Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu bahan obat dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk
vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora). Sediaan farmasi yang
perlu disterilkan di antaranya adalah sediaan obat suntik injeksi, infus
intravena, cairan irigasi yang dimaksudkan untuk mencuci atau membersihkan
luka-luka terbuka, immunoserum dan sediaan untuk mata seperti tetes mata
(guttae ophtalmicae), cuci mata (collyrium) dan salep mata (oculenta) (Anief,
2010).

Sediaan-sedian tersebut perlu disterilkan karena berhubungan


langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh. Pada daerah
tersebut, infeksi dapat dengan mudah terjadi dan pertahanannya terhadap zat
asing tidak selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal, misalnya hati
yang dapat berfungsi untuk menetralisir atau menawarkan racun (detoksifikasi)
(Syamsuny, 2006).

Infus merupakan larutan steril dan umumnya diberikan melalui


intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, untuk memberi nutrisi atau
sebagai pembawa obat. Biasanya diberikan dalam volume besar dengan
penetasan lambat melalui intravena. Infus intravena dapat digunakan untuk
pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat darurat karena
obat tidak diabsorbsi secara oral. Selain itu, infus dapat pula digunakan pada
penderita yang tidak sadar atau pada penderita yang tidak dapat atau tidak
tahan menerima pengobatan oral. Sediaan infus harus memenuhi persyaratan
yaitu steril, bebas pirogen, jernih dan praktis bebas partikel. Oleh karena itu,
sediaan ini lebih mahal jika dibandingkan dengan sediaan non sterilnya karena
ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (Syamsuny, 2016).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

Untuk menghasilkan suatu produk yang steril, dan dapat


dimanfaatkan dengan baik oleh konsumen atau masyarakat, maka seorang
ahli madya farmasi dituntut untuk dapat mengetahui cara pembuatan,
peracikan hingga pengemasan sediaan infus. Untuk itulah praktikum dengan
percobaan sediaan infus perlu dilakukan (Syamsuny, 2006).

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui dan memahami macam - macam teknik sterilisasi
2. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan infus
3. Untuk mengetahui cara evaluasi sediaan infus.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

BAB II
FORMULA

A. Master Formula
1. Resep 01

R/ Paracetamol 1000mg
A.P.I ad 100mL

M.F Sol. Infus 100mL

2. Resep 02

R/ Piracetam 200mg
A.P.I ad 60mL

M.F Sol. Infus 60mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

B. Kelengkapan Resep
1. Resep 01

Dr. Sunaryo
SIP. 4580/IDI/2009
Jl. Saranani No.8 Kendari
Telp. 0401 3192538
No.01 Kendari,14 Oktober 2011

R/ Paracetamol 1000mg
A.P.I ad 100mL

M.F Sol. Infus 100mL

S. Intra Vena

Pro : Alfian
Umur : 20 Tahun
Alamat : Jl. Mekar No. 15 Kendari

Keterangan :

A.P.I : Aqua Pro Injeksi : air untuk injeksi

m.f : misce fac : campur dan buat

pro : pronum : untuk

R/ : recipe : Ambillah

Sol : Solution : larutan

S : Signa : Tandai

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

2. Resep
Dr. Sunaryo
SIP. 4580/IDI/2009
Jl. Saranani No.8 Kendari
Telp. 0401 3192538

No.01 Kendari,14 Oktober 2011

R/ Piracetam 200mg
A.P.I ad 60mL

M.F Sol. Infus 60mL

S. Intra Vena

Pro : Alfian
Umur : 20 Tahun
Alamat : Jl. Mekar No. 15 Kendari

Keterangan :

A.P.I : Aqua Pro Injeksi : air untuk injeksi

m.f : misce fac : campur dan buat

pro : pronum : untuk

R/ : recipe : Ambillah

Sol : Solution : larutan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

C. Alasan Penggunaan Bahan


1. Resep 01
a. Penggunaan Bahan Aktif

Paracetamol merupakan bahan aktif yang berkhasiat sebagai antipiretik


yaitu zat yang dapat menurunkan demam atau suhu tubuh yang tinggi
dan sebagai analgetik yaitu zat yang dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
b. Penggunaan Bahan Tambahan
A.P.I digunakan sebagai pelarut untuk membuat sediaan steril.

