Anda di halaman 1dari 62

PENUNTUN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

Oleh :

Aris Purwanto, M.Farm., Apt

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi
Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril

Banjarmasin
2019

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 0


KATA PENGANTAR

Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril dengan bobot 1 SKS


diselenggarakan pada setiap semester sebanyak 12 kali praktikum, satu kali satu minggu
dengan waktu tiga (tiga) jam.
Praktikum dilaksanakan dalam dua tahap :
1. Tahap pertama sebanyak 9 kali praktikum (9 lembar kerja). Sebelum praktikum, semua
tahapan kerja diterangkan oleh instruktur yang bertugas.
2. Tahap kedua sebanyak 2 kali praktikum, masing-masing satu lembar kerja (formula)
yang diberikan langsung kepada praktikan sebelum melakukan praktikum. Pada akhir
praktikum diadakan diskusi dengan instruktur yang bertugas mengenai penyelesaian
formula yang sudah dikerjakan.
3. Tahap Ujian, yaitu 1 kali ujian akhir.

Demikian penuntun praktikum ini disusun agar mahasiswa dapat menyelesaikan


tugas praktikum di Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril dengan hasil
yang optimal.

Banjarmasin, Februari 2019

Penyusun

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 1


TATA TERTIB PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

1. Sebelum praktikum dimulai, diadakan responsi oleh instruktur praktikum untuk 9


kali praktikum, selanjutnya diberikan formula langsung.
2. Semua praktikan diwajibkan mengikuti responsi dan harus berada di ruangan
praktikum paling lambat 10 menit sebelum responsi dimulai.
3. Bila praktikan tidak dapat mengikuti praktikum, yang bersangkutan harus melapor
kepada instruktur praktikum.
4. Bila praktikan tidak mengikuti praktikum lebih dari dua kali dengan alasan/tanpa
alasan, tidak boleh mengikuti ujian akhir praktikum.
5. Praktikan harus menggunakan sarung tangan, masker, tutup kepala, jas lab., dan
sandal jepit dan membawa lap bersih.
6. Selama praktikum berjalan, praktikan tidak diperbolehkan ke luar ruangan
praktikum, kecuali atas izin instruktur praktikum.
7. Setelah selesai melakukan praktikum, praktikan harus membereskan dan
mengembalikan alat-alat praktikum serta membersihkan ruangan praktikum,
mematikan lampu/gas, air dan oven.
8. Setiap praktikan diharuskan membuat laporan setiap hasil praktikum, paling lambat
seminggu setelah selesai praktikum untuk modul tertentu.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 2


LANGKAH KERJA YANG HARUS DILAKUKAN
DALAM PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI
SEDIAAN STERIL

I. FORMULA
Baca seksama formula apa yang akan dibuat.

II. SPESIFIKASI
A. Bahan berkhasiat
Meliputi : - pemerian bentuk fisik
- kelarutan
- titik leleh/lebur
(sebutkan referensinya darimana)

B. Dosis
Meliputi : - Dosis Lazim
Adalah dosis sediaan yang lazim dibuat. Sediaan parenteral
dapat dilihat di Farmakope Indonesia, Martindale, Fornas dll.
Sediaan obat tetes mata dapat dilihat di Vandemikum Belanda,
Fornas, USP dll.
- Dosis Maksimum
Sediaan parenteral dapat dilihat di Farmakope Indonesia. Untuk
dosis tunggal dasar perhitungannya adalah satu hari satu kali satu
ampul. Untuk dosis ganda (multiple dose) dasar perhitungannya
adalah satu hari satu kali satu mililiter.

C. Daftar Obat
- Obat keras
- Obat keras terbatas
- Obat bebas
Dasarnya adalah Peraturan Pemerintah/Menkes RI
(Peraturan Undang-Undang Farmasi)

D. Sediaan Obat
Meliputi :
- Pemerian : apakah dalam bentuk larutan, suspensi atau salep dll.
- Stabilitas
i. OTT : Ditulis OTT yang berhubungan dengan formulasi,
bukan dengan obat (farmakologi). Bisa ada penjelasan yang
diperlukan untuk mengatasi OTT tersebut.
ii. pH : Yang dimaksudkan adalah pH stabilitas. Dijelaskan
perlu tidaknya pemakaian Buffer dan sebagainya.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 3


iii. Pengawet :
meliputi : - jenis dan banyaknya pengawet yang dipakai
- kombinasi pengawet
iv. Antioksidan :
Meliputi : - Air bebas O2/air bebas CO2
- Jenis dan banyaknya antioksidan yang dipakai
- Penggunaan gas inert
- Terlindung dari cahaya
- Wadah berwarna
v. Stabilisator :
Meliputi :

Perlu tidaknya penambahan zat stabilisator dan
dijelaskan sebabnya

Jenis stabilisator dan banyaknya

Fungsinya, misalnya Dinatrii Edetas : untuk mengikat
logam berat; mencegah perubahan
warna larutan; memperkuat kerja pengawet
(Tulis referensinya)

- Tonisitas
Meliputi : - Kelengkapan harga E (Ekivalensi NaCl yang
diperlukan agar larutan isotonis), tb (derajat penurunan titik
beku), C (konsentrasi zat). (Referensinya ditulis)

- Perhitungan : dengan rumus penurunan titik beku; Ekivalensi


NaCl.

Untuk sediaan parenteral harus isotonis atau sedikit hipertonis.


Tonisitas untuk obat tetes mata terletak antara 0,6% - 1,5%.

III. STERILISASI
A. Alat-alat
Dituliskan semua alat yang dipergunakan dalam membuat formula yang
diminta. Disebutkan cara sterilisasinya dan waktu sterilisasi yang
diperlukan.
B. Sediaan Obat
Formularium Nasional edisi II :
A. Pemanasan dalam otoklaf
- Volume larutan kurang dari 100 ml, 115o – 116o C, 30 menit
- Volume larutan lebih dari 100 ml, waktu pemanasan diperpanjang
B. Pemanasan dengan bakterisida
- Volume larutan tidak lebih dari 30 ml, 98o – 100o C (U.A.M.), 30
menit

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 4


- Volume larutan lebih dari 30 ml, waktu pemanasan diperpanjang
C. Penyaringan dengan bakteri filter steril, dikerjakan secara aseptik
D. Pemanasan kering (dalam oven)

120o C → 2 jam; 150o C →1 jam; 170o C → ½ jam.

