Oleh :
Banjarmasin
2019
Penyusun
I. FORMULA
Baca seksama formula apa yang akan dibuat.
II. SPESIFIKASI
A. Bahan berkhasiat
Meliputi : - pemerian bentuk fisik
- kelarutan
- titik leleh/lebur
(sebutkan referensinya darimana)
B. Dosis
Meliputi : - Dosis Lazim
Adalah dosis sediaan yang lazim dibuat. Sediaan parenteral
dapat dilihat di Farmakope Indonesia, Martindale, Fornas dll.
Sediaan obat tetes mata dapat dilihat di Vandemikum Belanda,
Fornas, USP dll.
- Dosis Maksimum
Sediaan parenteral dapat dilihat di Farmakope Indonesia. Untuk
dosis tunggal dasar perhitungannya adalah satu hari satu kali satu
ampul. Untuk dosis ganda (multiple dose) dasar perhitungannya
adalah satu hari satu kali satu mililiter.
C. Daftar Obat
- Obat keras
- Obat keras terbatas
- Obat bebas
Dasarnya adalah Peraturan Pemerintah/Menkes RI
(Peraturan Undang-Undang Farmasi)
D. Sediaan Obat
Meliputi :
- Pemerian : apakah dalam bentuk larutan, suspensi atau salep dll.
- Stabilitas
i. OTT : Ditulis OTT yang berhubungan dengan formulasi,
bukan dengan obat (farmakologi). Bisa ada penjelasan yang
diperlukan untuk mengatasi OTT tersebut.
ii. pH : Yang dimaksudkan adalah pH stabilitas. Dijelaskan
perlu tidaknya pemakaian Buffer dan sebagainya.
- Tonisitas
Meliputi : - Kelengkapan harga E (Ekivalensi NaCl yang
diperlukan agar larutan isotonis), tb (derajat penurunan titik
beku), C (konsentrasi zat). (Referensinya ditulis)
III. STERILISASI
A. Alat-alat
Dituliskan semua alat yang dipergunakan dalam membuat formula yang
diminta. Disebutkan cara sterilisasinya dan waktu sterilisasi yang
diperlukan.
B. Sediaan Obat
Formularium Nasional edisi II :
A. Pemanasan dalam otoklaf
- Volume larutan kurang dari 100 ml, 115o – 116o C, 30 menit
- Volume larutan lebih dari 100 ml, waktu pemanasan diperpanjang
B. Pemanasan dengan bakterisida
- Volume larutan tidak lebih dari 30 ml, 98o – 100o C (U.A.M.), 30
menit
Secara aseptik : masing masing zat yang dapat disterilkan harus dilakukan
rp ( resenter paratus) misal pada pembuatan salep mata,
basis salep disterilkan dengan pemanasan kering, zat aktif
yang tidak tahan panas dicampurkan dalam mortir yang
telah disterilkan terlebih dulu.
(Tulis referensinya)
V. PENIMBANGAN
Untuk ampul selalu dibuat 2 ampul berlebih.
Untuk larutan infus(100 ml – lebih) ditambahkan 5%.
Volume larutan yang dibuat dibulatkan dengan kelipatan 5 keatas.
Penimbangan minimal adalah 10 mg.
Untuk jumlah yang kecil selalu dilakukan pengenceran.