2. Resep 02
a. Penggunaan Bahan Aktif

Piracetam merupakan bahan aktif yang berkhasiat untuk mengatasi


gejala involusi berhubungan dengan usia lanjut, alkoholisme kronik,
dan adiksi, gejala paska trauma
b. Penggunaan Bahan Tambahan
A.P.I digunakan sebagai pelarut untuk membuat sediaan steril.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Infus intravena, menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah


sediaan steril berupa larutan atau emulsi, be\bas pirogen dan sedapat
mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan disuntikkan langsung ke dalam
vena dalam volume relatif banyak (Anonim, 1979).
Tujuan pemberian infus intravena: (Syamsuni, 2006).
1. Mengganti cairan tubuh dan mengimbangi jumlah elektrolit dalam
tubuh, misalnya Sol. Glukosa isotonis, Sol. Ringer Laktat (RL)
2. Dalam bentuk larutan koloid dapat dipakai mengganti darah manusia,
misalnya larutan koloid PVP 3,5% (Polivinilpirolidon/povidon).
3. Dapat diberikan dengan maksud untuk penambahan kalori misalnya
Aminovel 600, 1000 (produksi Otsuka, tiap liter mengandung asam
amino 5%, sorbitol 10%, vitamin dan elektrolit)
4. Sebagai obat, diberikan dalam jumlah besar dan terus-menerus jika tidak
dapat disuntikkan secara biasa misalnya obat antikanker, antibiotik,
anestetik, hormon yang larut dalam air, vitamin
Syarat-syarat infus : (Syamsuni, 2006).
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksik.
2. Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
3. Tidak berwarna, kecuali bahan dasarnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isotonis artinya mempunyai tekanan osmosis yang
sama dengan darah atau cairan tubuh yang lain. Tekanan osmosis cairan
tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan
osmose larutan NaCl 0,9%

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

Keuntungan sediaan infus antara lain :

1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.


2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Bioavaibilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkan.
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang
dalam keadaan koma.

Kerugian sediaan infus antara lain :

1. Rasa nyeri pada saat disuntik, apalagi kalau diberikan berulang kali.
2. Memberikan efek psikologi pada penderita yang takut disuntik.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki,
terutama sesudah pemberian intravena.
4. Obat hanya dapat diberikan oleh penderita yang dirumah sakit atau
ditempat praktek dokter oleh dan perawat yang kompeten.
5. Lebih mahal daripada bentuk sediaan lainnya yang non steril karena
ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (Syamsuni, 2006).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

B. Uraian Bahan
1. Resep 01
a. Paracetamol ( FI Edisi III, Hal. 37)
Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Sinonim : Asetaminofen, Paracetamol
Rumus Molekul : C8H9NO2
Rumus Bangun : OH

NHCOCH3
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih tidak
berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9
bagian propilenglikol P, larut dalam alkali
hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari
cahaya.
Khasiat Penggunaan : a. Analgetikum (obat yang dapat
mengobati rasa sakit dan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran).
b. Antipiretikum (obat yang dapat
menurunkan suhu tubuh yang tinggi).

b. A.P.I (FI edisi III hal 97)

Nama Resmi : AQUA PRO INJEKSI

Sinonim : Air untuk injeksi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

Pemerian : Keasaman, Kebasaan, Amonium, Besi,


Tembaga, Timbal, Kalsium, Klorida,
Nitrat, Sulfat, zat teroksidasi memenuhi
syarat yang tertera pada aqua destillata.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika dalam


wadah tertutup kapas berlemak harus
digunakan dalam waktu 3 hari setelah
pembuatan.

Khasiat dan Penggunaan : Sebagai pelarut untuk injeksi.