PDA Technical Monograph (2005)


a. Overkill Method
Metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada
suhu 121 ºC selama 15 menit
b. Bioburden Sterilization
Adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan
terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa
lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan
dengan tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10-6.

Secara aseptik : masing masing zat yang dapat disterilkan harus dilakukan
rp ( resenter paratus) misal pada pembuatan salep mata,
basis salep disterilkan dengan pemanasan kering, zat aktif
yang tidak tahan panas dicampurkan dalam mortir yang
telah disterilkan terlebih dulu.
(Tulis referensinya)

IV. FORMULA LENGKAP


Di sini dituliskan semua komponen dan jumlahnya, dapat dalam satuan berat
maupun prosen. Bila satuan dalam prosen, banyaknya pembawa tidak perlu
disebutkan jumlahnya.

V. PENIMBANGAN
Untuk ampul selalu dibuat 2 ampul berlebih.
Untuk larutan infus(100 ml – lebih) ditambahkan 5%.
Volume larutan yang dibuat dibulatkan dengan kelipatan 5 keatas.
Penimbangan minimal adalah 10 mg.
Untuk jumlah yang kecil selalu dilakukan pengenceran.

VI. PROSES PENGOLAHAN


Dituliskan dengan ringkas tahapan-tahapan dalam membuat formula tersebut.
Waktu sterilisasi, pemanasan, penambahan larutan asam atau basa dan
pengujian pH larutan harus diparaf pengawas.

VII. ETIKET DAN LABEL


Pada etiket harus tercantum :
- Nama pabrik
- Nomor batch
- Tanggal pembuatan

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 5


-
Volume wadah
-
Komposisi, ditulis penuh sesuai dengan nama resmi dan
jumlahnya
- Cara pemakaian dan Waktu kadaluarsa
Untuk label obat keras : “HARUS DENGAN RESEP DOKTER”

DAFTAR TABEL

1. Daftar Pengawet
2. Daftar Volume yang dianjurkan untuk Sediaan Parenteral
3. Daftar Anti Oksidan
4. Daftar Dapar Untuk Larutan Parenteral

MODUL-MODUL PRAKTIKUM

1. Praktikum I Modul Pengenalan Alat dan Sterilisasi dan Modul Sterilisasi Ruang
2. Praktikum II Modul Injeksi Kering dan Uji Sterilitas
3. Praktikum III Modul Sediaan Injeksi Pembawa Air
4. Praktikum IV Modul Sediaan Tetes Mata Pembawa Air
5. Praktikum V Modul Sediaan Injeksi Pembawa Non Air/Emulsi/Suspensi
6. Praktikum VI Modul Sediaan Infus
7. Praktikum VII Modul Uji Pirogenitas
8. Praktikum VIII Modul Sediaan Salep/Krim Steril
9. Praktikum IX Modul Tanpa Responsi/Latihan Ujian
10. Praktikum X Modul Tanpa Responsi/Latihan Ujian
11. Praktikum XI Ujian

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 6


Tabel 1 : Senyawa Bakterisida yang dipakai sebagai Bahan Pengawet untuk
Larutan Parenteral dengan Pembawa Air

Nama Zat Kadar yang biasa dipakai (%)


Benzalkonium klorida 0,01
Benzethonium klorida 0,01
Klorheksidin 0,05
Benzilalkohol 1,0
Fenilalkohol 0,5
Klorobutanol 0,5
Klorokresol 0,3
Kresol 0,5
Metil paraben 0,02
Propil paraben 0,5
Fenol 0,5
Bromopol 0,5
Fenilmerkurinitrat 0,002
Thiomersalat 0,01

Tabel 2 : Volume Tambahan yang dianjurkan untuk Sediaan Parenteral (FI IV 1995)

Volume pada etiket Cairan Encer Cairan Pekat


0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 7


Tabel 3 : Daftar zat anti oksidan yang dipakai dalam Sediaan Parenteral

Kadar maksimum yang


Senyawa dianjurkan
( mgram /100 ml)
Asam askorbat 100
Ester asam askorbat 15
Crytein 500
Natriibisulfit 150
Natrii metabisulfit 150
Natrii formaldehid sulfoxilat 100
Aseton Sodium bisulfit 200
Etilendiamin tetraasetikacid (EDTA)
dan garamnya 50
Asam sitrat 100
Butilated hydroksi anisole* 20
Butylated Hydroksi Toluene* 20
Tocopheryl* 500
Nor dihidroguaiaretic acid (NDGA)* 10
* pembawa minyak

Tabel 4 :Daftar dapar yang biasa digunakan dalam Larutan Parenteral

Garam pH range
Sitrat 2,5 - 6,5
Tatrat 3 - 5
Asetat 3,5 - 5,5
Fosfat 6 - 8
Glutamat 8,2 - 10,2
Karbonat 9,5 - 11

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 8


Praktikum I
PENGENALAN ALAT

Kompetensi : mahasiswa mengenal dan mengetahui fungsi dari tiap-tiap alat.

Berikut daftar alat-alat lab. T&F Sediaan Steril yang perlu dikenal:

Alat-alat elektrik

• Autoklaf
• Incubator
• Oven
• Timbangan digital
• Biological Safety Cabinet (BSC) / Laminar Air Flow
• Alat penutup ampul

Alat-alat gelas dan keramik

• Cawan Petri
• Pipet ukur
• Pipet tetes
• Tabung reaksi
• Labu Erlenmeyer
• Mortar & pestle
• Beaker glass
• Bunsen burner
• Gelas ukur

Alat-alat non gelas

• Spatula logam
• Pinset
• pH meter universal
• Syringe

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 9


Autoklaf (Autoclave)

1. Panci luar.
2. Panci dalam tempat meletakkan botol dengan alur tempat saluran uap.
3. Tutup beserta penunjuk tekanan dan saluran uap.
4. Katup pengeluaran uap.
5. Pengunci atau klem.

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan
dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada
umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang
bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per
square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.

Cara Penggunaan :

1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 10


(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15‟ dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun
hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge
menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi
autoklaf dengan hati-hati.

· Inkubator (Incubator)

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu
untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.

· Oven

Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri,
pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan
timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.

· Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil


· Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 11


· Biological Safety Cabinet

Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah
alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan
dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam
sebelum digunakan. Prosedur penggunaan BSC seri 36212, Purifier™ Biological Safety
Cabinet dari LABCONCO adalah sebagai berikut:

1. Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum mulai


bekerja
2. Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah
3. Nyalakan lampu neon dan blower
4. Biarkan selama 5 menit
5. Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal / alkohol 70 %
6. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % atau desinfektan yang cocok
dan biarkan menguap
7. masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh (overload)
karena memperbesar resiko kontaminan
8. Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke BSC sedemikian rupa sehingga efektif
dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril
9. Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi gunakan
yang berbahan bakar gas.
10. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas
kerja
11. setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar dari BSC
12. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan menguap lalu
tangan dibasuh dengan desinfektan
13. Matikan lampu neon dan blower

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 12


· Cawan Petri (Petri Dish)

Cawan Petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi)


mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan
cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan Petri tersedia dalam
berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15
cm dapat menampung media sebanyak 15 - 20 ml, sedangkan cawan
berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.

· Pipet Ukur (Measuring Pippete)

Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan


volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran
kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml
dan 10 ml. Cara penggunaannya adalah cairan disedot dengan
pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang
diinginkan. Volume yang dipindahkan dikeluarkan mengikuti
skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar
dengan meniskus cekung cairan) dengan cara menyamakan
tekanan filler dengan udara sekitar.

· Pipet tetes (Pasteur Pippete)

Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan


tidak diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam
menambahkan HCl / NaOH saat mengatur pH media, penambahan
reagen pada uji biokimia, dll.

· Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)

Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji


biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat
diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat
berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil.
Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur
menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak
(deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Untuk membuat
agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu
luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit
atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu
dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan efisiensi,
media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 13


· Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)

Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Labu Erlenmeyer


dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan
komposisi media, menampung aquades, kultivasi mikroba dalam kultur
cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat
ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000
ml, dsb.

Gelas ukur (Graduated Cylinder)

Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer,


gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada
saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan
berdasarkan meniskus cekung larutan.

· Mortar dan Pestle

Mortar dan penumbuk (pastle) digunakan untuk menumbuk atau


menghancurkan materi cuplikan, misal daging, roti atau tanah sebelum
diproses lebih lanjut.

· Beaker Glass

Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di dalam


mikrobiologi, dapat digunakan untuk preparasi media media, menampung
aquades dll.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 14


· Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)

Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah
pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang
paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru
(paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau
metanol.

· Spatula logam

Berguna untuk mengambil bahan-bahan yang akan ditimbang

· Timbangan digital

· Pinset

Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk mengambil benda


dengan menjepit misalnya saat memindahkan cakram antibiotik.

· pH Indikator Universal

berguna untuk mengukur/mengetahui pH suatu larutan. Hal ini sangat


penting dalam pembuatan media karena pH pada media berpengaruh
terhadap petumbuhan mikroba. Kertas pH indikator dicelupkan sampai
tidak ada perubahan warna kemudian strip warna dicocokkan dengan skala
warna acuan.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 15


STERILISASI
Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dg autoklaf, filtrasi dan mahasiswa dapat
melakukan kerja aseptis

Sterilisasi :

1. Pengertian sterilisasi
2. Macam-macam sterilisasi
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
b. Sterilisasi secara fisik
· Pemanasan
- Dengan api langsung
- Panas kering
- Uap air panas
- Uap air panas bertekanan
· Penyinaran UV
c. Sterilisasi secara kimia dengan larutan disinfektan
3. Prosedur/Teknik aseptis
a. Mensterilkan meja kerja
b. Menuang media
4. Prinsip cara kerja autoklaf
5. Sterilisasi dengan cara penyaringan
6. Sterilisasi Tyndalisasi
7. Sterilisasi dengan udara panas
8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 16


Pengertian
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan.

Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
· Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, spatula, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf
· Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 17


Berbagai prosedur umum kerja yang membutuhkan teknik aseptik

Desinfeksi meja kerja

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 18


Saran-saran kerja aseptis :

1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer


sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk)
dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, spatula, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau
dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas
yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian
api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di
luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin
kondisi aseptisnya

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 19


Prinsip cara kerja autoklaf

Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan
suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu
dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan
kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya
untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa)
selama 15 menit.

Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air


mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi.
Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea
level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf
yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15
psi maka air akan memdidih pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea
level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu
disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan
dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua
bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15
menit.

Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan
uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam
autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam
autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai,
sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi.
Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.

Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba
pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore
strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisasi lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan
autoklaf telah bekerja dengan baik.

Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :

- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Pelarut organik, seperti fenol
- Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS (Sodium Dodecyl Sulfate)

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 20


Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya
substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :

- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam
mineral lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0

Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang
dibiarkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka
sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)

Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika
terkena panas atau mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu
saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan
diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan
metode ini.

Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara :

· Non-disposable filtration apparatus


- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 ml

· Disposable filter cup unit


- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml

· Disposable filtration unit dengan botol penyimpan


- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml

· Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml

· Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 21


Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus

• Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld, Chamberland Zeitz),


membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung.
• Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu isi corong
dengan larutan yang akan disterilkan.
• Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan pompa.
• setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung dierlenmeyer, maka
larutan dapat dipindahkan kedalam gelas penampung lain yang sudah steril dan
tutup dengan kapas atau aluminium foil yang steril.

Tyndalisasi

Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak
tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu
yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati
disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.

Cara kerja :

• Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat
atau aluminium foil.
• Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar
menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
• Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C
kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan
mematikan mikroba).
• Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 22


• Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang
waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang
belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.

Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)

Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan Petri,
pipet ukur dan labu erlenmeyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan
timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
• Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
• Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.

Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet

Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang steril untuk kerja mikrobiologi.
BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor
(dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.

BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau Class II
vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi
didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di
dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang
BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak
lepas keluar ke ruangan lain.

Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 23


BSC yang digunakan di Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas II yang
memiliki konfigurasi udara seperti gambar disamping ini. Udara yang
berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk kesaluran bawah
yang bergabung dengan udara dari meja kerja yang dimungkinkan
mengandung bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja
disedot dari depan meja kerja. Kemudian udara kotor ini disaring oleh
penyaring HEPA dan disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke
meja kerja sebagai udara bersih.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 24


Fakultas Farmasi PROSEDUR TETAP Halaman 1 dari 3
STERILISASI RUANG
MENGGANTI
Lab. Formulasi & NO.DOKUMEN : P1. FTS.001 NO : -
Teknologi Steril TANGGAL : TANGGAL : -
Disusun oleh : : DISETUJUI :
DIPERIKSA OLEH
OLEH

1. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang mempunyai daya hidup di
dalam suatu ruangan aseptis.

