Dokumen:
18DRP.LR.C6.001-16525
DOKUMEN RANCANGAN
PENGEMBANGAN PRODUK Tanggal Pengesahan:
Laboratorium Farmasetika
AMINOSIL® SYRUP
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Disusun Oleh
Diseujui Oleh
Asisten
Fartech Industries
Makassar-Indonesia
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
<<Aminosil®>>
I. Quality Target Product Profile (QTTP)
Atribut
Warna Biru Digunakan pewarna FD&C Blue
Fisik
pH 8,5-9,7
Berdasarkan data yang diperoleh pada
Viskositas 100-1000 cps
pustaka (14)
Volume rata-rata larutan
Volume Terpindahkan
yang diperoleh dari 10
Halaman2dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
Aminofilin 2100 mg
Sakarin Natrium 0,04%
Gliserin 20%
FD&C Blue 0,001%
Menthol 0,010%
Alkohol 5%
NaCMC 1%
Asam sitrat q.s
Natrium bicarbonat q.s
Purified water Ad 100%
III. Dasar Formulasi
III.1 Dasar pembuatan sediaan, metode dan sistem
Sediaan larutan dapat diberikan secara oral kepada pasien yang susah menelan,
seperti pasien lanjut usia dan bayi (4).
Obat yang diberikan dalam bentuk sediaan larutan mudah tersedia untuk
diabsorpsi, dan dalam banyak hal, lebih cepat dan lebih efisien diabsorpsi
dibandingkan dengan jumlah obat yang sama yang diberikan dalam bentuk tablet
dan kapsul. Obat tidak mengendap didalam usus, dan biovailabilitas dari larutan
lebih baik dibandingkan dengan sediaan padat (6).
Sirup dapat menutupi rasa tidak enak dari zat aktif obat. Karena pada saat
menelan sirup hanya sebagian dari obat terlarut yang benar-benar membuat
kontak dengan indra pengecap, sisanya obat yang melewati lidah dan tenggorokan
dibawa oleh sirup kental (1).
Aminofilin akan mengalami kehilangan massa diantara suhu 78˚C-144˚C (12)
sehingga dipilih metode pembuatan sirup dengan cara diaduk tanpa bantuan
Halaman3dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
panas (1) dan juga aminofilin bersifat larut dalam 5 bagian air sehingga tidak
diperlukan pemanasan untuk membantu pelarutan aminofilin (3).
III.2 Dasar pemilihan bahan aktif
Aminofilin yang merupakan garam dari teofilin lebih mudah larut dalam air
dibandingkan dengan teofilin (10).
Aminofilin memiliki kegunaan yang sama dengan teofilin yaitu sebagai
bronkodilator pada asma (9).
Teofilin mempunyai efek farmakologi yang menyebabkan relaksasi otot polos,
terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot jantung, dan meningkatkan
diuresis. Sedangkan pada teobromin tidak bermanfaat secara klinis karena efek
farmakologisnya rendah (10).
III.3 Dasar pemilihan bahan tambahan
1. Sakarin Natrium (Pemanis)
Sakarin Natrium digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa pahit dari
Aminofilin. Kekuatan pemanis sakarin natrium yaitu 300-600 kali dibandingkan
dengan sukrosa, dan sakarin natrium jauh lebih mudah larut dalam air
dibandingkan dengan sakarin (7).
Di banyak formulasi, Saccharin sodium digunakan sebagai pemanis tunggal (4)
Pemanis buatan yang diizinkan untuk penggunaan oral dalam European Union
yang paling banyak digunakan adalah garam natrium dan kalsium dari sakarin.
Keduanya menunjukkan kelarutan dalam air yang tinggi dan stabil secara kimia
dan fisika pada rentang pH yang luas (2).
2. Purified water
Purified water lebih cocok sebagai pelarut dibanding air minum biasa. Air minum
biasa tidak cocok dalam pembuatan sediaan farmasi cair dikarenakan
kemungkinan akan terjadi inkompabilitas antara bahan aktif obat dan padatan
terlarut yang ditambahkan seperti perubahan warna, pembentukan buih, dan
pengendapan (1).
Air minum dapat dipurifikasi sebelum digunakan dalam pembuatan sediaan.
Karena kualitas air dapat memberikan dampak signifikan terhadap stabilitas
bentuk sediaan farmasi (8).
