BAB I
PENDAHULUAN
Sediaan farmasi tidak hanya sediaan padat, semi padat, dan cair tetapi
terdapat juga sediaan galenik dan sediaan steril, dimana pada sediaan steril
ini terdiri dari obat tetes mata, salep mata, tetes mulut, tetes telinga, tetes
termasuk dalam sediaan steril. Pada sediaan steril, sediaan yang agak rumit
osmosis yang sama dengan darah dan cairan tubuh yang lain. Menggunakan
air yaitu Aqua Pro Injeksi sabagai zat pembawa. Penggunaan injeksi dapat
diberikan kepada penderita suatu penyakit, bila pasien tidak dapat menelan
obat atau obat tidak dapat diserap dari mukosa saluran cerna.
Sediaan injeksi ini tidak semuanya harus jernih, dapat pula berwarna
tergantung pada obatnya, tetapi bila obatnya tidak berwarna, maka cairan
harus jernih, selain itu pula harus aman, yaitu tidak menyebabkan iritasi
kedalam tubuh, tidak terasa sakit dan penyerapannya dapat optimal. Selain
itu harus steril, yaitu bebas dari mikroorganisme hidup yang bersifat
melalui berbagai cara, baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan
BAB II
FORMULA
R/ Ranitidin Injrksi 25 mg
A.P.I ad 2 mL
da 5 mL
Pro : Andika
Umur : 17 tahun
dr. Widya
SIP. 001/IDI/2014
R/ Ranitidin Injeksi 25 mg
A.P.I ad 2 mL
da 5 mL
Pro : Andika
Umur : 17 Tahun
Keterangan :
Ad : ad : sampai
Da : da : berikan
A.P.I : aqua pro injeksi : air untuk injeksi
yang sama dengan darah atau dengan cairan tubuh yang lain.
1989)
(Remington, 2000)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
kedalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dibuat dengan cara
sejumlah pelarut atau dengan mengisi sejumlah obat kedalam wadah dosis
obat steril dengan tujuan pemberian perenteral sebagai dosis tunggal yang
bila dibuka, tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril
1. Berupa larutan obat dalam bentuk aqua / minyak / pelarut organik lain.
Contoh :
2. Berupa suspensi dari obat padat dalam aqua atau minyak. Contoh :
injeksi.
Pelarut dan bahan penolong harus dicoba pada hewan dulu, untuk
2. Harus jernih, tidak ada pertikel padat, kecuali yang terbentuk suspensi.
mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan darah dan cairan tubuh
jaringan rusak).
merah).
6. Harus steril, suatu bahan adalah steril bila sama sekali bebas dari
1. Ranitidin
ranitidin
Efek Samping : Lihat keterangan diatas tukak dilambung
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
demineral
BAB IV
METODE KERJA
1. Autoklaf
2. Batang pengaduk
3. Botol ampul 5 mL
4. Corong kaca
5. Gelas kimia 50 mL
6. Gelas ukur 50 mL
8. Pipet tetes
9. Sendok tanduk
1. Aluminium Foil
3. Kertas Perkamen
4. Kertas Saring
5. NaCl 0,9 %
6. Ranitidin
a. Rumus Ekuivalan
0,9
B= 100 xV
0,9
B= 100 x 5 (0,025 x 0,18)
0,9
B= 100 x 5 0,0045
= 0,045 0,0045
= 0,0405 gram
Keterangan :
gram
b. Rumus PTB
B=
0,52( b C)
b
0,5175
B= 0,576
Untuk 5 mL :
0,8984
B= 20
= 0,0449 gram
Keterangan :
berkhasiat
Rumus
V=nv
Keterangan :
V = 3 5,3
= 15,9 mL
= 0,0795 gram
0,04 mL 15,9 mL
2. NaCl = 5 mL
= 0,1272 mL
= 26,5 0,206
= 15,6933 mL
Bobot 10 Tablet
1. Bobot rata-rata = 10
3,3258
= 10
= 0,3325
0,08
0,3325
= 0,15
11. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit dengan
12. Dikeluarkan dari dalam autoklaf, setelah dingin diberi etiket, brosur
dan kemasan.
BAB V
PEMBAHASAN
Ampul adalah wadah kedap udara yang memiliki ujung yang runcing
(leher) dan bidang dasar datar. Sedangkan sediaan ampul adalah bentuk sediaan
steril yang berupa larutan yang pemakaiannya hanya sekali atau sering disebut
dosis tunggal.
Adapun tabel pengamatan atau hasil pengamatan yang kami peroleh yaitu :
a. Tabel ampul 1
dimana hasil yang didapat yaitu 7 ini menandakan tidak memenuhi standar atau
kriteria karena standar yang memenuhi adalah 3,5-6,5. Lalu pengujian kedua
yang dilakukan adalah kejernihan dan warna, dimana hasil yang diperoleh yaitu
ketiga dilakukan adalah bahan partikulat dalam ampul, pada pengujian ini kami
tidak melakukannya karena tidak ada bahan partikulat dalam ampul. Lalu
pengujian terakhir yang dilakukan adalah uji kebocoran, dimana hasil yang
diperoleh adalah tidak bocor, ini menandakan sudah memenuhi standar yang
diinginkan.
b. Tabel ampul 2
FI Edisi
Tidak
1 Uji pH 3,5-6,5 7 IV (1039-
memenuhi
1040)
Kejernihan FI Edisi
2 Jernih Jernih Memenuhi
dan Warna IV (998)
Bahan FI Edisi
3 partikulat Jernih - - IV (981-
dalam ampul 982)
Gaya
Uji Tidak larutan
4 Tidak bocor Bocor
kebocoran Memenuhi parentera
l
Pada ampul 2, jenis pengujian pertama yang dilakukan yaitu uji pH dimana
hasil yang didapat yaitu 7 ini menandakan tidak memenuhi standar atau kriteria
karena standar yang memenuhi adalah 3,5-6,5. Lalu pengujian kedua yang
dilakukan adalah kejernihan dan warna, dimana hasil yang diperoleh yaitu
ketiga dilakukan adalah bahan partikulat dalam ampul, pada pengujian ini kami
tidak melakukannya karena tidak ada bahan partikulat dalam ampul. Lalu
pengujian terakhir yang dilakukan adalah uji kebocoran, dimana hasil yang
diinginkan.
c. Tabel ampul 3
Pengujian a n
FI Edisi
Tidak
1 Uji pH 3,5-6,5 7 IV (1039-
memenuhi
1040)
Kejernihan FI Edisi
2 Jernih Jernih Memenuhi
dan Warna IV (998)
Bahan FI Edisi
3 partikulat Jernih - - IV (981-
dalam ampul 982)
Gaya
Uji Tidak larutan
4 Tidak bocor Bocor
kebocoran Memenuhi parentera
l
Pada ampul 3, jenis pengujian pertama yang dilakukan yaitu uji pH dimana
hasil yang didapat yaitu 7 ini menandakan tidak memenuhi standar atau kriteria
karena standar yang memenuhi adalah 3,5-6,5. Lalu pengujian kedua yang
dilakukan adalah kejernihan dan warna, dimana hasil yang diperoleh yaitu
ketiga dilakukan adalah bahan partikulat dalam ampul, pada pengujian ini kami
tidak melakukannya karena tidak ada bahan partikulat dalam ampul. Lalu
pengujian terakhir yang dilakukan adalah uji kebocoran, dimana hasil yang
diinginkan.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
1. Ampul adalah wadah kedap udara dengan ujung runcing (leher) dan
2. Salah satu syarat penting ampul adalah bebas dari bahan partikulat
ADME
sekali
VI.2 Saran