2. RUANG LINGKUP
Dilakukan terhadap ruangan aseptis yang akan digunakan sebagai ruang pembuatan
sediaan yang dibuat secara aseptis maupun dalam pembuatan sediaan injeksi kering.

3. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril.

4. PERHATIAN KHUSUS
Pengujian dilakukan di ruang steril.

5. PERALATAN DAN
REAGENSIA 5.1. Peralatan Uji
- Cawan petri : 4 buah
- Erlenmeyer 500 ml : 1 buah
- Alat Swabb
- Oven dan inkubator
- Gelas ukur 100 ml
- Ottoklaf

5.2. Reagensia
- Aquadest steril
- Alkohol 70 %
- Trypticase Soy Agar

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 25


6. PERSIAPAN UNTUK PENGUJIAN
6.1. Sanitasi ruangan untuk pengujian
Sebelum melakukan pengujian, bersihkan ruangan dengan menggunakan fenol
dan usap dasar LAF dengan alkohol 70 %, kemudian nyalakan lampu UV di LAF
selama 1 jam. Ketika akan melakukan pengujian, matikan lampu UV dan
nyalakan lampu neon dan nyalakan aliran udara. LAF siap digunakan.

6.2. Pembuatan Media Agar padat untuk Pemantauan lingkungan (TSA) Timbang 40
gram TSA, larutkan dalam 1 L Aquadest, lalu didihkan sampai semua larut.
Sterilkan larutan agar dalam Otoklaf pada temperatur 121ºC selama 20 menit.
6.3. Persiapan peralatan
a. Pakaian, sarung tangan, masker dan sepatu :
Disterilkan dalam Otoklaf pada temperatur 121ºC, selama 20 menit kemudian
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85ºC, selama 3 jam.

b. Alat-alat gelas
Masing-masing dibungkus dengan kertas roti, atau kertas biasa, lalu
disterilkan di oven, pada temperatur 180ºC, selama 1 jam dan otoklaf 121 ºC,
selama 20 menit.

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF


Beaker glass Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Cawan petri Otoklaf 121 ºC 15‟
Erlenmeyer 500 ml Otoklaf 121 ºC 15‟
Erlenmeyer 250 ml Otoklaf 121 ºC 15‟

7. CARA PENGUJIAN

No. Pengolahan Paraf


Sterilkan alat-alat yang akan digunakan dalam otoklaf dan
1
oven
Siapkan semua reagesia yang diperlukan untuk Uji Cemaran
2
Mikroorganisme.
Lakukan pemantauan lingkungan, dengan menempatkan
3 cawan media untuk bakteri dan jamur di dalam LAF dan di
luar LAF untuk kelas 10.000 selama 15 menit.

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 26


Tutup cawan media, kemudian inkubasikan pada temperatur
4
37ºC selama 24 jam atau 2x 24 jam.
5 Interpretasi hasil

8. HASIL PENGUJIAN

Hasil
No cawan Tidak ada Paraf
Ada pertumbuhan
pertumbuhan
1
2
3
4

9. REFERENSI
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB

10. SEJARAH PERUBAHAN


Protap yang pertama kali diberlakukan

11. PENINJAUAN KEMBALI


11.1 Protap ini harus ditinjau kembali setiap 2 tahun sekali atau kalau ada
perubahan.
11.2 Bila revisi tidak diperlukan, maka penanggung jawab membubuhkan paraf dan
tanggal pada dokumen induk sebagai tanda tidak diperlukan tindak lanjut
11.3 Bila revisi diperlukan, maka seluruh protap harus ditulis ulang dan diberi
nomor revisi yang baru.

12. DISTRIBUSI
Asli : Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril
Tembusan : Kepala Laboratorium Mikrobiologi

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 27


Praktikum II

Nomor Batch : S 18 01 600


Tanggal :
DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH
Manager Produksi
Waktu
Volume
Kode Produk Nama Produk Bentuk Kemasan Pengolahan
Produksi
Injeksi
Stepto-inj 5 ml Vial 5 mL
kering

I. FORMULA :

Streptomisin Sulfat 10%


Obat suntik dalam vial 5 ml no.I

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat : Streptomisin Sulfat


Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih; tidak berbau; higroskopis.
(FI, ed.IV, h.760)
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat sukar larut dalam etanol;
praktis tidak larut dalam kloroform. (FI, ed.IV, h.760)
Titik leleh/lebur : -

B. Dosis :
Dosis lazim : IM 500 mg/sekali; 1 g/sehari (FI, ed.III, h.989)
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -

C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi

D. Sediaan Obat
Pemerian : Serbuk kering
Stabilitas :
OTT :
Pengawet :
Antioksidan :

Stabilisator :

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 28


Tonisitas:
a. Kelengkapan

Zat tb C
Streptomisin sulfat 0.038 10
(Merck Index, 9th)
b. Perhitungan

Perhitungan tonisitas, boleh menggunakan metode lain :


W = 0, 52 - tb. C
0,576

III. STERILISASI

A.Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF


Beaker glass Oven 170oC 30‟
Vial Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Cawan petri Otoklaf 121 ºC 15‟
Gelas ukur Otoklaf 121 ºC 15‟
Erlenmeyer 250 ml Otoklaf 121 ºC 15‟

B. Sediaan Obat
Di buat dengan metode aseptis

IV. FORMULA LENGKAP

Streptomisin Sulfat 10%

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 29


V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 5 ml
Streptomisin Sulfat 100 mg 500 mg