Air stabil pada semua keadaan fisika (Cair, es, dan uap) (7)
3. Gliserin
Gliserin lebih baik digunakan sebagai pengawet karena bersifat netral
dibandingkan asam benzoat, asam borat, dan asam sorbat yang bersifat asam
dimana akan lebih efektif digunakan pada formulasi yang bersifat asam (8).
Dalam larutan oral, disamping dapat digunakan sebagai pengawet, gliserin juga
dapat digunakan sebagai pengental (7).
Gliserin juga dapat bercampur dengan air (9).
4. Menthol (Perasa)
Suatu kombinasi zat pemberi rasa biasanya diperlukan untuk menutupi sensasi
rasa secara efektif seperti untuk menutupi rasa pahit aminofilin digunakan perasa
mint (6).
Pada umumnya pasien dewasa lebih menyukai perasa dengan aroma bunga dan
rasa asam. Perasa yang pas untuk menutupi rasa yang pahit dapat digunakan
menthol dan peppermint oil (2).
Menthol dapat memberikan sensasi segar dan dingin ketika dikonsumsi, menthol
berikatan langsung dengan reseptor pendingin didalam tubuh (7).
5. Alkohol (Co-Solvent)
Alkohol paling sering digunakan karena dapat bercampur dengan air dan
kemampuannya melarutkan bahan yang tidak mudah larut dalam air seperti
Halaman4dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
perasa (8).
Alkohol dapat digunakan sebagai co-solvent untuk memastikan semua bahan
dapat terlarut (4).
Alkohol dapat digunakan sebagai co-solvent bersama air pada konsentrasi rendah,
jika digunakan pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan toksisitas (2).
6. FD&C Blue(Pewarna)
Setelah pemilihan perasa yang tepat ditambahkan pewarna yang sesuai dengan
perasa tersebut untuk meningkatkan daya tarik suatu produk (2).
Pewarna yang digunakan umumnya larut air, dan tidak bereaksi dengan
komponen sirup lainnya (1).
Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa, misalnya warna hijau
atau biru untuk mint (6).
7. NaCMC (Pengental)
NaCMC banyak digunakan dalam formulasi farmasi oral dan topikal, terutama
untuk sifatnya yang meningkatkan viskositas (7). Sediaan sirup menurut pustaka
memiliki viskositas 100-1000 cps sehingga perlu ditambahkan pengental untuk
mencapai spesifikasi tersebut.
NaCMC dengan konsentrasi dalam air (0,25-1%) umumnya cocok untuk
ditambahkan dalam beberapa formula seperti sirup untuk menambah viskositas
(8).
NaCMC merupakan Viscosity-increasing agent yang digunakan untuk membuat
sediaan lebih kental (1).
8. Asam sitrat dan Natrium bicarbonat (Adjust pH)
Untuk meningkatkan stabilitas produk di mana stabilitas kimia dari zat aktif
bergantung pada pH (4). Larutan aminofilin bersifat basa dan jika pH turun di
bawah 8 kristal teofilin akan mengendap(9). Oleh karena itu diperlukan zat
tambahan yang dapat mengatur pH sediaan.
Masuknya kosolvents seperti alkohol atau propilen glikol dengan air akan
menurunkan konstanta dielektrik. Penurunan polaritas sistem pelarut ini juga akan
mengurangi derajat disosiasi obat dan meningkatkan pKa. Karena efek ini akan
meningkatkan ketidaak larutan, peningkatan pH sistem mungkin diperlukan untuk
menjaga kelarutan (2).
Perubahan pH dapat terjadi selama penyimpanan karena degradasi produk,
interaksi dengan komponen wadah, atau pelepasan gas dan uap. Untuk
menghindari masalah ini, buffer ditambahkan untuk menstabilkan tingkat pH.
Sistem penyangga yang sesuai harus memiliki kapasitas buffer yang memadai
untuk menjaga tingkat pH produk selama penyimpanan (8).
III.4 Dasar pemilihan bahan kemas primer
Sediaan yang akan dibuat merupakan sediaan yang dimaksudkan untuk
penggunaan secara oral sehingga wadah yang digunakan adalah wadah tipe NP
karena wadah tipe ini terbuat dari gelas natrium karbonat dipasok untuk produk
nonparenteral atau pemakaian secara oral (5).
