LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID-SEMISOLID
(FA3132)
KRIM HIDROKORTISON
Kelompok K-I-1
(Shift Rabu)
Elya Khoirunnisa M. (10714013)
Ghinanda Dhiva (10714029)
Devi Nathania (10714075)
Patricia Santosa(10714090)
Siti Afifah (10714094)
Asisten :
Najwa Nabila ( 10713068 )
LABORATORIUM STERIL
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
I. Tujuan
II. Pendahuluan
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Pada umumnya krim merupakan bentuk emulsi M/A atau A/M. Sediaan krim
merupakan jenis sediaan topikal dengan beberapa keuntungan seperti mudah dicuci, tidak
berminyak, dan mudah dipakai. Dalam formulasi sediaan krim dikenal istilah basis krim.
Basis krim ini berupa emulsi yang pemilihannya harus disesuaikan dengan zat aktif sediaan.
Basis krim terdiri dari fasa minyak, fasa air, dan pengemulsi. Selain basis, sediaan krim juga
dapat ditambahkan beberapa eksipien seperti pengawet untuk menghindari mikroba karena
kandungan air dan penggunaan berulang, serta dapat ditambahkan antioksidan untuk
menghindari oksidasi dari fasa minyak.
Hidrokortison adalah salah satu obat dari golongan kortikosteroid. Obat ini memiliki
kemampuan anti-inflamasi sehingga banyak digunakan untuk mengobati gatal - gatal,
bengkak, kemerahan pada kulit dalam bentuk sediaan krim. Hidrokortison juga dapat
digunakan untuk mengobati gigitan serangga. Di pasaran, didapatkan krim Hidrokortison
dalam beberapa kekuatan seperti 1% dan 2,5%. Bentuk sediaan 1% dipilih karena lebih
umum dijumpai di pasaran, selain itu jumlah bahan aktif yang digunakan lebih sedikit
sehingga mengurangi biaya.
Pemerian Serbuk hablur putih sampai praktis putih, tidak berbau (FI IV hal. 435)
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (FI IV hal. 435)
Stabilita
FA 3132 – Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17) 2/20
Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung
Panas Melebur pada suhu lebih kurang 215o disertai peruraian (FI IV hal.435)
Hidrolisis Terhidrolisis pada pH di atas 8, sangat tidak stabil dalam air (Gupta, 1978)
V. Preformulasi Eksipien
Inkompatibilitas : -
Inkompatibilitas : -
b. Wadah
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Tube 5 g 5 Direndam dalam etanol selama 24 jam
sterilisasi)
Kelas D (Ruang 1. Ditimbang Hidrokortison sebanyak 0,35 g; Paraffin cair 2,1 g;
Penimbangan) Vaselin Album 5,25 g; Cetostearyl alcohol 2,52 g;
Cetomacrogolum 0,63 g; Chlorocresolum 35 mg; alfa
tokoferol 17,5 mg; dan aqua pro injection kurang lebih
24,0975 g.
2. Seluruh bahan ditutup dengan menggunakan aluminium foil.
Kelas C (Ruang 1. Paraffin cair, vaselin album, cetostearyl alkohol,
pencampuran) chlorocresolum, dan alfa tokoferol (seluruh fase minyak)
ditaruh di atas kain batis di atas cawan penguap.
2. Cawan penguap tersebut dipanaskan hingga fase minyak
meleleh dan telah tersaring seluruhnya.
3. Cetomacrogolum 1000 dan aqua pro injection (fase air)
dituang dalam gelas kimia 50 mL, cetomacrogolum 1000
dilarutkan dalam air.
4. Dilakukan filtrasi membran dengan membran filter 0,45 µm
untuk menghilangkan partikulat pada fase air. Hasil
penyaringan dituang pada gelas kimia 50 mL lainnya.
5. Cawan penguap berisi fase minyak ditutup dengan aluminium
foil, gelas kimia 50 mL berisi fase air ditutup dengan kertas
perkamen lalu diikat dengan benang kasur.
6. Cawan penguap dan gelas kimia dibawa menuju grey area
(ruang sterilisasi) melalui transfer box.
