Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas D Farmasi 2016
Adinda Citra Amelia 11161020000076
Adilla Suchi Ananda 11161020000077
Ade Lia Fitri 11161020000081
Siti Khadijah Kartini 11161020000087
Ulvi Annawati 11161020000091
Esa Fathiya Mumtaz 11161020000096
Waktu Pelaksanaan Praktikum : Jum’at, 12 April 2019
Pukul 07.30 – 09.30 WIB
2. Penimbangan
Nama Bahan Perhitungan 5 g
Perhitungan 6 Perhitungan
tube lebihan 20%
Gentamisin 0,3% x 5 g = 0,015 g x 6 tube = 0,09 g +20% =
Sulfat 0,3% 0,015 g 0,09 g 0,108 g
Metil Paraben 0,02% x 5 g = 0,001 g x 6 tube = 0,006 g +20% =
0,02% 0,001 g 0,006 g 0,126 g
Propil Paraben 0,1% x 5 g = 0,005 g x 6 tube = 0,03 g + 20% =
0,1% 0,005 g 0,03 g 0,036g
3. Persiapan Kerja
A. Alat-alat yang digunakan, cara sterilisasi (persiapan dan prosedur
sterilisasi)
Alat yang digunakan:
- Lumpang dan alu - Kaca arlogi
- Pipet tetes - Batang pengaduk
- Spatel - Beker glass
- Sudip - Gelas ukur
- Cawan porselen - Spuit injeki
B. Cara sterilisasi:
- Alat yang akan digunakan dibungkus dengan menggunakan kertas roti
sebelum dilakukan sterilisasi.
- Alat yang berbahan kaca atau porselen (lumpang, alu, batang
pengaduk, spatel, kaca arlogi, cawan porselen) atau yang tahan
terhadap pemanasan dilakukan sterilisasi dengan menggunakan oven
pada suhu 180°C selama 30 menit.
- Sedangkan alat yang berbahan selain kaca (sudip, pipet) dan alat gelas
yang memiliki skala ukur (gelas ukur, beker glass) dilakukan sterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 105°C selama 30 menit.
C. Pembagian kerja personil dalam kelompok
4. Prosedur Kerja
a. Penimbangan menggunakan timbangan Analitik
b. Alat-alat yang akan disterilisasi dicuci dan dikeringkan
- Alat – alat yang mempunyai mulut seperti: tabung reaksi,
erlenmayer, botol media,gelas ukur, labu takar dan pipet.
- Caranya sepotong kertas roti dilipat kedua ujung membentuk segi
empat sebesar mulut alat. Disterilisasi dengan oven pada suhu 170oc
waktu satu jam
- Disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC waktu 15-20 menit
c. Pembuatan
- Ditimbang bahan obat sesuai jumlah penimbangan
- Dimasukan propil paraben dan metil paraben kedalam lumpang,
dan digerus hingga halus, lalu ditambahkan sedikit vaselin album
dan digerus hingga homogen, kemudian disisihkan (massa 1)
- Dimasukan gentamisin sulfat kedalam lupang, digerus hingga halus
dan ditambahkan sedikit vaselin album lalu digerus hingga
homogen, kemudian ditambahkan massa 1 dan digerus kembali
hingga homogen
- Ditambahkan paraffin liquid sedikit demi sedikit sambil digerus
hingga homogen, lalu ditambahkan sisa vaselin album dan digerus
kembali hingga homogeny
- Massa tottal kemudian dimasukan kedalam tube dan diberi etiket
dan label
d. In process control
- Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau
pengemasan
- Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan
dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya
dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai
dengan yang ditetapkan dalam prosedur pengemasan induk.
e. Filling
Sistem pengemasan hot filling pada dasarnya adalah proses mengemas
minuman ke dalam kemasan saat suhunya panas. Di saat yang
bersamaan proses sterilisasi kemasan dilakukan oleh suhu tinggi dari
minuman tersebut. Semua dilakukan oleh rangkaian mesin yang saling
terkoneksi.
f. Pengemasan
Pengemasan bahan di dalam suatu wadah yang memenuhi empat
persyaratan, yaitu: produk harus steril, wadah pengemas harus steril,
lingkungan tempat pengisian produk ke dalam wadah harus steril, dan
wadah pengepak yang digunakan harus rapat untuk mencegah
kontaminasi kembali selama penyimpanan.
Sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi
secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah
dalam lingkungan steril sehingga diperoleh produk steril dalam
kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama.
c. Pemerian
Pemerian memuat paparan mengenai sifat zat yang diuraikan secara
umum meliputi wujud, rupa, warna rasa, bau dan untuk beberapa hal
dilengkapi dengan sifat kimia atau sifat fisiknya, dimaksudkan untuk
dijadikan petunjuk dalam pembuatan, peracikan dan penggunaan,
disamping juga berguna untuk membantu pemeriksaan pendahuluan
dalam pengujian (Ditjen POM, 1984). Pada praktikum yg kami
lakukan didapatkan hasil pemerian ; Warna putih, bau lemah, sedikit
lengket
d. Pengujian pH
Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH
meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang
mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan
elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen,
elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai seperti
elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida (Ditjen POM,
1995). Pada praktikum digunakan pH indikator dan didapatkan hasil
pH salep adalah
e. Homogenitas
Homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan salep pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan
sususan yang homogen (Syamsuni, 2006).
f. Uji Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.
Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung satu zat
aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Untuk
penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot
dilakukan untuk sediaan yang dimaksud (dari satuan uji dapat diambil
dari bets yang sama untuk penetapan kadar (Ditjen, 1995).
g. Uji Potensi
Aktivitas (potensi) antibiotika dapat ditunjukkan pada kondisi yang
sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu
penurunan aktivitas antimikroba juga akan dapat menunjukkan
perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia,
sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi biasanya
merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan
hilangnya aktivitas (Ditjen POM, 1995).
c. Turbidimetri
Pada metode ini, pengamatan aktivitas antibakteri didasarkan atas
kekeruhan yang terjadi pada media pembenihan. Pembunuhan
bakteri juga dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi pada
sebelum dan sesudah inkubasi, yang dilakukan dengan mengukur
serapannya secara spektrofotometri. Adanya pertumbuhan bakteri
ditandai dengan peningkatan jumlah sel bakteri yang mengakibatkan
meningkatnya kekeruhan. Kekeruhan yang terjadi umumnya
berbanding lurus dengan serapannya yang berarti semakin banyak
jumlah sel maka akan terlihat semakin keruh dan serapannya akan
semakin besar (Rolanda, 2012).
7. Spesifikasi Kemasan, Etiket, Brosur
a. Pengertian spesifikasi
Menurut kamus besar bahasa indonesia, spesifikasi adalah :
- Proses, cara, perbuatan melakukan pemilihan (perincian)
- Perincian (tentang rencana, proposal, dan sebagainya)
- Pernyataan tentang hal-hal yang khusus (dalam perjanjian dan
sebagainya)
b. Spesifikasi Kemasan
Berdasarkan fungsinya, kemasan dibagi menjadi dua, primer dan sekunder,
bahkan tersier. Disebut kemasan primer karena kemasan ini langsung
bersinggungan dengan produknya. Contohnya botol, tube, dan tutupnya
disebut kemasan primer karena langsung kontak dengan produk, sedangkan
label atau kotaknya kadang-kadang juga disebut kemasan primer meskipun
tidak kontak dengan produknya. Jadi, kemasan primer adalah keseluruhan
kemasan yang di-display dan yang membuat konsumen memutuskan untuk
membeli produk tersebut.
Kemasan sekunder disebut juga transport packaging diperlukan untuk
melindungi kemasan primer selama dalam penyimpanan di gudang serta
saat didistribusikan ke pelanggan besar maupun pelanggan eceran.
Kemasan sekunder juga untuk mengantisipasi guncangan saat mobilisasi
akibat kondisi jalan yang kurang baik pada proses distribusinya. Sesuai
dengan fungsinya, kemasan sekunder dapat berbentuk tatakan (tray),
pembungkus (wrapper), pengikat (binder) dan dapat taerbuat dari bahan
karton, plastik, tali, film pembungkus, cellotape, atau lainnya.
Kemasan tersier disebut juga sebagai kemasan penunjang yang memuat
produk yang telah dikemas dalam kemasan sekunder seupaya kemasan
primer sampai ke tangan konsumen selalu dalam keadaan baik (aman, tidak
berdebu, tidak terkelupas, tidak rusak, patah, penyok, tidak berubah warna,
dan lain-lain). (Julianti, 2014).
Maka dari itu, dalam pembuatan sediaan tetes mata dan salep mata pada
praktikum kali ini memerlukan kemasan primer, sekunder dan tersier.
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995, sediaan obat mata
harus ditempatkan pada wadah yang tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Pengertian wadah tertutup
rapat dalam FI IV ialah wadah yang harus melindungi isi terhadap
masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan,
merekat, mencair atau menguapnya bahan selama penanganan,
pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat kembali.
3. Bagian samping
Sisi samping folding box mencantumkan “Harus Dengan
Resep Dokter”, Cara Penyimpanan, Nomor Registrasi, dan
Nama Pabrik. Pada salah satu sisi samping, redaksi ditulis
dalam Bahasa Indonesia, sedangkan sisi lainnya ditulis dalam
Bahasa Inggris
8. Gambar Produk
DAFTAR PUSTAKA
Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth
edition. London : The Pharmaceutical Press.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN
FARMASI III
SEDIAAN TETES MATA KLORAMFENIKOL
Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas D Farmasi 2016
Adinda Citra Amelia 11161020000076
Adilla Suchi Ananda 11161020000077
Ade Lia Fitri 11161020000081
Siti Khadijah Kartini 11116102000087
Ulvi Annawati 11161020000091
Esa Fathiya Mumtaz 11161020000096
Waktu Pelaksanaan Praktikum : Jum’at, 12 April 2019
Pukul 07.30 – 09.30 WIB
2. Penimbangan
1 Kemasan = Netto 10 mL
Tambahkan Volume = 3% x 10 mL= 0,3 mL
Untuk 6 kemasan, total volume 6 x(10mL +0,3 mL) = 61.8 mL
Untuk proses produksi pemastian mutu, dilebihkan 20%
= 61,8 mL + (20% x 61,8 mL)
= 61,8 mL + 12,36 mL = 74,16 mL
Volume total penimbangan untuk 6 kemasan: 74,16 mL
Nama Bahan Perhitungan untuk 6 kemasan = Penimbangan
74,16 mL
PEG 300 13 % x 74,16 mL =9,6408 mL 9,6408 mL~ 9,6
mL
Tween 80 1% x 74,16 mL = 0,7416 g 0,7416 g
Kloramfenikol 0,5% x 74,16 mL = 0,3708 g 0,3708 g
Aquades murni 55,56% x 74,16 mL = 41,2033 mL 41,2 mL
Na Edta 0,1% x 74,16 mL = 0,07416 g 0,07416 g ~
0,0742g
Fenil Merkuri 0,002% x 74,16 mL = 0,00148 mL 0,00148 mL~
Nitrat 0,0015 mL
Aquades murni 74,16 mL – (9,6408 g+0,7416 g + 22,12786 mL~
0,3708 g + 41,2033 mL+ 0,07416 g 22,2 mL
+ 0,00148 g) = 22, 12786 mL
3. Persiapan Kerja
D. Alat-alat yang digunakan, cara sterilisasi (persiapan dan prosedur
sterilisasi)
Alat yang digunakan:
- Lumpang dan alu - Kaca arlogi
- Pipet tetes - Batang pengaduk
- Spatel - Beker glass
- Sudip - Gelas ukur
- Cawan porselen - Spuit injeksi
E. Cara sterilisasi:
- Alat yang akan digunakan dibungkus dengan menggunakan kertas roti
sebelum dilakukan sterilisasi.
- Alat yang berbahan kaca atau porselen (lumpang, alu, batang
pengaduk, spatel, kaca arlogi, cawan porselen) atau yang tahan
terhadap pemanasan dilakukan sterilisasi dengan menggunakan oven
pada suhu 180°C selama 30 menit.
- Sedangkan alat yang berbahan selain kaca (sudip, pipet) dan alat gelas
yang memiliki skala ukur (gelas ukur, beker glass) dilakukan sterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 105°C selama 30 menit.
4. Prosedur kerja
Masukkan PEG dan Twen 80 keketel aduk hingga homogen
Panasakan sampai 85'c -g0'C selama pengadukan. Jangan sampai suhu
> 90' C aduk hingga melebur sempurna
Turunkan suhu dan dinginkan campuran sampai suhu 53'-55'C dengan
mengaliri ketel dengan air dingin
Ketika suhu sudah 53'-55'C, masukan kloramfenikol aduk selama 15
menit
Jaga suhu pada 53'-55'C (M1)
Masukkan air sebanyak 41 ml + 4 tetes kedalam ketel lain
Na DTA dan fenilmerkuri nitrat dicampur diaduk hingga melarut
sempurna, tambahkan sisa air secukupnya untuk dapat di tuang kedalam
ketel yang berisi 41,2 ml
Panaskan hingga 50'-55'C. Bila suhu sudah 50-55'C. Masukkan
kedalam M1, yang suhunya juga terjaga 50-55'C aduh hingga homogen.
Dinginkan hingga suhu 30'C
Bila sudah 50'C, pindahkan kewadah £ 100 ml yang sudah dikalibrasi
74,16 ml dan sudah dibilas dengan air saja
Tambahkan sisa air sampai batas kalibrasi
Aduk sempurna selama 15 menit
Cek ph, ad hingga 5,4-5,8
d. Penentuan pH
Masukkan tetes mata kedalam beker glass, ukur pH dengan pH indikator.
e. Uji Sterilisasi
Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau jarum suntik yang
steril secara aseptik. Inokulasikan sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah
uji kedalam tabung media. Campur cairan dan media tanpa durasi
berlebihan. Inokulasikan pada media tertentu seperti yang tertera pada
prosedur umum selama tidak kurang dari 14 hari. Amati pertumbuhan pada
media secara visual sesering mungkin.
f. Uji Volume Sedimentasi
- Sediaan tetes mata dimasukkan ke dalam gelas ukur.
- Volume yang diisikan merupakan volume awal.
- Setelah didiamkan, catat endapan setiap 24 jam selama 1 minggu
diamati merupakan volume akhir dengan terjadinya sedimentasi volume
akhir terhadap volume yang diukur.
g. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba dengan cara :
e. Spesifikasi Kemasan
Berdasarkan fungsinya, kemasan dibagi menjadi dua, primer dan sekunder,
bahkan tersier. Disebut kemasan primer karena kemasan ini langsung
bersinggungan dengan produknya. Contohnya botol, tube, dan tutupnya
disebut kemasan primer karena langsung kontak dengan produk, sedangkan
label atau kotaknya kadang-kadang juga disebut kemasan primer meskipun
tidak kontak dengan produknya. Jadi, kemasan primer adalah keseluruhan
kemasan yang di-display dan yang membuat konsumen memutuskan untuk
membeli produk tersebut.
8. Gambar Produk
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik (Guidelines On Good
Manufacturing). Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan Makanan.