Digunakan wadah gelas karena wadah gelas memiliki banyak keuntungan,
misalnya memiliki mutu perlindungan yag unggul, ekonomis dan wadah tersedia
dalam berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert secara
kimiawi, tidak permeabel, kuat, keras dan disetujui oleh FDA. Gelas juga tidak
menurun mutunya pada penyimpanan dan sistem penutupan yang seperlunya
dapat menjadi suatu penghalang yang sangat baik terhadap hampir setiap unsur,
kecuali sinar. Namun, jika dibandingkan dengan gelas berwarna, terutama amber
dapat memberi perlindungan terhadap cahaya, hal inilah yang dapat digunakan
untuk melindungi zat aktif (Aminofilin) yang memiliki sifat dapat terdegradasi oleh
Halaman5dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
cahaya (5).
Salah satu kekurangan dari plastik yaitu permeabilitas yang lebih besar
dibandingkan kaca, sehingga oksigen dan cahaya yang terpapar lebih mudah
masuk kedalam plastik dibandingkan kaca, aminofilin merupakan zat aktif yang
mengalami kerusakan jika terkena oksigen dan cahaya (1).
Botol kaca menjadi wadah yang paling banyak digunakan untuk produk-produk
farmasi yang inert, visibilitas kuat, kaku, perlindungan dari kelembaban dan
mudah terjangkau dari segi ekonomis (13).
III.5 Dasar penentuan spesifikasi sediaan dan parameter dalam trial
Viskositas didefinisikan sebagai pengukuran tegangan yang diterapkan per unit
yang diperlukan untuk mempertahankan laju aliran. Semakin kental cairan,
semakin tinggi viskositas, maka mengencerkan cairan, semakin rendah viskositas
atau semakin tinggi fluiditnya (14).
Disamping dapat digunakan sebagai pengawet, gliserin juga dapat digunakan
sebagai pengental. Untuk menguji konsentrasi terbaik gliserin sebagai pengental
pada maka dilakukan pengujian dengan menggunakan berbagai konsentrasi yaitu
10 %, 15 %, dan 20 % (7).
IV. Informasi Bahan Aktif
IV.1. Uraian farmakologi (9, 3)
Nama : Aminofilin
Kelas farmakologi : Perangsang susunan saraf pusat
Indikasi : Asma Bronkial, diuretikum, antipasmodikum, penyakit paru
obstruktif
Mekanisme kerja : Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor
adenosin. Adenosin dapat menyebabkan bronkokontriksi pada
pasien asma dan memperkuat pelepan mediator dari sel mast
yang diinduksi oleh rangsangan imunologis.
Kontraindikasi : Pasien dengan porphyria.
Efek samping : Hypersensitive.
Toksisitas : efek toksisitas aminofilin ringan yang meliputi rasa mual, muntah,
sakit kepala, serta insomnia, efek potensial yang serius seperti
sinus takikardia, dan toksisitas parah adalah aritmia jantung yang
mengancam jiwa dan kejang
Dosis dan : Dosis oral untuk dewasa, dosis lazim sehari adalah 300-600 mg
pemberian dan dosis maksimum sehari adalah 1,5 g.
Interaksi obat : Carbamazepin, isoproterenon, penitoin, phenobarbital dapat
mengurangi kadar aminofilin dalam darah yang menyebabkan
pengendalian asma yang buruk.
Farmakokinetika : Absorbsi : aminofilin melepaskan teofilin setelah pemberian;
diserap dengan baik dalam bentuk sediaan oral; absorpsi dari
bentuk sediaan yang lepas lambat, tetapi lebih kompleks
Distribusi : didistribusikan secara luas sebagai teofilin; melintasi
plasenta; konsentrasi ASI adalah 70% dari tingkat plasma; tidak
didistribusikan ke jaringan adiposa
Metabolisme dan ekskresi : aminofilin diubah menjadi teofilin;
teofilin di metabolisme oleh hati (90%) untuk kafein, yang dapat
terakumulasi pada neonatus; metabolit diekskresi melalui ginjal;
10% diekskresikan tidak berubah oleh ginjal
IV.2 Uraian sifat fisika-kima bahan aktif (9, 15)
Nama resmi : Aminophyllinum RB:
Nama lain : Aminofilin; Teofilin
Halaman6dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
Etilendiamin, Aminophylline
anhydrous; Aminophylline
hydrate; aminophyllin
hydrate; theophylline--
ethylenediamine (2:1); 1,3-
dimethyl-3,7-dihydro-1H-
purine-2,6-dione - ethane-1,2-
diamine (2:1); 1,3-dimethyl-
3,7-dihydro-1H-purine-2,6-
dione - ethane-1,2-diamine
(1:1); 1,3-dimethyl-3,7-
dihydro-1H-purine-2,6-dione -
ethane-1,2-diamine hydrate
(2:1:1)
RM : (C7H8N4O2)2,C2H4(NH2)2
BM : 420.4
Pemerian : Warna :Putih; Kekuningan
Rasa : Pahit
Bau : Amonia lemah
Bentuk : Serbuk
Kelarutan : Dalam air : Sangat larut dalam air
Dalam pelarut lain : Praktis tidak larut dalam alkohol dehidrat.