VI. PROSES PENGOLAHAN

No. Pengolahan Paraf


1 Di timbang sejumlah serbuk Streptomisin Sulfat
2 Masukan dalam Vial 5 mL Secara aseptis
3 Tutup dengan penutup Vial dan siap untuk diuji
Sterililitas
Uji Sterilitas
A Pembuatan dan penangan Media Agar padat untuk Pemantauan lingkungan
a. Fluid Thioglycolate Medium ( FTM )
Timbang 29,8 gram FTM, larutkan dalam 1 lt Aquadest,
lalu didihkan sampai semua larut. Sterilkan larutan agar
dalam Otoklaf pada temperatur 121ºC, selama 20 menit.
b. Tryptone Soya Broth ( TSB )
Timbang 30,0 gram TSB, larutkan dalam 1 lt Aquadest,
lalu didihkan sampai semua larut. Sterilkan larutan agar
dalam Ottoklaf pada temperatur 121ºC, selama 20 menit.
B Pengujian Sampel
1 Siapkan semua peralatan steril yang diperlukan untuk Uji
Sterilitas.
2 Siapkan semua reagesia yang diperlukan untuk Uji
Sterilitas.
3 Lakukan pemantauan lingkungan, dengan menempatkan
cawan media untuk bakteri dan jamur di dalam LAF dan
di luar LAF
4 Ambil sampel, kemudian buka sampel seaseptis mungkin
(dengan cara membersihkan wadah sampel
sebelum masuk ke LAF dengan alkohol 70% lalu dibuka
di ruang LAF).
5 Larutkan sampel dengan Aquadest steril (bila sampel
berupa serbuk injeksi) jumlahnya sesuai dengan yang
tertera pada etiket.
6 Tambahkan sampel yang telah dilarutkan + 1 mL masing-
masing ke dalam media FTM dan media TSB, tutup

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 30


tabung media dengan segera.

7 Inkubasikan semua tabung media dalam inkubator pada


temperatur 30 - 35ºC untuk media FTM dan 20 - 25ºC
untuk media TSB, selama 5 sampai 7 hari.

VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM BANJARMASIN


Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola
No Batch : S 18 01 600 Tanggal:

Vial 5 ml

Komposisi : Streptomisin Sulfat 10%

Pemakaian : I.M.
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 31


Praktikum III

Nomor Batch : S 18 02 601


Tanggal :
DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH
MANAGER PRODUKSI
Waktu
Kode Produk Nama Produk Volume Produksi Bentuk Kemasan Pengolahan

Ampul
Efed-1 10 ml Larutan
1 ml

I. FORMULA :

Efedrin HCl 50 mg mg/ml


Obat suntik dalam ampul 1 ml no.III

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat : Efedrin HCl


Pemerian : hablur putih atau serbuk putih halus; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bag. Air, 14 bag. etanol
0
Titik leleh/lebur : 217 - 220 C (FI, ed.III, h.236)
B. Dosis :
Dosis lazim : sc 1-2 X sehari 1/2 – 1 ml Fornas, ed. II, h. 119)
Im sehari 0,8 – 16 mg/kg (FI III, h.933)
Dosis maksimum : im sekali 50 mg, sehari 150 mg (FI III, h.237)
Perhitungan dosis : -

C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi

D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan bening
Stabilitas :
OTT :-
pH : 6,0 – 7,0 (Fornas II, h.119)
Pengawet :-
Antioksidan : - terlindung dari cahaya (Mart. Ed.30, p.1244)
- air injeksi bebas udara (Fornas II, h.119)

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 32


Stabilisator :
Tonisitas:
a. Kelengkapan

Zat tb C
Efedrin HCl 0,169 5

b. Perhitungan tonisitas :
W = 0, 52 - tb. C
0,576
= 0,52 – (0,169 x 5)
0,576
= - 0,564 (hipertonis) bisa dibuat langsung.

III. STERILISASI

A.Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF


Beaker glass Oven 170oC 30‟
Corong & kertas saring Otoklaf 121 oC 15‟
Ampul Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Syringe Otoklaf 121 oC 15‟

B. Sediaan Obat

Disterilkan dengan cara sterilisasi A (Fornas ed 2, hal 211)

IV. FORMULA LENGKAP

Efedrin HCl 50 mg
Aqua pro injection ad 1 ml

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 33


V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 5 ampul/ 10 ml
Efedrin HCl 50 mg 500 mg

VI. PROSES PENGOLAHAN

No. Pengolahan Paraf


1 Dididihkan 25 ml aqua pro injeksi (a.p.i.) dalam beaker
glass selama 10 menit (jam ….. s/d ……)
2 Dilarutkan Efedrin HCl dalam sebagian a.p.i (no.1)
3 Larutan ditambahkan a.p.i ad 10 ml
4 Cek pH larutan. pH = ……
5 Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang
6 Larutan kemudian diisikan ke dalam 4 ampul @ 2,1ml
7 Ampul disemprot dengan uap air, dialiri gas inert lalu
ditutup
8 Disterilisasi dalam otoklaf 115-116oC selama 30 menit
(jam …….. s/d ……)

VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM
BANJARMASIN
Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar
Utara, Batola
No Batch : S 18 02 601 Tanggal:

Ampul 1 ml
Komposisi : Efedrin HCl 50 mg
Aqua pro injection ad 1 ml

Pemakaian : I.M.
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 34


Praktikum IV

Nomor Batch : S 18 01 602 Tanggal :

DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH


MANAGER PRODUKSI
Kode Nama Kode
Nama Produk Kode Produk Nama Produk
Produk Produk Produk
SNa-1 SNa-1 SNa-1

I. FORMULA

Sulfasetamid-Na 15 %
Obat tetes mata 10 ml

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat : Sulfacetamid Na


Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam CHCl3 dan eter (FI IV, h.763)
Titik leleh/lebur : 1820-1840C (Merck, p.9))

B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -

C. Daftar Obat :
Obat bebas terbatas

D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan bening
Stabilitas :
OTT : Benzalkonium klorida, logam berat, CO2.(Mart.31 p.278)
pH : 7,15 – 8,9 (Mart., p.302))
Pengawet : Phenylhidragi nitras (Fornas, h.276)
Antioksidan : Natrii pyrosulfis
Stabilisator : Dinatrii Edetas 0,05% (Khelating agent) (Fornas, h.276)

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 35


Tonisitas:
a. Kelengkapan

Zat tb C
Sulfasetamid Na 0,133 15
Natrii pyrosulfis - 0,1
Phenyl hidragi nitras - 0,001
Dinatrii Edetas 0,132 0,05
(Merck Index)
b. Perhitungan W= 0,52 - tb. C
0,576
= -2,57%

III.STERILISASI

A. Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF


Beaker glass Oven 170oC 30‟
Corong & kertas saring Otoklaf 121 oC 15‟
Pipet tetes mata Otoklaf 121 oC 15‟
Botol tetes mata Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Pipet tetes mata Otoklaf 121 oC 15‟
Syringe Otoklaf 121 oC 15‟

