
bekas (pipa, plastic, logam). Pembersih mengandung asam sitrat, natrium
hipoklorit, asam klorida, asam fosfat, asam oksalat, senyawa surfaktan, dietil etil
benzil klorida, hidrogen klorida, asam sulfat, asam laktat dan kalsium hipoklorit
sehingga dapat menimbulkan korosi, keracunan dan iritasi pada mata, kulit dan
membran mukosa. Fenol pada pembersih bersifat sangat beracun dan mudah
terbakar serta dapat menimbulkan gangguan saluran pernafasan, sistem peredaran
darah dan jantung. Kemasan pewangi ruangan (aerosol) mengandung
formaldehid, isobutana, propana dan metilen klorida yang bersifat racun, mudah
terbakar, mudah meledak dan menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Bekas
lem sintetis mengandung sisa bahan xylene atau toluene yang bersifat mudah
terbakar dan beracun (Bowen, 1998).

D. Pencegahan Secara Umum


Pertolongan pertama seperti apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah efek
keracunan (toksik) semakin parah. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa
dilakukan sebagai pertolongan pertama untuk korban keracunan:

13
• Keracunan Makanan
Misalnya setelah makan ikan tongkol yang pengolahannya kurang baik
(karena racun Skombrotoksin yang muncul ketika ikan sudah tidak segar), roti
yang sudah berjamur, mengkonsumsi jamur liar atau makan daging yang
kurang matang. Gejala umum yang biasa muncul akibat keracunan misalnya
pusing, sakit perut, mual, muntah hingga diare. Sebagai pertolongan pertama,
korban keracunan bisa diberikan larutan Norit (arang aktif) dengan dosis 50-
100 g (untuk orang dewasa) dan 1-2g/kg berat badan (untuk anak-anak). Jika
gejala keracunan masih terus berlangsung, hendaknya dibawa ke dokter untuk
penanganan lebih lanjut.
• Keracunan Akibat Tertelan Bahan Kimia
Bahan kimia yang tertelan bisa berupa racun serangga, obat-obatan
dalam jumlah banyak, sabun cair, bahan pemutih, pewangi ruangan, minyak
tanah, dan sebagainya. Bila keracunan yang terjadi akibat menelan bahan-
bahan kimia, pertolongan pertama yang paling umum dilakukan adalah
Dekontaminasi (metode pengenceran). Tujuan Dekontaminasi ini adalah untuk
mengurangi konsentrasi racun pada saluran cerna, supaya racun bisa
dikeluarkan melalui urin. Dekontaminasi ini bisa dilakukan dengan minum air
putih yang banyak atau susu. Susu memang dikenal memiliki kelebihan dapat
mengikat racun dan merangsang muntah sehingga zat beracun bisa ikut keluar.
Namun tidak semua jenis keracunan bisa diberikan susu sebagai pertolongan
pertama misalnya keracunan akibat kapur barus/Naftalen dan minyak tanah
karena dapat meningkatkan penyerapan racun sehingga resiko keracunan pun
meningkat. Dan bila setelah minum susu tidak terjadi rangsangan untuk
muntah, jangan dipaksa karena justru dapat mengakibatkan luka korosi pada
saluran cerna maupun beresiko masuk ke paru-paru. Pemberian susu yang
dianjurkan untuk pertolongan pertama pada korban keracunan adalah, 1/4 - 1/2
cangkir untuk anak-anak dan 1-2 cangkir untuk orang dewasa, dan hanya
diberikan jika korban dalam keadaan sadar dan tidak mengalami kesulitan
menelan.
• Keracunan Akibat Inhalasi Gas
Gas yang dimaksud disini bisa gas Karbon Monoksida dan Karbon
Dioksida (biasanya dari asap kendaraan bermotor), atau gas dari racun
serangga atau pewangi ruangan. Gejala yang tampak biasanya sesak nafas

14
hingga tak sadarkan diri. Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan
menjauhkan korban dari sumber gas kemudian membebaskan jalan nafas dan
memberikan oksigen murni. Oksigen murni ini bisa didapatkan di apotek.

Akibat Obat dan/atau Bahan Kimia


• Simpan semua obat dan bahan kimia dalam lemari terkunci, jauh dari
jangkauan anak-anak dan jangan diletakkan di sembarang tempat meskipun
hanya sebentar.
• Simpan obat dan bahan kimia dalam wadah aslinya dan ditutup rapat. Jangan
pindahkan ke dalam wadah lain tanpa diberi label, apalagi dipindahkan ke
wadah bekas makanan/minuman.
• Jangan meletakkan obat dan bahan kimia dekat makanan/minuman.
• Jangan membujuk anak untuk minum obat dengan mengatakan bahwa obat
tersebut cokelat/permen meskipun rasanya enak.
• Buang semua obat yang tidak digunakan dengan baik dan benar (misal melalui
saluran pembuangan).
• Jangan mengkonsumsi obat tradisional bersamaan dengan obat kimia untuk
menghindari interaksi.
• Cuci tangan dan muka dengan benar setelah menggunakan bahan kimia.
• Menggunakan bahan kimia (misal racun serangga) seperlunya.
• Untuk lebih jelasnya tentang cara penggunaan, penyimpanan dan pembuangan
obat yang baik dan benar di rumah tangga.