Grey area (ruang 1. Cawan penguap berisi fase minyak dan kaca arloji berisi
sterilisasi) hidrokortison disterilisasi dengan menggunakan oven pada
suhu 170°C selama 1 jam, sementara gelas kimia berisi fase
air disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu
121°C selama 1 jam.
2. Selesai sterilisasi, cawan penguap dan gelas kimia dibawa
kembali menuju kelas B melalui transfer box
Kelas B 1. Untuk fasa minyak dipanaskan di penangas sampai suhu
mencapai 65-70o C.
2. Untuk fasa air dituang pada cawan penguap lainnya,
dipanaskan di penangas sampai suhu 70 o C.
FA 3132 – Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17) 8/20
Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung
Kelas A (Laminar 1. Meja pada kelas A disemprot terlebih dahulu dengan etanol
Air Flow) 70%.
2. Setelah fasa minyak dan fasa air telah mencapai suhu 70o C,
fasa minyak dituang ke dalam mortar lalu diikuti dengan fasa
air, kemudian dicampurkan keduanya dengan cara digerus
hingga homogen.
3. Basis krim yang telah terbentuk ditimbang terlebih dahulu.
4. Hidrokortison yang sudah digerus (zat aktif) dimasukkan ke
dalam mortar yang berisi basis krim, dan dicampurkan secara
triturasi hingga homogen.
5. Dilakukan IPC berupa uji homogenitas sediaan. Bila sediaan
belum homogen, penggerusan kembali dilakukan agar
diperoleh sediaan yang homogen. Penggerusan sebisa
mungkin dilakukan dalam ruangan minim cahaya. Selain itu,
dilakukan pula IPC berupa pengecekan pH sediaan. pH
sediaan sebisa mungkin diatur di bawah 8 (pH target 7)
dengan penambahan HCl atau NaOH. Setelah penambahan
HCL atau NaOH, sediaan kembali digerus hingga homogen.
6. Setelah homogen, campuran tersebut didiamkan dalam suhu
kamar agar menjadi dingin dan membentuk krim.
7. Krim dimasukkan ke dalam masing-masing 5 buah tube (tidak
tembus cahaya) 5 gram.
Kelas D (ruang 1. Krim yang sudah dimasukkan ke dalam tube kemudian
evaluasi) ditempel etiket dan dikemas dengan baik.
2. Lalu dilakukan evaluasi sediaan (jika ada krim yang tersisa,
maka dapat digunakan untuk evaluasi sediaan).
Bagan Prosedur
Ruang sterilisasi
Ruang penimbangan
FA 3132 – Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17)
Ditimbang hidrokortison 0,35 g;paraffin cair 2,1 g; vaselin album 5,25 g; 9/20
cetostearyl alcohol 2,52 g; cetomacrogolum 1000 0,63 g; chlorocresolum
35 mg; alfa tokoferol 17,5 mg dan aqua pro injection ~24,0975 g
Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung
Kelas C
Ruang sterilisasi
Fase minyak dilelehkan pada oven 121oC, jika sudah leleh kain batis
ditarik dan dibersihkan, kemudian fase minyak disterilisasi di dalam oven
pada suhu 170°C selama 1 jam
Fase air disterilisasi di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
Kelas B
Dilakukan pemanasan pada fase air dan fase minyak hingga suhunya
mencapai 65-70 °C dengan penangas.
Fase minyak dan fase air dicampur didalam mortar lalu digerus dengan
kuat hingga homogen. Jika sudah terbentuk basis krim ditambahkan zat
aktif hidrokortison dengan cara triturasi/geometri dan digerus kembali
hingga homogen.
Berat tube kosong ditimbang.
Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam syringe lalu di filling ke dalam
tube.
organoleptik
(Teknologi berbau, berbau, warna:
Farmasi bau,warna,dan putih, putih, tekstur:
Likuida dan tekstur. lembut dan lembut dan
Semisolida, lengket lengket
hlm.127)
2 Perbedaan
penimbangan
adalah bobot
bersih wadah.
