OLEH
KELOMPOK 3 (GANJIL):
Rizka Meidhika (1901070)
Citra Handayani (1901042)
Jihan Virdia Putri (1901056)
Kiki Riski Syofia AA (1901058)
Nora Efendi (1901064)
Desy Rahmanisya (1901047)
Sendra Eka Putra (1901074)
DOSEN PENGAMPU:
TAHUN 2020
1. Definisi Suppositoria
2. Preformulasi
a. Parasetamol
berikut.
berbau dan rasa pahit. Paracetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7
PKO merupakan minyak inti buah tanaman kelapa sawit yang telah
padat pada suhu ruang, lebih jenuh dari pada minyak kelapa sawit
asam lemak bebas <2%, berwarna kuning muda dan memiliki sifat
leleh yang baik dan memiliki titik leleh 26-28 oC. Kandungan asam
Palm karnel stearin adalah produk premium dari fraksinasi palm karnel
oil. Palm karnel stearin bersifat semi padat dan memiliki titik leleh
d. Asam Stearat
mengkilat berwarna putih atau kuning pucat mirip lemak lilin, praktis
tidak larut dalam air dan memiliki suhu lebur tidak kurang dari 54oC.
e. Gliserin Monostearat
tablet atau suppost, memiliki titik lebur 50-60oC, larut dalam lemak
3. Material Handling
a. Pengadaan Bahan
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu
dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan,
1) Kualifikasi pemasok
berisi antara lain nama pemasok, nama dan alamat pabrik pembuat
serta nama bahan yang dipasok. Daftar tersebut harus disetujui oleh
b. Penerimaan
oleh personil dan dengan metode yang telah disetujui oleh kepala
dilakukan sendiri.
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
Bahan awal disimpan pada rak bahan awal yang telah ditentukan dengan
nama bahan awal yang tertera pada rak tersebut, jangan menaruh bahana
wal di lokasi yang tidak sesuai dengan nama bahan awal yang tercantum
pada rak tersebut. Bahan awal tidak boleh disimpan langsung bersentuhan
dengan lantai gudang, simpan bahan awal di atas rak atau pallet.
e. Distribusi
4. Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang
blangko.
𝐴𝑢
5. Hitung jumlah dalam mg,C8H9NO2, denganrumus : 10𝐶( As )
dan As berturut- turut adalah serapan larutan uji dan larutan baku.
b. Gliserin monostearat
encer : pipet 10ml kedalam labu ukur 250ml, encerkan dengan air
tambahkan 5ml asam klorida P dan 10ml kalium iodida LP, kocok
biru bromotimol LP, dan asamkan dengan asam sufat 0,2N sampai
berwarna biru mantap, tanpa warna hijau. Buat blangko yang berisi
meter.
c. Asam stearat
indikator pp. kocok dan biarkan sampai terpisah antara air dan
instrumen GC-MS.
80 °C selama 20 menit.
5. Formula
R/ Paracetamol 125 mg
Stearic Acid 5%
Glyceryl Monostearat 5%
Mf supposno.M
Paracetamol : ZatAktif
(plastisizer)
Alasan pemilihan basis supos berupa palm oil karena memiliki stabilitas
sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan titik lebur dari basis supos,
dimana titik lebur asam stearate adalah tidak kurang dari 54ºC. Sedangkan
Basis untuk 1000 supos = 2 gram x 1000 = 2000 gram – 125 gram = 1.875
gram
2. Palm Kernel Oil : 1,35 gram x 1000 = 1.350 gram + 50% = 2.025
gram
506,25 gram
gram
5. Glyceryl Monostearat : 5% x 1.875 gram = 93,75 gram + 50% =
140,625 gram
Teknik Pembutan
RPM
hari
Pembutan Supos
secara visual.
jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada berbagai
2. Uji Penampilan
Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya distribusi zat aktif yang tidak
longitudinal lalu dilihat secara visual pada bagian internal dan eksternal dan
harus nampak seragam. Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat
tberkhasiat yang seragam pada semua bagian supos yang diamati (internal dan
3. Keragaman Bobot
Tujuan : Memastikan supos yang dihasilkan memiliki bobot yang tidak terlalu
berbeda jauh
Sediaan akhir yang dihasilkan diuji berdasarkan persyaratan sesuai yang tertera
Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya distribusi zat aktif yang tidak
longitudinal lalu dilihat secara visual pada bagian internal dan eksternal dan
harus nampak seragam. Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat
lubang
zat berkhasiat yang seragampada semua bagian supos yang diamati (internal
Prinsip : Supositoria sebanyak 3 buah ditempatkan pada setiap alat dan masing-
masing dimasukkan dalam wadah berisi paling sedikit 4 liter, bersuhu antar 36-
37˚C, yang dilengkapi dengan suatu pengaduk lambat. Setiap 10 menit, alat
3. Keragaman bobot
tangas air yang suhunya dinaikkan secara bertahap sampai supo meleleh dan
5. Keseragaman kandungan
Tujuan : Menjamin keseragaman kadar zat aktif dalam masing-masing
suppositoria.