Akibat Pangan yang Terkontaminasi


• Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani pangan, serta setelah
menggunakan toilet.
• Tidak mengkonsumsi pangan yang warna, baud an rasanya berubah, termasuk
yang kadaluarsa dan kemasannya rusak atau menggembung.
• Tidak meletakkan pangan matang di wadah yang sama dengan pangan mentah.
• Menyimpan pangan olahan beku, pangan yang cepat rusak dan yang tidak habis
dimakan ke dalam kulkas.
• Membersihkan dan mencuci buah dan sayuran sebelum digunakan.
• Mengkonsumsi air yang dididihkan dan memasak pangan hingga matang.
• Membersihkan peralatan masak dan perlengkapan makan dengan baik serta
menjaga dapur tetap bersih.

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Kasus
Judul Penggunaan Insektisida Rumah Tagga Antinyamuk di Desa Pangandaran,
Kabupaten Pangandaran
Peneliti Nurul Hidayati Kusumastuti
Lokasi Desa Pangandaran, Kabupaten Pangandaran

B. Studi Kasus
Pestisida adalah zat untuk mengendalikan, menolak, atau memikat organisme
pengganggu atau hama. Pestisida banyak sekali jenisnya, antara lain fungisida untuk
mengendalikan jamur, rodentisida untuk hewan pengerat, dan insektisida untuk
membasmi serangga. Insektisida merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan
terdiri atas beberapa jenis bahan kimia yang berbeda, antara lain organoklorin,
organofosfat, kabamat, piretroid, dan DEET. Pada manusia, yang paling rentan
terhadap racun insektisida adalah anak-anak. Mereka cenderung memasukkan
berbagai jenis barang yang ditemui ke dalam mulutnya. Jika yang dimasukkan adalah
insektisida, risikonya adalah kematian.
Data kasus di puskesmas kecamatan Pangandaran menunjukkan bahwa desa
Pangandaran merupakan salah satu desa yang memiliki kasus demam berdarah
dengue (DBD) dan malaria di kabupaten Pangandaran, provinsi Jawa Barat. Adapun
menghindari kontak nyamuk dilakukan dengan cara menggunakan insektisida
antinyamuk. Masyarakat Pangandaran menggunakan insektisida sebanyak 82% setiap
hari. Penggunaan insektisida berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif tidak
hanya pada serangga sasaran, tetapi juga pada manusia dan lingkungan.
Masyarakat Pangandaran menggunakan satu jenis antinyamuk sebanyak 62%.
Antinyamuk oles merupakan jenis insektisida dengan bahan aktif golongan DEET
(Dietil Toluamida). DEET merupakan bahan aktif da juga cairan tak berwarna yang
memiliki bau samar dan sangat lrut dalam pelarut benzene, etil eter dan etanol namun
tidak mudah larut dalam air. Zat aktif DEET pada produk antinyamuk oles ini bersifat
korosif sehingga dapat menyebabkan iritasi kulit, membahayakan kulit yang luka dan
selaput lendir tubuh. Semakin tinggi kadarnya, maka akan semakin tinggi tingkat
korosivitasnya terhadap kulit. The Center for Disease (CFD) merekomendasikan

16
kadar DEET 30–50% untuk mencegah resistensi dari serangga, tetapi The America
Academy of Pediatrics menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam hal keamanan
pada produk yang mengandung DEET 10% dan 30%, dan merekomendasikan agar
DEET tidak digunakan pada bayi yang berumur kurang dari dua bulan.
Jenis antinyamuk yang digunakan masyarakat desa Pangandaran selain
golongan DEET (Dietil Toluamida) adalah golongan piretroid. Piretroid merupakan
insektisida sintetik buatan yang mempunyai bahan aktif menyerupai insektisida hasil
alam yaitu pyrethrum. Selain itu, dapat disimpan dalam waktu lama dengan tidak
menyebabkan menurun daya kerjanya. Gejala-gejala keracunan piretroid
menunjukkan khas terjadinya keracunan syaraf yaitu eksitasi, konvulsi, paralisis dan
kematian. Bekerjanya perlahan dan yang menonjol adalah sifatnya sebagai depresan
(menyebabkan serangga/organisme depresi). Serangga yang terkena racun piretroid
sering mati karena kelaparan yang disebabkan terjadinya kelumpuhan pada alal-alat
mulut. Piretroid mempunyai toksisitas rendah pada manusia karena tidak terabsorpsi
dengan baik oleh kulit. Walaupun demikian, insektisida ini dapat menimbulkan alergi
pada orang yang peka. Selain itu piretroid juga bersifat repellent. Sifat sintetik
piretroid adalah tidak mudah menguap (volatilitas rendah) dan potensi insektisidanya
tinggi.
Masyarakat Pangandaran menggunakan insektisida lebih dari dari 10 tahun.
Frekuensi penggunaan antinyamuk di Desa Pangandaran sebanyak 1 kali sehari pada
malam hari. Penggunaan yang lama dan terus-menerus ini terjadi karena adanya
vektor DBD yang aktif pada siang hari dan vektor malaria yang aktif pada malam
hari. Penggunaan yang lama pada suatu insektisida kimia bisa menimbulkan resistensi
pada serangga sasaran dan gangguan kesehatan pada manusianya. Insektisida kimia
dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh yang nantinya akan menjadi penyakit kronis,
kelainan pada bayi yang baru lahir, kanker, keracunan pada hewan peliharaan,
tercemarnya air, dan rusaknya lingkungan. Upaya menghindari gangguan nyamuk
dapat dilakukan dengan cara melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tanpa
harus mengeluarkan biaya. Upaya ini lebih berdampak ekonomis karena masyarakat
terhindar dari keharusan mengonsumsi (membeli) obat nyamuk, tetapi pelaksanaanya
membutuhkan komitmen penuh dari tiap-tiap rumah tangga. Prioritas pengendalian
vektor yang paling utama adalah melalui PSN dan bukan melalui penggunaan
insektisida sintetik (Depkes 2007).