Selisih antara Bobot bersih rata-
Tube 1:
penimbangan bobot rata isi dari 10
Uji isi 5,57 g
wadah berisi sediaan wadah tidak
minimum Tube 2:
dengan bobot wadah 3 kurang dari bobot
(FI 4,07 g
kosong merupakan yang tertera di
IV,hlm.997) Tube 3:
bobot bersih isi etiket dan tidak
4,97 g
wadah. satu wadahpun
yang bobot bersih
isinya kurang dari
90% dari bobot
tertera di etiket.
3 Uji 10 tube sediaan 3 Tidak ada Tidak ada
kebocoran dibersihkan dan kebocoran satupun
tube (FI IV, dikeringkan baik- kebocoran
hlm.1086) baik bagian luarnya diamati dari
dengan kain pertama, atau
penyerap, lalu tube kebocoran yang
diletakkan secara diamati tidak
horizontal di atas lebih dari 1 dari
kain penyerap di 30 tube yang
dalam oven dengan diuji.
suhu diatur pada 60 o
C ± 3 o selama 8 jam
4 Homogenitas dapat
ditentukan
berdasarkan jumlah
partikel maupun
distribusi ukuran Krim yang
partikelnya dengan homogen akan
Homogenitas
pengambilan sampel memperlihatkan
(Diktat
pada berbagai jumlah atau
Teknologi
tempat Sedikit distribusi ukuran
Farmasi
menggunakan 3 tidak partikel yang
Liquida dan
mikroskop untuk homogen relatif hamper
Semisolida,
hasil yang lebih sama pada
hlm.127)
akurat atau jika sulit berbagai tempat
dilakukan atau pengambilan
membutuhkan waktu sampel.
yang lama,
homogenitas dapat
ditentukan secara
visual.
5 Uji pelepasan Mengukur kecepatan Tidak Tidak Bahan aktif
bahan aktif pelepasan bahan dilakukan dilakukan dinyatakan
dari sediaan aktif dari sediaan mudah terlepas
krim krim dengan cara dari sediaan
mengukur apabila waktu
konsentrasi zat aktif tunggu (waktu
dalam cairan pertama kali zat
penerima pada aktif fitemukan
waktu-waktu dalam cairan
tertentu. penerima)
semakin kecil.
Dan ini
tergantung dari
pembawa,
penambahan
komponen lain
dan jenis cairan
penerima.
6 Menguji difusi
bahan aktif dari
sediaan gel
Zat aktif dapat
menggunakan suatu
dilepaskan oleh
Uji difusi sel difusi dengan
Tidak Tidak krim / dipenetrasi
bahan aktif cara mengukur
dilakukan dilakukan oleh kulit dalam
sediaan krim konsentrasi bahan
jangka waktu
aktif dalam cairan
tertentu
penerima pada
selang waktu
tertentu.
7 Penentuan Penentuan ukuran
ukuran globul globul rata-rata dan
(Farmasi distribusinya dalam Ukuran globul
Fisika,hlm. selang waktu berkisar 0,25-10
Tidak Tidak
430-431 dan tertentu dengan µm dan
dilakukan dilakukan
Lachman menggunakan mengikuti
Practice mikroskop atau distribusi normal.
Edisi III, dengan penghitung
hlm.531) elektronik.
8 Stabilitas Mengukur ukuran Tidak Tidak Ukuran globul
krim globul setelah dilakukan dilakukan yang lebih besar
(Lachman, disimpan pada suhu dibandingkan
Teori dan ekstrim dibandingan blanko akan
Praktek dengan blanko. menunjukkan
Farmasi terjadinya
Industri, koalesense.
hlm.1081)
9 1.Emulsi M/A
bila fase
kontinyu
1. Uji kelarutan zat
emulsi
warna :
terwarnai oleh
kelarutan zat
zat warna larut
warna yang larut
Penentuan air.
dalam airdalam
tipe emulsi 2.Emulsi M/A
salah satu fase Tidak Tidak
(Farmasi bila dapat
emulsi. dilakukan dilakukan
Fisika, diencerkan
2. Uji
hlm.457) dengan pelarut
pengenceran:
aqueous;
ketercampuran
Emulsi A/M
atau kelarutan
bila tidak dapat
pelarut air
diencerkan
dengan pelarut
aqueous.