B. Sediaan Obat
Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C dan segera
didinginkan (Fornas ed 2, hal 276)

IV.FORMULA LENGKAP

Sulfasetamid-Na 15 g
Natrii pyrosulfis 10 mg
Phenylhidragi nitras 200 µg
Dinatrii Edetas 5 mg
Aqua Pro Injectione ad 10 ml

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 36


V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
10 ml 15 ml
Sulfasetamid Na 1,5 g 2,25 g
Natrii pyrosulfis 10 mg 15 mg
Phenylhidragi nitras 200 µg 300 µg
Dinatrii edetas 5 mg 7,5 mg

VI. PROSES PENGOLAHAN


No. Pengolahan Paraf
1 Dilarutkan Sulfasetamid Na dalam sebagian aqua pro injeksi
(a.p.i.)
2 Dilarutkan Natrii pyrosulfis dalam sebagian aqua pro injeksi
3 Kedua larutan tersebut dicampur
4 Ditambahkan larutan phenylhidragi nitras ke lar. No (3)
5 Ditambahkan larutan Dinatrii edetas ke lar. No (3)
6 Larutan ditambahkan a.p.i ad mendekati volume akhir
Cek pH = …….
7 Ditambahkan a.p.i ad 15 ml
8 Siapkan botol tetes mata dan pipetnya yang telah di sterilkan
(secara r.p.)
9 Tampung larutan Sulfasetamid Na dengan menggunakan bakteri
filter sebanyak 10,5 ml secara aseptik (sterilisasi akhir)

VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM BANJARMASIN


Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola

No Batch : S 18 01 602 Tanggal:


Botol tetes mata 10 ml
Komposisi : Sulfasetamid Na 1,5 g
Aqua pro injectionum ad 10 ml

Pemakaian : Obat tetes mata


Exp. Date : 2025

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 37


Praktikum V

Nomor Bacth : S 18 03 603 Tanggal :

DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH


MANAGER PRODUKSI
Waktu
Volume
Kode Produk Nama Produk Bentuk Kemasan Pengolahan
Produksi
Larutan Minyak/ Vial 10
Testo-1 15 ml
Suspensi ml

I. FORMULA

Testosteron propionat 10 mg/ml


Injeksi dalam Vial 10 ml No.I

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat : Testosteron propionat


Pemerian : Serbuk atau serbuk kristal putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau (Mart, 1414)
Kelarutan : Tidak larut dalam air
Larut dalam minyak lemak
Larut dalam oleum arachidis 1 : 35
(Mart. ed 28, 1435)
Titil lebur/leleh : 118-1230C

B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -

C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi

D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan minyak
Stabilitas :
OTT : Testosteron propionat OTT dengan alkali dan zat pengoksidasi
pH :-

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 38


Pengawet :-
Antioksidan :-
Stabilisator :-

Tonisitas:
Untuk larutan dalam minyak tidak memiliki tonisitas

III. STERILISASI

A.Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF


Vial 10 ml Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Tutup vial (karet) Otoklaf 121 oC 15‟
Mortir&Stamper Dibakar 20”
Cawan Penguap Api Langsung 20”

B. Sediaan Obat
Pembawa obat (minyak) disterilkan dengan oven
1200C Sediaan dibuat secara aseptik.

IV. FORMULA LENGKAP

Testosteron Propionat 11,9 mg/ml


Oleum pro injectionum ad 10 ml

V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 15 ml
T. propionat 11,9 mg 178,5 mg

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 39


VI. PROSES PENGOLAHAN

No. Pengolahan Paraf


1 Tampung Oleum pro injectionum dalam vial sebanyak 11 ml
2 Vial ditutup sementara (tanpa tutup karet), sterilisasi dalam
oven suhu 1500C selama 1 jam
3 Suspensikan Testosteron Propionat dengan Oleum pro
injectionum yang telah disterilisasi secara aseptik
4 Dimasukan ke dalam wadah secara aseptik.

VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM BANJARMASIN


Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola
No Batch : S 18 03 603 Tanggal :

Vial 10 ml

Komposisi : Testosteron Propionat 11,9 mg/ml


(setara dengan 1% Testosteron)
Oleum pro injectionum ad 10 ml

Pemakaian : I.M
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 40


Nomor Bacth : S 18 04 604 Tanggal :

DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH


MANAGER PRODUKSI
Waktu
Volume
Kode Produk Nama Produk Bentuk Kemasan Pengolahan
Produksi
Vial 10
Testo-1 15 ml Suspensi
ml

I. FORMULA

Testosteron 10 mg/ml
Injeksi dalam Vial 10 ml No.I

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat : Testosteron


Pemerian : Serbuk atau serbuk kristal putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau (Mart, 1414)
Kelarutan : Tidak larut dalam air
Larut dalam minyak lemak
Larut dalam oleum arachidis 1 : 35
(Mart. ed 28, 1435)
Titil lebur/leleh : 153-1570C

B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -

C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi

D. Sediaan Obat
Pemerian : suspensi i.m
Stabilitas :
OTT : Testosteron OTT dengan alkali dan zat pengoksidasi
pH : 4 – 7,5
Pengawet : dalam suasana air, fenilmerkuri nitrat 0,001%
Antioksidan :-

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 41


Stabilisator : - Dapar pH 4 – 7,5 (digunakan dapar fosfat pH 7)
- Zat pensuspensi : Tylose 0,1%
Tonisitas:
Untuk suspensi tidak memiliki tonisitas

III. STERILISASI

A. Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF


Beaker glass Oven 170oC 30‟
Corong & kertas saring Otoklaf 121 ºC 15‟
Vial 10 ml Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Tutup vial (karet) Otoklaf 121 ºC 15„
Mortir&Stamper Dibakar 20”

B. Sediaan Obat
Pembawa obat suspensi disterilkan dengan Otoklaf 1210C

IV.FORMULA LENGKAP

Testosteron ` 1%
NaH2PO4 0,32%
Na2HPO4 0,568%
NaCl 0,46%
Fenil merkuri nitrat 0,001%
Tylose q.s.
Aqua pro injectionum

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 42


V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 15 ml
Testosteron 10 mg 150 mg
NaH2PO4 3,2 mg 48 mg
Na2HPO4 5,7 mg 85,5 mg
NaCl 4,6 mg 69 mg
Fenilmerkurinitrat 0,0001 mg 0,015 mg
Tilose qs qs