17
C. Kesimpulan
Masyarakat Desa Pangandaran, Provinsi Jawa Barat sering menggunakan
antinyamuk oles dengan bahan aktif golongan DEET dan Piretroid. Karena Desa
Pangandaran merupakan salah satu desa yang memiliki kasus DBD dan malaria.
Golonga DEET bersifat korosif sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Sedangkan piretroid bersifat repellent. Sifat sintetik piretroid adalah tidak mudah
menguap (volatilitas rendah) dan potensi insektisidanya tinggi. Peggunaan yang lama
pada suatu insektisida kimia bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Toksikologi adalah kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek
toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan system biologik
lainnya.
2. Toksikologi rumah tangga adalah ilmu yang mempelajari mengenai pengaruh-
pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup yang ada di
lingkungan rumah tangga.
3. Jenis-jenis bahan kimia pada rumah tangga yaitu bahan pembersih (deterjen,
sampo, pasta gigi, sabun), bahan pemutih, bahan pewangi, dan pestisida
(insektisida, rodentisida, fungsida, dll)
4. Jenis-jenis toksik pada rumah tangga yaitu, baterai bekas, lampu listrik, sampah
elektronik, kemasan cat, kemasan pestisida, sampah medis dan farmasi, kemasan
bahan bakar, produk perawatan diri dan kecantikan, produk pemeliharaan rumah.
5. Pencegahan secara umum pada saat keracunan:
− Keracunan Makanan
Bisa diberikan larutan Norit (arang aktif) dengan dosis 50-100 g (untuk
orang dewasa) dan 1-2g/kg berat badan (untuk anak-anak). Jika gejala
keracunan masih terus berlangsung, hendaknya dibawa ke dokter untuk
penanganan lebih lanjut.
− Keracunan Akibat Tertelan Bahan Kimia
Pertolongan pertama yang paling umum dilakukan adalah Dekontaminasi
(metode pengenceran). Tujuan Dekontaminasi ini adalah untuk mengurangi
konsentrasi racun pada saluran cerna, supaya racun bisa dikeluarkan melalui
urin.
− Keracunan Akibat Inhalasi Gas
Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan menjauhkan korban dari
sumber gas kemudian membebaskan jalan nafas dan memberikan oksigen
murni.

19
B. Saran
Diharapkan bagi setiap pengguna bahan beracun berbahaya dapat mengendalikan
aktivitasnya dan alternatif pencegahan pencemaran dengan menggunakan bahan yang
ramah lingkungan yang tidak dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap
kesehatan manusia maupun lingkungan sekitar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Untuk Pertanian dan Kehutanan, Dit
Pupuk dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan RI, Jakarta, 2001.
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/KERACUNAN-PESTISIDA-DI-
RUMAH-TANGGA.pdf
Gultom. 2018. Pertolongan Pertama dan Pencegahan Keracunan di Rumah
Tangga.
https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5ba0a006aeebe1182769ad87/pertolo
ngan-pertama-dan-pencegahan-keracunan-di-rumah-tangga?page=all
Kusumastuti. 2014. Penggunaan Insektisida Rumah Tangga Anti Nyamuk di Desa
Pangandaran Kabupaten Pengandaran. Widyariset Volume 17, Nomor 3.
http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/viewFil
e/286/274.
Raini. 2009. Toksikologi Insektisida Rumah Tangga dan Pencegaham Keracunan.
Media Peneliti dan Pengembangan Kesehatan,volume XIX, Suplemen II.
Iswanto. 2016. Timbulan Sampah B3 Rumah Tangga dan Potensi Dampak
Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Anonim, 2000. Best Management Practices Resource Guide, Chapter 1 :
Household Hazardous Waste. Georgia: Region 4 DoD Pollution Prevention
Partnership, US-EPA.
Galvin, D., dan Dickey, P., 2008. What Is Household Hazardous Waste, in
Handbook on Household Hazardous Waste, edited by Amy D. Cabaniss,
Government Institutes, Maryland.

21

Anda mungkin juga menyukai