DAFTAR TABEL
1. Daftar Pengawet
2. Daftar Volume yang dianjurkan untuk Sediaan Parenteral
3. Daftar Anti Oksidan
4. Daftar Dapar Untuk Larutan Parenteral
MODUL-MODUL PRAKTIKUM
1. Praktikum I Modul Pengenalan Alat dan Sterilisasi dan Modul Sterilisasi Ruang
2. Praktikum II Modul Injeksi Kering dan Uji Sterilitas
3. Praktikum III Modul Sediaan Injeksi Pembawa Air
4. Praktikum IV Modul Sediaan Tetes Mata Pembawa Air
5. Praktikum V Modul Sediaan Injeksi Pembawa Non Air/Emulsi/Suspensi
6. Praktikum VI Modul Sediaan Infus
7. Praktikum VII Modul Uji Pirogenitas
8. Praktikum VIII Modul Sediaan Salep/Krim Steril
9. Praktikum IX Modul Tanpa Responsi/Latihan Ujian
10. Praktikum X Modul Tanpa Responsi/Latihan Ujian
11. Praktikum XI Ujian
Tabel 2 : Volume Tambahan yang dianjurkan untuk Sediaan Parenteral (FI IV 1995)
Garam pH range
Sitrat 2,5 - 6,5
Tatrat 3 - 5
Asetat 3,5 - 5,5
Fosfat 6 - 8
Glutamat 8,2 - 10,2
Karbonat 9,5 - 11
Berikut daftar alat-alat lab. T&F Sediaan Steril yang perlu dikenal:
Alat-alat elektrik
• Autoklaf
• Incubator
• Oven
• Timbangan digital
• Biological Safety Cabinet (BSC) / Laminar Air Flow
• Alat penutup ampul
• Cawan Petri
• Pipet ukur
• Pipet tetes
• Tabung reaksi
• Labu Erlenmeyer
• Mortar & pestle
• Beaker glass
• Bunsen burner
• Gelas ukur
• Spatula logam
• Pinset
• pH meter universal
• Syringe
1. Panci luar.
2. Panci dalam tempat meletakkan botol dengan alur tempat saluran uap.
3. Tutup beserta penunjuk tekanan dan saluran uap.
4. Katup pengeluaran uap.
5. Pengunci atau klem.
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan
dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada
umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang
bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per
square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.
Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
· Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu
untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.
· Oven
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri,
pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan
timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah
alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan
dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam
sebelum digunakan. Prosedur penggunaan BSC seri 36212, Purifier™ Biological Safety
Cabinet dari LABCONCO adalah sebagai berikut:
· Beaker Glass
Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah
pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang
paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru
(paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau
metanol.
· Spatula logam
· Timbangan digital
· Pinset
· pH Indikator Universal
Sterilisasi :
1. Pengertian sterilisasi
2. Macam-macam sterilisasi
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
b. Sterilisasi secara fisik
· Pemanasan
- Dengan api langsung
- Panas kering
- Uap air panas
- Uap air panas bertekanan
· Penyinaran UV
c. Sterilisasi secara kimia dengan larutan disinfektan
3. Prosedur/Teknik aseptis
a. Mensterilkan meja kerja
b. Menuang media
4. Prinsip cara kerja autoklaf
5. Sterilisasi dengan cara penyaringan
6. Sterilisasi Tyndalisasi
7. Sterilisasi dengan udara panas
8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet
Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
· Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, spatula, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf
· Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol.
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan
suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu
dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan
kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya
untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa)
selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan
uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam
autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam
autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai,
sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi.
Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba
pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore
strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisasi lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan
autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Pelarut organik, seperti fenol
- Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS (Sodium Dodecyl Sulfate)
- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam
mineral lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang
dibiarkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka
sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika
terkena panas atau mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu
saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan
diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan
metode ini.
· Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
· Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml
Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak
tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu
yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati
disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.
Cara kerja :
• Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat
atau aluminium foil.
• Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar
menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
• Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C
kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan
mematikan mikroba).
• Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan Petri,
pipet ukur dan labu erlenmeyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan
timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
• Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
• Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.
Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang steril untuk kerja mikrobiologi.
BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor
(dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau Class II
vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi
didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di
dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang
BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak
lepas keluar ke ruangan lain.
1. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang mempunyai daya hidup di
dalam suatu ruangan aseptis.
2. RUANG LINGKUP
Dilakukan terhadap ruangan aseptis yang akan digunakan sebagai ruang pembuatan
sediaan yang dibuat secara aseptis maupun dalam pembuatan sediaan injeksi kering.
3. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril.
4. PERHATIAN KHUSUS
Pengujian dilakukan di ruang steril.
5. PERALATAN DAN
REAGENSIA 5.1. Peralatan Uji
- Cawan petri : 4 buah
- Erlenmeyer 500 ml : 1 buah
- Alat Swabb
- Oven dan inkubator
- Gelas ukur 100 ml
- Ottoklaf
5.2. Reagensia
- Aquadest steril
- Alkohol 70 %
- Trypticase Soy Agar
6.2. Pembuatan Media Agar padat untuk Pemantauan lingkungan (TSA) Timbang 40
gram TSA, larutkan dalam 1 L Aquadest, lalu didihkan sampai semua larut.
Sterilkan larutan agar dalam Otoklaf pada temperatur 121ºC selama 20 menit.
6.3. Persiapan peralatan
a. Pakaian, sarung tangan, masker dan sepatu :
Disterilkan dalam Otoklaf pada temperatur 121ºC, selama 20 menit kemudian
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85ºC, selama 3 jam.
b. Alat-alat gelas
Masing-masing dibungkus dengan kertas roti, atau kertas biasa, lalu
disterilkan di oven, pada temperatur 180ºC, selama 1 jam dan otoklaf 121 ºC,
selama 20 menit.
7. CARA PENGUJIAN
8. HASIL PENGUJIAN
Hasil
No cawan Tidak ada Paraf
Ada pertumbuhan
pertumbuhan
1
2
3
4
9. REFERENSI
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB
12. DISTRIBUSI
Asli : Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril
Tembusan : Kepala Laboratorium Mikrobiologi
I. FORMULA :
II. SPESIFIKASI
B. Dosis :
Dosis lazim : IM 500 mg/sekali; 1 g/sehari (FI, ed.III, h.989)
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -
C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi
D. Sediaan Obat
Pemerian : Serbuk kering
Stabilitas :
OTT :
Pengawet :
Antioksidan :
Stabilisator :
Zat tb C
Streptomisin sulfat 0.038 10
(Merck Index, 9th)
b. Perhitungan
III. STERILISASI
A.Alat-alat
B. Sediaan Obat
Di buat dengan metode aseptis
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 5 ml
Streptomisin Sulfat 100 mg 500 mg
Vial 5 ml
Pemakaian : I.M.
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Ampul
Efed-1 10 ml Larutan
1 ml
I. FORMULA :
II. SPESIFIKASI
C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi
D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan bening
Stabilitas :
OTT :-
pH : 6,0 – 7,0 (Fornas II, h.119)
Pengawet :-
Antioksidan : - terlindung dari cahaya (Mart. Ed.30, p.1244)
- air injeksi bebas udara (Fornas II, h.119)
Zat tb C
Efedrin HCl 0,169 5
b. Perhitungan tonisitas :
W = 0, 52 - tb. C
0,576
= 0,52 – (0,169 x 5)
0,576
= - 0,564 (hipertonis) bisa dibuat langsung.
III. STERILISASI
A.Alat-alat
B. Sediaan Obat
Efedrin HCl 50 mg
Aqua pro injection ad 1 ml
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 5 ampul/ 10 ml
Efedrin HCl 50 mg 500 mg
PABRIK FARMASI UM
BANJARMASIN
Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar
Utara, Batola
No Batch : S 18 02 601 Tanggal:
Ampul 1 ml
Komposisi : Efedrin HCl 50 mg
Aqua pro injection ad 1 ml
Pemakaian : I.M.