VI. PROSES PENGOLAHAN

No. Pengolahan Paraf


Suspensi dalam air
1 Dilarutkan NaH2PO4 dalam sebagian aqua pro injeksi
2 Dilarutkan Na2HPO4 dalam sebagian aqua pro injeksi
3 Kedua larutan tersebut dicampur
4 Dilarutkan NaCl dalam sebagian a.p.i, kemudian
dicampurkan ke larutan (3)
5 Ditambahkan larutan fenil merkuri nitrat ke larutan (4)
6 Cek pH
7 Larutan disaring, filtrat pertama buang
8 Campurkan tilose yang telah dikembangkan ke larutan (7),
kemudian masukkan dalam vial ad-kan sampai 15 ml
9 Disterilkan dalam otoklaf 1210C selama 15 menit (jam ….
s/d …. )
10 Disuspensikan Testosteron dengan larutan (9) secara aseptik
11 Dimasukkan dalam vial, tambahkan larutan (9) ad 10,5 ml

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 43


VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM BANJARMASIN


Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola
No Batch : S 18 04 604 Tanggal :

Vial 10 ml

Komposisi : Testosteron 1%
Aqua pro injectionum

Pemakaian : I.M
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KOCOK DULU SEBELUM DIPAKAI

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 44


Praktikum VI

Nomor Batch : S 18 05 605


Tanggal :
DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH
MANAGER PRODUKSI
Waktu
Volume
Kode Produk Nama Produk Bentuk Kemasan Pengolahan
Produksi
Botol Infus
Gluc-1 120 ml Larutan
100 ml

I. FORMULA

Glucosum 5%
Infus intravena 100 ml

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat : Glukosa


Pemerian : Hablur tidak berwarna ,butiran putih, manis (FI ed III,268)
Kelarutan : 1 : 1 air (FI ed III, 268)
Titik leleh/lebur :

B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -

C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi

D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan infus
Stabilitas :
OTT :-
pH : 3,5 – 6,5 (Fornas, ed II)
Pengawet :-
Antioksidan : -
Stabilisator : -
Larutan harus bebas pirogen → bebas pirogen ( + karbon aktif 0,1 %)

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 45


Tonisitas:
a. Kelengkapan

Zat tb C
Glukosa 0,1 5

b. Perhitungan W= 0,52 - tb. C


0,576
= 0,035% (hipotonis)
Harus ditambahkan 0,035 % NaCl agar larutan isotonis

III. STERILISASI

A.Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF


Beaker glass Oven 170oC 30‟
Corong & kertas saring Otoklaf 121oC 15‟
Botol infuse Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Tutup infus (karet) Otoklaf 1210C 15 „

B. Sediaan Obat
Otoklaf 1210C selama 15 menit

IV. FORMULA LENGKAP

Glukosa 5 gram
NaCl 0,035 gram
Aqua pro injection ad 100 ml

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 46


V. PENIMBANGAN

VOLUME
SATUAN DASAR
BAHAN PRODUKSI PARAF
100 ml 120 ml
Glukosa 5g 6g
NaCl 0,035 g 0,042 mg
Karbon aktif 100 mg 120 mg

VI. PROSES PENGOLAHAN

No. Pengolahan Paraf


Dilarutkan glukosa dalam sebagian aqua pro injeksi
1
(a.p.i.)
2 Dilarutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi
3 Kedua larutan tersebut dicampur
4 Ditambah a.p.i ad 120 ml
Ditambah karbon, dipanaskan dan diaduk (60 –700C)
5
Selama 15 menit (jam …… s/d …… )
6 Disaring panas-panas, filtrat pertama buang
7 Cek pH = ……..
8 Masukan dalam botol infus sebanyak 105 ml
Disterilisasi dalam otoklaf 121oC selama 15 menit
9
( jam ……… s/d ………)

VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM
BANJARMASIN
Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola
No Batch : S 18 05 605 Tanggal :

Infus 100 ml

Komposisi : Glucosum 5 gram


Aqua pro injectionum ad 100 ml

Pemakaian : infus intra vena


Exp. Date : 2025

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 47


Praktikum VII

Fakultas Farmasi PROSEDUR TETAP Halaman Dari


UJI PIROGEN 1 3
MENGGANTI
Lab. Formulasi & NO.DOKUMEN : P1. FTS.001 NO : -
Teknologi Steril TANGGAL : TANGGAL : -
Disusun oleh : : DISETUJUI :
DIPERIKSA OLEH
OLEH

1. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya pirogen hidup atau yang mempunyai daya hidup di dalam
suatu sediaan steril

2. RUANG LINGKUP
Dilakukan terhadap sediaan steril yang harus terbebas dari pirogen

3. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril.

4. PERHATIAN KHUSUS
Pengujian dilakukan di ruang steril

5. PERSIAPAN UNTUK PENGUJIAN


Persiapan alat dan bahan

a. Sterilisasi alat dan bahan

ALAT STERILISASI WAKTU Paraf


Beaker glass Oven 170oC 30‟
Corong & kertas Otoklaf 121oC 15‟
saring
Botol infus Oven 170oC 30‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Tutup infus (karet) Otoklaf 1210C 15„
Tutup alumunium Oven 170oC 30‟
Kapas dan kassa Otoklaf 1210C 15„
Kapas swab Otoklaf 1210C 15„

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 48


6. CARA PENGUJIAN

No. Pengolahan Paraf


Uji LAL dilakukan dengan menambahkan 0.2 mL larutan uji
1
ke dalam single test vial (STV) dari pyrotell.
Setelah pirotel larut (kira-kira 1 menit), larutan tercampur
sempurna dan STV ditempatkan dengan cepat dalam
2 inkubator kering/ waterbath tanpa sirkulasi pada suhu 370 C ±
10 C dengan waktu 60 ± 2 menit..
Setelah masa inkubasi, STV dipindahkan dan dibalikkan
dengan gerakan yang sangat halus. Jika suatu gel terbentuk
dan bersisa secara utuh didasar tabung setelah dibalikan 1800 ,
berarti tes tersebut positif ; Konsentrasi endotoksin dalam
tabung lebih besar dari sensitifitas pirotel.
3
Uji negatif yang terjadi mengindikasikan bahwa konsentrasi
endotoksin lebih kecil dari sensitifitas pirotel. Walaupun suatu
gel sudah terbentuk tetapi pecah/tumpah ketika dibalikkan
menunjukkan tes tersebut negatif.

