Kelompok 4
1. Monica ( PO.71.39.1.18.020 )
2. Nabilah Putri Rizqi ( PO.71.39.1.18.022 )
3. Nurlaila Hadiyaningsih ( PO.71.39.1.18.023)
4. Oka Selviana ( PO.71.39.1.18.024 )
5. Oktarisa ( PO.71.39.1.18.025 )
6. Picky Pernanda ( PO.71.39.1.18.026 )
Kelas :
Reguler II A
Dosen Pembimbing :
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes
NILAI PARAF
II. TUJUAN
A. Tujuan mahasiswa mampu membuat sediaan steril berupa infus dengan
NaCl, KCl dan CaCl2 sebagai zat berkhasiatnya serta melakukan
teknik pembuatannya.
B. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan infus ringer.
III. TEORI
A. Definisi Infus
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Halaman 12, Infus intravenous
adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat
mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena,
dengan volume relarif banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidak
diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel.
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabatidengan air pada suhu 30o selama 15 menit (Farmakope Indonesia Ed. IV
hal 9).
Infus/sediaan parenteral adalah pemberian injeksi intravena dalam
pemberian besar dan terhitung mulai volume lebih dari 100 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Sediaan parenteral volume besar dirancang untuk memberikan asupan
cairan (air), kalori (larutan dektrose), elektrolit (larutan garam), atau kombinasi
bahan yang telah diuraikan dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan
dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Ketika terjadi gangguan hemostatif,
maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan air dan
elektrolit.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, yang terbuat
dari plastik/gelas, steril, bebas pirogen serta bebas dari bahan partikulat lainnya.
Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus
intravena karena untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh
pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti
asam amino, dektrosa, elektrolit dan vitamin. Beberapa larutan parenteral volume
besar dan larutan steril juga digunakan sebagai obat.
Infus cairan intravena ( intravenous fluids infusion ) adalah pemberian
sejumlah cairan kedalam tubuh, melalui sebuah jarum, kedalam sebuah pembuluh
vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh. Infus terdiri dari beberapa komponen utama yaitu :
1. Botol infus : merupakan wadah dari cairan infus, biasa dijumpai dijual
dalam tiga ukuran 500 mL, 1000 mL dan 1500 mL .
2. Selang infus : merupakan sarana tempat mengalirnya cairan infus .
3. Klem selang infus : merupakan bagian untuk mengatur laju aliran dari
cairan infus, dengan mempersempit atau memperlebar jalur aliran pada
selang.
4. Jarum infus : Sarana masuknya cairan infus dari selang infus menuju
pembulu vena. Prinsip kerja dari cairan infus sama seperti sifat dari air yaitu
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dipengaruhi oleh
gaya grafitasi bumi sehingga cairan akan selalu jatuh kebawah. Pada sistem infus
laju aliran infuse diatur melalui klem selang infus, jika klem digerakan untuk
mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan menjadi lambat
ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan infus/menit yang keluar dan sebaliknya
bila klem digerakan untuk memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju
cairan infus akan menjadi cepat ditandai dengan banyaknya jumlah tetesan .
(Muslim, 2010, hal : 3)
Suatu kerja optimal dan tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral kemudian hanya diberikan jika persyaratan berikut terpenuhi :
1. Penyesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan dan nyata-nyata
terdapat, tidak ada penurunan kerja selama penyimpanan melalui
perusakan secara kimia dari obat dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan
suatu pengambilan steril, melainkan juga menolak antaraksi antara beban
obat danmateri dinding.
3. Tersatukan tanpa reaksi. Untuk itu yang bertanggung jawab terutama
bebaskuman, bebas pirogen, bahan pelarut yang netral secara fisiologis,
isotoni,isohidri, bebas bahan terapung (Voight, 1994).