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
I. FORMULA
Sulfasetamid-Na 15 %
Obat tetes mata 10 ml
II. SPESIFIKASI
B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -
C. Daftar Obat :
Obat bebas terbatas
D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan bening
Stabilitas :
OTT : Benzalkonium klorida, logam berat, CO2.(Mart.31 p.278)
pH : 7,15 – 8,9 (Mart., p.302))
Pengawet : Phenylhidragi nitras (Fornas, h.276)
Antioksidan : Natrii pyrosulfis
Stabilisator : Dinatrii Edetas 0,05% (Khelating agent) (Fornas, h.276)
Zat tb C
Sulfasetamid Na 0,133 15
Natrii pyrosulfis - 0,1
Phenyl hidragi nitras - 0,001
Dinatrii Edetas 0,132 0,05
(Merck Index)
b. Perhitungan W= 0,52 - tb. C
0,576
= -2,57%
III.STERILISASI
A. Alat-alat
B. Sediaan Obat
Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C dan segera
didinginkan (Fornas ed 2, hal 276)
IV.FORMULA LENGKAP
Sulfasetamid-Na 15 g
Natrii pyrosulfis 10 mg
Phenylhidragi nitras 200 µg
Dinatrii Edetas 5 mg
Aqua Pro Injectione ad 10 ml
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
10 ml 15 ml
Sulfasetamid Na 1,5 g 2,25 g
Natrii pyrosulfis 10 mg 15 mg
Phenylhidragi nitras 200 µg 300 µg
Dinatrii edetas 5 mg 7,5 mg
I. FORMULA
II. SPESIFIKASI
B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -
C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi
D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan minyak
Stabilitas :
OTT : Testosteron propionat OTT dengan alkali dan zat pengoksidasi
pH :-
Tonisitas:
Untuk larutan dalam minyak tidak memiliki tonisitas
III. STERILISASI
A.Alat-alat
B. Sediaan Obat
Pembawa obat (minyak) disterilkan dengan oven
1200C Sediaan dibuat secara aseptik.
V. PENIMBANGAN
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 15 ml
T. propionat 11,9 mg 178,5 mg
Vial 10 ml
Pemakaian : I.M
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
I. FORMULA
Testosteron 10 mg/ml
Injeksi dalam Vial 10 ml No.I
II. SPESIFIKASI
B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -
C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi
D. Sediaan Obat
Pemerian : suspensi i.m
Stabilitas :
OTT : Testosteron OTT dengan alkali dan zat pengoksidasi
pH : 4 – 7,5
Pengawet : dalam suasana air, fenilmerkuri nitrat 0,001%
Antioksidan :-
III. STERILISASI
A. Alat-alat
B. Sediaan Obat
Pembawa obat suspensi disterilkan dengan Otoklaf 1210C
IV.FORMULA LENGKAP
Testosteron ` 1%
NaH2PO4 0,32%
Na2HPO4 0,568%
NaCl 0,46%
Fenil merkuri nitrat 0,001%
Tylose q.s.
Aqua pro injectionum
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 ml 15 ml
Testosteron 10 mg 150 mg
NaH2PO4 3,2 mg 48 mg
Na2HPO4 5,7 mg 85,5 mg
NaCl 4,6 mg 69 mg
Fenilmerkurinitrat 0,0001 mg 0,015 mg
Tilose qs qs
Vial 10 ml
Komposisi : Testosteron 1%
Aqua pro injectionum
Pemakaian : I.M
Exp. Date : 2025
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KOCOK DULU SEBELUM DIPAKAI
I. FORMULA
Glucosum 5%
Infus intravena 100 ml
II. SPESIFIKASI
B. Dosis
Dosis lazim :-
Dosis maksimum : -
Perhitungan dosis : -
C. Daftar Obat
Obat keras : sediaan injeksi
D. Sediaan Obat
Pemerian : Larutan infus
Stabilitas :
OTT :-
pH : 3,5 – 6,5 (Fornas, ed II)
Pengawet :-
Antioksidan : -
Stabilisator : -
Larutan harus bebas pirogen → bebas pirogen ( + karbon aktif 0,1 %)
Zat tb C
Glukosa 0,1 5
III. STERILISASI
A.Alat-alat
B. Sediaan Obat
Otoklaf 1210C selama 15 menit
Glukosa 5 gram
NaCl 0,035 gram
Aqua pro injection ad 100 ml
VOLUME
SATUAN DASAR
BAHAN PRODUKSI PARAF
100 ml 120 ml
Glukosa 5g 6g
NaCl 0,035 g 0,042 mg
Karbon aktif 100 mg 120 mg
PABRIK FARMASI UM
BANJARMASIN
Jl. Gubernur, H. Syarkawi, Lingkar Utara, Batola
No Batch : S 18 05 605 Tanggal :
Infus 100 ml
1. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya pirogen hidup atau yang mempunyai daya hidup di dalam
suatu sediaan steril
2. RUANG LINGKUP
Dilakukan terhadap sediaan steril yang harus terbebas dari pirogen
3. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril.