2. Resep 02
a. Piracetam (ISO Vol 48 hal.366)
Indikasi : Disfungsi serebral akibat paska trauma,
involusi yang berhubungan dengan usia

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

lanjut, alkoholisme kronik dan adiktif,


pengobatan detoksifikasi.
Kontra Indikasi : Hipersensitif, penderita dengan gangguan
fungsi ginjal berat, penderita dengan
pendarahan otak.
Dosis : Sehari 3 x 1 g IM atau IV. Kap/kapl :
gejala psikomotorik disebabkan usia
lanjut, dosis awal 2,4 gram/hari terbagi
dalam 3 dosis.
Efek Samping : Mual, muntah, diare, vertigo, nervous,
sakit kepala, insomnia, tremor, agitasi dan
hipersensitivitas.
b. A.P.I (FI edisi III hal 97)

Nama Resmi : AQUA PRO INJEKSI

Sinonim : Air untuk injeksi

Pemerian : Keasaman, Kebasaan, Amonium, Besi,


Tembaga, Timbal, Kalsium, Klorida,
Nitrat, Sulfat, zat teroksidasi memenuhi
syarat yang tertera pada aqua destillata.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika dalam


wadah tertutup kapas berlemak harus
digunakan dalam waktu 3 hari setelah
pembuatan.

Khasiat dan Penggunaan : Sebagai pelarut untuk injeksi.

BAB IV
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
a. Autoklaf

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

b. Batang Pengaduk
c. Botol Infus 100 mL
d. Gelas Kimia 100 mL
e. Gelas Ukur 100 mL
f. Labu Ukur 100 mL, 500 mL
g. Sendok Tanduk
h. Spoit 3 cc
i. Timbangan Digital
2. Bahan yang digunakan
a. Aluminium Foil
b. Aquadest
c. Aqua Pro Injeksi
d. Paracetamol
e. Piracetam
f. Sulfur 0,1%
g. Tali Godam

B. Perhitungan Bahan
1. Resep 01
a. Paracetamol = 1000mg
2
Dilebihkan 2% = x 1000 mg
100
= 20mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

Jadi yang ditimbang = 1000mg + 20mg


= 1020mg
= 1,02g

b. A.P.I = 100mL – 1,02g

= 98,98mL
2
Dilebihkan 2% = x 98,98mL
100
= 1,97mL
Total A.P.I = 98,98mL + 1,97mL
= 100,95mL

2. Resep 02
a. Piracetam = 200mg
2
Dilebihkan 2% = x 200 mg
100
= 4mg
Jadi yang ditimbang = 200mg + 4mg
= 204mg
= 0,204g

b. A.P.I = 60mL – 0,204g

= 59,796mL
2
Dilebihkan 2% = x 59,796 mL
100
= 1,195mL
Total A.P.I = 59,796mL + 1,195mL
= 60,991mL
C. Cara Kerja
1. Resep 01
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

1) Alat sudah disterilkan


2) Tutup botol telah dibebas sulfur
b. Ditimbang Parasetamol sebanyak 1,02 gram, dan diukur A.P.I sebayak
100,95mL
c. Dimasukkan Parasetamol kedalam gelas kimia dan dilarutkan dengan
A.P.I secukupnya hingga larut sempurna
d. Dimasukkan kedalam botol infus dan ditambahkan A.P.I hingga 100mL
e. Ditutup dengan karet
f. Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121C
g. Setelah sterilisasi selesai, kemudian dikeluarkan dari autoklaf, diberi
etiket, brosur, dan kemasan.
h. Evaluasi sediaan
2. Resep 02
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
1) Alat sudah disterilkan
2) Tutup botol telah dibebas sulfur
b. Ditimbang Piracetam sebanyak 0,204 gram, dan diukur A.P.I sebayak
60,991mL
c. Dimasukkan Piracetam kedalam gelas kimia dan dilarutkan dengan
A.P.I secukupnya hingga larut sempurna
d. Dimasukkan kedalam botol infus dan ditambahkan A.P.I hingga 100mL
e. Ditutup dengan karet
f. Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121C
g. Setelah sterilisasi selesai, kemudian dikeluarkan dari autoklaf, diberi
etiket, brosur, dan kemasan.
h. Evaluasi sediaan

D. Wadah
1. Resep 01
Wadah yang digunakan yaitu botol infus 100mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

2. Resep 02
Wadah digunakan yaitu botol infus 60mL

E. Evaluasi sediaan

a. Uji Kejernihan

Uji kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, artinya sangat


dipengaruhi oleh penilaian yang objektif dari pengamat. Pemeriksaan
visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh seseorang
yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar
belakang hitam putih, dan rangkaian isi dijalankan dengan satu aksi
memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat
dengan mata (Lachman, 1335).