B. Syarat-syarat sediaan parenteral volume besar
1. Harus steril, untuk menjamin produk sediaan dengan proses
sterilisasi yang sah dan pengemasan produk dalam bentuk yang
steril
2. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis
3. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna
4. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis
yang sama dengan cairan tubuh lain seperti darah, airmata, cairan
lumbal dengan tekanan osmosis NaCl 0,9 %
5. Non pirogenik, terbebas dari segala macam bentuk pirogen
6. Dikemas dalam wadah dosis tunggal, wadahnya biasa terbuat dari
gelas atau plastik fleksibel.
2. Kerugian
Harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan waktu pemberian
lebih lama
Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan
prosedur aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak
selalu dapat dihindari
Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada
dalam sirkulasi sistemik
Harganya relatif lebih mahal
Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral
seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilias karena pencampuran
sediaan parenteral dan interaksi obat
Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikel
partikulat, bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus
disadari oleh semua personel yang terlibat.
Kekeliruan pemberian obat/dosis hampir tidak mungkin diperbaiki
terutama sesudah pemberian intravena
Farmakokinetik
Natrium klorida diabsorbsi baik pada saluran cerna. Infus natrium klorida
diberikan secara intravena dan dapat langsung masuk ke dalam sirkulasi
sitemiksehingga bioavailabilitasnya 100%. Kelebihan sodium akan diekskersi
paling banyak melalui ginjal, dan sebagian kecil hilang melalui feses dan
keringat (BNF 48, 2004).
Farmakodinamik
Hampir seluruh natrium yangdikonsumsi (3.7 g/hari) diabsorpsi, terutama di
usus halus. Natrium yang diabsorpsi dibawa oleh aliran darah ke ginjal Setelah
itu Na disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup
untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan
dikeluarkan melalui urin.
Efek samping
Efek samping pada overdose berupa udema dan naiknya tekanan darah
berhubung bertambahnya volume plasma akibat peningkatan air oleh Na.
Dosis
Dosis untuk kompensisasi kehilangan Na akibat kerja berat dan terlalu banyak
minum air: 5-10 g NaCl, sebaiknya sebagai larutan 1 g per liter.
IV. DATA PENDUKUNG
Data Zat Aktif (Fornas Edisi II, 1978 hal.203)
Nama Bahan Cara pH Cara E Khasiat
Zat Pembantu Suntik Stabilitas Sterilisasi
Aktif
Natrii KCl Intravena 5,0 - 7,5 Diterilisasikan 1 Menggantik
Chlorid CaCl2 dengan cara an cairan
-um Carbo sterilisasi A elektrolit
adsorben atau C dan yang hilang
segera di di dalam
dinginkan tubuh
Perhitungan Osmolaritas
1. BM NaCl = 58, 5
4,3 / 0,5
NaCl = 𝑥 1000 𝑥 2 = 294,01
58,5
2. BM KCl = 74,55
0,15 / 0,5
KCl = 𝑥 1000 𝑥 2 = 8,024
74,55
3. BM CaCl2 = 147
2,4 / 0,5
CaCl2 = 𝑥 1000 𝑥 3 = 97,959
147
Perhitungan Bahan
Volume Total :
Kelebihan volume tiap wadah untuk cairan encer lebih dari 50 ml
yaitu 2%
Maka, volume sediaan yang dimasukkan dalam flakon adalah :
500 ml + (500 ml x 2%) = 500 ml + 10 ml = 510 ml
Kelebihan volume total untuk antisipasi kehilangan selama proses
yaitu 20%
Maka, Volume total yang dibuat adalah :
500 ml + (500 ml x 20%) = 500 ml + 100 ml = 600 ml
Perhitungan bahan =
1. NaCl = 0,86/100 x 600 ml = 5,16 gram
Dilebihkan 5% = 5,16 gram + (5/100 x 5,16 gram) = 5,418 gram
2. KCl = 0,03/100 x 600 ml = 0,18 gram
Dilebihkan 5% = 0,18 gram + (5/100 x 0,18 gram) = 0,189 gram
3. CaCl2 = 0,48/100 x 600 ml = 2,88 gram