4. PERHATIAN KHUSUS
Pengujian dilakukan di ruang steril
7. HASIL PENGUJIAN
Hasil
Sampel Paraf
Positif Negatif
1
2
3
4
9. REFERENSI
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB
12. DISTRIBUSI
Asli : Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril
I. FORMULA :
II. SPESIFIKASI
B. Dosis
Dosis lazim : -
Dosis maksimum :-
Perhitungan dosis :-
C. Daftar Obat :
Obat keras
D. Sediaan Obat
Pemerian: Salep
Stabilitas:
OTT : garam-garam logam berat, oksidator, asam
(Remington, 1168)
pH : 8 – 9,5 (USP, Martindale)
6 – 8,4 (Martindale 29 p.855)
A.Alat-alat
ALAT STERILISASI WAKTU PARAF
Beaker glass Oven 170oC 30‟
Tube Alkohol 70% 10‟-15‟
Kaca arloji Api langsung 20”
Spatel logam Api langsung 20”
Batang pengaduk Api langsung 20”
Mortir & Stemper Spirtus -
B. Sediaan Obat
Dibuat dengan teknis aseptis
V. PENIMBANGAN
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
1 gram 10 gram
Atropin Sulfat 10 mg 100 mg
Paraffin cair 50 mg 500 mg
Cetil Alkohol 50 mg 500 mg
Paraffin padat 50 mg 500 mg
Vaselin Album 840 mg 8,4 g
Tube 5 g
53
Waktu
Kode Produk Nama Produk Volume Produksi Bentuk Kemasan
Pengolahan
I.FORMULA
II. SPESIFIKASI
A. Bahan Berkhasiat :
Pemerian :
Kelarutan :
Titik leleh/lebur :
B. Dosis :
Dosis Lazim :
Dosis Maksimum :
Perhitungan Dosis:
C. Daftar Obat:
D. Sediaan Obat
Pemerian :
Stabilitas
OTT :
pH :
Pengawet :
Antioksidan :
Stabilisator :
Perhitungan tonisitas :
III. STERILISASI
A. Alat-alat
B. Sediaan Obat
Disterilkan dengan cara sterilisasi :
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
No Batch : Tanggal :
Komposisi
Pemakaian :
Exp. Date :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
EVALUASI
Catatan :
Waktu
Kode Produk Nama Produk Volume Produksi Bentuk Kemasan
Pengolahan
I.FORMULA
II. SPESIFIKASI
A. Bahan Berkhasiat :
Pemerian :
Kelarutan :
Titik leleh/lebur :
B. Dosis :
Dosis Lazim :
Dosis Maksimum :
Perhitungan Dosis:
C. Daftar Obat:
D. Sediaan Obat
Pemerian :
Stabilitas
OTT :
pH :
Pengawet :
Antioksidan :
Stabilisator :
b. Perhitungan tonisitas :
III.STERILISASI A.
Alat-alat
B. Sediaan Obat
Disterilkan dengan cara sterilisasi :
SATUAN VOLUME
BAHAN DASAR PRODUKSI PARAF
No Batch : Tanggal :
Komposisi
Pemakaian :
Exp. Date :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
EVALUASI
Catatan :