10 Melakukan
pengukuran
konsistensi krim Krim yang baik
Viskositas
pada suhu kamar memiliki
(Petunjuk
dengan mnggunakan konsistensi yang
Praktikum Tidak Tidak
viskometer tidak cair seperti
Farmasi dilakukan dilakukan
Brookfield Helipath larutan, namun
Fisika,2002,
stand yang memakai tidak terlalu padat
hlm.18)
spindle dan pada seperti pasta
kecepatan (rpm)
tertentu.
11 Uji sterilitas Sediaan diinokulasi Tidak Tidak Tidak ada
(Farmakope pada medium agar dilakukan dilakukan pertumbuhan
Indonesia ed. dan diamati mikroba pada
IV, 1995, hal pertumbuhan medium.
FA 3132 – Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17) 15/20
Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung
mikroba setelah
855−863) inkubasi beberapa
hari.
12 Menggunakan
Uji
metode lempeng
efektivitas Jumlah bakteri
dengan mikroba uji
pengawet viable pada hari
diinokulasikan ke
antimikroba Tidak Tidak ke 14 berkurang
media yang
(Farmakope dilakukan dilakukan hingga tidak lebih
mengandung sediaan
Indonesia ed. dari 0,1% dari
yang akan diuji
IV, 1995, hal jumlah awal.
efektivitas
855)
pengawetnya.
XI. Pembahasan
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air dan biasanya digunakan untuk pemakaian topikal atau luar. Pada
umumnya krim merupakan bentuk emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak.
Seluruh bahan baik zat aktif dan eksipien harus terdistribusi merata sehingga sediaan krim
menjadi homogen. Krim lebih mudah dibersihkan dari kulit jika dibandingkan dengan
sediaan salep. Krim steril dibuat terutama ditujukan untuk penggunaan pada luka terbuka
yang besar atau pada kulit yang terluka parah.. Sediaan krim steril harus memenuhi uji
serilitas. (BP ’93 hal.756). Krim steril dibuat dengan cara aseptik dalam laminar air flow
(LAF). Sterilisasi akhir dengan pemanasan tidak dilakukan karena untuk menghindari
rusaknya sediaan.
Hidrokortison adalah obat golongan kortikosteroid yang memiliki daya kerja
antialergi dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi,
mengurangi peradangan, dan menghambat sel epidermis. Krim hidrokortison dapat
mengurangi radang, rasa gatal dan rasa sakit pada kulit. Indikasi dari krim ini untuk
menekan reaksi radang pada kulit.
Pada percobaan kali ini dibuat krim hidrokortison 1% yaitu dengan menggunakan
bahan eksipien paraffin cair dan vaselin album sebagai basis minyak, cetostearyl alcohol
sebagai emulgator minyak, cetomacrogolum 1000 sebagai emulgator air, chlorocresol
sebagai pengawet, alfa tokoferol sebagai antioksidan, dan aqua pro injection sebagai basis
air. Digunakannya alfa tokoferol sebagai antioksidan dengan alasan untuk mencegah
minyak pada krim teroksidasi dan menimbulkan bau. Sedangkan digunakannya pengawet
chlorocresol dikarenakan krim mengandung air yang mampu menstimulasi pertumbuhan
mikroorganisme dan sediaan merupakan sediaan dosis ganda. Sebagai basis minyak
digunakan vaselin album dan paraffin cair. Paraffin cair dapat meningkatkan konsistensi
krim supaya lebih viskos sehingga penggunaan krim pada kulit lebih mudah dan memiliki
waktu kontak yang lama. Dengan demikian obat dapat terpenetrasi dengan perlahan dan
baik. Emulgator seperti cetostearyl alcohol dan cetomacrogolum berfungsi untuk menjaga
krim tetap stabil, tidak pecah. Pembagian fase dalam pembuatan krim hidrokortison 1%
adalah sebagai berikut: vaselin album, paraffin cair, cetostearyl alcohol, alfa tokoferol,
chlorocresolum sebagai fasa minyak, sedangkan cetomacrogolum 1000 dan aqua pro
injection sebagai fase air.