b. Uji Kebocoran

Uji kebocoran dimaksudkan untuk mendeteksi ampul yang belum


diutup dengan sempurna, sehingga ampul-ampul tersebut dapat dibuang.
Ampul yang ditutup pada ujungnya kelihatannya tidak begitu sermpurna
penutupannya dibandingkan dengan ampul yang ditutup dengan segel
ditarik. Kebocoran biasanya dideteksi dengan menghasilkan suatu
tekanan negatif dalam ampul yang ditutup tidak sempurna biasanya
dalam ruang vakum (Lachman, 1354)

c. Uji Pirogen

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

Pirogen adalah zat yang terbentuk dari hasil metabolisme


mikroorganisme (bangkai mikroorganisme) berupa zat eksotoksin dari
kompleks polisakarida yang terikat pada suatu radikal yang mengandung
unsur nitrogen dan fosfor yang dalam kadar 0,001-0,01 g/kg bobot badan
dapat larut dalam air,tahan pemanasan, dan dapat menimbulkan demam
jika disuntikkan(reaksi demam terjadi setelah 15 menit- 8 jam). Pirogen
bersifat termolabil. Larutan injeksi yang pemakaiannya lebih dari 10ml
sekali pakai harus bebas pirogen (Syamsuni, 2006).

d. Uji Sterilisasi

Uji ini dilakukan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri jamur dan
ragi yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Uji dilakukan dengan
teknik aseptik yang cocok. Sebelum dilakukan uji sterilisasi untuk zat-zat
berupa pengawet yaitu larutan diencerkan dahulu sehingga daya
pengawertnya sudah tidak bekerja lagi. Zat antibiotik, yaitu daya
bakterisidanya dinonaktifkan dulu, misalnya pada penisilin ditambah
enzim penisilinase (Syamsuni, 2006).

BAB V

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

PEMBAHASAN

Pembuatan sediaan steril khususnya infus harus dilakukan dengan hati-hati


untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat
Yang Baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah akhir infus harus diamati
secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang
terlihat secara visual harus ditolak. Dalam praktikum pembuatan infus ini, tahap
pertama yang akan dilakukan yaitu mensterilkan semua alat yang akan digunakan.
Setelah semuanya steril, selanjutnya mulai menimbang bahan.
Pada percoban kali ini, pertama-tama dibuat larutan bebas sulfur yang
bertujuan agar tutup botol infus tidak mengandung bakteri. Cara pembuatan
larutan ini yaitu dengan menimbang 10 gram Na2CO3 dan dilarutkan dengan
sedikit aquadest, ditambahkan dengan 0,5 gram sulfur diaduk hingga homogen.
Setelah homogen lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan diberi etiket.
Pada resep pertama yaitu membuat infus paracetamol dengan menimbang
paracetamol sebanyak 1,02gram dalam gelas kimia, lalu dilarutkan dengan aqua
pro injeksi sebanyak 100,95mL hingga larut sempurna. Kemudian dimasukkan ke
dalam botol infus yang telah disterilisasi, ditutup dengan penutup karet dan
alumunium foil kemudian diikat menggunakan tali godam dengan erat atau kuat.
Tujuannya agar pada saat disterilkan dalam autoklaf tutup karet tidak terlepas
sehingga volume infus tidak berkurang Setelah diikat dengan kuat dan dibuat tali
untuk gantungannya, lalu dilanjutkan dengan sterilisasi di autoklaf dengan suhu
121°C selama 15 menit.
Pada resep kedua yaitu membuat infus Piracetam dengan menimbang
Piracetam sebanyak 0,204gram dalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan
aqua pro injeksi sebanyak 60,991mL hingga larut sempurna. Kemudian
dimasukkan ke dalam botol infus yang telah disterilisasi, ditutup dengan penutup
karet dan alumunium foil dan diikat menggunakan tali godam dengan erat atau
kuat. Tujuannya agar pada saat disterilkan dalam autoklaf tutup karet tidak
terlepas sehingga volume infus tidak berkurang Setelah diikat dengan kuat dan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