pKa dan pH : pH: 8.5 – 9.7
larutan
Titik lebur : 269-270℃
Polimorfisme : -
Informasi : Titik didih: 869.7°C pada 760 mmHg
tambahan
IV.3. Uraian stabilitas (12, 15)
Stabilitas : Suhu : 78˚C-144˚C
Cahaya : Tidak
pH : stabil pada ph 8,6-9,0
Air :-
Lainnya : -
Inkompatibiltas : Gugus fungsi : -
Ion logam : inkompatibel dengan logam
Senyawa tertentu :-
Saran : Dalam wadah tertutup rapat.
penyimpanan
V. Informasi Bahan Tambahan (Sifat fisika-kima dan stabilitas)
1. Purified Water (9)
Nama resmi : Purified Water RB:
Nama lain : Agua purificada; Aqua
purificata.
Kelas fungsional : Pembawa
Konsentrasi : Ad 100%
RM : H2O
BM : 18,02
Pemerian : Warna :Jernih
Rasa :Tidak berasa
Bau :Tidak berbau
Halaman7dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
Bentuk :Cair
Kelarutan : Dalam air :-
Dalam pelarut lain : Larut dalam ethanol, methanol, acetone
pKa dan pH : pH : 5,0-7,0
larutan
Titik lebur : 0oC
Informasi lain : Titik didih : 100oC
Stabilitas : secara kimiawi stabil di semua kondisi fisik (es, cair, dan uap).
Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan
dan eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (penguraian
dengan air atau kelembapan) pada suhu kamar dan suhu tinggi.
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Dalam wadah tertutup rapat.
penyimpanan
2. Saccharin Sodium (7)
Nama resmi : Saccharin Sodium RB:
Nama lain : 1,2-Benzisothiazolin-3-one
1,1-dioxide, sodium salt;
sucaryl sodium.
Kelas fungsional : Pemanis
Konsentrasi : 0,04-0,25%
RM : C7H4NNaO3S
BM : 205.16
Pemerian : Warna : Putih
Rasa : Manis
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Serbuk
Halaman8dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
pKa dan pH : -
larutan
Titik lebur : 17,8 ˚C
Informasi lain : -
Stabilitas : Gliserin dapat terkristalisasi pada suhu rendah.
Inkompatibilitas : Gliserin akan meledak jika bercampur dengan reduktor kuat
seperti kalium permanganat.
Penanganan : Pelindung mata dan handscoen disarankan.
Toksisitas : -
Saran : Simpan di wadah yang kering dan ditempat dingin.
penyimpanan
4. Menthol (7)
Nama resmi : Mentholum RB:
Nama lain : Hexahydrothymol; 2-isopropyl-5-
methylcyclohexanol; 4-isopropyl-
1-methylcyclohexan-3-ol; 3-p-
menthanol.
Kelas fungsional : perasa
Konsentrasi : 0,010%
RM : C10H20O
BM : 156.27
Pemerian : Warna :tidak berwarna
Rasa : dingin
Bau : tajam seperti permen
Bentuk :Hablur berbentuk jarum atau prisma
pKa dan pH : pH : 5
larutan
Titik lebur : 34˚C
Informasi lain : -
Stabilitas : Formula yang mengandung menthol 1% w/w dalam krim telah
dilaporkan stabil selama 18 bulan pada suhu ruangan.