Dalam pembuatan krim hidrokortison ini mula-mula ditimbang seluruh bahan.
Bahan-bahan yang tergolong fase minyak seperti vaselin album, paraffin cair, cetostearyl
alcohol, alfa tokoferol, chlorocresolum dicampurkan seluruhnya ke dalam cawan penguap
yang sudah didasari oleh kain batis. Lalu seluruh fasa minyak dioven hingga meleleh.
Ketika sudah meleleh, kain batis diangkat. Kemudian fasa minyak disterilisasi dengan
oven suhu 170°C selama 1 jam. Bersamaan dengan itu, zat aktif hidrokortison juga
disterilkan menggunakan oven suhu 170°C selama 1 jam. Setelah 1 jam, fase minyak dan
hidrokortison diambil. Pada presterilisasi zat aktif hidrokortison, terjadi karamelisasi atau
pelelehan dari hidrokortison sehingga berbentuk larutan kental yang sudah mengering di
kaca arloji. Hal mungkin terjadi karena beberapa alasan. Kondisi oven pada saat sterilisasi
hidrokortison tidak stabil karena beberapa kali dibuka sehingga cukup lama mencapai
suhu 170oC. Hal ini dapat menyebabkan pelelehan hidrokortison meskipun belum
mencapai titik lelehnya. Karena sudah tidak dapat digunakan, maka ditimbang lagi
hidrokortison namun tidak disterlisisasi dengan oven.
Fase air dibuat dengan melarutkan cetomacrogolum 1000 dalam aqua pro
injection, lalu difiltrasi menggunakan membran 0,45 µm di dalam kelas C. Setelah
dilakukan filtrasi maka fase air disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15
menit. Kemudian fase minyak dan fase air yang telah disterilisasi ditransfer menuju kelas
B untuk dilakukan pemanasan dengan penangas hingga suhu kedua fase berada pada
rentang 60-70°C. Suhu kedua fase harus mencapai rentang tersebut karena jika ada gasa
yang suhunya di luar rentang tersebut dikhawatirkan kedua fase tidak dapat bercampur
dengan baik meskipun dilakukan pengadukan karena terjadinya kerusakan. Setelah
dicapai suhu dalam rentang tersebut maka kedua fase dicampurkan ke dalam mortar
perlahan-lahan sambil digerus dengan kuat hingga terbentuk basis krim yang homogen.
Jika basis krim telah terbentuk, secara perlahan-lahan ditambahkan hidrokortison secara
triturasi dan digerus merata. Penambahan hidrokortison secara triturasi dilakukan agar zat
aktif terdistribusi sempurna.
Sebelum dilakukan filling, seharusnya dilakukan IPC yaitu uji homogenitas
sediaan dan uji pH sediaan. Namun karena tidak tersedianya alat untuk melakukan uji
homogenitas dan uji pH di dalam lab steril, maka IPC tidak dilakukan. Krim yang sudah
terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam syringe untuk dilakukan filling ke dalam tube
di bawah laminar air flow (LAF) untuk meminimalisir jumlah partikel. Pada krim
hidrokortison tidak dilakukan sterilisasi akhir karena dikhawatirkan krim akan rusak pada
suhu yang tinggi. Setelah seluruh krim dimasukkan ke dalam tube, krim ditransfer menuju
ruang evaluasi.
Krim yang sudah selesai dibuat akan dikemas lalu dievaluasi untuk menentukan
kelayakannya. Jenis evaluasi yang dilakukan adalah:
a. Uji homogenitas sediaan
Pada uji homogenitas sediaan, krim yang sudah selesai dibuat dioleskan tipis-
tipis di atas permukaan kaca bening, sehingga distribusi serbuk zat aktif dapat
terlihat dengan jelas. Dari ketiga wadah yang diuji homogenitasnya, ternyata
krim pada seluruh wadah sedikit tidak homogen. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kumpulan serbuk di beberapa bagian serta beberapa bagian lain krim yang tidak
terdapat zat aktifnya. Krim tidak homogen disebabkan oleh pencampuran zat
aktif dan basis krim yang kurang baik. Penambahan zat aktif dengan cara triturasi
dilakukan pada jeda waktu yang cukup cepat dan tidak diiringi pengadukan yang
kuat dan merata sehingga serbuk hidrokortison belum merata.