dibuat tali untuk gantungannya, lalu dilanjutkan dengan sterilisasi di autoklaf


dengan suhu 121°C selama 15 menit.
Setelah larutan infus ditutup kedap dan disterilkan, perlu dilakukan
pemeriksaan, yang kemudian terakhir diberi etiket dan dikemas. Pada percobaan
kali ini yang dapat kami lakukan terbatas pada pemeriksaan kebocoran dan
pemeriksaan kejernihan dan warna. Untuk mengetahui kebocoran wadah,
dilakukan dengan cara mensterilkan infus dalam keadaan terbalik dengan penutup
karet berada di bawah. Wadah yang bocor isinya akan kosong/habis atau
berkurang setelah selesai sterilisasi. Berdasarkan hasil pengamatan pada sediaan
yang telah disterilkan, volume larutan infus tetap seperti volume awal.
Pemeriksaan kejernihan dan warna dilakukan dengan melihat wadah pada
latar belakang hitam-putih dan disinari dengan lampu. Kotoran berwarna akan
terlihat pada latar belakang putih dan kotoran tidak berwarna akan terlihat pada
latar belakang hitam. Berdasarkan pengamatan pada sediaan infus yang telah
dibuat, tidak terjadi perubahan warna pada larutan (warna tetap bening dan
jernih).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :


1. Pada praktikum ini, teknik sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi
basah menggunakan autoklaf

2. Cara pembuatan sediaan infus yaitu membuat dengan menimbang bahan


aktif yang digunakan dalam gelas kimia, lalu dilarutkan dengan aqua pro
injeksi sesuai perhitungan hingga larut sempurna. Kemudian
dimasukkan ke dalam botol infus yang telah disterilisasi, ditutup dengan
penutup karet dan alumunium foil kemudian diikat menggunakan tali
godam dengan erat atau kuat. Tujuannya agar pada saat disterilkan
dalam autoklaf tutup karet tidak terlepas sehingga volume infus tidak
berkurang Setelah diikat dengan kuat dan dibuat tali untuk
gantungannya, lalu dilanjutkan dengan sterilisasi di autoklaf dengan
suhu 121°C selama 15 menit.
3. Pada percobaan kali ini yang dapat kami lakukan terbatas pada
pemeriksaan kebocoran dan pemeriksaan kejernihan dan warna. Untuk
mengetahui kebocoran wadah, dilakukan dengan cara mensterilkan infus
dalam keadaan terbalik dengan penutup karet berada di bawah. Wadah
yang bocor isinya akan kosong/habis atau berkurang setelah selesai
sterilisasi. Pemeriksaan kejernihan dan warna dilakukan dengan melihat
wadah pada latar belakang hitam-putih dan disinari dengan lampu.
Kotoran berwarna akan terlihat pada latar belakang putih dan kotoran
tidak berwarna akan terlihat pada latar belakang hitam

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu diharapkan agar seluruh
praktikan bekerja dengan teliti serta memperhatikan prosedur kerja pada
saat praktikum membuat sediaan infus, sehingga dapat terjaga kebersihan
dan kesterilan dari sediaan infus yang dibuat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Muhammad. 1994. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press

Ansel, C. Howard, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press


Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes
Syamsuni, A., 2006. Ilmu Resep,. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