7. HASIL PENGUJIAN

Hasil
Sampel Paraf
Positif Negatif
1
2
3
4

9. REFERENSI
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB

10. SEJARAH PERUBAHAN


Protap yang pertama kali diberlakukan

11. PENINJAUAN KEMBALI


11.1 Protap ini harus ditinjau kembali setiap 2 tahun sekali atau kalau ada perubahan.
11.2 Bila revisi tidak diperlukan, maka penanggung jawab membubuhkan paraf dan
tanggal pada dokumen induk sebagai tanda tidak diperlukan tindak lanjut

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 49


11.3 Bila revisi diperlukan, maka seluruh protap harus ditulis ulang dan diberi
nomor revisi yang baru.

12. DISTRIBUSI
Asli : Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 50


Praktikum VIII

Nomor Batch : S 18 01 606 Tanggal :

DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH


MANAGER PRODUKSI
Waktu
Volume
Kode Produk Nama Produk Bentuk Kemasan Pengolahan
Produksi

Atropin-1 10 g Salep Tube 5 g

I. FORMULA :

Atropin Sulfat 0,1%


Dalam pembawa salep steril

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat : Atropin Sulfat


Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih
Kelarutan : Larut kurang dari 1 bagian air
Titik leleh/lebur : 1910-1950C (FI ed III, 99)

B. Dosis
Dosis lazim : -
Dosis maksimum :-
Perhitungan dosis :-
C. Daftar Obat :
Obat keras

D. Sediaan Obat
Pemerian: Salep
Stabilitas:
OTT : garam-garam logam berat, oksidator, asam
(Remington, 1168)
pH : 8 – 9,5 (USP, Martindale)
6 – 8,4 (Martindale 29 p.855)

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 51


Pengawet :-
Antioksidan :-
Stabilisator :
Tonisitas :-
III. STERILISASI

A.Alat-alat
ALAT STERILISASI WAKTU PARAF
Beaker glass Oven 170oC 30‟
Tube Alkohol 70% 10‟-15‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Mortir & Stemper Spirtus -

B. Sediaan Obat
Dibuat dengan teknis aseptis

IV. FORMULA LENGKAP


Tiap 10 g mengandung:
Atropin Sulfat 100 mg
Paraffin cair 500 mg
Cetil Alkohol 500 mg
Paraffin padat 500 mg
Vaselin Album 8,4 g

V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 gram 10 gram
Atropin Sulfat 10 mg 100 mg
Paraffin cair 50 mg 500 mg
Cetil Alkohol 50 mg 500 mg
Paraffin padat 50 mg 500 mg
Vaselin Album 840 mg 8,4 g

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 52


VI. PROSES PENGOLAHAN
No. Pengolahan Paraf
1 Sterilkan tube dalam alkohol 70% selama 10-15 menit,
lalu ditiriskan
2 Leburkan basis salep cetil alkohol, parafin padat, vaselin
album bersama parafin cair.
3 Disterilkan basis salep dalam oven pada suhu 1500C
selama 1 jam
4 Dinginkan dan simpan pada ruangan steril
5 Dilarutkan atropin sulfat dalam air pro injeksi 1 mL
6 Dicampurkan dengan basis salep secara aseptik
7 Dimasukan kedalam tube yang steril

VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM BANJARMASIN


Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola

No Batch : S 18 01 606 Tanggal :

Tube 5 g

Komposisi : Atropin Sulfat 0,1%

Pemakaian : Salep mata


Exp. Date : 2025

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

53

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 53


Praktikum IX

Nomor Batch : Tanggal :


DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH

Waktu
Kode Produk Nama Produk Volume Produksi Bentuk Kemasan
Pengolahan

I.FORMULA

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat :
Pemerian :

Kelarutan :

Titik leleh/lebur :

B. Dosis :
Dosis Lazim :
Dosis Maksimum :
Perhitungan Dosis:

C. Daftar Obat:

D. Sediaan Obat
Pemerian :
Stabilitas
OTT :

pH :

Pengawet :

Antioksidan :

Stabilisator :

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 54


Tonisitas:
Kelengkapan
Zat tb C (%)

Perhitungan tonisitas :

III. STERILISASI

A. Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF

B. Sediaan Obat
Disterilkan dengan cara sterilisasi :

IV. FORMULA LENGKAP

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 55


V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF

VI. PROSES PENGOLAHAN

No. Pengolahan Paraf

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 56


VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM BANJARMASIN


Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola

No Batch : Tanggal :

Komposisi

Pemakaian :

Exp. Date :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

EVALUASI

No Jenis Evaluasi Penilaian


1 Penampilan fisik wadah
2 Jumlah Sediaan
3 Kejernihan Sediaan
4 Keseragaman volume
5 Brosur
6 Kemasan
7 Etiket
8
9

Catatan :

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 57


Praktikum X

Nomor Batch : Tanggal :


DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH

Waktu
Kode Produk Nama Produk Volume Produksi Bentuk Kemasan
Pengolahan

I.FORMULA

II. SPESIFIKASI

A. Bahan Berkhasiat :
Pemerian :

Kelarutan :

Titik leleh/lebur :

B. Dosis :
Dosis Lazim :
Dosis Maksimum :
Perhitungan Dosis:

C. Daftar Obat:

D. Sediaan Obat
Pemerian :
Stabilitas
OTT :

pH :

Pengawet :

Antioksidan :

Stabilisator :

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 58


Tonisitas:
a. Kelengkapan
Zat tb C (%)

b. Perhitungan tonisitas :

III.STERILISASI A.

Alat-alat

ALAT STERILISASI WAKTU PARAF

B. Sediaan Obat
Disterilkan dengan cara sterilisasi :

IV. FORMULA LENGKAP

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 59


V. PENIMBANGAN

SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF

VI. PROSES PENGOLAHAN

No. Pengolahan Paraf

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 60


VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UM BANJARMASIN


Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola

No Batch : Tanggal :

Komposisi

Pemakaian :

Exp. Date :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

EVALUASI

No Jenis Evaluasi Penilaian


1 Penampilan fisik wadah
2 Jumlah Sediaan
3 Kejernihan Sediaan
4 Keseragaman volume
5 Brosur
6 Kemasan
7 Etiket
8
9

Catatan :

- Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2019, PS S1 Farmasi UM Banjarmasin - 61

Anda mungkin juga menyukai