Inkompatibilitas : Incompatible with: butylchloral hydrate; camphor; chloral
hydrate;chromium trioxide; b-naphthol; phenol; potassium
permanganate;pyrogallol; resorcinol; and thymol.
Toksisitas : -
Saran : Simpan di wadah yang kering dan kering.
penyimpanan
Halaman9dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
5. Alkohol (7)
Nama resmi : Ethanol RB :
Nama lain : Ethanol; Ethyl alcohol; Alcohol;
Methylcarbinol
Kelas fungsional : Co-solvent
Konsentrasi : q.s
RM : C2H6O
BM : 46.07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter
pKa dan pH : 15.9
larutan
Titik lebur : -114.1 °C
Informasi lain : -
Stabilitas : ketika terkena suhu tinggi (125oC) pada pH rendah (pH 2) selama
lebih dari 1 jam terjadi dekomposisi signifikan terjadi.
Inkompatibilitas : Inkompabilitas dengan zat pengoksidasi kuat seperti klorin, asam
nitrat, permanganat, atau kromat dalam larutan asam bereaksi.
Toksisitas : -
Saran : Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
penyimpanan
6. NaCMC (7)
Nama resmi : Natrii Carboxymethylcellulosum RB :
Nama lain : Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb;
Blanose; Carbose D; carmellosum
natricum; Cel-O-Brandt; cellulose gum;
Cethylose; CMC sodium; E466; Finnfix;
Glykocellan; Nymcel ZSB; SCMC; sodium
carboxymethylcellulose; sodium
cellulose glycolate; Sunrose; Tylose
CB; Tylose MGA; Walocel C; Xylo-
Mucine.
Kelas fungsional : viscosity-increasing agent
Konsentrasi : 0,25-1%
RM : C8H15NaO8
BM : 262.19 g/mol
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading; tidak berbau
atau hampir tidak berbau; higroskopik
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal;
tidak larut dalam etanol (96%)P, dalam eter P dan dalam pelarut
organik lain
pKa dan pH : pKa 4.30
larutan
Titik lebur : 274 °C
Informasi lain : -
Stabilitas : NaCMC stabil, meskipun bahan higroskopis. Di bawah kondisi
kelembaban tinggi, natrium karboksimetilselulosa dapat
menyerap sejumlah besar (> 50%) air.
Inkompatibilitas : NaCMC tidak sesuai dengan larutan asam kuat dan dengan garam
Halaman10dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
Halaman11dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
Halaman12dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
Catatan:
*QA: Quality Attribute
Mix1: Mixing 1 (Pencampuran 1), Mix2: Mixing 2 (Pencampuran 2), MixF: Mixing Final
(Pencampuran Akhir), Filt-Fill: Filtrasi-Filling (Penyaringan-Pengisian)
VI.3. Rancangan Spesifikasi Sediaan
Tabel Data Spesifikasi Sediaan (Produk Akhir)
No. Kriteria Ref Spesifikasi Ref Rujukan Metode
FISIKA
(13)
Viskositas 100-1000 cps
Uji Kekentalan
1.
Volume rata-
rata larutan
yang
diperoleh dari
10 wadah
Uji volume
2. Volume terpindahkan tidak kurang (11)
terpindahkan
dari 100% dan
tidak satupun
volume
wadah yang
kurang dari
Halaman13dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
95%
Kejernihan :
jernih
3. Organoleptis Warna : Biru Dilihat langsung
Rasa : Mentol
Bau: Mint
Tidak kurang (15) Uji keseragaman
4. Bobot jenis
dari 1,30 kandungan
KIMIA
Tidak kurang
dari 90,0%
Kadar dan tidak Sistem Kromatografi
1.
lebih dari
110,0%
2. pH 8,5-9,7 Penetapan pH
(16)
Tidak lebih
3. Impurities
dari 0,15%
Tidak kurang
dari 90,0%
Kandungan keseragaman
4. dan tidak
sediaan
lebih dari Uji keseragaman
110,0% kandungan
176-283 mg
dari
5. Kandungan etilendiamin etilendiamin (15)
(C2H8N2) per g
dari C7H8N4O2
MIKROBIOLOGI
Escherichia
coli (negatif/g)
Salmonella sp.
(negatif/g)
Shigella sp. (11)
(negatif/g)
3. Mikroba Spesifik
Pseudomonas
aeruginosa
(negatif/g)
Staphylococcu
s aureus
(negatif/g)
Halaman14dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
Rincian Perhitungan:
1. Perhitungan tiap 100 ml sirup
a. F1
- Aminofilin 2100 mg
0,04
- sakarin natrium 100 X 100 ml = 0,04 g = 40 mg
20
- Gliserin 100 X 100 ml = 20 ml
0,010
- Menthol 100
X 100 ml = 0,010 g = 10 mg
0,001
- FD&C Blue 100 X 100 ml = 0,001g = 1 mg
0,25
- NaCMC 100 X 100 ml = 0,25 g = 250 mg
- Purified water ad 100 ml
b. F2
- Aminofilin 2100 mg
0,04
- sakarin natrium X 100 ml = 0,04 g = 40 mg
100
20
- Gliserin 100 X 100 ml = 20 ml
0,010
- Menthol 100
X 100 ml = 0,010 g = 10 mg
0,001
- FD&C Blue 100 X 100 ml = 0,001g = 1 mg
0,5
- NaCMC 100 X 100 ml = 0,5 g = 500 mg
- Purified water ad 100 ml
c. F3
- Aminofilin 2100 mg
0,04
- sakarin natrium 100 X 100 ml = 0,04 g = 40 mg
Halaman15dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
20
- Gliserin 100 X 100 ml = 20 ml
0,010
- Menthol 100
X 100 ml = 0,010 g = 10 mg
0,001
- FD&C Blue X 100 ml = 0,001g = 1 mg
100
0,1
- NaCMC 100 X 100 ml = 0,1 g = 1000 mg
- Purified water ad 100 ml
Dosis lazim
1 x p = 1 𝑥 105 𝑚𝑔 = 105mg > 100 𝑚𝑔 → 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑓𝑒𝑘
105 mg
% = 100 mg × 100% = 105%
3 x p = 3 x 105 mg = 315 mg > 300 mg → berefek
315
% = 300 × 100% = 105%
Dosis maksimum
1 x p = 105 mg < 500 mg → Tidak OD
105
%= × 100% = 21%
500
3 x p = 3 x 105 mg = 315 mg < 1500 mg → tidak OD
315
% = 1500 × 100% = 21%
Halaman16dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
d. Perasa Menthol= 10 mg
e. FD&C Blue= 1 mg
f. Alkohol = 5 ml
g. NaCMC = 1 g
h. Asam sitrat = qs
i. Natrium bicarbonat = qs
j. Air murni = ad 100 ml
Halaman17dari18
Aminosil® Syrup, 105 mg/5ml, 18DRP.LR.C6.001-16525
X Referensi
1. Ansel, Howard, C. 2005. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System 9th
Edition. China: The Point.
2. Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutics, The Science of Dosage from Design.London : Churcill
Livingstone.
3. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
4. Jones. 2008. D. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design. London:
Pharmaceutical Press.
5. Lachman, Leon. 2008. et. al. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi 3 Jilid II. Jakarta: UI
Press.
6. Lachman, Leon. 2008.et. al. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi 2 Jilid II. Jakarta: UI
Press.
7. Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
8. Troy, David. 2005. Remington : The Science and Practice of Pharmacy 21st Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
9. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference Thirty-six edition.
London: Pharmaceutical Press.
10. Gunawan, dkk. 2016. Farmakologi dan Terapi edisi 6. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik fakultas kedokteran UI: Jakarta.
11. BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan POM No. 12 Tahun 2014 : Persyaratan Mutu
Obat Tradisional. Jakarta: DEPKES RI.
12. Schnitzler, E. 2004. Thermoanalytical study of purine deivatives compounds. Ecletica
Quimica, vol 29: Brazil.
13. Swarbrick, J., James C.B., 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Third Edition,
Volume 2, Informa Healthcare USA Inc: New York.
14. Lieberman, H.A. Lachman, L. Schwartz, J.B. 1998. Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
System, 2nd Ed. Marcell Dekker Inc: New York.
15. U.S. Pharmacopeia. 2007. The United States Pharmacopeia, USP 30/The National
Formulary, NF 25. Pharmacopeial Convention, Inc: US
16. U.S. Pharmacopeia. 2015. The United States Pharmacopeia, USP 38/The National
Formulary, NF 33. Pharmacopeial Convention, Inc: US
Halaman18dari18