Dilebihkan 5% = 2,88 gram + (5/100 x 2,88 gram) = 3,024 gram
4. Aqua Pro Injeksi ad 600 ml
5. Carbon aktif yang digunakan = 0,1%
= 0,1/100 x 600 ml
= 0,6 gram
Waktu Sterilisasi
Alat yang Cara
No. Paraf Paraf
Dipakai Sterilisasi Awal Akhir
Pengawas Pengawas
Autoclave 13.30 14.00
1. Gelas ukur
30 menit
Autoclave 13.30 14.00
2. Corong gelas
30 menit
Autoclave 13.30 14.00
3. Pipet tetes
30 menit
Autoclave 13.30 14.00
4. Kertas saring
30 menit
Autoclave 13.30 14.00
5. Perkamen
30 menit
Flambeer 13.20 13.20.20”
6. Pinset
20 detik
Flambeer 13.21 13.21.20”
7. Gelas arloji
20 detik
Flambeer 13.22 13.22.20”
8. Pengaduk kaca
20 detik
Oven 13.30 14.30
9. Botol Infus
60 menit
Oven 13.30 14.30
10. Erlenmeyer
60 menit
Oven 13.30 14.30
11. Beaker glass
60 menit
Direbus 13.40 14.40
12. Karet pipet
30 menit
Oven 60 13.20 13.40
13. Carbo adsorben
menit
XII. EVALUASI
1. Kejernihan
Kejernihan sediaan ditandai dengan tidak adanya kotoran atau zarah
pada sediaan,larutan jernih jika berwarna maka sesuai dengan warna
zat yang terdapat pada sediaan. Prosedur kejernihan adalah melihat
ampul pada latar yang gelap (dengan menggunakan kertas karbon)
lalu dilihat adakah kotoran yang mengapung pada sediaan.
2. pH
Alat : kertas pH dan pH meter
Prosedur :
Dengan kertas pH
Didapat pH = 6
Dengan pH meter = 5,57
a. pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar standar yang pH sama
dengan pH yang akan diukur.
b. Batang electrode pH meter dibersihkan dengan aquadest dan
dikeringkan.
c. Batang electrode dicelupkan dalam sediaan injeksi yang akan
diukur pH nya.
d. Menekan auto read lalu enter.
e. Tunggu angka sampai berhenti lalu catat pH.
XIII. PEMBAHASAN
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada infus NaCl didapatkan hasil
evaluasi awal pada saat sediaan injeksi tetes mata ialah sediaan yang jernih
dengan pH 6 yang diuji dengan kertas pH, serta bobot 500 ml untuk satu
flakon
Dari keterangan diatas membuktikan bahwa sediaan ini layak untuk digunakan
dengan rentang pH yang stabil, bobot tetap sama, dan sediaan tetap jernih/
bebas pirogen.
XIV. PENGEMASAN
Brosur
NACITRIMIN INFUS
Infus NaCl Majemuk
Komposisi:
Tiap 500 ml mengandung :
NaCl…................................................................................................ 4,3 g
KaCl.................................................................................................... 0,15 g
CaCl2................................................................................................... 2,4 g
Elektrolit: mmol/L
Na+...................................................................................................... 147,01
K+........................................................................................................ 4,03
Ca2+..................................................................................................... 86,49
Cl-....................................................................................................... 237,53
Indikasi:
Mengatasi dehidrasi, menggantikan cairan ekstraseluler tubuh dan ion Cl yang
hilang, mengembalikan keseimbangan elektrolit.
Kontraindikasi:
Hipertensi, hipematremia, gangguan fungsi ginjal.
Dosis:
Injeksi intravena 5 - 7,7 ml/kg BB/jam
Maksimal 3000 ml/70kg BB/hari
Efek samping:
Panas, iritasi dan infeksi pada tempat penyuntikan trombosis atau flebitis vena
yang meluas dari tempat penyuntikan dan ekstravasasi.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar 25-30oC.
Diproduksi Oleh:
PT. BintangPharma
Palembang – Indonesia
Etiket
Kotak Kemasan
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA