Anda di halaman 1dari 20

Compounding Dan Dispensing

“Problema Compounding Sediaan Steril”

Program Studi Profesi Apoteker


Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Yayasan Perintis
Padang
2019
Present by :
Kelompok 2

Fenny Khairunnisa 28 05 001 Najmi Khaira 28 05 019


Aprila Desliana 28 05 002 Elfira Aniza 28 05 020
Novi Nurriani 28 05 004 Inel Loliya 28 05 022
Putri Sefrianti 28 05 005 Zulfa Desinta 28 05 026
Fatma Zahra 28 05 006 Tuti Aditya 28 05 033
Hartati Bawamenewi 28 05 007 Lidya Tanjung 28 05 038
Rezkita Raysyah 28 05 013
Pengertian

Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat


bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non patogen
(tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk
vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam
bentuk spora (dalam keadaan statis,tidak dapat
berkembangbiak, tetapi melindungi diri dengan lapisan
pelindung yang kuat)
Prinsip

Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus


dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat
dan pirogen, yang sangat tergantung dari ketrampilan, pelatihan dan
sikap dari personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting
dan cara pembuatan ini harus sepenuhnya mengikuti secara ketat
metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama
dan tervalidasi.Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi
tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin
sterilitas atau aspek mutu lain.
Tujuan Suatu Obat Dibuat Steril

Tujuan obat dibuat steril karena berhubungan langsung


dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain dimana
pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap yang berada di saluran
cerna/gastrointestinal, misalnya hati yang dapat berfungsi untuk
menetralisir/menawarkan racun (detoksikasi=detoksifikasi).
Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder.
Dalam hal ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya
ada dua pilihan steril atau tidak steril. Sediaan farmasi yang perlu
disterilkan adalah obat suntik/injeksi, tablet implant, tablet
hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata/ guttae ophth,
cuci mata/collyrium dan salep mata/oculenta.
Syarat – Syarat
Sediaan Steril adalah

Bebas mikroorganisme

Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri


dan pirogenik

Bahan-bahan bebas dari bahan asing dari


luar yang tidak larut

Sterilitas

Bebas dari bahan partikulat

Bebas pirogen

Kestabilan
Problem 1

Tidak semua produk steril mencantumkan BUD (Beyond Use


Masalah :
Date)

Jawab : BUD sangat penting ditentukan pada sediaan steril untuk


menghindari terjadinya degradasi kimia, kontaminasi dan
permeabilitas kemasan.

Solusi : Sediaan yang telah dilakukan proses compounding sebaiknya


diberikan pelabelan mengenai BUD dan keterangan bahwa
sediaan tersebut telah dilakukan proses compounding.
Problem 2

Masalah : Terjadinya kontaminasi silang pada sediaan tetes mata.

Solusi : • Penambahan bahan pengawet yang cocok


• Volume obat tetes mata berada dalam batas pemakaian
yaitu 8 ml (Fornas), 10 ml (FI)
• Memberikan informasi kepada pasien obat tetes mata
dapat digunakan maksimal 30 hari setelah tutup buka
Problem 3

Masalah : Karyawan yang berlebihan dapat menyebabkan turbulensi


udara sehingga menimbulkan kontaminasi partikel pada
larutan.

Solusi : Hanya personil yang diperlukan berada di area yang bersih


khususnya pada proses aseptis (CPOB 2013).

Problem 4

Masalah : Sediaan steril yang tidak bebas pirogen


Syamsuni (2006), cara menghilangkan pirogen :
Pencegahan • Untuk alat atau zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum
suntik, alat suntik, dan lain-lain) dipanaskan pada suhu
250°C selama 30 menit.

• Untuk aqua p.i (air untuk injeksi) bebas pirogen


a. Dilakukan oksidasi dengan cara:
• Dididihkan dengan larutan H2O2 1% selama 1 jam
• Satu liter air yang dapat diminum ditambah 10 ml
KMnO4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N disuling dengan
wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti air untuk
injeksi.

b. Dilakukan dengan cara absorpsi dengan cara :


• Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan
dalam kolom Al2O3, panaskan dalam arang
pengabsorpsi 0,1% (karbo adsorben 0,1%) pada suhu
60°C selama 5-10 menit (literature lain 15 menit ),
sambil sesekali diaduk, kemudian disaring dengan
kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.
Cara mencegah terjadinya pirogen :

• Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air


Pencegahan untuk injeksi harus segera digunakan setelah disuling
• Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik
• Alat penampung dan cara menampung air suling harus
seaseptis mungkin.
Problem 5

Masalah : Sediaan yang tidak sesuai dengan pH darah

pH optimal untuk darah atau cairan tubuh lain adalah 7,4 dan
Jawab disebut isohidri. Karena tidak semua bahan obat stabil pada
pH cairan tubuh, injeksi sering dibuat diluar pH cairan tubuh
dan berdasarkan kestabilan bahan tersebut.

Solusi Menurut Syamsuni (2006), pH dapat diatur dengan cara :

• Penambahan zat tunggal misalnya asam untuk alkaloid dan


basa untuk golongan sulfa.
• Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk
injeksi, dapar borat untuk obat tetes mata.
Yang perlu diperhatikan dalam penambahan dapar
adalah :

• Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai


Solusi kapasitas darah
• Pada umumnya larutan dapar dapat menyebabkan larutan
injeksi menjadi hipertonis
• Bahan obat dapat diabsorpsi jika kapasitas dapar sudah
hilang, maka sebaiknya obat didapar pada pH yang tidak
jauh dari isohidris, jika kestabilan obat pada pH yang jauh
dari pH isohidri, sebaiknya obat tidak usah didapar, perlu
waktu lama untuk meniadakan kapasitas larutan dapar.
Problem 6

Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air


Masalah :
dalam sel akan ditarik keluar sel sehingga sel akan mengerut,
sedangkan jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air
dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel,
akibatnya sel akan mengembang dan pecah. Jika yang pecah
adalah sel darah merah, disebut haemolisis, pecahnya sel ini
akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh
darah yang kecil.
Problem 6

Solusi
Dibuat larutan injeksi yang isotonis. Larutan obat suntik
dikatakan isotonis jika :
• Mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan tekanan
osmosis cairan tubuh (darah, cairan lumbar, air mata)
bernilai sama dengan larutan NaCl 0,9% b/v.
• Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan
tubuh yaitu -0,52°C.
• Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, jika
terpaksa dapat hipertonis tetapi jangan sampai hipotonis.
Problem 7

Kurangnya sterilitas sediaan injeksi dengan wadah dosis


Masalah : ganda.

Pencegahan Dengan penambahan antimikroba, digunakan alat suntik yang


steril dan volume wadah dosis ganda tidak boleh lebih dari 30
ml (Ansel, 2005).

Problem 8

Larutan injeksi yang terlalu asam menyebabkan rasa sakit


Masalah : pada tempat penyuntikan.

Ditambahkan zat pemati rasa setempat / anestetika lokal


Solusi
misalnya novokain dalam injeksi vitamin B kompleks
Problem 9

Sediaan yang tidak stabil selama penyimpanan karena


Masalah
teroksidasi udara dan pengendapan alkaloid akibat sifat
alkalis gelas

Solusi mencegah terjadinya sediaan teroksidasi udara :


Solusi
• Mengganti udara diatas larutan injeksi dengan gas inert,
misalnya gas NO2 atau gas CO2.
• Menambah antioksidan untuk larutan injeksi yang tidak
tahan terhadap O2 dari udara, contohnya penambahan Na-
metabisulfit, Na-pirosulfit 0,1% b/v pada larutan injeksi
vitamin C, adrenalin, apomorfin.

Solusi mencegah terjadinya endapan alkaloid akibat


sifat alkalis gelas :
Dengan menambah chelating agent (EDTA) untuk mengikat
ion logam yang lepas dari gelas atau wadah kaca atau
menambah HCl sehingga bersuasana asam.
Problem 10

Masalah Produk yang tidak terjaga sterilitas selama proses pembuatan


sampai produk jadi

Menurut BPOM (2012), pembuatan secara aseptis yang


Solusi
bertujuan untuk mempertahankan sterilitas produk. Untuk
menjaga sterilitas komponen dan produk selama proses
aseptis, perhatian perlu diberikan pada :
• Lingkungan
• Pesonil
• Sterilisasi wadah / tutup
• Waktu tunggu maksimum bagi produk sebelum pengisian
kedalam wadah akhir
• Filter untuk sterilisasi
Problem 11

Masalah Filtrasi produk yang tidak dapat disterilkan dalam wadah akhir
nya

Sterilisasi dengan uap adalah cara yang diutamakan. Bila


Solusi produk tidak dapat disterilkan dalam wadah akhirnya, larutan atau
cairan dapat difiltrasi ke dalam wadah yang telah disterilkan
sebelumnya melalui filter steril dengan ukuran pori nominal 0,22
mikron (atau lebih kecil), atau paling tidak melalui filter yang
mempunyai kemampuan menahan mikroba yang ekuivalen. Filter
tertentu dapat menghilangkan bakteri dan kapang, tapi tidak
menghilangkan semua virus atau mikoplasma. Hendaklah
dipertimbangkan untuk melakukan pemanasan pada suhu tertentu
sebagai pelengkap proses filtrasi.
Karena metode filtrasi memiliki potensi risiko tambahan
dibandingkan dengan proses sterilisasi lain, dianjurkan untuk
melakukan filtrasi kedua dengan filter yang sudah disterilkan, yang
mampu menahan mikroba, segera sebelum pengisian. Filtrasi steril
akhir hendaklah dilakukan sedekat mungkin ke titik pengisian.
(BPOM, 2012).
Problem 12

Masalah Terdapat partikel-partikel pada larutan injeksi.

Solusi Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada


serat yang terbawa ke dalam filtrat (Syamsuni, 2006).

Anda mungkin juga menyukai