Prinsip: Menetapkan kadar 10 satuan supo satu per satu sesuai penetapan
kadar.
dalam masing-masing dari 10 tablet adalah 85-115% dari yang tertera pada
Jika 1 satuan berada di luar rentang tersebut dan tidak ada satuan berada
dalam rentang 75,0-125,0% dari kadar yang tertera pada etiket atau SBR >
tambahan.
terletak di luar rentang 85,0-115% dari kadar tablet yang tertera pada etiket
dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0-125,0% dari kadar
tablet yang tertera pada etiket dan SBR 30 satuan tidak lebih dari 7,8%
Prinsip : Alat yang digunakan mempunyai tiga tabung uji yang dicelupkan
dalam wadah penangas air suling dengan suhu 37C. Pada tabung uji ini
digunakan
ditambahkan.
seluruhnya
8. Uji disolusi (Abdou, Dissolution, Bioavalability and Bioequivalence; TA
Pada umumnya alat uji disolusi dan prosedurnya mengikuti alat uji dan
Belum ada metode atau desain alat yang dijadikan standard untuk
9. Uji Stabilitas
dipercepat dan uji stabilitas jangka panjang. Suhu yang digunakan untuk uji
dilakukan selama enam bulan. Uji stabilitas jangka panjang dilakukan pada suhu
Keduanya berfungsi untuk mengetahui stabilitas suatuo bat yang disimpan dalam
waktu tertentu. Stabilitas jangka pendek dilakukan pada awal, tiga bulan dan
enam bulan penyimpanan, sedangkan stabilitas jangka panjang dilakukan pada
batas kadaluarsa suatu produk. Tahap yang dikerjakan dalam pengujian ini
bertujuan :
berubah
kelembaban,
dan cahaya.
b. Menentukan masa uji ulang bahan obat atau masa edar produk obat, yakni
masih
penyimpanan.
Terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah abu-abu (grey area) dan
daerah hitam (black area). Daerah abu-abu terbagi menjadi beberapa ruangan,
yaitu ruangan proses sediaan padat, semi padat, cairan, ruang pengujian IPC,
ruang pengemasan primer, ruang airlock, dan ruang karantina. Tata letak tiap
ruangan disesuaikan dengan jenis kegiatan dan alur proses produksi. Masing-
masing dibatasi oleh sekat kaca berukuran lebar sehingga kegiatan di dalam
ruangan dapat dilihat dari luar. Daerah hitam meliputi ruang pengemasan
sekunder, ruang ganti pakaian serta ruang penyimpanan bahan kemasan dan
produk jadi. Bangunan untuk produksi baik itu di liquid building (bangunan
khusus untuk pembuatan sediaan cair) dan main building (bangunan untuk
produksi sediaan solid dan semi solid) memiliki rancangan konstruksi, tata
ruang dan letak yang sesuai untuk memudahkan dalam pelaksanaan kerja.
memenuhi syarat karena pada saat pemesanan atau pembelian alat atau sistem
setiap ruangan disediakan agar antar ruangan tidak terjadi kontaminasi. Selain
itu, perbedaan tekanan udara antara koridor dengan ruangan produksi dapat
menjaga personil tidak terkontaminasi bahan atau produk obat. Pada bangunan
dibuat beberapa ruangan terpisah agar memenuhi pedoman CPOB, yaitu antara
ventilasi dengan fasilitas pengendalian udara dan tenaga listrik yang memadai
penyimpanan terpisah untuk bahan yang terbakar, bahan mudah meledak dan
dengan hal seperti posisi ruang penyangga udara (airlock) dan pintu. Tata letak
ruang memberikan efek pada kaskade perbedaan tekanan udara ruangan dan
silang merupakan suatup ertimbangan desain yang esensial dari sistem Tata
Udara. Mengingat aspek kritis ini, desain Sistem Tata Udara harus
suhu
kelembaban
kampanye)
Campuranproduk
Karakteristik proses
Operasi unit
Aliranbahandanpersonil.
8. Pengemasan
Sediaan dibungkus dengan aluminium foil.
ETIKET
STIFAMOL®
Paracetamol 125 mg suppositoria
DIPRODUKSI
Untuk memperoleh Izin Edar harus dilakukan Registrasi. Registrasi diajukan oleh
Pendaftar kepada Kepala Badan. Obat yang mendapat Izin Edar harus memenuhi
kriteria berikut:
uji nonklinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan status
termasuk proses produksi sesuai dengan CPOB dan dilengkapi dengan bukti
c. Informasi Produk dan Label berisi informasi lengkap, objektif dan tidak
dan aman.
Keterangan
kategori registrasi. Pada tahap ini dilakukan pula penerahan dokumen pra-
registrasi.
4. Evaluasi berkasi registrasi obat oleh KomNas penilaian obat jadi yang
6. Kepala Badan POM memberikan keputusan berupa pemberin izin edar atau
8. Badan POM melporkan pemberian ijin edar obat jadi kepada Menteri