FA 3132 – Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17) 18/20
Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung
b. Pengecekan pH sediaan
Pada pengecekan pH sediaan, diperoleh pH krim pada tube I sebesar 5,55; tube II
sebesar 5,57; dan pada tube III sebesar 5,59. Nilai pH ini baik dan memenuhi
rentang pH stabilitas karena diketahui hidrokortison akan terhidrolisis di atas pH
8. Selain itu, pH sediaan ini juga sesuai dengan pH target yakni 5,5 (disesuaikan
dengan pH kulit). Dengan demikian, sediaan ini memenuhi syarat dan lulus
pengecekan pH sediaan.
c. Uji organoleptik
Pada uji organoleptik, sediaan diamati sifat-sifatnya dengan panca indera.
Berdasarkan studi beberapa literatur, diketahui bahwa krim hidrokortison yang
baik tidak berbau, berwarna putih, dan memiliki tekstur lembut namun agak
sedikit lengket. Dari ketiga tube krim yang diuji, diperoleh hasil uji organoleptik
yang sama, yakni tidak berbau, berwarna putih, dan memiliki tekstur yang
lembut namun agak lengket. Hal ini menandakan bahwa krim hidrokortison
memenuhi syarat.
d. Uji isi minimum
Pada uji isi minimum, selisih antara bobot tube yang telah berisikan krim dan
bobot tube kosong dihitung untuk mengetahui massa bersih (netto) krim. Massa
bersih krim haruslah sesuai dengan massa yang tertulis pada etiket, yakni 5 gram.
Dari ketiga tube yang diuji isi minimum, diperoleh massa bersih krim tube I
sebesar 5,57 g; massa bersih krim tube II sebesar 4,07 g; dan massa bersih krim
tube III sebesar 4,97 g. Dengan demikian, tidak ada satupun tube yang berisi
krim dengan massa yang sesuai dengan yang tertera pada etiket. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan timbangan elektronik yang digunakan untuk
menimbang tube dan krim sehingga dikhawatirkan terdapat perbedaan
keakurasian di antara keduanya. Selain itu juga terdapat sedikit krim yang
menempel pada sisi luar wadah sehingga mempengaruhi bobot akhir sediaan.
e. Uji kebocoran
Pada uji kebocoran, tidak ada satupun tube yang bocor. Hal ini dapat terlihat dari
tidak adanya krim yang keluar dari wadahnya saat wadah dalam keadaan tertutup
ditekan. Dengan demikian, sediaan ini memenuhi syarat. Wadah sediaan yang
bocor tidak diperkenankan karena dapat menjadi sumber masuknya kontaminan
maupun mikroba yang membuat sediaan menjadi tidak steril lagi.
FA 3132 – Praktikum Teknologi Sediaan Likuida-Semisolida Steril (Sem I 16/17) 19/20
Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung
XII. Kesimpulan
1. Formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan krim hidrokortison 1% adalah:
No Nama bahan Jumlah Fungsi
1 Hidrokortison 0,35 gram Antiinflamasi
2 Paraffin cair 2,1 gram Basis krim fasa minyak
3 Vaselin Album 5,25 gram Basis krim fasa minyak
4 Emollient, emulsifying
Cetostearyl alcohol 2,52 gram
agent
5 Cetomacrogolum 0,63 gram Emulsifying agent
6 Chlorocresolum 35 mg Pengawet
7 Alfa tokoferol 17,5 mg Antioksidan
8 Add to 35 g ~ 24. 0975
Aqua pro injection Basis krim fasa air
gram
*formula ini untuk 35 g krim hidrokortison 1%
2. Sediaan krim hidrokortison 1% tidak layak karena sedikit tidak homogen dan
memiliki massa netto krim yang tidak sesuai dengan etiket (5,57 gram; 4,07 gram; dan
4,97 gram).