BROSUR

1. RESEP 01

Efek samping :
KAMOL INFUSION®  Reaksi Hipersensitif
 Dosis tinggi merusak hati
Komposisi
Tiap kemasan mengandung :
Peringatan & perhatian :
PARACETAMOL ………………… 1 Gram
Hati-hati pada pasien dengan ggn ginjal
dan penggunaan jangka lama pada pasien
Khasiat Dan Kegunaan
®
anemia
 Kamol Infusion merupakan sediaan
infus yang berfungsi sebagai antipiretik Cara penyimpanan :
yaitu menurunkan suhu tubuh yang Pada suhu kamar/ruangan yaitu 25⁰ C.
tinggi/demam.
® HARUS DENGAN RESEP DOKTER
 Gluionic Infusion juga berkhasiat
sebagai analgetik non narkotik yaitu dapat
mengurangi, meringankan sampai Kemasan :
menyembuhkan rasa sakit/nyeri tanpa Botol Kaca 100 mL.
menghilangkan kesadaran. No. Reg : DKL 0103261149AI
No. Batch : A 030580
Indikasi :
Untuk terapi jangka pendek untuk nyeri derajat Diproduksi oleh
sedang, sesudah OP; demam, jika rute PT. NUSA HUSADA FARMA
pemberian secara IV secara klinis sebanding Kendari - Indonesia
dengan besarnya kebutuhan untuk mengobati
nyeri atau hipertermia & ampul atau kondisi
dimana rute pemberian lain tidak mungkin
dilakukan.

Dosis :
Dws/remaja dengan BB > 50 kg 100 mLsecara
infus IV selama 15 mnt. Berikan hingga 4
x/hari. Dosis harian maks: 4 g. Dws & Remaja
dengan BB < 50 kg & anakdengan BB > 33 kg
(usia sekitar 11 thn) 1,5 mL/kg BB. Berikan
hingga 4 x/hari . dosis harian maks : 60
mg/kgBB atau 3 g. Dosis harus diberikan
dengan selang waktu (interval) sekurang-
kurangnya tiap 4 jam

Kontra indikasi :
 Hipersensitivitas
 Insufisiensi hepatoseluler berat
 Gagal hati atau penyakit hati aktif

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

2. RESEP 02

NUSACETAM INFUSION®
Komposisi
Tiap kemasan mengandung :
Piracetam......... …………………… 200 mg

Indikasi :
Disfungsi serebral akibat paska trauma,
involusi yang berhubungan dengan usia
lanjut, alkoholisme kronik dan adiktif,
pengobatan detoksifikasi.
Dosis :
Sehari 3 x 1 g IM atau IV. Kap/kapl :
gejala psikomotorik disebabkan usia
lanjut, dosis awal 2,4 gram/hari terbagi
dalam 3 dosis.
Kontra indikasi :
 Hipersensitif
 Penderita dengan gangguan fungsi
ginjal berat
 Penderita dengan pendarahan otak.

Efek samping :
mual, muntah, diare, vertigo, nervous,
sakit kepala, insomnia, tremor, agitasi
dan hipersensitivitas.
Peringatan & perhatian :
Hati-hati pada pasien dengan ggn ginjal,
penghentian pengobatan secara mendadak
harus dihindari karena dapat menyebabkan
mioklonik.

Cara penyimpanan :
Pada suhu kamar/ruangan yaitu 25⁰ C.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Kemasan :
Botol Kaca 100 mL.
No. Reg : DKL 0103261149AI
No. Batch : A 030580

Diproduksi oleh
PT. KADEK HUSADA FARMA
Kendari - Indonesia

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III

ETIKET

1. RESEP 01

Registered No. DKL 0103261149A1 Each 100 mL contains :


STERILE NONPYROGENIC
KAMOL® Paracetamol………………….…….……. 1 g
INFUSION Aqua Pro Injeksi ad............100 mL

KETERANGAN LIHAT BROSUR

JANGAN DIGUNAKAN BILA CAIRAN KERUH DAN

WADAH TUTUP RUSAK


No. Batch : A 030580
Manufactured by :
Manuf. Date : 21 Okt 2015
PT. KADEK HUSADA FARMA Exp. Date : 21 Okt 2020
Kendari-Indonesia

ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY

2. RESEP 02

Registered No. DKL 0103261149A1 Each 60 mL contains :


STERILE NONPYROGENIC
NUSACETAM® Piracetam..………………….…….…….200 mg
INFUSION Aqua Pro Injeksi ad...........60 mL

KETERANGAN LIHAT BROSUR

JANGAN DIGUNAKAN BILA CAIRAN KERUH DAN

WADAH TUTUP RUSAK


No. Batch : A 030580
Manufactured by :
Manuf. Date : 21 Okt 2015
PT. KADEK HUSADA FARMA Exp. Date : 21 Okt 2020
Kendari-Indonesia

ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 111

Anda mungkin juga menyukai