Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALITIK II


PENETAPAN KADAR ANTIBIOTIK
(AMOXICILLIN)

disusun Oleh :
31111070 Eri Widiyawati
31111092 Physca Fathiyatul Azhariyah
( Kelompok 6 )
Farmasi 3B

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
I. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar amoxicillin dalam sampel dengan menggunakan
metode Iodometri.

II. Dasar Teori


Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara
sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri
dan organisme lain sedangkan Antimikroba adalah obat yang digunakan
untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Antibiotika merupakan
segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yamg mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan
antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,
meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan
sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transporman. Antibiotika bekerja
seperti pestisida dengan menekan atau memutuskan satu mata rantai
metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda
dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman
dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk
hidup.
Antibiotika tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur,
atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotika sangat beragam
keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika
yang membidik bakteri gram negative atau gram positif, ada pula yang
spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi
infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut
Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya
berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibitik
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya adalah amikasin, gentamisin, kanakmisin, neomisin,
paromisin, sisomisin, streptomisin, dan tobramisin.
2. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem(ertapenem, imipenem,
meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim,
sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan
golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
Salah satu contoh dari golongan beta-laktam ini adalah golongan
sefalosporin dan golongan sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga
dan seftriakson merupakan generasi ketika dari golongan sefalosporin.
3. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
4. Kloramfenikol contohnya tiamfenikol
5. Quinolon contohnya asam nalidiksat, fluroquinolon.

Berdasarkan sifat (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi 2


yaitu :
1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat
destruktif terhadap bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja
menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas, digunakan
untuk pengobatan seperti yang tertera diatas, yaitu untuk infeksi pada
saluran napas, saluran empedu, dan saluran seni, gonorhu, gastroenteris,
meningitis dan infeksi karena Salmonella sp., seperti demam tipoid.
Amoxicillin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan
terhadap penisilinase (Siswandono, 2000).
Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak
menghasilkan β-laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena
obat tersebut dapat menembus pori–pori dalam membran fosfolipid luar.
Untuk pemberian oral, merupakan obat pilihan karena di absorbsi lebih
baik daripada ampisilin, yang seharusnya diberikan secara parenteral
(Neal, 2007).
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis senyawa turunan
antibiotik yakni amoxicillin yang selanjutnya akan ditentukan kadarnya
dengan menggunakan metode iodometri.
Iodometri merupakan suatu metode penentuan kadar berdasarkan
reaksi oksidasi reduksi yang dilakukan dengan titrasi tidak langsung yakni
bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku dalam jumlah berlebih
dan kelebihannya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Metode
titrasi iodometri adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan
dalam reaksi kimia (Bassett, 1994). Larutan standar yang digunakan dalam
kebanyakan proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini
biasanya berbentuk sebagai pentahidrat (Na2S2O3.5H2O).
Larutantidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara
langsung, tetapi harus distandarisasidengan standar primer. Larutan
natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni
dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfate dan
dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga
(Day & Underwood, 1981).
Karena harga E° iodium berada pada daerah pertengahan maka
sistem iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. I 2 adalah
oksidator lemah sedangkan iodida secara relatif merupakan reduktor
lemah. Dalam menggunakan metode iodometri, indikator yang digunakan
adalah kanji dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens
sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin
juga memberikan warna ungu atau violet yang intensuntuk zat-zat pelarut
seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari
kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks
iodin–kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodine
(Underwood, 1992).

III. Alat dan Bahan


a. Alat
a. Timbangan
b. Spatula
c. Labu ukur
d. Gelas kimia
e. Tabung sentrifuga
f. Statif
g. Beaker glass
h. Erlenmeyer
i. Gelas ukur
j. Pipet volum
k. Pipet tetes
l. Bulp
m. Buret
n. Batang pengaduk
o. Corong

b. Bahan
a. Na2S2O3
b. KI
c. I2
d. K2Cr2O7
e. Indikator amylum
f. HCl 0,1 N
g. H2SO4
h. Dapar asetat
i. NaOH

IV. Prosedur

Sampel dibagi
menjadi 2+bagian
NaOH

Sentrifugasi

Residu +NaOH Filtrat


Sentrifugasi

Residu +NaOH Filtrat


Sentrifugasi

Residu Filtrat Tampung Biarkan


ad 100 mLselama 20’
di tempat gelap
Uji kualitatif, jika
hasil positif, ekstraksi + 5ml dapar
lagi asetat pH 4,5

+ 1mL HCl 1 N
+ 10 mL
Iodium 0,01 N
Biarkan selama 20’ dan
terlindung dari cahaya

 Pembakuan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7

Pipet 10 mL Titrasi dgn Titrasi dgn


larutan Na2S2O3 Na2S2O3
K2Cr2O7 + (dari bening (dari biru ke
2 gram KI + ke kuning hijau
 Pembakuan
8mL H2SO4 I 2 dengan Na 2 S 2 Omuda),
3 muda).
 Penentuan kadar sampel +amylum
Titrasi dgn Titrasi dgn
V. Pipet
Hasil 10 mL
Pengamatan
Pipet 10 mL Na2S2O
Titrasi dgn
3
Titrasi
Na2S2O dgn
a.larutan I2
Pembakuan Na 2S2O3 dengan K2Cr2O7 3
sampel + 2 Na S O
(dari 2bening Na S2O3
2 3 (dari 2biru ke
mL KI 10%K2Cr2O7 (dari Na2S2O3
ke kuning
bening (daritidak
biru ke
+ 3 mL 10 mL jerami),
ke kuning tidak
berwarna).
H2SO4 10 mL +amylum
muda), berwarna).
10 mL
Rata-rata +amylum10,7

b. Pembakuan I2 dengan Na2S2O3


I2 Na2S2O3
10 mL 11,9
10 mL 11,7
10 mL 11,8
Rata-rata 11,8

c. Penentuan sampel
sampel Na2S2O3
10 mL 12,3
10 mL 12,7
10 mL 12,3
Rata-rata 12,43

 Perhitungan
a. Pembakuan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
N Na2S2O3 =
b. Pembakuan I2 dengan Na2S2O3
c. Penetapan sampel
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai