Anda di halaman 1dari 4

Teori Dasar Sediaan steril secara umum adalah sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas

dari mikroorganisme dimana sterilitas khusus ini disebabkan metode, tempat , atau saluran pemberiannya. Berdasarkan pengemasannya, sediaan steril dibedakan menjadi : o Single dose unit, yaitu berupa injeksi dalam ampul. o Multiple dose unit, yaitu berupa injeksi dalam vial. o Cairan volume besar, yaitu berupa infus intravena (Nazliniwaty,2010). Alat & Bahan Alat : 1. Alat swabb 2. Autoklaf 3. Botol vial 4. Cawan petri 5. Erlenmeyer 6. Gelas ukur 7. Inkubator 8. Laminar Air Flow (LAF) 9. Neraca analit digital 10. Pemanas listrik 11. Spatel 12. Tabung reaksi Bahan : 1. Alkohol 70% 2. Aquabidest steril 3. Desinfektan 4. Fluid Thioglycolate Media (FTM) 5. Nutrient agar 6. Streptomisin sulfat 7. Tryptone Soya Broth (TSB) Gambar Alat :

Alat Swabb

Autoklaf

Botol vial

Cawan petri

Inkubator

Erlenmeyer

Gelas ukur

LAF

Neraca analit digital

Pemanas listrik

Spatel

Tabung reaksi

Prosedur Mula-mula, botol vial yang telah disterilisasi dikalibrasi. Kemudian, streptomisin dimasukkan ke dalam vial dengan menggunakan spatel yang telah difiksasi terlebih dahulu. Selanjutnya, dilakukan uji sterilitas sediaan secara aseptis di dalam LAF dengan cara melarutkan streptomisin dalam aqua injectio sesuai jumlah yang tertera pada etiket. Larutan tersebut lalu diambil sebanyak masing-masing 1ml dan ditambahkan ke dalam media FTM dan TSB. Kedua media tersebut lalu diinkubasi selama 18-24 jam. Pembahasan Dalam praktikum kali ini dilakukan formulasi sediaan steril injeksi kering dan uji sterilitasnya. Injeksi merupakan sediaan steril yang disuntikkan dengan merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir. Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan bentuk serbuk yang baru dibentuk menjadi suspensi dengan penambahan aquadest steril saat akan digunakan.

Bentuk sediaan injeksi kering ini dikhususkan untuk zat yang tidak stabil dan mudah terdegradasi dalam larutan. Zat aktif yang digunakan dalam formulasi sediaan steril kali ini adalah streptomisin sulfat. Streptomisin sulfat adalah suatu antibiotik, sehingga stabilitasnya akan berkurang dan terdegradasi jika berinteraksi dengan air. Oleh karena itu, sediaan injeksi streptomisin sulfat dibentuk injeksi kering yang baru akan dilarutkan jika akan digunakan. Streptomisin sulfat memiliki titik leleh yang rendah. Karena sifatnya ini, sediaan injeksi streptomisin dibuat dengan cara aseptis. Sediaan injeksi kering streptomisin sulfat dibuat dengan cara menimbang streptomisin sulfat kering yang berupa serbuk putih padat sebanyak 500mg. Penimbangan dilakukan dengan terlebih dahulu mengkalibrasi botol vial sebesar 500mg, kemudian serbuk streptomisin sulfat dimasukkan ke dalam vial yang telah dikalibrasi dengan menggunakan spatel yang telah difiksasi. Pembuatan sediaan dilakukan duplo, dimana satu sediaan digunakan untuk uji sterilitas dan satu sediaan lainnya untuk dikemas. Selanjutnya, sediaan yang digunakan untuk uji sterilitas dilarutkan dengan aqua injectio sesuai dengan jumlah yang tertera pada etiket, yaitu sebanyak 5ml. Kemudian, larutan streptomisin sulfat tersebut diambil sebanyak lebih kurang 1ml untuk ditambahkan ke dalam media uji sterilitas FTM dan sebanyak 1ml lagi untuk ditambahkan ke dalam media uji sterilitas TSB. Setelah ditambahkan, tabung reaksi yang berisi media dan zat uji tersebut ditutup dan diinkubasi selama 18-24 jam. Pengujian sterilitas ini dilakukan di dalam Laminar Air Flow untuk menghindari kontaminasi, sehingga dapat diperoleh hasil pengujian yang akurat. Media uji sterilitas FTM (Fluid Thioglycolate Media) dibuat dengan cara melarutkan 2,98 gram serbuk FTM dalam 100ml aquabidestillata. Media dan aquabidest kemudian dipanaskan sambil terus di aduk/dikocok. Pemanasan dan pengocokan dilakukan hingga media berwarna jingga bening, yaitu lebih kurang selama 45 menit. Media tersebut kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi steril sebanyak 5ml dan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit. Selanjutnya, media yang telah disterilisasi digunakan untuk menguji sterilitas sediaan streptomisin HCl yang telah dilarutkan dengan aqua injection dengan cara menambahkan 1ml sediaan ke dalam media dan membuat satu tabung berisi media FTM tanpa sediaan uji sebagai kontrol negative. Setelah itu, media ditutup dengan tutup kasa dan kapas untuk selanjutnya diinkubasi. Hasil inkubasi media FTM kontrol negatif menunjukkan warna jingga bening, sementara tabung yang berisi media dan sediaan uji menunjukkan warna jingga keruh. Pertumbuhan di dalam media FTM menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat tidak steril, dimana mikroba yang terdapat dalam media kemungkinan adalah berbagai bakteri aerob serta anaerob, karena media FTM merupakan media yang merangsang dan memungkinkan pertumbuhan mikroba aerob maupun anaerob dengan cepat. Adanya pertumbuhan ini mungkin disebabkan karena bahan dan alat yang kurang steril, bukan karena kontaminasi ruang saat melakukan pengujian. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji sterilitas ruangan kelas A, yaitu bagian dalam LAF, yang menunjukkan hasil negative, tidak ada pertumbuhan mikroba pada media agar. Sementara itu, media uji TSB (Tryptone Soya Broth) dibuat dengan cara melarutkan 30 gram serbuk TSB dalam 100ml aquabidestillata dan kemudian dipanaskan sambil terus dikocok perlahan-lahan hingga diperoleh larutan kuning bening. Media kemudian disterilisasi dan digunakan untuk pengujian dengan cara yang persis sama dengan FTM. Hasil inkubasi kontrol negative media TSB menunjukkan hasil berwarna kuning bening, sementara media yang mengandung sediaan uji menunjukkan hasil positif, yaitu terdapat kekeruhan dan misel putih di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang diuji tidak steril. Kekeruhan pada larutan

menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, sementara misel-misel putih menunjukkan adanya pertumbuhan jamur. Dari hasil pengujian sterilitas dengan media FTM dan TSB, dapat disimpulkan bahwa sediaan injeksi kering streptomisin tidak steril. Hal ini mungkin disebabkan karena pengerjaan formulasi sediaan tidak dilakukan di dalam LAF, sehingga sediaan dan alat-alat yang digunakan mengalami kontaminasi dari udara. Daftar Pustaka Nazliniwaty. 2010. Ruang Lingkup Steril. Available online at http://ocw.usu.ac.id/sediaansteril/fkc_232_slide_ruang_lingkup_steril.pdf [diakses 29 September 2012].

Anda mungkin juga menyukai